JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2. Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014

Oleh Era Oktarina Sianturi Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

KEMAMPUAN MENYUSUN KARANGAN ARGUMENTASI OLEH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH RAHMAT BULOYO NIM

DESAIN STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

MENGEMBANGKAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PRINSIP PENERAPAN ACTIVE LEARNING UNTUK SD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dapat dilakukan secara formal,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

OLEH DESRIYANTI A1C309009

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

EFEKTIVITAS MODUL ANALISIS KOMPLEKS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam pengajaran bahasa

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN DI KELAS I SD NEGERI 53 BANDA ACEH. Israwani SD Negeri 53 Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting yang sangat strategis karena memberikan bekal kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk yang bersifat individu juga sebagai makhluk

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Program Sarjana S -1 Studi PG Pendidikan Anak Usia Dini

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan ini bertujuan. pendidikan nasional Bab I, Pasal I, Butir 14 bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bimafika, 2016, 8, 10 15

Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV MELALUI MODEL DIRECT WRITING ACTIVITIES DI SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran Picture and Picture adalah model pembelajaran yang

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

Memilih dan mengembangkan Materi Pembelajaran 90

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

JUDUL : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ISU STRATEGI MIND MAPPING

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses

Suci Lawati Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

KEMAMPUAN MENYUSUN KARYA ILMIAH MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA. Oleh Selvianingsih Salilama Fatmah AR Umar Supriyadi

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gugum Gumbira, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta (Ernawati)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA SASTRA DAN BUDAYA JAWA MELALUI PAIR CHECK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS PROSEDUR KOMPLEKS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis perbedaan nilai pretest dan posttest

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN (MACROMEDIA FLASH) DENGAN PENDEKATAN KONTRUKTIVIS DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA PADA KONSEP GAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang- Undang tentang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

Transkripsi:

PEDOMAN PEMILIHAN DAN PENYAJIAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Khalimi Romansyah (Universitas Swadaya Gunung Jati) Abstrak Bahan pembelajaran perlu dipilih dan disajikan secara tepat agar tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal. Ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menyajikan bahan ajar. Beberapa kriteria itu adalah prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar, tahap-tahap pemilihan bahan ajar, dan kriteria penyajian bahan ajar Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar meliputi prinsip relevansi, prinsip kecukupan, dan prinsip konsistensi. Adapun tahap-tahap pemilihan bahan ajar meliputi penentuan aspek-aspek perilaku yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta penentuan atau pemilihan jenis bahan ajar yang sesuai dengan aspek-aspek perilaku yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sementara itu kriteria penyajian bahan ajar meliputi pencantuman tujuan pembelajaran, penahapan pembelajaran ( pengurutan bahan ajar ), penarikan minat dan perhatian peserta didik, pelibatan keaktifan peserta didik, hubungan antar bahan ajar, soal, dan norma penyajian bahan ajar. Berkaitan dengan pemilihan dan penyajian bahan ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, selain perlu mempertimbangkan kriteria-kriteria di atas, juga harus mempertimbangkan kriteria lain, yaitu : kriteria keilmuan bahasa dan sastra Indonesia, kriteria ilmu pendidikan dan keguruan, serta kriteria keterbacaan bahan ajar. Kata Kunci : Pedoman, pemilihan, penyajian, bahan ajar, bahasa dan sastra Indonesia 59

