Analisis Cost-Effectiveness Penggunaan... (Muhammad Muhlis, dkk) 79

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFFECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN APENDISITIS DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

Kloramefenikol Cost Effectiveness Analisys And Seftriakson In The Treatment Of Typhoid Fever Patients In Inpatient RSUD.Abdul Moeloek In 2011

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDIKTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.MOEWARDI TAHUN 2013 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN

Pola Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Pasien Bedah Caesar (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center (PMC) Tahun 2014

ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

ANALISA BIAYA TERAPI PENYAKIT BRONKOPNEUMONIA PADA SUATU RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI KOTA PADANG SUMATERA BARAT.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

Pola Penggunaan Antibiotik Post Operasi pada Pasien yang Menjalani... (Imaniar Noor Faridah) 51

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

MATA KULIAH FARMAKOEKONOMI (FAK 4911)

KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009

EVALUASI IMPLEMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA

EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS SLAMET RIYADI SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

KOMBINASI OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN ASKES DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENDERITA DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R.D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih. berusia 10 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2000).

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAK SESUAIAN PENGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN UJI KEPEKAAN DI RUANG INTENSIF RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGOBATAN DEMAM TIFOID ANAK MENGGUNAKAN KLORAMFENIKOL DAN SEFTRIAKSON DI RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDEKTOMI DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI. Oleh:

STUDI PENGGUNAAN ANTIPLATELET (CLOPIDOGREL) PADA PENGOBATAN STROKE ISKEMIK DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

*FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

MATA KULIAH FARMASI KLINIK

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK (Peptic Ulcer Disease) DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.(departemen Kesehatan

CLINICAL PATHWAY APENDISITIS AKUT

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

GAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Pengaruh Umur dan Penyakit Penyerta... (Imaniar Noor Faridah, dkk) 187

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN...38 A. Rancangan Penelitian...38 B. Subjek Penelitian...38 C. Definisi Operasional...38 D. Alat dan Bahan...40 E.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2014

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

ANALISIS BIAYA PENYAKIT GINJAL KRONIS PADA PASIEN JKN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan. 2,6% penduduk dari total populasi. Penelitian Asif (2008) di RS

PHARMACY, Vol 05 No 01 April 2007

ANALISIS BIAYA DAN GAMBARAN OUTCOME KLINIS PADA PASIEN APENDIKTOMI BPJS KESEHATAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA JANUARI DESEMBER 2014

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh ENDAH FITRI NOVITASARI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS POLA PENGOBATAN ANTIBIOTIK DAN ANALGESIK PARTUS DENGAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. P DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI DI RUANNG CEMPAKA III RSUDPANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD X PADA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH APENDISITIS DI RSUD PEKANBARU PADA TAHUN 2010 SKRIPSI

Stara I pada K

EVALUASI PENGGUNAAN DEKSAMETASON PADA PASIEN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS FARMAKOEKONOMI PERESEPAN ANTIBIOTIKA CEFTRIAXONE DAN CEFTAZIDIME PADA PASIEN BEDAH SESAR DI RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA

Transkripsi:

Analisis Cost-Effectiveness Penggunaan... (Muhammad Muhlis, dkk) 79 ANALISIS COST-EFFECTIVENESS PENGGUNAAN SEFTRIAKSON DAN SEFOTAKSIM PADA TERAPI PROFILAKSIS APENDEKTOMI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2006-2007 COST EFFECTIVENESS ANALYSIS OF CEFRIAXON AND CEFOTAXIM UTILIZATION ON APPENDEXTOMI PROFILAXIS THERAPY IN PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA IN 2006-2007 PERIOD Sri Aisyah Muhartati, Muhammad Muhlis, Woro Supadmi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta Abstrak Telah dilakukan penelitian analisis cost-effectiveness penggunaan seftriakson dan sefotaksim pada terapi profilaksis apendektomi di RS PKU Muhammdiyah Yogyakarta periode Januari 2006-Desember 2007. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui direct medical cost, cost-effectiveness ratio, dan untuk mengetahui obat yang lebih cost-effective seftriakson atau sefotaksim ditinjau dari perspektif rumah sakit.penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif. Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat inap apendektomi yang memperoleh terapi profilaksis dengan seftriakson atau sefotaksim di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Populasi target penelitian ini adalah pasien rawat inap apendektomi yang memperoleh terapi profilaksis dengan seftriakson atau sefotaksim di kelas III RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari 2006-Desember 2007. Hasil dari penelitian ini menunjukkan direct medical cost pada pasien yang memperoleh terapi seftriakson adalah Rp.422.257, sedangkan yang memperoleh terapi sefotaksim adalah Rp.487.680. Cost-effectiveness ratio pada pasien yang memperoleh terapi seftriakson adalah Rp.105.564 per hari, sedangkan yang memperoleh terapi sefotaksim adalah Rp.162.560 per hari. Belum dapat menentukan obat mana yang lebih cost-effective. Kata kunci : analisis cost-effectiveness, seftriakson, sefotaksim, antibiotika profilaksis apendektomi

