KAJIAN PEMODELAN ARUS DAN SEDIMEN DI SEKITAR JETTY MUARA SUNGAI. Priyo Nugroho Parmantoro *)

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

STUDI SEBARAN SEDIMEN DASAR DI SEKITAR MUARA SUNGAI PEKALOGAN, KOTA PEKALONGAN

SEBARAN SEDIMEN DI DALAM KOLAM PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di :

Pengaruh Arus Terhadap Sebaran Muatan Padatan Tersuspensi Di Pantai Slamaran Pekalongan

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di :

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PANTAI TANJUNG NIPAH, KALIMANTAN TENGAH

KAJIAN ARUS PERAIRAN PANTAI SEMARANG PENDEKATAN PEMODELAN NUMERIK TIGA DIMENSI DISERTASI

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract

REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

STUDI TRANSPOR SEDIMEN DI PANTAI SLAMARAN PEKALONGAN

PENGARUH ARUS TERHADAP SEBARAN MATERIAL PADATAN TERSUSPENSI DI PANTAI SIGANDU, KABUPATEN BATANG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di :

SEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI PERAIRAN KAMAL MUARA, PENJARINGAN, JAKARTA UTARA

BAB 6 MODEL TRANSPOR SEDIMEN DUA DIMENSI

DAMPAK ANGKUTAN SEDIMEN TERHADAP PEMBENTUKAN DELTA DI MUARA SUNGAI BONE, PROVINSI GORONTALO

STUDI POLA ARUS DAN SEBARAN MUATAN PADATAN TERSUSPENSI DI MUARA SUNGAI LASEM, KABUPATEN REMBANG

STUDI POLA DAN KARATERISTIK ARUS LAUT DI PERAIRAN KALIWUNGU KENDAL JAWA TENGAH PADA MUSIM PERALIHAN I

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB V RENCANA PENANGANAN

Online di :

Kajian Pola Sebaran Sedimen di Perairan Pantai Sigandu Batang

Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi, Sumatera Selatan

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

HALAMAN PENGESAHAN. Disusun oleh : LEONARDUS LOAN RAH UTOMO L2A Disetujui pada : Hari : Tanggal : Oktober 2010

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

PENGAMANAN PANTAI WIDURI KABUPATEN PEMALANG

KAJIAN KARAKTERISTIK LONGSHORE CURRENT PADA PERAIRAN SEKITAR BANGUNAN JETTY DI PANTAI KEJAWANAN CIREBON

Gambar 2.7 Foto di lokasi Mala.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

DINAMIKA SEDIMEN TERSUSPENSI BERDASARKAN PENGUKURAN IN-SITU MENGGUNAKAN INSTRUMEN HIDRO-AKUSTIK DOPPLER (Studi kasus pesisir pantai utara Jawa Barat)

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pengumpulan Data. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder Data Primer

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ANALISA LAJU SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI CILAUTEUREUN GARUT

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

Pengaruh Perubahan Layout Breakwater Terhadap Kondisi Tinggi Gelombang di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

KARAKTERISTIK ARUS, SUHU DAN SALINITAS DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA

PEMETAAN ARUS DAN PASUT LAUT DENGAN METODE PEMODELAN HIDRODINAMIKA DAN PEMANFAATANNYA DALAM ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI TUGAS AKHIR

KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS

STUDI POLA ARUS DI PERAIRAN KHUSUS PERTAMINA PT. ARUN LHOKSEUMAWE - ACEH

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

KAJIAN SEDIMENTASI DI SEKITAR MUARA SUNGAI WANGGU TELUK KENDARI SULAWESI TENGGARA

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

PEMODELAN ARUS SEJAJAR PANTAI STUDI KASUS PANTAI ERETAN, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

ANALISIS SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN BINAMU KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Hadyan Rafdi Kamarz, Alfi Satriadi, Jarot Marwoto*)

POLA PENYEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI BERDASARKAN ANALISIS DEBIT MAKSIMUM DAN MINIMUM DI MUARA SUNGAI PORONG, KABUPATEN PASURUAN

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

SEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI PERAIRAN MUARA SUNGAI BENGAWAN SOLO, GRESIK, JAWA TIMUR Betty Banjarnahor *),Warsito Atmodjo *), Hariyadi *)