1. Pendahuluan Proses belajar mengajar yang berbasis kompetensi harus didasarkan pada pokok-pokok pikiran bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran perlu dirumuskan dengan jelas. Perumusan tujuan tersebut dituangkan dalam bentuk standar kompetensi yang harus dicapai peserta didik. Standar kompetensi meliputi standar isi dan standar pencapaian. Standar isi menyangkut jenis, cakupan, dan kedalaman bahan ajar yang harus dikuasai peserta didik, sedangkan standar pencapaian menyangkut tingkat penguasaan bahan ajar yang harus dicapai peserta didik. Tingkat pencapaian ini akan menentukan syarat minimal berapa persen peserta didik harus menguasai bahan pembelajaran. Oleh karena itu, masalah bahan ajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar harus dipilih secara tepat supaya peserta didik dapat mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan optimal. Masalah-masalah yang berkaitan dengan penentuan atau pemilihan bahan ajar, seperti : jenis, cakupan, perlakuan, urutan, dan sumber bahan ajar, harus diperhatikan. Jenis bahan ajar harus dipilih secara tepat karena setiap jenis bahan ajar memerlukan strategi, media dan cara penilaian yang berbeda. Cakupan dan kedalaman bahan ajar harus diperhatikan agar tidak lebih dan tidak kurang. Urutan bahan ajar harus sistematis agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Untuk lebih jelasnya di bawah ini penulis akan menguraikan beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih dan menyajikan bahan ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. 2. Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar Ada beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan atau diperhatikan dalam memilih bahan ajar. Prinsipprinsip tersebut mencakup : prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan ( Aunurrahman, 2009 ). Prinsip relevansi ialah prinsip keterkaitan. Bahan pembelajaran harus relevan atau ada kaitannya dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Contohnya : jika kompetensi yang harus dikuasai peserta didik berupa hafalan fakta, maka bahan ajar yang diajarkan harus berupa hafalan fakta. Prinsip konsistensi ialah prinsip keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berjumlah empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus berjumlah empat macam. Contohnya jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik adalah keterampilan menulis empat macam karangan, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi keterampilan menulis empat macam karangan. 60

Prinsip ketiga ialah prinsip kecukupan, artinya bahan yang diajarkanharus cukup atau memadai untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran (menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar ).Bahan ajar tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak karena jika terlalu sedikit akan mengakibatkan peserta didik sulit untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan jika terlalu banyak hanya akan mengakibatkan ketidakefisienan waktu dan tenaga. 3. Tahap-Tahap Pemilihan Bahan Ajar Pemilihan bahan ajar harus mempertimbangkan atau memperhatikan kriteria-kriteria pemilihan bahan ajar. Hal ini dikarenakan bahan ajar yang dipilih untuk diajarkan oleh guru pada satu pihak dan harus dipelajari peserta didik di lain pihak harus berupa bahan ajar yang betul-betul mendorong tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar. Oleh sebab itu, pemilihan bahan ajar harus mengacu pada kedua tujuan tersebut. Kriteria pemilihan bahan ajar mencakup penentuan aspek-aspek perilaku yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta penentuan atau pemilihan jenis bahan ajar sesuai dengan aspek-aspek perilaku yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar ( Depdiknas, 2006 ). Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan diuraikan tentang tahap-tahap pemilihan bahan ajar. 61 A. Penentuan Aspek-Aspek Perilaku yang Terdapat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Pemilihan bahan ajar harus didahului dengan penentuan aspekaspek perilaku yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Aspek-aspek perilaku tersebut perlu ditentukan karena setiap aspek perilaku yang terdapat dalam dua tujuan tersebut membutuhkan jenis bahan ajar yang berbeda. Hal ini akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Aspek-aspek perilaku yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat berupa aspek kognitif, psikomotorik, atau aspek afektif. Bahan pembelajaran aspek kognitif meliputi empat jenis, yaitu : fakta, prinsip, konsep, dan prosedur ( Reigeluth, 1987 ). B. Penentuan atau Pemilihan Bahan Ajar Sesuai dengan Aspek-Aspek Perilaku yang Terdapat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Beranjak dari aspek-aspek perilaku yang terdapat pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan, selanjutnya dilakukan penentuan atau pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan aspek-aspek perilaku yang terdapat pada kedua tujuan pembelajaran tersebut. Bahan pembelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik perlu diklasifikasikan, apakah termasuk ke dalam aspek kognitif, aspek psikomotorik, atau aspef afektif. Jika temasuk aspek kognitif, apakah berupa