80 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 2, 2011 : 79-89 Abstract Cost-effectiveness analysis of ceftriaxone and cefotaxim prophylactic antibiotics of appendectomy in PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta from January 2006 to December 2007 has been studied. This study was aimed to explore the direct medical cost, cost-effectiveness ratio, and determine whether drugs of ceftriaxone or cefotaxim whose had more effective cost. This study was carried out by descriptive retrospective design. The population was all inpatients of appendectomy getting prophylaxis antibiotics with either ceftriaxon or cefotaxim therapy in PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta. The population target were the appendectomy patients in the third class of PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta from January 2006 to December 2007.The result indicated that direct medical cost of the patients getting ceftriaxone therapy was Rp 422.257, whereas the cost of the patients getting cefotaxim therapy was Rp 487.680. Cost-effectiveness ratio of whom getting ceftriaxone therapy was Rp 105.564/day, whereas the ratio of whom getting cefotaxim therapy was Rp 162.560. Finally, it have not been able to determine which drug is more cost-effective. Keywords : Cost-effectiveness analysis, ceftriaxone, cefotaxim, prophylactic antibiotics, appendectomy. PENDAHULUAN Hasil survey pada tahun 2008 Angka kejadian appendiksitis di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit apendiksitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, apendisitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidens apendiksitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya (Depkes 2008) Terjadinya apendiksistis, diduga akibat penyumbatan lumen apendiks oleh fecalith (kotoran yang mengeras), parasit, pembesaran folikel limfoid dan lain-lain (Santracroce, 2005). Gejala yang sudah menjadi ciri khas dari apendiksitis ini adalah meningkatnya nyeri abdomen yang parah. (Hardin, 1995). Pemberian obat-obatan tidak dapat menyembuhkan apendiksitis dan hanya apendektomi (operasi pemotongan dan pengeluaran apendiks yang mengalami inflamasi) yang dapat menyembuhkan apendisitis. Bedah apendektomi merupakan jenis pembedahan darurat abdomen yang paling sering dilakukan di negara barat (Anonim, 1990). Antibiotika merupakan jenis obat yang paling banyak digunakan sebagai profilaksis bedah (Anonim, 1990). Penggunaan antibiotika profilaksis yang diberikan menurut aturan tertentu