ABRASI PANTAI DAN PENDANGKALAN KOLAM PELABUHAN JETTY PERTAMINA BALONGAN, INDRAMAYU MELALUI ANALISIS ARUS PASANG SURUT, ANGIN DAN GELOMBANG

Created by : Firman Dwi Setiawan Approved by : Ir. Suntoyo, M.Eng., Ph.D Ir. Sujantoko, M.T.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

STUDI SEBARAN SEDIMEN DASAR DAN KONDISI ARUS DI PERAIRAN KELING, KABUPATEN JEPARA

Pola Arus di Perairan Paciran Jawa Timur pada Musim Peralihan Awal

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

STUDI REFRAKSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG PADA RENCANA BANGUNAN PELABUHAN DI TANJUNG BONANG, KABUPATENREMBANG Radhina Amalia, Warsito Atmodjo, Purwanto*)

KARAKTERISTIK GELOMBANG LAUT BERDASARKA N MUSIM ANGIN DI PERAIRAN PULAU BINTAN ABSTRACT

ANALISIS POLA ALIRAN DAN POLA SEDIMENTASI PADA WADUK SEI PAKU KECAMATAN KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR ABSTRACT

PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTI TEMPORAL DI DAERAH PESISIR SUNGAI BUNGIN MUARA SUNGAI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

STUDI PENANGGULANGAN SEDIMENTASI DI PELABUHAN DOMESTIK PT. TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA

SEBARAN KONSENTRASI SEDIMEN TERSUSPENSI DI PERAIRAN LARANGAN, KABUPATEN TEGAL MENGGUNAKAN MODEL MATEMATIK 2 DIMENSI SED2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TRANSPORT SEDIMEN YANG DISEBABKAN OLEH LONGSHORE CURRENT DI PANTAI KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI 2-DIMENSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI MESUJI PROVINSI LAMPUNG

Pola Sebaran Salinitas dengan Model Numerik Dua Dimensi di Muara Sungai Musi

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PANTAI SAYUNG DEMAK. Ihwan Nul Hakim, M. Fiqigozari, Sumbogo Pranoto *), Priyo Nugroho P. *)

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

LEMBAR PENGESAHAN. Disusun oleh : DHANANG SAMATHA PUTRA L2A DWI RETNO ANGGRAENI L2A Disetujui pada : Hari : Tanggal : November 2009

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

KAJIAN POLA ARUS DI PANTAI MARINA ANCOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENCANA REKLAMASI

Kondisi Hidrodinamika Dan Pengaruhnya Terhadap Sebaran Parameter Fisika-Kimia Perairan Laut Dari Muara Sungai Porong, Sidoarjo

Kondisi arus permukaan di perairan pantai: pengamatan dengan metode Lagrangian

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

KAJIAN SEBARAN UKURAN BUTIR SEDIMEN DI PERAIRAN GRESIK, JAWA TIMUR

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode Darbyshire dan Smb di Perairan Semarang

Jurnal Gradien Vol.4 No. 2 Juli 2008 :

KONDISI GELOMBANG DI WILAYAH PERAIRAN PANTAI LABUHAN HAJI The Wave Conditions in Labuhan Haji Beach Coastal Territory

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penerapan model arus pada saluran terbuka pada bagian hulu dan hilir

PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAKHARJO, SEMARANG

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman Online di :

BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

SIFAT FISIK OSEANOGRAFI PERAIRAN KEPULAUAN TAMBELAN DAN SEKITARNYA, PROPINSI KEPULAUAN RIAU

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di :

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

Transkripsi:

KAJIAN PEMODELAN ARUS DAN SEDIMEN DI SEKITAR JETTY MUARA SUNGAI Priyo Nugroho Parmantoro *) E-mail : priyo_nugroho_p@yahoo.com Abstract The use of models in the design of jetties at the river mouth is intended to achieve efficiency and predict the function of events forces the river and marine hydrodynamics in a variety of scenarios handling of sedimentation in the estuary. One of the aspects of impacts of current changes that are modeled around the estuary in both the condition before treatment and after a jetty. While other aspects that need to be considered is the hydraulics of the river in the upper-estuary, shoreline change and ocean wave characteristics around the mouth of the river jetty. To be able to know the current pattern of movement around the mouth of the river jetty used models of Surface Water Modeling System (SMS) As a research object is used Silandak Jetty. It has the data before the jetty was built so that could be compared with the condition in which the jetty has been built. Current survey results that occurred in these waters is caused by tidal forces and non tidal. Due to the influence of tides, currents tend to back and forth in a certain direction (from the sea into the estuary). While the non-tidal forces tend to be dominated by the longshore current (caused by the influence of the wave). The simulation result shows a flow that at low tide the sea water circulation in the waters in Silandak moving toward the west to the northwest while the tide moves in the opposite direction heading east with a range between 0,05 to 0,25 m/sec. Sediment modelling shows that flushing sediment has effectively result. Key words: Jetty, Current, Sediment Pendahuluan Sedimentasi di muara dapat mengakibatkan aliran sungai tidak lancar. Ketidaklancaran ini dapat mengakibatkan terjadinya banjir di daerah yang lebih hulu. Untuk itu diperlukan penanganan sedimentasi di muara dengan memperhatikan karakteristik hidrodinamika sungai dan hidrodinamika kelautan (Van Rijn, 1993). Dalam dunia rekayasa ketekniksipilan, untuk mencegah terjadinya sedimentasi di muara sedimentasi dari sungai maupun dari laut, diperlukan adanya suatu bangunan jetty. Jetty dibagi atas 3 kategori yakni jetty panjang, sedang dan pendek (CERC, 1984 dan Triatmodjo, 1999)). Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga diperoleh desain jetty yang optimum maka pemodelan yang memasukkan unsur-unsur hidrodinamika sungai dan laut sangat diperlukan. Salah satu aspek yang diperhatikan adalah perubahan pola arus laut di sekitar jetty yang menonjol ke arah laut dan di alur sungai tersebut. Dengan menggunakan model yang akan dikembangkan maka diharapkan akan mempermudah perencanaan dimensi jetty tersebut dengan mensimulasikan berbagai macam skenario. Dengan demikian, pendimensian jetty diharapkan handal juga terhadap kemampuan self flushing dengan menggunakan arus pasang surut (Herbich, 1999). Penelitian ini menggunakan data di perairan laut di sekitar Muara Kali Silandak karena sebelum terbangunnya jetty pada tahun 2008. Adapun data fisik dari jetty terbangun adalah sebagai berikut : 1. Lebar mulut jetty : 35 m 2. Elevasi puncak : +2,8 m 3. Panjang jetty sebelah barat : 65,48 m 4. Panjang jetty sebelah timur : 60,24 m 5. Konstruksi jetty dengan rubble mound batu pecah dan caisson Metodologi Penelitian dilaksanaan dalam 4 (empat) tahap yaitu: penentuan lokasi penelitian, pengambilan sampel, analisis data dan tahap simulasi model sesuai dengan bagan alir (Gambar 1). Survei primer yang dilakukan berupa pengamatan pasang surut selama 15 hari, pengamatan arus dan gelombang di laut, survei arus sungai, pengamatan angin, survei bathimetri dan survei sedimen di sungai dan di laut. Lokasi pengamatan gelombang, arus dan pasang surut ditentukan berdasarkan kondisi yang dapat mewakili kondisi secara keseluruhan daerah dan memperhatikan kemudahan pencapaian. Metode yang digunakan untuk penentuan lokasi sampling menggunakan metode purposive sampling method yaitu menentukan lokasi pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Stasiun gelombang dan arus terletak pada posisi koordinat 110 o 21 55,0 BT dan 6 o 55 27,1 LS dengan pertimbangan bahwa posisi stasiun pengukuran mewakili pergerakan arus dan gelombang di perairan sekitar muara Kali Silandak Semarang. ---------------------------------------------------------------- *) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 150