fakta, konsep, prinsip, atau prosedur. Dengan demikian seorang pendidik mendapatkan kemudahan dalam pengajarannya. Untuk memperjelas uraian di atas, di bawah ini akan penulis uraikan tentang jenis-jenis bahan ajar beserta contoh-contohnya. 1. Bahan pembelajaran jenis fakta antara lain dapat berupa nama benda, nama orang, nama tempat, lambang dan sebagainya. 2. Bahan pembelajaran jenis konsep antara lain dapat berupa hakekat, definisi, rangkuman isi,dan sebagainya. 3. Bahan pembelajaran jenis prinsip antara lain dapat berupa rumus, paradigma, dalil dan sebagainya. 4. Bahan pembelajaran jenis prosedur antara lain dapat berupa langkahlangkah kegiatan yang sistematis, seperti langkah-langkah menulis karangan eksposisi yang baik, langkah-langkah menulis cerpen,dan sebagainya. 5. Bahan pembelajaran aspek motorik antara lain dapat berupa jenis keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik, seperti : keterampilan berpidato, keterampilan menulis, keterampilan membaca puisi, dan lain sebagainya. 6. Bahan pembelajaran aspek afektif antara lain dapat berupa pemberian penilaian, penghargaan, pemberian respon, dan lain sebagainya 4. Penyajian Bahan Ajar Penyajian bahan ajar ialah cara mengemas atau menyajikan bahan ajar yang akan diajarkan atau 62 disampaikankepada peserta didik. Adapun kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam menyajikan bahan ajar, yaitu: pencantuman tujuan pembelajaran, pengurutan bahan ajar ( penahapan pembelajaran ), penarikan minat dan perhatian peserta didik, pelibatan keaktifan peserta didik, hubungan antar bahan ajar, norma, dan tes atau soal (Depdiknas, 2005 ). Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dikemukakan uraian tentang kriteria-kriteria penyajian bahan ajar di atas. a. Pencantuman tujuan pembelajaran artinya bahan ajar harus dikaitkan atau harus bersandar pada tujuan pembelajaran. b. Penahapan pembelajaran atau pengurutan bahan ajar artinya bahan ajar harus disusun sesuai dengan tahapan-tahapan kerumitannya atau tingkatan kesulitannya. Misalnya dari bahan ajar yang mudah ke bahan ajar yang sulit, dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang nyata ke yang abstrak, dan seterusnya. c. Penarikan minat dan perhatian peserta didik artinya penyajian bahan ajar harus bisa memberi rangsangan atau menggugah emosi peserta didik,berisi informasi-informasi terbaru ( mutakhir ), melibatkan pengalaman peserta didik, dan mengandung kesan lucu ( Sanjaya, 2013 ). Dengan demikian bahan ajar diharapkan dapat menarik minat dan kepentingan peserta didik. Salah satu contohnya adalah bahan ajar yang membahas tentang sesuatu yang berhubungan dengan mata pencaharian atau kepentingan

