BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD) ke arah peningkatan taraf hidup krama desa, dan dalam kegiatannya banyak

dokumen-dokumen yang mirip
PERSIAPAN PENERAPAN PSAK ETAP Oleh : Syarief Basir, CPA, SH, MBA

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut:

Bab 1 Ruang Lingkup UKM.1. Hak Cipta 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Perbedaan PSAK dan SAK ETAP

Perbedaan antara PSAK dengan SAK ETAP

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teknik analisis deskriptif kualitatif. dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

Catatan 31 Maret Maret 2010

Akuntansi Keuangan Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II LANDASAN TEORI

kelemahan (Suhairi, 2004). Kurangnya kemampuan pelaku UKM dalam bidang

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 1 (REVISI 2009) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Penyusunan Laporan Keuangan Pada Stars Auto Care 99 Periode Januari 2014

BAB II LANDASAN TEORI

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia sendiri telah ditetapkan sebuah peraturan yang mewajibkan

Laporan Publikasi Triwulanan. PD. BPR Bank Daerah Karanganyar JL. LAWU KOMPLEK PERKANTORAN CANGAKAN KARANGANYAR

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

30 Juni 31 Desember

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II PSAK NO. 1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN PSAK NO. 101 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK PADA KOPERASI TUNAS ADIL TOBELO

BAGIAN XIII LAPORAN ARUS KAS

1. Entitas signifikan Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian UMKM menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2008, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN ARUS KAS PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 2 (revisi 2009) 22 Desember 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. II.1. Pengertian dan Manfaat Laporan Arus Kas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

2012, No.755 LAMPIRAN

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

I. PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia telah memberi peranan yang sangat berarti dalam meningkatkan

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

OVERVIEW STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) SAK ETAP BERLAKU SEJAK TGL Berlaku bagi Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kembang sejak sebelum berdirinya Negara ini. Hal ini patut kita banggakan.

BAB 4. AKTIVITAS KETIGA

PT GARUDA METALINDO Tbk

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PD. BPR BKK LASEM Tanggal : 30 Juni 2015

Laporan Publikasi PT. Bank Sulselbar LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT. BANK SULSELBAR PER 31 MEI 2015

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 28 Februari 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 September 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007, LPD adalah suatu badan simpan pinjam yang dimiliki oleh desa adat dan merupakan unit operasional serta berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat-surat berharga lainnya, menjalankan fungsinya dalam bentuk usahausaha ke arah peningkatan taraf hidup krama desa, dan dalam kegiatannya banyak menunjang pembangunan desa. Adapun tujuan didirikannya LPD adalah sebagai berikut. 1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan menghimpun tabungan dan deposito dari krama desa; 2) Memberantas ijon, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu; 3) Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja bagi krama desa; 4) Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di desa. 2.1.1.1 Kedudukan LPD dalam Sistem Perbankan Sesuai Ketentuan Peralihan Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 Pasal 58 yang telah dirubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 7

dinyatakan bahwa: Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Putih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Bank Kredit Desa (BKD), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Bank Kredit Kecamatan (BKK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produk Desa (BKPD), dan lembaga-lembaga yang disamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dengan kedudukan yang sama dengan BPR, LPD mempunyai fungsi strategis dalam mengembangkan dan memajukan perekonomian masyarakat yang berada di sekitarnya. 2.1.1.2 Pengelolaan dan Kegiatan Usaha LPD Pengelolaan LPD dilaksanakan oleh pengurus, dimana pengurus bertanggung jawab kepada krama desa, dan didalam melaksanakan dan mengelola LPD, pengurus dapat mengangkat karyawan dalam membantu kegiatan operasional lembaga. Sesuai Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 tentang LPD, kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh LPD adalah: 1) Menerima atau menghimpun dana dari krama desa dalam bentuk tabungan dan deposito. 2) Memberikan pinjaman hanya kepada krama desa. 3) Menerima pinjaman dari lembaga keuangan lainnya maksimal 100% dari jumlah modal termasuk cadangan dan laba ditahan kecuali batas lain dalam jumlah pinjaman atau dukungan/bantuan dana. 4) Menyimpan kelebihan likuiditas pada BPD dengan imbalan bunga bersaing dan pelayanan yang memadai. 8

2.1.2 Laporan Keuangan 2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Harahap (2009: 105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu. Baridwan (2010: 17) mendefinisikan laporan keuangan sebagai ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik dan laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia (2010: 3) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan posisi perubahan modal (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya laporan arus kas, ataupun laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruhpengaruh harga. 9

2.1.2.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2010: 6) jenis-jenis laporan keuangan antara lain terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, dan catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. 1) Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu atau akhir periode pelaporan (IAI, 2010: 19). 2) Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai penghasilan dan beban entitas untuk suatu periode (IAI, 2010: 23). 3) Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang menyajikan laba atau rugi untuk suatu periode, pos penghasilan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas pada periode, dampak perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan pada periode, dan jumlah transaksi dengan pemilik dalam kapasitas sebagai pemilik selama periode (IAI, 2010: 174). 4) Laporan Arus Kas Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (IAI, 2010: 28). 10

5) Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan terhadap pospos yang disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan uraian naratif atau pemisahan pos-pos yang diungkapkan dalam laporan keuangan, serta informasi tentang pos-pos yang tidak memenuhi persyaratan pengakuan dalam laporan keuangan tersebut (IAI, 2010: 168). 2.1.2.3 Tujuan Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2010: 5) menyatakan penyusunan laporan keuangan mempunyai tujuan untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pemegang saham atau pemilik perusahaan dan calon pemegang saham, kreditur dan calon kreditur, pelanggan, masyarakat, karyawan, serta pemerintah. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (2010: 5), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1) Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. 2) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak 11

menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 3) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. 2.1.2.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan (IAI, 2010: 5). 1) Dapat dipahami Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah dan segera dapat dipahami oleh pemakainya. Pemakai informasi diasumsikan mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 12

2) Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3) Keandalan Informasi dikatakan andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan oleh pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari seharusnya disajikan atau sewajarnya disajikan. 4) Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 2.1.3 Standar Akuntansi Keuangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan pedoman bagi siapa saja dalam menyusun laporan keuangan yang akan diterima oleh umum. Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan, dan prosedur yang sudah disusun dan disahkan oleh lembaga resmi pada saat tertentu. Standar ini merupakan konsensus tentang pencatatan sumber-sumber ekonomi, kewajiban, modal, hasil, biaya, dan 13

perubahannya dalam bentuk laporan keuangan. Dalam standar ini dijelaskan transaksi apa yang harus dicatat, bagaimana mencatatnya, dan bagaimana mengungkapkan laporan keuangan yang akan disajikan (Harahap, 2001: 151). Adapun manfaat dari standar akuntansi menurut Belkoui (2006: 161), antara lain sebagai berikut: a) Standar memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan penyelenggaraan sebuah perusahaan kepada para pengguna informasi akuntansi. Informasi ini dianggap jelas, konsisten, andal, dan dapat diperbandingkan. b) Standar memberikan pedoman dan aturan tindakan bagi para akuntan publik yang memungkinkan mereka untuk menerapkan kehati-hatian dan kebebasan dalam menjual keahlian dan integritas mereka dalam mengaudit laporan-laporan perusahaan dan membuktikan validitas dari laporan tersebut. c) Standar memberikan database kepada pemerintah mengenai berbagai variabel yang dianggap sangat penting dalam pelaksanaan perpajakan, regulasi perusahaan, perencanaan dan regulasi ekonomi, serta peningkatan efisiensi ekonomi dan sasaran sosial lainnya. d) Standar menumbuhkan minat dalam prinsip-prinsip dan teori-teori bagi mereka yang memiliki perhatian dalam disiplin ilmu akuntansi. 14

2.1.4 Standar Akuntansi Keuangan ETAP 2.1.4.1 Pengertian SAK ETAP Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang: a) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan b) menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika: a) entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau b) entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP (IAI, 2009: 1). 2.1.4.2 Perbedaan PSAK dengan SAK ETAP Tabel 2.1 Perbedaan PSAK dengan SAK ETAP Elemen PSAK SAK ETAP Penyajian Laporan Dengan adanya PSAK 1 di masa depan penyajian laporan Minimum pos yang harus ada di neraca lebih sedikit. 15

Keuangan keuangan mengikuti IFRS dengan perubahan antara lain, 1. Tidak ada lagi pos luar biasa pada neraca 2. Laba Rugi komprehensif 3. Cash flow metode langsung (dianjurkan), dan tidak langsung. Aset Tetap dan Properti Investasi 1. Memberikan pilihan metode biaya atau revaluasi untuk aset tetap. 2. Metode Fair value untuk properti investasi. 1. Silent terhadap pos luar biasa 2. Laporan laba rugi (tanpa harus menyajikan laba rugi komprehensif) 3. Cash flow dengan metode tidak langsung. Aset tetap, properti investasi menggunakan metode biaya kecuali ada ketentuan pemerintah yang mengharuskan model revaluasi diterapkan. Aset Tidak Berwujud Instrumen Keuangan Persediaan Penurunan nilai Aset 1. Saat ini aset tidak berwujud diamortisasi selama 20 tahun. 2. ED PSAK 19 (Terbit 2011) 3. Aset tidak berwujud dengan masa manfaat tak terbatas, tidak diamortisasi. 1. Ruang lingkup: aset dan kewajiban keuangan, 2. Diklasifikasikan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, dimiliki hingga jatuh tempo, tersedia untuk dijual, pinjaman dan pinjaman yang diberikan. 3. Impayment menggunakan incurred loss concept. 4. Derecognition 5. Hedging dan derivatif. LIFO tidak lagi diijinkan (PSAK 14 revisi 2008) 1. Ruang lingkup kecuali; persediaan, aset yang timbul dari kontrak konstruksi, aset pajak tangguhan, aset yang timbul dari manfaat pensiun. 2. Penurunan nilai non persediaan. 3. Penurunan nilai unit penghasil kas dan goodwill. 1. Aset tidak berwujud diamortisasi selama 10 tahun. 2. Pengukuran menggunakan metode biaya. 1. Ruang lingkup; investasi pada efek tertentu 2. Klasifikasi trading, held to maturity, dan available for sale. Hal tersebut mengacu pada PSAK No. 50 (1998). 3. Jauh lebih sederhana dibanding ketentuan PSAK 50 dan PSAK 55 (revisi 2006) LIFO tidak diijinkan Ketentuan lainnya sama dengan PSAK 1. Ruang lingkup yang meliputi semua jenis aset kecuali aset yang timbul dari manfaat pensiun. 2. Tidak mengatur penurunan nilai goodwill. 3. Ada tambahan penurunan nilai untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang menggunakan 16

