Laporan Penelitian. PEMETAAN POTENSI DAN PEMBUATAN GRAND DESIGN POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (Potensi PKB dan BBN-KB)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak lain

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan. kepada daerah untuk mengatur dan mengelola dirinya sendiri.

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

BAB I PENDAHULUAN. seluas-luasnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

Kata Kunci: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional didasarkan

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya pada

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dilihat dari kenaikan produk daerah bruto, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Salah satu sumber

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan daerah. Disadari atau tidak pada hakekatnya pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

I. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berusaha untuk menggali sendiri sumber-sumber penerimaan daerahnya.

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Provinsi, salah satunya adalah Pajak Kendaraan Bermotor (Mardiasmo,

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekstern tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan stabilitas politik dan kesatuan bangsa, maka pemberian otonomi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPPA SKPD )

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPPA SKPD )

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

Transkripsi:

Laporan Penelitian PEMETAAN POTENSI DAN PEMBUATAN GRAND DESIGN POTENSI PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (Potensi PKB dan BBN-KB) Oleh : Syahrituah Siregar Abdul Hadi Kerja Sama Antara: DINAS PENDAPATAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN Dan MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak era reformasi tahun 1998 paradigma pembangunan di Indonesia telah bergeser dari model pembangunan yang sentralistik menjadi desentralistik. Pembagian kewenangan menjadi bagian dari arah kebijakan untuk membangun daerah yang dikenal dengan istilah kebijakan otonomi daerah. Konsekuensi pelimpahan kewenangan yang besar kepada daerah ialah berkurangnya transfer keuangan dari pusat kepada daerah dalam membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan, dan pada sisi lain daerah harus mampu menggali dan mengelola potensi sumber-sumber ekonomi daerahnya, baik potensi Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), maupun potensi sumber daya keuangannya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) sesuai dengan UU No. 33 tahun 2004 Pasal 5 merupakan salah satu sumber Penerimaan Daerah selain Dana Perimbangan. PAD terdiri dari empat komponen besar yaitu: Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Dari keempat komponen tersebut, pajak daerah merupakan sumber utama penerimaan daerah. Beberapa studi menunjukkan bahwa penggalian potensi daerah dengan memperluas jenis pajak tidak merangsang minat, bahkan menimbulkan keengganan bagi investor untuk menanamkan modal di daerah tersebut dan bahkan keinginan untuk merelokasi usahanya ke daerah lain. Peningkatan pengkoleksian pajak membutuhkan sumber daya yang memadai, strategi pengkoleksian dan pembenahan administrasi seperti perbaikan database. Untuk meningkatkan penerimaan, pemerintah daerah perlu mengetahui potensi pajak daerah. Potensi pajak tidak selalu tercermin dalam realisasi penerimaan pajak. Potensi dan realisasi penerimaan pajak dihubungkan oleh sistem dan prosedur pendapatan daerah. Sebaik apapun sistem dan prosedur pendapatan daerah, apabila potensi pajak tidak dihitung secara sahih maka 2

realisasi penerimaan tidak optimal. Pemetaan potensi yang baik tidak selalu menghasilkan realisasi penerimaan yang optimal karena optimalisasi penerimaan pajak membutuhkan sistem dan prosedur pemungutan pendapatan yang memadai. Perhitungan potensi pajak serta perbaikan sistem dan prosedur pemungutan pendapatan esensial untuk dilakukan. Salah satu masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan adalah keberadaan data objek dan subjek pajak yang belum lengkap dan belum akurat serta penerimaan yang belum optimal. Untuk itu perlu dilakukan kajian untuk membuat grand design potensi pajak agar dapat diketahui potensi penerimaan yang dapat digali, dikembangkan, dan dikelola secara profesional. 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN Maksud dari pekerjaan ini adalah membuat grand design potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Kalimantan Selatan yang berasal dari pajak daerah. Maksud tersebut dapat dicapai melalui pengkajian secara ilmiah atas potensi pajak yang bertujuan : 1. Mengestimasi potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Kalimantan Selatan yang berasal dari pajak daerah; 2. Mengidentifikasi berbagai faktor penghambat untuk merealisasikan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari pajak daerah. 1.3. RUANG LINGKUP KEGIATAN Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Pajak Daerah terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah. Namun mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang tersedia, kegiatan ini hanya difokuskan kepada Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 3