masyarakat di lingkungan peserta didik. d. Pelibatan keaktifan peserta didik artinya penyajian bahan ajar harus mampu menggali potensi daya kreatif peserta didik. Hal ini akan terjadi bila aktivitas peserta didik dalam pembelajaran sangat tinggi. Oleh sebab itu penyajian bahan ajar harus mengarah pada proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Adapun posisi pendidik hanya sebagai motivator dan fasilitator. e. Hubungan antar bahan ajar artinya bahan ajar yang kajiannya berkaitan harus dihubungkan satu dengan yang lainnya, agar saling memperkuat. Misalnya bahan ajar tentang karangan narasi, karangan eksposisi, karangan argumentasi, dan karangan deskripsi. Keempat bahan ajar tersebut perlu dihubungkan atau dikaitkan karna diharapkan bisa saling melengkapi. f. Norma artinya pemilihan dan penyajian bahan ajar harus mematuhi norma atau aturan yang telah disepakati dan menjadi ukuran penilaian baik atau buruk. Misalnya masalah penulisan daftar pustaka, penulisan identitas pengarang, isi bahan ajar, penggunaan bahasa, dan sebagainya. g. Tes atau soal artinya suatu bentuk tes yang memuat indikator indikator yang harus dikuasai peserta didik. Indikator-indikator tersebut akan dijadikan salah satu pertimbangan dalam pemilihan dan penyajian bahan ajar. 63 5. Pedoman Pemilihan dan Penyajian Bahan Ajar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Berkenaan dengan pemilihan dan penyajian bahan ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, di samping harus memperhatikan kriteriakriteria pemilihan dan penyajian bahan ajar yang telah dikemukakan di atas, juga harus memperhatikan beberapa kriteria, yaitu : kriteria keilmuan bahasa dan sastra Indonesia, kriteria ilmu pendidikan dan keguruan, serta kriteria tingkat keterbacaan bahan ajar ( Depdiknas, 2005). A. Kriteria Keilmuan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pemilihan dan penyajian bahan ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus memenuhi kriteria keilmuan bahasa dan sastra Indonesia. Hal ini dikarenakan semua bahan ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus bersumber dari disiplin ilmu bahasa dan sastra Indonesia, artinya semua penafsiran bahan ajar dalam kurikulum harus berdasarkan struktur keilmuan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat di bawah ini. Pemilihan dan penyajian bahan ajar harus memperhatikan kriteriakriteria berikut ini. a. Pemilihan bahan ajar harus sesuai kurikulum; b. Bahan ajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan; c. Bahan ajar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya berdasarkan ilmu bahasa dan sastra Indonesia; d. Bahan ajar harus relevan dengan perkembangan ilmu dan teknologi;

e. Bahan ajar harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. (Depdiknas, 2005 ) Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus mengarah pada terciptanya kegiatan berbahasa, yaitu kegiatan menggunakan bahasa. Oleh karena itu berbagai unsur bahasa, seperti kosa kata, bentuk dan makna kata, bentuk dan makna kalimat, ejaan dan lain-lainnya tidak diajarkan secara terpisah atau sendiri-sendiri, namun diajarkan dalam kegiatan berbahasa, yaitu kegiatan mendengarkan, kegiatan membaca, kegiatan berbicara, dan kegiatan menulis. Keempat kegiatan berbahasa di atas, digunakan untuk kegiatan berkomunikasi, yaitu kegiatan seseorang dalam berhubungan dengan sesamanya. Oleh karena itu bahasa harus dijadikan sebagai sarana bertukar pikiran, mengemukakan perasaan, pendapat, imajinasi, dan sebagainya, sehingga tercipta komunikasi dua arah. Kegiatan berbahasa terdiri atas dua macam kegiatan, yaitu kegiatan jasmani dan kegiatan rohani. Kegiatan berbahasa yang berupa kegiatan jasmani adalah kegiatan berbahasa yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan menggunakan tangan, kaki, panca indra, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan berbahasa yang berupa kegiatan rohani adalah kegiatan berbahasa yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan merasa, berpikir, berimajinasi, dan sebagainya. Dengan demikian pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan keberfungsian bahasa itu sendiri. 64 B. Kriteria Ilmu Pendidikan dan Keguruan Kriteria kedua adalah kriteria ilmu pendidikan dan keguruan. Pemilihan bahan ajar, baik isi, cakupan, dan urutannya dalam pembelajaran harus berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pendidikan dan keguruan, seperti bahan ajar harus disesuaikan dengan perkembangan diri peserta didik, demikian juga penyajiannya harus menggunakan metode dan teknik yang sesuai dengan karakter bahan ajar dan kondisi peserta didik. Sehubungan dengan masalah perkembangan kognitif peserta didik tingkat sekolah dasar yang memiliki usia antara 6 sampai dengan 12 tahun, Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif peserta didik tersebut berada pada tahap operasional konkret ( Sanjaya, 2013 ). Tingkat pemikiran peserta didik pada tahap ini terbatas pada pemecahan masalahmasalah yang nyata dan belum bisa memecahkan masalah-masalah yang rumit atau persoalan-persoalan tentang masa depan. Proses berpikir mereka masih terbatas pada aktivitas langsung dan akan menemui kesulitan dalam memecahkan masalah yang mengandalkan daya otaknya tanpa mengalaminya sendiri. Sementara itu peserta didik tingkat SLP dan SLA yang mempunyai usia antara 12 sampai dengan 18 tahun, dimana kelompok ini dapat dikategorikan kelompok usia remaja. Piaget berpendapat bahwa kelompok usia ini mulai memasuki tahap 6