Analisis Cost-Effectiveness Penggunaan... (Muhammad Muhlis, dkk) 81 diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan munculnya mikroba resisten serta dapat mengendalikan kumankuman pada daerah target operasi (Anonim, 2004). Pencegahan infeksi pada apendiksitis dapat digunakan sebagai pilihan pertama adalah kombinasi antibiotika ampisilin, klindamisin, dan gentamisin (Tucker, 2004), atau kombinasi ampisilin, gentamisin, dan metronidazol. Alternatif antibiotika kedua, yaitu kombinasi antara ampisilin dan sulbaktam, golongan sefalosporin generasi kedua (sefoksitin atau sefotetan, atau kombinasi keduanya), salah satu dari golongan sefalosporin generasi ketiga (seftriakson, sefotaksim) diberikan sendiri atau dikombinasikan dengan metronidazol, piperacilin dan tazobactam, ticarcilin dan klavulanat, atau imipenem dan silastatin, yang masing-masing diberikan secara intra vena atau intra muskulus. (Tucker, 2004). Masalah biaya kesehatan (rumah sakit, dokter, obat, dan lain-lainnya) sejak beberapa tahun terakhir telah banyak menarik perhatian, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri (Sulastomo, 2000). Untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia, perlu dilakukan analisis ekonomi yang terkait dengan pelayanan kesehatan yaitu Cost-Minimization Analysis, Cost- Effectiveness Analysis, Cost-Utility Analysis, Cost-Benefit Analysis (Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994). Mengingat tidak semua manfaat dapat diukur atau dinilai dengan uang, maka beberapa macam program di sektor kesehatan, sukar untuk dianalisis berdasarkan cost-benefit analysis. Costeffectiveness merupakan alat bantu dalam menganalisis program-program tersebut sebelum diputuskan alternatif mana yang akan dipilih (Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994). Di RS PKU Muhammadiyah berbagai macam antibiotika digunakan untuk terapi profilaksis bedah apendiktomi. Jenis antibiotika yang paling sering digunakan adalah adalah seftriakson dan sefotaksim. Dari penggunaan antibiotika yang berbeda mengakibatkan besarnya biaya obat yang dikeluarkan pasien bervariasi. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui terapi mana yang paling costeffective antara penggunaan seftriakson dan sefotaksim pada kasus terapi profilaksis bedah apendiktomi. Metoda analisis yang dapat digunakan adalah analisis farmakoekonomi dengan pendekatan analisis cost-effective ditinjau dari perspektif rumah sakit. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang secara non eksperimental (deskriptif) dengan membandingkan direct medical cost terapi dari seftriakson dan sefotaksim pada terapi profilaksis apendektomi dengan perspektif rumah sakit (institusi). Sumber data dalam penelitian adalah informasi data pasien yang berasal dari catatan medis (medical record) dan catatan keuangan pada pasien bedah apendektomi yang menjalani rawat inap di kelas III RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode 2006-2007.

82 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 2, 2011 : 79-89 B. Definisi Operasional Variabel 1. Cost-Effectiveness Ratio adalah berapa besarnya unit cost atau costeffectiveness ratio terhadap penggunaan seftriakson maupun sefotaksim pada apendektomi. Cost-effectiveness ratio dapat diperoleh dari rata-rata direct medical cost per pasien dibagi lama hari rata-rata rawat inap masing-masing kelompok. Direct medical cost meliputi biaya pengobatan, biaya perawatan, dan biaya laboratorium. 2. Cost pada penelitian ini adalah direct medical cost. Direct medical cost yaitu seluruh biaya yang telah dikeluarkan pasien terkait dengan pelayanan jasa medis untuk terapi profilaksis apendektomi. tersebut meliputi biaya pengobatan (terdiri dari biaya obat), biaya perawatan (terdiri dari biaya visite, jasa perawatan dan biaya pengguna- an fasilitas perawatan) serta biaya laboratorium. tersebut dapat diperoleh di bagian keuangan rumah sakit. ini dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya pengobatan, biaya perawatan, serta biaya pemeriksaaan laboratorium kemudian dibagi jumlah kasus. 3. Efektifitas dalam penelitian ini adalah lama hari perawatan. Lama hari rata-rata rawat inap per obat, diperoleh dari jumlah hari rawat inap seluruh pasien yang menggunakan seftriakson maupun sefotaksim. 4. Antibiotika profilaksis adalah pemberian antibiotika yang diberikan sebelum operasi atau segera saat operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda nyata adanya infeksi. Antibiotika profilaksis yang digunakan dalam penelitian ini adalah seftriakson dan sefotaksim. 5. Pasien yang menggunakan obat seftriakson dan sefotaksim adalah pasien yang didiagnosa apendiksitis akut. 6. Apendektomi adalah jenis pasien yang menjalani apendektomi. C. Populasi Target dan Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap apendektomi yang menggunakan seftriakson atau sefotaksim di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap apendektomi yang menggunakan seftriakson dan sefotaksim di kelas III RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode 2006-2007. Pertimbangan yang menjadi dasar pengambilan populasi, yaitu : 1. Kriteria inklusi Apendiksitis (ICD K37), apendiksitis dengan perforasi, (ICD K35.0). Apendisitis dengan peritoneal abscess (ICD K35.1), apendiksitis akut (ICD K35.9). Pasien yang menjalani rawat inap di kelas III. Pada terapi menggunakan antibiotika seftrikson dan sefotaksim. Pasien yang pulang jika dinyatakan sembuh.