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Survei Arus Lokasi yang menjadi titik sampling berdasarkan koordinat dari GPS di mana lokasi stasiun arus dan gelombang direkam adalah : 6 51' 18,31 LS dan 112 19' 58, 98 BT. Kedalaman perairan pada lokasi ini adalah berkisar 15,8 meter dan jarak dari garis pantai adalah 700 1000 meter. Pengukuran pada stasiun arus dilaksanakan pada tanggal 10 14 Mei 2010. Pada tanggal tersebut di perairan laut Jawa di utara Semarang termasuk akan memasuki musim peralihan ke II. Keadaan cuaca saat dilakukan pengambilan data sedang hujan. Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan alat ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) Sontek Argonout XR, dimana data terekam secara otomatis setiap 10 menit selama 3 hari (@24 jam). Dengan alat ini, dilakukan pembagian menjadi beberapa layer cell untuk mengetahui profil kecepatan dan arah arus. Setiap cell mewakili kedalaman kolom air sekitar 1,0 meter, untuk stasiun 1 dengan kedalaman 6 meter maka terbagi menjadi 5 cell, dimana tiap cell mewakili kolom air sekitar 1,0 meter. Data kecepatan arus perata-ratan terhadap kedalaman merupakan arus rata-rata yang terjadi pada seluruh kolom air kedalaman perairan tersebut. Komponen kecepatan rata-rata terhadap kedalaman dalam koordinat horizontal x dan y didefinisikan sebagai berikut (Sorensen, 1978) : U 1 H V 1 H zb H dz dengan : H = kedalaman perairan z b = elevasi dasar perairan z b + H = elevasi muka air u = kecepatan horizontal arah x v = kecepatan horizontal arah y u zb zb H zb v dz 30 Data Arus Perairan Silandak Tanggal : 10-13 Mei 2010 400 25 350 Kecepatan Arus (cm/det) 20 15 10 300 250 200 150 100 Arah Arus ( o ) 5 50 0 0 Tanggal Perekaman Data Speed (cm/det) Direction (o) Tidal Elevation Gambar 2. Data Arus Perairan Laut di Sekitar Muara Sungai Silandak Semarang, Hasil perata-rataan terhadap kedalaman.(sumber : Parmantoro dkk,2010)

Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kecepatan arus bervariasi dengan kecepatan ratarata pada seluruh kolom air sekitar 12,06 cm/det, kecepatan arus minimum 0,67 cm/det, dan maksimum 26,38 cm/det. 2. Kondisi arus menunjukan adanya hubungan antara fluktuasi arah dan kecepatan arus dengan pola pasang surut yang terjadi, dengan melihat adanya pergerakan arah arus yang cenderung bolak-balik. Pada saat kondisi surut arah arus cenderung ke arah barat barat laut (270 o - 355 o ) dan pada saat pasang arah arus ke arah tenggara - selatan (135 o - 180 o ). Selain itu, dari Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa kecepatan arus pada saat surut relatif lebih besar daripada saat kondisi pasang. Hasil ini konsisten dengan arus pada pengukuran tahun 2007. 3. Kecepatan arus pada kolom air permukaan memiliki kecepatan arus yang lebih besar daripada kolom air tengah dan dasar. Semakin ke dasar laut kecepatan arus relatif semakin lebih kecil. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengaruh angin dan kekasaran dasar laut cukup berperan dalam pergerakan arus di lokasi tersebut. Pengaruh a- ngin terhadap kecepatan arus juga dapat dilihat dari data 13 14 Mei 2010 (Parmantoro, 2010), dimana kecepatan arus cenderung meningkat sejalan dengan kecepatan angin yang semakin kencang. Kedalaman Kolom Air Laut (Cell) Tabel 1. Data Kecepatan Arus di Stasiun ADCP Perairan Laut di Sekitar Muara Sungai Silandak, Semarang Kecepatan Max (cm/det) Kecepatan Min (cm/det) Kec. Rata-Rata (cm/det) Standar Deviasi Rata-Rata (Average cell) 26.38 0.67 12.06 5.10 Dasar (Cell 1) 14.3 0.52 5.14 2.64 Dasar (Cell 2) 13.9 0.54 3.90 2.39 Tengah (Cell 3) 58.7 0.65 28.76 12.23 Permukaan (Cell 4) 43.9 2.41 15.41 8.70 Permukaan (Cell 5) 23.3 2.12 6.28 3.75 Sumber : Parmantoro dkk, 2010 Gambar 3. Current rose kecepatan dan arah arus pada average cell (kedalaman rata-rata) di perairan laut di sekitar muara Kali Silandak Semarang (Parmantoro dkk, 2010) 4. Hasil pengolahan data arus dengan mengguna-kan perangkat current rose serta tabel distribusi arah arus tersaji pada Gambar 3 serta Tabel 2. Pada kedalaman rata-rata, arah arus dominan terjadi pada saat kondisi pasang menuju surut yang ditunjukkan dengan arsiran yang lebih gelap pada Tabel 2, dengan arah arus dominan menuju ke arah 244,5 o (barat daya dan barat) dan 270 o (barat). Frekuensi kejadian kecepatan arus secara keseluruhan yang menuju ke arah 247,5 o (barat daya dan barat) dan 270 o (barat) sebesar 14,22% dan 14,71%. Arah arus pada saat surut menuju pasang yang ditunjukkan arsiran yang lebih terang dan bercetak tebal pada Tabel 2, memiliki arah arus TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 152