operasional formal ( Sanjaya, 2013 ). Pada tahap ini peserta didik sudah mulai mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah dengan logika. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kemampuan peserta didik dalam mengelola data dan berpendapat secara ilmiah. Di samping itu peserta didik juga sudah memiliki jangkauan pemikiran yang lebih jauh, misalnya mengemukakan dalil-dalil dan membuat pernyataan verbal. Kelompok usia ini biasanya sering melibatkan diri dalam diskusi keagamaan, kesusilaan dan filsafat. C. Kriteria Keterbacaan Bahan Ajar Kriteria ketiga adalah keterbacaan bahan ajar, artinya bahan ajar harus memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan strategi pengolahan bahan ajar agar memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahaminya, seperti : panjang dan susunan kata, frase, kalimat, dan wacana yang tidak menyulitkan peserta didik. Bahan ajar yang memberi kemudahan pemahaman kepada peserta didik dapat dikategorikan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Adapun bahan ajar yang menimbulkan kesulitan pemahaman bagi peserta didik dapat dikategorikan bahan ajar yang memiliki tingkat keterbacaan rendah. 6. Simpulan Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpukan bahwa pemilihan dan penyajian bahan ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus memenuhi dua kriteria, yaitu : kreteria umum ( kriteria yang berlaku pada semua mata pelajaran ) dan kriteria khusus ( kriteria yang hanya berlaku untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ). Kriteria umum mencakup prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar, tahap-tahap pemilihan bahan ajar, dan kriteria penyajian bahan ajar. Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar mencakup prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip kecukupan. Sedangkan tahap-tahap pemilihan bahan ajar meliputi penentuan aspek-aspek perilaku yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar serta penentuan atau pemilihan bahan ajar sesuai dengan aspek-aspek perilaku yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun kriteria penyajian bahan ajar meliputi penentuan tujuan pembelajaran, pengurutan bahan ajar ( penahapan pembelajaran ), penarikan minat dan perhatian peserta didik, pelibatan keaktifan peserta didik, hubungan antar bahan ajar, soal, dan norma penyajian bahan ajar. Kriteria khusus pemilihan dan penyajian bahan ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menyangkut landasan konseptual pemilihan dan penyajian bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang meliputi kriteria keilmuan bahasa dan sastra Indonesia, kriteria ilmu pendidikan dan keguruan, serta kriteria keterbacaan bahan ajar. 7 65

DAFTAR PUSTAKA Abdul Gafur (1986). Desain Instruksional : Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai. Aunurrahman ( 2009 ) Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (2001). Kebijakan Pendidikan Menengah Umum. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Pedoman Penulisan Buku Pelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Reigeluth, Charles M. (1987 ). Instructional theories in action: lessons illustrating selected theories and models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publ. Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro. Sanjaya, Wina ( 2013). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana. Prenada Media Group. Suryaman, M. (2001). Model Pembelajaran Membaca Berbasis Bacaan dan Pembaca.Disertasi.Bandung: PPs UPI. Trianto ( 2010 ). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana. Prenada Media Group. Wena, Made ( 2011 ). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara. 66