Analisis Cost-Effectiveness Penggunaan... (Muhammad Muhlis, dkk) 83 2. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah pasien bedah apendiks yang menggunakan terapi profilaksis yang menggunakan lebih dari satu jenis antibiotika. D. Cara Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dengan mencatat data-data yang dibutuhkan untuk penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari bagian rekam medis dan bagian keuangan RS PKU Muhammadiyah Yogakarta, menggunakan lembar pengumpulan data. Data pasien yang dicatat pada lembar pengumpulan data yang diambil dari bagian rekam medis meliputi nomor rekam medis, usia pasien, alamat pasien, tanggal masuk dan keluar, kondisi umum, diagnosis dokter, hasil laboratorium, dan data biaya pasien diperoleh dari bagian keuangan meliputi perincian biaya yang dikeluarkan oleh pasien. E. Analisis Data Data yang diperoleh meliputi biaya pengobatan, biaya perawatan, dan biaya laboratorium. Dari data tersebut, dapat dihitung variabel yaitu direct medical cost. Direct medical cost digunakan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan pada penggunaan antibiotika profilaksis baik dengan seftriakson maupun sefotaksim. Besarnya direct medical cost per pasien dari masing-masing antibiotika dihitung, kemudian ditentukan besarnya cost-effectiveness ratio dari masingmasing antibiotika. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan cost-effectiveness penggunaan seftriakson dan sefotaksim pada terapi profilaksis apendektomi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, sehingga dapat diketahui pengobatan yang lebih cost-effective antara penggunaan seftriakson dan sefotaksim dengan perspektif rumah sakit. Data yang diperlukan berdasarkan data medical record di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode 2006-2007. Tahap pengambilan data pada penelitian ini diawali dengan mengambil data secara keseluruhan penderita apendisitis yang menjalani rawat inap pada tahun 2006-2007. Kasus apendiksitis yang tercatat di bagian rekam medis bulan Januari 2006- Desember 2007, berjumlah 303 kasus. Kemudian diseleksi, diambil pasien yang menjalani rawat inap di bangsal kelas III yaitu sebanyak 126 kasus. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh 34 kasus, kemudian diseleksi lebih lanjut berdasarkan kelengkapan informasi yang ada sehingga diperoleh 12 kasus terapi profilaksis apendektomi dengan perincian 4 kasus yang memperoleh terapi seftriakson, serta 8 kasus yang memperoleh terapi sefotaksim. Profil Penggunaan Obat Diagnosa yang digunakan pada penelitian ini adalah apendiksitis akut. Hal ini disebabkan karena penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien apendektomi bersifat tunggal. Pada kasus terapi profilaksis pada apendiktomi yang memperoleh terapi