1.4. METODE PENELITIAN Perhitungan potensi PAD dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara untuk melakukan assessment terhadap pembayar pajak potensial. Data sekunder diperoleh dari hasil publikasi Badan Pusat Statistik seperti; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah penduduk, jumlah kendaraan digunakan untuk mengestimasi potensi pajak dengan metode time trend, weighted moving everage, dan model ordinary least square (OLS) dengan penyesuaian parsial. 1.4.1. Time Trend Metode ini menderet data secara tahunan kemudian memproyeksikan kecenderungannya di masa yang akan datang. Formula garis trend adalah sebagai berikut: dengan dimana dan adalah garis trend yang ditaksir dan T adalah waktu. 1.4.2. Weighted Moving Average Metode ini mengamati pola penerimaan suatu pajak dengan formula sebagai berikut: 1.4.3. Ordinary Lease Square Metode Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan cara meminimalkan jumlah kuadrat error term dari setiap observasi terhadap garis tersebut. Menurut Teorema Gauss-Markov, metode ini mempunyai ciri-ciri penaksir yang tidak bias, linear, dan terbaik karena mempunyai varian yang minimum (best linear unbiased estimator/blue) [Gujarati, 2003: 158]. Model umum persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: 4

dimana: Y = variabel dependen = variabel penjelas = intersep = gradien = error term 5

BAB IV PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan dan analisa yang telah diuraikan pada babbab sebelumnya maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Kendaraan bermotor yang melaksanakan pembayaran PKB dan BBNKB sampai dengan bulan Desember 2009 adalah 880.389 unit dengan perincian: PKB 748.777 unit yang terdiri dari 101.143 (13,51 persen) unit kendaraan roda empat dan 647.634 (86,49 persen) unit roda dua; melakukan BBN-KB sebesar 131.612 unit yang terdiri dari 6.515 unit kendaraan roda empat dan 125.097 unit kendaraan roda dua. Hal ini menunjukkan bahwa kendaraan roda dua relatif dominan sebagai alat transportasi utama bagi masyarakat Kal-Sel. 2. Jenis kendaraan bermotor yang memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan pajak PKB dan BBNKB adalah sepeda motor sebesar 86,79 persen, kendaraan roda empat jenis micro bus (bukan umum) sebesar 4,92 persen, dan kendaraan roda empat jenis pick up (bukan umum) sebesar 2,51 persen. 3. Target dan realisasi PKB dalam lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan sedangkan target dan BBNKB berfluktuatif. PKB meningkat ratarata sebesar 17,31% sedangkan BBNKB meningkat sebesar 10,67 %. 4. Realisasi penerimaan PKB dan BBNKB antar UPPD terbesar terdapat di Banjarmasin, diikuti oleh Martapura dan Banjarbaru. Pertumbuhan jumlah penerimaan PKB di masing-masing UPTD adalah sebesar 19,08% sedangkan BBN-KB sebesar 13,01%. 5. Berdasarkan analisis perkembangan kendaraan bermotor roda dua, roda tiga, dan roda empat maka diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat hingga periode 2015. Hal ini menunjukkan potensi penerimaan pajak daerah dari sumber ini akan terus tumbuh dimasa yang akan datang. 6. Berdasarkan pada hasil perhitungan potensi penerimaan PKB dan BBN-KB maka masih terdapat gap yang besar dengan angka target yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu direkomendasikan agar pemerintah dapat meningkatkan tingkat target yang ditetapkan dimasa yang akan datang. 6

7. Terdapat banyak titik potensial yang belum optimal digali seperti aktifitas balik nama kendaraan dan tunggakan pajak. Hal ini dikarenakan selain fasilitas pelayanan yang masih kurang juga karena masih lemahnya penegakan aturan akibat dukungan sistem informasi dan koordinasi antar instansi yang masih rendah. Karena itu diperlukan sistem informasi terpadu yang online antar semua lini. 7