dominan ke arah 140,0 o dan 200,5 o dengan frekuensi kejadi-an sebesar 12,87 % dan 11,954 %. No Directions / Current Classes(cm/s) Tabel 2. Prosentase sebaran current rose pada kedalaman rata-rata (average cell) 0.0-5.0 5.0-10.0 10.0-15.0 15.0-20.0 20.0-25.0 25.0-30.0 30.0-35.0 35.0-40.0 >= 40.0 Total (%) 1 348.75-11.25 0 0.46 1.15 0.69 0.23 0 0 0 0 2.53 2 11.25-33.75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 33.75-56.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 56.25-78.75 0 0 0.23 0 0 0 0 0 0 0.23 5 78.75-101.25 0 0.23 0.23 0 0 0 0 0 0 0.46 6 101.25-123.75 0.46 0.91954 0.46 0.92 0.23 0 0 0 0 2.99 7 123.75-146.25 0.23 1.15 1.61 1.15 0 0 0 0 0 4.14 8 146.25-168.75 0 3.91 5.29 2.99 0.69 0 0 0 0 12.87 9 168.75-191.25 0.69 3.91 4.37 1.84 1.15 0 0 0 0 11.95 10 191.25-213.75 0.46 1.61 2.76 1.61 1.15 0 0 0 0 7.59 11 213.75-236.25 0.23 0.46 0.46 2.30 0.69 0.23 0 0 0 4.37 12 236.25-258.75 2.07 1.15 1.38 1.15 0.46 0.23 0 0 0 6.44 13 258.75-281.25 1.61 3.91 4.37 3.45 0.69 0.23 0 0 0 14.25 14 281.25-303.75 1.15 3.22 5.52 4.14 0.69 0 0 0 0 14.71 15 303.75-326.25 1.38 3.91 3.91 2.53 0 0 0 0 0 11.72 16 326.25-348.75 0.92 1.38 2.76 0.69 0 0 0 0 0 5.75 Sub-Total 9.19 26.21 34.48 23.45 5.98 0.69 0 0 0 100 Sumber : Parmantoro dkk, 2010 Secara umum kecepatan arus pada saat pengukuran rata-rata mencapai 12,06 cm/det dengan kecepatan maksimal 26,38 cm/det dan kecepatan minimal adalah 0,6 cm/det. Arah arus didominasi dari utara-timur laut ke arah tenggara-selatan. Arus yang terjadi di perairan ini disebabkan oleh gaya pasang surut dan non pasang surut. Sedangkan gaya non pasut ditun-jukkan oleh pola vektor arus stick diagram, dimana gaya non pasut ini cenderung didominasi oleh adanya longshore current (yang disebabkan oleh pengaruh gelombang). Untuk dapat melakukan pemodelan arus, maka data model diverifikasi dengan data yang didapat dari pengukuran lapangan. Hasil verifikasi pada pemodelan arus ditunjukkan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Pola Arus Hasil Pemodelan Modeling sirkulasi air laut (arus) di perairan pantai dan muara Sungai Silandak dilakukan berdasarkan kondisi pasang surut yang terjadi di lokasi tersebut. Modeling sirkulasi massa air tesebut menggunakan modul ADCIRC, STWAVE, dan SED2D dari Model SMS 8.1 (Seasurfacewater Modeling System). Tujuan dari pemodelan ini adalah untuk mengetahui pola pergerakan arus yang terjadi sebelum dilakukan pembangunan bangunan pantai/muara (jetty) maupun sesudahnya. Hal ini untuk melihat sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan akibat pembangunan jetty tersebut. Selain itu dapat digunakan sebagai masukan perencanaan efektifitas pembangunan jetty tersebut guna meminimalisasi adanya sedimentasi (pendangkalan) di muara sungai. TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 153