84 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 2, 2011 : 79-89 seftriakson terdapat 4 kasus yang dapat dilihat pada Tabel I. Pemberian asam mefenamat dan metamizol Na untuk menghilangkan Tabel I. Data pasien penggunaan seftriakson pada terapi profilaskis apendektomi di Muhammadiyah Yogyakarta periode 2006-2007 RS PKU No No RM Umur (tahun) Obat Lama hari rawat inap 1. 412802 36 1. Seftriakson 3 hari 2. Asam mefenamat 500 mg 3. Infus KAEN 4. Metamizol Na 5. Ringer Laktat 2. 397699 25 1. Seftriakson 6 hari 2. Asam mefenamat 500 mg 3. Cimetidin 3. 400346 21 1. Seftriakson 2 hari 2. Asam mefenamat 3. Ringer laktat 4. 421535 17 1. Seftriakson 3 hari 2. Infus KAEN 3. Metamizole Na Pada Tabel I, penggunaan seftriakson sebagai antibiotika profilaksis bagi pasien apendektomi. Asam mefenamat dan metamizol Na untuk menghilangkan nyeri, cimetidin sebagai H 2 -bloker berfungsi menghambat sekresi asam lambung. Untuk meminimalkan hilangnya cairan dilakukan pemberian infuse KAEN dan ringer laktat. Pada kasus terapi profilaksis pada apendektomi yang memperoleh terapi sefotaksim terdapat 8 kasus yang dapat dilihat pada Tabel II. Pada Tabel II, penggunaan sefotaksim sebagai antibiotika profilaksis bagi pasien apendektomi. nyeri. Remopain (Ketorolac tromethamine) sebagai terapi jangka pendek untuk nyeri akut, cimetidin sebagai H2-bloker berfungsi menghambat sekresi asam lambung. Domperidone sebagai antagonis dopamine berfungsi mencegah mual muntah. Untuk meminimalkan hilangnya cairan dilakukan pemberian infuse KAEN dan ringer laktat. yang Dibutuhkan yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa direct medical cost per pasien, rata-rata lama hari rawat inap dan ratio cost-effectiveness.

Analisis Cost-Effectiveness Penggunaan... (Muhammad Muhlis, dkk) 85 Tabel II. Data pasien penggunaan sefotaksim pada terapi profilaskis apendektomi di Muhammadiyah Yogyakarta periode 2006-2007 RS PKU No No RM Umur (tahun) Obat Lama hari rawat inap 1. 0409252 29 1. Sefotaksim 4 2. Asam mefenamat 3. Infus KAEN 2. 0414688 29 1. Sefotaksim 3 2. Asam mefenamat 3. Domperidone 10 mg 4. Ketoprofen 100 mg 5. Ringer laktat 3. 0408685 11 1. Sefotaksim 3 2. Asam mefenamat 500 mg 3. Metamizol Na 4. 0356507 24 1. Sefotaksim 2 2. Ketoprofen 3. Remopain 5. 0404845 30 1. Sefotaksim 3 2. Metamizol Na 3. Remopain 5. Valisanbe 5 mg 6. 0422150 36 1. Sefotaksim 4 2. Remopain 3. Ringer laktat 7. 0420619 39 1. Sefotaksim 4 2. Asam mefenamat 3. Cimetidin 8. 0419852 22 1. Sefotaksim 4 2. Asam mefenamat 500 mg 3. Remopain Direct medical cost yang dikeluarkan pasien yang memperoleh terapi profilaksis dengan seftriakson dapat dilihat pada Tabel III.

86 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 2, 2011 : 79-89 Tabel III. Direct medical cost penggunaan seftriakson pada terapi profilaksis apendektomi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2006 - Desember 2007 No RM Lama Perawatan (hari) Pengobatan Perawatan Laboratorium Total medis langsung 412802 3 88.848 225.000 39.500 353.348 397699 6 103.979,84 345.000 109.500 558.479,84 400346 2 128.085 150.000 39.500 317.585 421535 3 195.117 225.000 39.500 459.617 medis langsung per pasien 422.257±109021,57 Dari Tabel III dapat dihitung rata-rata per pasien yang diperoleh dari penjumlahan biaya pengobatan, biaya perawatan, serta biaya pemeriksaaan laboratorium kemudian dibagi jumlah kasus, sehingga diperoleh rata-rata direct medical cost per pasien sebesar Rp 422.257. Direct medical cost yang dikeluarkan pasien yang memperoleh terapi profilaksis dengan sefotaksim dapat dilihat pada Tabel IV. penjumlahan biaya pengobatan, biaya perawatan, serta biaya pemeriksaaan laboratorium kemudian dibagi jumlah kasus, sehingga diperoleh rata-rata direct medical cost per pasien sebesar Rp 487.680. ANALISIS BIAYA Evaluasi dari segi analisis biaya pada penelitian ini untuk mengetahui cost-effectiveness penggunaan seftriakson dan sefotaksim pada terapi Tabel IV. Direct medical cost penggunaan sefotaksim pada terapi profilaksis apendektomi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2006 - Desember 2007 No RM Lama Perawatan (hari) Pengobatan Perawatan Laboratorium Total medis langsung 0409252 4 117.294 300.000 109.500 526.794 0414688 3 134.834 225.000 39.500 399.334 0408685 3 65.628 260.000 39.500 365.128 0356507 2 262.100 150.000 39.500 451.600 0404845 3 228.476 225.000 39.500 492.976 0422150 4 110.820 300.000 39.500 450.320 0420619 4 91.247,3 265.000 209.500 565.747,3 0419852 4 345.040 265.000 39.500 649.540 medis langsung per pasien 487.680±92096,73 Dari Tabel IV dapat dihitung rata-rata per pasien yang diperoleh dari profilaksis apendektomi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, sehingga