Laporan Keuangan Konsolidasian Diatur dalam PSAK 4 Menggunakan metode ekuitas (entitas asosiasi) dan metode konsolidasi penuh untuk entitas anak. Sewa 1. Mengatur perjanjian yang mengandung sewa. 2. Klasifikasi berifat principle based. 3. Laporan keuangan lessee dan lessor Biaya Pinjaman Imbalan Kerja Komponen biaya pinjaman Pengakuan dan kapitalisasi biaya pinjaman Menjelaskan: 1. Imbalan kerja jangka pendek 2. Imbalan pasca kerja, untuk manfaat pasti menggunakan PUC (Project Unit Credit) 3. Imbalan jangka panjang lainnya 4. Pesangon pemutusan kerja 5. Imbalan berbasis ekuitas Pajak 1. Menggunakan deffered tax Penghasilan concept 2. Pengakuan dan pengukuran pajak kini 3. Pengakuan dan pengukuran pajak tangguhan Sumber: www.himatansi.org PSAK 31. Tidak Diatur Bila memiliki investasi atas asosiasi maupun subsidiary menggunakan metode ekuitas (on line cosolidation). 1. Tidak mengatur perjanjian yang mengandung sewa (PSAK 8) 2. Klasifikasi sewa; kombinasi IFRS for SMEs dan SFAS 13 (rule based) 3. Laporan keuangan lessee dan lessor menggunakan PSAK 30 (1990): Akuntansi Sewa Biaya pinjaman langsung dibebankan. 1. Tidak termasuk imbalan berbasis ekuitas 2. Untuk manfaat pasti mengunakan PUC dan jika tidak bisa, menggunakan metode yang disederhanakan. 1. Menggunakan tax payable concept. 2. Tidak ada pengakuan dan pengukuran pajak tangguhan. 17

2.1.4.3 SAK ETAP BPR Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/37/DKBU tentang Penetapan Penggunaan Standar Akuntansi Keuangan bagi Bank Perkreditan Rakyat, dinyatakan bahwa dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan BPR dan penyusunan laporan keuangan yang relevan, komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, BPR wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang relevan bagi BPR. Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR selama ini adalah PSAK 31 tentang Akuntansi Perbankan (PSAK 31) yang berlaku bagi seluruh perbankan. Dengan diberlakukannya PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan (PSAK 50) dan PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran (PSAK 55), yang menggantikan PSAK 31, maka standar akuntansi bagi perbankan mengacu pada PSAK yang berlaku. Penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 bagi BPR dipandang tidak sesuai dengan karakteristik operasional BPR dan memerlukan biaya yang besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh maka BPR memerlukan standar akuntansi keuangan yang sesuai. Dewan Standar Akuntasi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK- IAI) selain mengeluarkan PSAK 50 dan PSAK 55 juga menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). DSAK- IAI dalam SAK ETAP menyatakan bahwa SAK ETAP dapat diberlakukan bagi entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan, sepanjang otoritas berwenang mengatur penggunaan SAK ETAP dimaksud. Untuk itu, bagi BPR ditetapkan penggunaaan standar akuntansi keuangan yang sederhana yaitu Standar 18