30 Grafik Verifikasi Arus Komponen Vx perairan Silandak Kecepatan Arus (cm/det) 20 10 0-10 -20-30 Tanggal Pengukuran Data Survey Data Model Gambar 4. Hasil verifikasi komponen arus Vx perairan Silandak antara data model dengan data survey (Sumber : Parmantoro dkk, 2010) Kecepatan Arus (cm/det) 40 30 20 10 0-10 -20-30 -40 Grafik Verifikasi Arus Komponen Vy perairan Silandak Tanggal Pengukuran Data Survey Data Model Gambar 5. Hasil verifikasi komponen arus Vy perairan silandak antara data model dengan data survey (Sumber : Parmantoro dkk, 2010) 1. Sebelum Ada Pembangunan jetty Dari hasil model arus yang seperti ditunjukkan pada Gambar 6, terlihat bahwa pada kondisi surut, air di sekitar muara bergerak menuju laut dari Sungai Silandak, sedangkan pada saat pasang air laut memasuki Sungai Silandak. Hal ini sesuai dengan karakteristik di sungai atau muara tersebut, dimana pada saat dilakukan pengukuran lapangan, kondisi yang terjadi adalah saat musim penghujan (musim barat), oleh karena itu pergerakan sirkulasi air di sekitar muara dan badan sungai Silandak hanya dipengaruhi oleh keluar masuknya massa air akibat pengaruh pasang surut. Dimana pada saat pasang air bergerak masuk melalui sungai Silandak dan pada saat surut bergerak keluar melalui muara sungai Silandak dengan kisaran antara 0,1 0,3 m/dt. Pada saat surut sirkulasi air laut di perairan laut di sekitar Muara Sungai Silandak bergerak menuju ke arah barat sampai barat laut sedangkan saat pasang bergerak ke arah sebaliknya menuju timur dengan kisaran antara 0,05 0,25 m/dt. Berdasarkan analisis arus dengan kecepatan seperti ini dapat mengakibatkan terangkutnya material sedimen dengan fraksi butir kecil, dengan D 50 kurang dari 0,0625 mm. TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 154

Berpotensi mengakibatkan pendangkalan (sedimentasi) akibat pola arus yang terjadi disekitar muara sungai dipengaruhi langsung oleh transport massa air dan transport sedimen dari sekitarnya Gambar 6. Model Arus di Pantai/Muara Silandak Sebelum ada jetty Saat Kondisi Pasang 2. Setelah Ada Pembangunan Jetty Dari hasil model arus setelah dilakukan pembangunan jetty di sekitar muara sungai Silandak yang seperti ditunjukkan pada Gambar 7, terlihat bahwa adanya pembangunan jetty sedikit mempengaruhi pola arus yang ada di sekitar muara sungai, dimana aliran massa air akan mengikuti bentuk jetty yang akan dibangun. Kecepatan arus di mulut jetty hasil ekstrak data model mencapai kisaran 0.026 0,32 cm/det. Arus dengan kecepatan seperti ini dapat mengakibatkan terangkutnya material sedimen dengan frakasi butir kecil, dengan D 50 kurang dari 0,0625 mm. Dari sisi efektifitas, terlihat bahwa pola arus yang terjadi baik yang masuk maupun yang keluar muara sungai dengan adanya jetty akan mempunyai ruang transpor massa yang lebih baik untuk menghindari adanya penumpukan sedimen di sekitar muara sungai akibat pengaruh transport sedimen sejajar pantai, karena arus yang membawa material sedimen akan tertahan dan dibelokkan mengikuti bentuk desain jetty yang saat ini telah dibangun. Analisis lebih mendalam menunjukkan pada model sirkulasi massa air sebelum dilakukan pembangunan jetty, terlihat bahwa pola arus di sekitar muara sungai terpengaruh langsung oleh transport massa di sekitar muara sungai, hal ini akan berpotensi untuk menimbulkan pengangkutan sedimen yang akan mengakibatkan pendangkalan muara sungai. Artinya akan terdapat mekanisme percepatan sedimentasi di sisi luar jetty Muara Sungai Silandak. TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 155