Analisis Cost-Effectiveness Penggunaan... (Muhammad Muhlis, dkk) 87 dapat diketahui pengobatan yang lebih cost-effective antara penggunaan seftriakson dan sefotaksim dengan perspektif rumah sakit. Analisis yang dilakukan dengan menghitung direct medical coct, rata-rata lama hari rawat inap, dan ratio cost-effectiveness. Cost-effectiveness ratio penggunaan seftriakson dan sefotaksim pada terapi profilaksis apendektomi dapat dilihat pada Tabel V. Analisa farmakoekonomi selain direct medical cost per pasien dan lama hari rata-rata pasien rawat inap adalah cost-effectiveness ratio, yang diperoleh dari rata-rata direct medical cost per pasien dibagi lama hari rata-rata rawat inap per obat. Dari hasil perhitungan cost-effectiveness ratio pada pasien yang menggunakan terapi seftriakson diperoleh nilai sebesar Rp. 105.564/hari, sedangkan pada pasien dengan terapi Tabel V. Perbandingan cost-effectiveness penggunaan seftriakson dan sefotaksim pada terapi profilaksis apendektomi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari 2006 - Desember 2007 No Macam Seftriakson Sefotaksim 1 Direct medical cost per pasien Rp. 422.257/ kasus Rp. 487.680/ kasus 2 Lama rata-rata hari rawat inap 4 hari 3 hari 3 Ratio cost-effectiveness Rp. 105.564/ hari Rp. 162.560/ hari Berdasarkan Tabel V telah dilakukan analisis farmakoekonomi dengan pendekatan analisis cost effectiveness. Direct medical cost yang dikeluarkan oleh pasien dengan terapi seftriakson lebih kecil dibanding pasien dengan terapi sefotaksim. Pada pasien yang memperoleh terapi seftriakson memerlukan 4 hari, dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 422.257, sedangkan pada pasien yang memperoleh terapi sefotaksim memerlukan waktu 3 hari dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 487.680. Berdasarkan lama perawatan, pasien lebih cepat memperoleh kesembuhan dengan menggunakan sefotaksim. Namun, biaya yang dikeluarkan dengan terapi sefotaksim lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan dengan terapi seftriakson. Pasien dinyatakan sembuh apabila tidak terjadi infeksi dan tidak terjadi komplikasi pasca operasi. menggunakan sefotaksim sebesar Rp. 162.560/hari. Berdasarkan perhitungan cost-effectiveness dari masing-masing penggunaan antibiotika, program yang akan dipilih adalah program yang mempunyai cost-effective terendah. Dari hasil penelitian ini belum dapat menunjukkan penggunaan antara seftriakson atau sefotaksim yang lebih cost-effective. Karena selisih antara penggunaan seftriakson dan sefotaksim memiliki perbedaan yang kecil sedangkan pada seftriakson lama hari rawat inap adalah 4 hari dan pada sefotaksim adalah 3 hari. Mungkin disebabkan oleh tidak dihitung direct non medical cost, indirect non medical cost, dan opportunity cost. Kelemahan dari penelitian ini adalah penelitian ini belum dapat digeneralisir, hal ini disebabkan karena jumlah sampel yang terlalu sedikit, variabilitas jenis dan jumlah obat, serta parameter laboratorium. Jumlah sampel