Akuntansi Keuangan bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang telah diberlakukan bagi BPR sejak 1 Januari 2010. Penggunaan SAK ETAP sebagai standar akuntansi keuangan bagi BPR bertujuan untuk mempermudah BPR dalam menerapkan standar akuntansinya namun tetap memperhatikan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional yang berlaku. 2.1.4.4 Perbedaan SAK ETAP dengan SAK ETAP BPR Perbedaan antara SAK ETAP dengan SAK ETAP BPR terletak pada pos-pos yang disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis kegiatan dimana SAK ETAP BPR ditujukan bagi lembaga keuangan sejenis BPR yang bergerak dalam bidang perkreditan untuk menyusun laporan keuangan sedangkan SAK ETAP ditujukan bagi semua entitas baik yang bergerak dalam bidang jasa maupun manufaktur yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan. Perbedaan pos-pos tersebut data dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Perbedaan Pos-pos antara SAK ETAP dengan SAK ETAP BPR Elemen SAK ETAP SAK ETAP BPR Neraca 1. Kas dan setara kas; 2. Piutang usaha dan piutang lainnya; 3. Persediaan; 4. Properti investasi; 5. Aset tetap; 6. Aset tidak berwujud; 7. Utang usaha dan utang lainnya; 8. Aset dan kewajiban pajak; 9. Kewajiban diestimasi; 10. Ekuitas. 1. Kas; 2. Kas dalam valuta asing; 3. Sertifikat Bank Indonesia; 4. Pendapatan bunga yang akan diterima; 5. Penempatan pada bank lain (giro, tabungan, deposito dan sertifikat deposito); 6. Kredit; 7. Agunan yang diambil alih; 8. Aset tetap dan inventaris; 9. Aset tidak berwujud; 19

Laporan Laba/Rugi Laporan Arus Kas 1. Pendapatan; 2. Beban keuangan; 3. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas; 4. Beban pajak; 5. Laba atau rugi neto. 1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa; b) Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain; c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d) Pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan; e) Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; 10. Aset lain-lain. 11. Kewajiban segera; 12. Utang bunga; 13. Utang pajak; 14. Simpanan; 15. Simpanan dari bank lain; 16. Pinjaman diterima; 17. Dana setoran modal kewajiban; 18. Kewajiban imbalan kerja; 19. Pinjaman subordinasi; 20. Modal pinjaman; 21. Kewajiban lain-lain. 22. Modal; 23. Dana setoran modal ekuitas; 24. Laba/Rugi yang belum direalisasi; 25. Surplus revaluasi aset tetap; 26. Saldo laba. 1. Pendapatan operasional; 2. Beban operasional; 3. Pendapatan nonoperasional; 4. Beban non-operasional; 5. Beban pajak penghasilan. 1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi a) Pemberian dan pelunasan kredit; b) Penerimaan dan pembayaran simpanan; c) Penempatan dan penarikan deposito pada bank lain; d) Penerimaan dan pembayaran pinjaman yang diterima dari bank umum, BPR dan pihak lain. 2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi a) Pembayaran kas untuk membeli SBI; 20

f) Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman, dan kontrak lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali. 2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi a) Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap (termasuk aset tetap yang dibangun sendiri), aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya; b) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya; c) Pembayaran kas untuk perolehan efek ekuitas atau efek utang entitas lain dan bunga dalam joint venture (selain pembayaran untuk efek yang diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas atau dimiliki untuk diperdagangkan); d) Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau efek utang dari entitas lain dan bunga dari joint venture (selain penerimaan dari efek yang diklasifikasikan sebagai setara kas atau dimiliki untuk diperdagangkan); e) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain; f) Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman yang b) Pembayaran kas untuk membeli aset tetap dan inventaris; c) Penerimaan kas dari penjualan SBI; d) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap dan inventaris. 3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan a) Penerimaan dari emisi saham baru; b) Penerimaan dan pembayaran pinjaman dari Bank Indonesia; c) Penerimaan dan pembayaran pinjaman diterima dari bank umum, BPR dan pihak lain yang digunakan selain aktivitas operasi; d) Pembayaran atas kewajiban sewa pembiayaan; e) Penerimaan dan pembayaran pinjaman subordinasi; f) Penerimaan dan pembayaran modal pinjaman. 21

diberikan kepada pihak lain; 3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan a) Penerimaan kas dari penerbitan saham atau efek ekuitas lain; b) Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham entitas; c) Penerimaan kas dari penerbitan pinjaman, wesel, dan pinjaman jangka pendek atau jangka panjang lainnya; d) Pelunasan pinjaman; pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan. 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya Ni Ketut Savitri Paramitha Dewi (2011) yang berjudul Penerapan Standar Akuntansi Keuangan pada Laporan Keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Jembrana. Variabel yang digunakan antara lain neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Metode penentuan sampel dilakukan dengan mengambil 1 sampel dari 64 LPD yang memiliki aset paling tinggi. Untuk memecahkan masalah digunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif yang bersifat deskriptif komparatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa LPD di Kabupaten Jembrana belum sepenuhnya menerapkan SAK ETAP dalam laporan keuangan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut Savitri 22

Paramitha Dewi adalah pada variabel yang diteliti dan teknik analisis data yang digunakan. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian. 23