Groin eksisting yang berfungsi membantu menjaga stabilitas pantai akibat transport sedimen sejajar pantai Daerah yang berpotensi terjadinya sedimentasi dan erosi Mekanisme dan laju pendangkalan (sedimentasi) di muara Sungai Silandak akan dapat ditekan oleh akibat pembuatan jetty. Namun sedimentasi dan juga kemungkinan erosi nantinya akan terjadi di sekitar kiri dan kanan di pantai tersebut Gambar 7. Model Arus di Pantai/Muara Silandak Setelah ada jetty saat kondisi surut Analisis Pemodelan Sedimen dan TSS Tujuan dilakukan pemodelan pengangkutan sedimen (sediment transport) adalah untuk mengetahui pola sebaran sedimen terlarut di sekitar perairan laut muara Sungai Silandak. Pengangukutan sedimen ini diakibatkan oleh aliran sungai Silandak dari darat ataupun dari sedimen onshore - offshore. Untuk desain pemodelan digunakan pada pembuatan jetty yang telah ada saat ini. Sebagai initial condition untuk sumber suspended sediment adalah sedimen dengan konsentrasi terlarut dalam air laut bernilai 35 mg/l hasil dari survei di lapangan dan data analisis laboratorium. Sebaran suspended sediment yang terjadi berhubungan erat dengan pola arus, gelombang serta kondisi angin di daerah studi tersebut. Untuk dapat melkukan analisa model pengangkutan sedimen, pada desain model telah dimasukkan data arus serta angin yang mendominasi, sehingga ouput dari proses dapat dijustifikasi dengan baik. Pola hasil sebaran suspended sediment hasil simulasi SED-2D baik saat pasang maupun surut telah disajikan pada Gambar 8 9 di bawah ini. Analisis terhadap sumber sedimen didapatkan bahwa sedimen utama berasal dari daerah hulu dari DAS Silandak. Sedimen yang masuk di muara Kali Silandak meliputi suplai sedimen dari DAS Silandak itu sendiri berupa erosi lahan/tebing (utamanya saat terjadi hujan lebat), angkutan sedimen sepanjang pantai (longshore transport) dan tegak lurus pantai (onshore transport) yang masuk ke ruas yang ditinjau. Sedangkan sedimen yang keluar adalah angkutan se- dimen sepanjang pantai dan tegak lurus pantai (offshore transport) dan sejajar pantai (longshore transport) yang keluar dari ruas pantai yang ditinjau. Untuk mengecek apakah stabilitas muara dengan lebar alur jetty mampu menggelontor sedimen atau tidak, maka dibandingkan dengan perhitungan stabilitas muara menurut Per Bruun. Stabilitas tersebut merupakan refleksi dari harga volume prisma pasut dibagi volume angkutan sedimen sejajar pantai (Ω/M), yakni sebesar (lihat Gambar 10) : Ω, =, = 89,00 Menurut stabilitas inlet Per Bruun (dalam Ippen, 1996), menunjukkan bahwa gundukan pasir membesar, tetapi alur muara masih dapat menerobos gundukan pasir tersebut (50 < Ω /Mtotal < 100), atau dengan kata lain mekanisme self flushing arus terjadi dengan baik di muara Sungai Silandak. Hal ini bisa dilihat pula hasil overlay bathimetri antara tahun 2007 (saat proyek perencanaan dilakukan) dan hasil pengukuran bathimetri 2010. TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 156