88 Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 2, 2011 : 79-89 yang sedikit karena adanya kriteria inklusi dan eksklusi sehingga hanya terdapat 12 sampel yang digunakan. Sampel tersebut terdiri dari 4 sampel pasien yang memperoleh terapi seftriakson dan 8 sampel pasien yang memperoleh terapi sefotaksim. Variabilitas jenis dan jumlah obat, serta parameter laboratorium dapat mempengaruhi perhitungan biaya, dalam hal ini belum dapat dikendalikan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis costeffectiveness penggunaan seftriakson maupun sefotaksim pada terapi profilaksis apendektomi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dapat disimpulkan : 1. Direct medical cost per pasien yang menggunakan seftriakson adalah Rp.422.257/kasus, sedangkan pada sefotaksim sebesar Rp. 487.680/ kasus. 2. Cost-effectiveness ratio pada pasien dengan terapi seftriakson sebesar Rp.105.564/hari, sedangkan pada pasien dengan terapi sefotaksim sebesar Rp.162.560/hari. 3. Belum dapat menentukan obat mana yang lebih cost-effective. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1990, Antibiotic Guidelines (Includes Secion for General Practitioners), Health Departement of Victoria, Australia, 36,37, 82 Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, laboratorium/ UPF ilmu bedah RSUD Dr. Soetomo, Surabaya Anonim, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, jilid I, Edisi ketiga, media Aes Culapius, Fak Kedokteran UI, Jakarta, 65-68 Anonim, 2004, Pedoman Antibotika Profilaksis, Edisi 1, Bagian/ SMF. Obsteri-Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo, Surabaya, 4-15. Anonim, 2008, Ilmu Bedah-Appendiks, www.bedahugm.net/bedah-diges ti, 1 Agustus 2009 Atthobari, J., 2006, Drug Use in Population Screening, Pharmacoepidemiological and Pharmacoeconomical Aspects, Dissertation, University of Groningen. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G & Posey, L. M., 2005, Pharmacotherapy Sixth Edition, McGraw Hill, United States of America. Gardjito,W., 1990, Antibiotika Profilaksis-Prinsip Serta Permasalahannya Dalam Kumpulan Makalah Seminar Pemilihan dan Pemakaian Antibiotika dalam Klinik, Kristin E., Mustofa, Santoso B., Suryawati S., (eds), Yayasan Melati Nusantara (YMN), Yogyakarta. 22-28. Harrison., 1995, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, volume 2, EGC, Jakarta, 666 dan 680. Katzung, B. G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Buku 2, Edisi 8, Salemba Medika, Jakarta.

Analisis Cost-Effectiveness Penggunaan... (Muhammad Muhlis, dkk) 89 Orion, 1997, Pharmacoeconomics Primer and Guide Introduction to Economic Evaluation, Hoesch Marion Rousell Incorporation, Virginia. Rahmawati, Rini., 2006, Kajian Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Bedah Apendektomi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode Januari-Desember 2005, Skripsi, Fakultas Farmasi Universtas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Santoso B., 1990, Peta Klasifikasi Antibiotika dan Prinsip Pemilikan Dalam Klinik, dan Kumpulan Makalah Seminar Pemilihan dan Pemakaian Antibiotika dalam Klinis, Kristin E., Mustofa Santoso B., Suryawati S., (Eds)., Yayasan Melati Nusantara (YMN), Yogyakarta, 2-17. Sjamsuhidajat R. dan Win de Jong., 1998, Persiapan Pra Bedah, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta, 295-299. Sulastomo, 2003, Manajemen Kesehatan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soeparman dan Sarwono W., 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 177-182. Tjiptoherijanto P., Soesetyo, B., 1994, Ekonomi Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Tucker, J., 2004, Pediatric, Appendicitis, http://www.emedicine.net. Di akses tanggal 25 Febreuari 2009 Vogenberg, F.R., 2001, Introduction to Applied Pharmacoeconomics, McGraw-Hill Companies, USA. Walker, R and Edward, C., 2003, Clinical Pharmacy and Theraupetics, 3th edition., Churchill Livingston, Sidney Toronto, 30. Woods, R; K. Dellinger, P., 1998, Current Guidelines for Antibiotics Prophylaxis of Surgical Wound, http://www.aaff.org. Yuliarsih T., 2004, Pola Pemakaian Antibiotika Pada Bedah Apendisitis di Instalasi Bedah RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2002, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.