Gambar 8. Hasil simulasi sebaran suspended sediment di muara sungai silandak saat dilakukan survey dengan kondisi pasut saat pasang Gambar 9. Hasil simulasi sebaran bottom shear stress di muara sungai silandak saat dilakukan survey dengan kondisi pasut saat pasang Volume Prisma Pasut (m3) Muara Sungai silandak Volume Prisma Pasang surut (m3) 1000.0 900.0 800.0 700.0 600.0 500.0 400.0325.8 300.0 200.0 100.0 868.8 380.1 488.7 217.2 271.5 271.5 217.2 162.9 162.9 380.1 651.6 108.6 0.0 Interval waktu pengukuran terhadap pasut Gambar 10. Volume perhitungan prisma pasang surut Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemodelan menunjang pengambilan keputusan dari rekayasa yang akan diputuskan di suatu muara sungai. Sebagai contoh kasus di sini adalah sungai Silandak dimana jettynya termasuk kategori jetty pendek. Secara teori, dengan kondisi Pantai utara Jawa mempunyai longshore transport yang dominan maka mulut jetty akan mudah mengalami pendangkalan. Dengan pemodelan menunjukkan bahwa kemampuan flushing sediment dari Sungai Silandak adalah besar sebagai akibat DAS Silandak tidak terjaga vegetasinya, menyebabkan Sungai Silandak mudah membawa TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 157

debit besar. Ini bermanfaat untuk menjaga kedalaman alur sungai di ruas jetty. Setelah 2 tahun jetty pada mulut sungai Silandak mampu mengurangi pendangkalan. Gambar 11. Overlay pada mulut sungai Kali Silandak antara data tahun 2007 dan hasil pengukuran bathimetri 2010 Daftar Pustaka 1. CERC, 1984. Shore Protection manual Book 1, US Army Coastal Engineering Research Center, Washington. 2. CERC, 1984. Shore Protection manual Book 2, US Army Coastal Engineering Research Center, Washington. 3. Herbich, J.B, 1999, Handbook of Coastal Engineering, McGraw-Hill Hand Book, Inc. New York. 4. Ippen, A.T.,1996, Estuary and Coasline Hydrodynamics. McGraw-Hill Book Company, Inc. 5. Parmantoro, Priyo Nugroho & Wulandari, Dyah, 2010 Pemodelan Hidrodinamika Jetty Muara Sungai, Laporan Penelitian UPPT FT UNDIP 6. Triatmodjo, Bambang, 1999, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta 7. Sorensen, R. M., 1978, Basic Coastal Engineering, John Wiley and Sons, New York 8. Van Rijn, L.C., 1993, Principles of Sediment Transport in Rivers, Estuaries, Coastal Seas and Oceans, IHE Lecture Notes, Netherland Kesimpulan dan Saran 1. Hasil pengukuran di perairan laut di sekitar Muara Sungai Silandak menunjukkan bahwa kecepatan arus bervariasi dengan kecepatan rata-rata pada seluruh kolom air sekitar 12,06 cm/det, kecepatan arus minimum 0,67 cm/det, dan maksimum 26,38 cm/det. Pada saat kondisi surut arah arus cenderung ke arah barat barat laut (315 o - 355 o ) dan pada saat pasang arah arus ke arah tenggara - selatan (135 o - 180 o ). Arah gelombang dominan datang dari arah utara dan barat laut. Interaksi antara arus dan gelombang menyebabkan angkutan sedimen bergerak dari barat menuju timur, sesuai dengan bentuk garis pantainya. 2. Pemodelan Hidrodinamika Jetty Muara Sungai dapat ditnjau dari hidrodinamika sungai dan hidrodinamika kelautan. 3. Pemodelan arus dan gelombang dengan menggunakan SMS 8.1. secara ideal memerlukan tinjauan makro dan mikro agar mendapatkan simulasi yang baik. Untuk gelombang, tinjauan makro sebaiknya dimulai dari laut dalam (d/l 1/2), yang kemudian tren yang ada dibawa ketinjauan mikro (dimana lokasi studi yang ditinjau). 4. Hasil pemodelan sedimen menunjuukan bahwa kosentrasi sedimen di perairan laut di sekitar muara sungai masih memiliki kosentrasi yang mendekati sama dengan kosentrasi di pangkal jetty. Hal ini menunjukkan bahwa flushing sediment terjadi sempurna. TEKNIK Vol. 34 No.3 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 158