BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menghadapi keadaan lingkungan ini dan terpaksa menyesuaikan diri

dokumen-dokumen yang mirip
BENTUK-BENTUK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM WISATA RELIGI (STUDI KASUS DI MAKAM KYAI AGENG MUHAMMAD BESARI TEGAL SARI JETIS PONORGO)

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, dijalani dalam lingkup masyarakat.

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sudah mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan,

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir

BAB IV MODEL KOMUNIKASI DAKWAH DALAM MENINGKATKAN UKHUWAH ISLAMIYAH PADA MAJELIS TA LIM JAMI IYAH ISTIGHOSAH AL-MU AWWANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. internasional begitu cepat dan dekat. Sekat-sekat geografis menjadi lebih cair.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Kyai dalam menciptakan budaya religius pada masyarakat. melalui kegiatan pengajian kitab kuning

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan. martabat kemanusiaan (Sinegar, UUD 1945: 31).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. keberagamaan, cita-cita, perspektif, orientasi hidup. Tingginya pluralisme bangsa Indonesia membuat potensi konflik bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat top-down innovation dengan strategi power. sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI MAJELIS TA LIM DESA RAMBAH HILIR TIMUR

I. PENDAHULUAN. oleh Durkheim (Betty Schraf, 1995), bahwa fungsi agama adalah. mempertahankan dan memperkuat solidaritas dan kewajiban sosial pada

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam.

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

BAB V PENUTUP. pembinaan perilaku keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat dapat diambil. 1. Pembinaan Perilaku Akhlak di Panti Asuhan Hikmatul Hayat

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM PELAKSANAAN IBADAH SHOLAT 5 WAKTU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

BAB V PENUTUP. pendidikan Pesantren Bumi Damai al Muhibbin, dapat dikategorikan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Usia Dini Di Kampung Adat Benda Kerep

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

2. BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

al-musyarrāt Fī tasḥīh Dalāil al-khaīrāt, Menara

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan riset, peneliti mengenal berbagai jenis pendekatan

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh : FENDI TRI HANDOKO NIM:

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, maka tuntutan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia

KUESIONER Kepada Yth. Alumni Mahasantri/wati Program Pembinaan UPT. Ma had Al-Jami ah IAIN Antasari Banjarmasin di Tempat.

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. memiliki secara tetap, malainkan hanya beberapa saat sesuai dengan

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. besar di dunia. Hindu, Budha, Islam, Kristen Protestan dan Katholik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Pada akhir abad XVII hampir seluruh Pulau Jawa secara. resmi beragama Islam, tetapi dengan intensitas yang berdeda.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit untuk mencapai perkembangan yang optimal. kebutuhanya serta menjalankan kegiatan sehari-hari membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan persyaratan dalam perusahaan, dan juga harus mampu menjalankan

BAB III PENYAJIAN DATA. Peran Pembimbing dalam Menanamkan Norma-norma Kehidupan bagi. Anak Asuh di Panti Asuhan As-Shahwah Kecamatan Tampan Kota

BAB III. Setting Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan upacara adat 1 Sura dalam pelaksanaanya terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak didik untuk menjadikan putra-putrinya sebagai manusia yang

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

TRANSKRIP REKAMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III AMALAN MENGHADIAHKAN PAHALA BAGI MAYIT. Untuk memahami pengertian hadiah pahala, bisa dilihat dari pegertian

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini dipaparkan; a) Latar belakang masalah, b) Identifikasi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan masyarakat hidup dalam dua lingkungan, yaitu lingkungan alam dan lingkungan masyarakat. Lingkungan alam meliputi, benda organis dan anorganis yang hidup di sekitar manusia, dan lingkungan masyarakat adalah masa manusia yang berada di sekitarnya. Dalam kedua macam lingkungan ini manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Bagi manusia yang kurang pengalaman dan pengetahuan terpaksa menyerah dalam menghadapi keadaan lingkungan ini dan terpaksa menyesuaikan diri dengan kehendak keadaan. Manusia yang demikian itu merupakan manusia yang secara materiil dan spirituil masih berada pada tingkat rendah. Mereka kurang dapat menggunakan akal-budinya secara maksimal untuk menguasai unsur dan hasil alam untuk digunakan bagi kepentingan dan manfaat kemanusiaan dan masyarakat. Sebaliknya, mereka cenderung untuk dikuasai alam. Dalam istilah antropologo mereka disebut dengan istilah primitif. Menurut Teori Monistik yang dikemukakan oleh homas van Aquino bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu, ialah berfikir. Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri. Pandangan semacam ini masih tetap mendapat tempatnya hingga sekarang di 1

2 mana para ahli mendewakan rasio sebagai satu-satunya motif yang menjadi sumber agama. 1 Ritual dapat dibedakan menjadi empat macam. (1) Tindakan magi, yang berkaitan dengan penggunaan bahan-bahan yang bekerja karena daya-daya mistis; (2) tindakan relegius, kultus para leluhur, juga bekerja jangan cara ini; (3) ritual konstitutif yang mengungkap atau mengubah hubungan sosial dengan merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacaraupacara kehidupan menjadi khas; dan (4) ritual faktitif yang meningkatkan produktifitas atau kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok. 2 Tempat-tempat suci biasanya ditemukan dalam semua agama-agama di dunia. Beberapa tempat dipersembahkaan bagi Tuhan dan oleh karena itu dipisahkan dari kegiatan-kegiatan biasa dan profan. Tempat-tempat itu adalah tempat-tempat suci, tempat-tempat yang diberkati di mana manusia relegius bertingkah laku secara berbeda daripada kalau ia berada di tempat-tempat profan. Mc Guire dalam Jalaluddin menjelaskan bahwa tradisi menurut Parsudi Suparlan PhD. merupakan unsur sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah. Meredith Mc Guire melihat bahwa dalam masyarakat pedesaan umumnya tradisi erat kaitannya dengan mitos agama. 3 1 Jalaluddin, Psiklogi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 54. 2 Mariasusai, Dhavamony, Fenomenologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 175. 3 Jalaluddin, Psiklogi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 200.

3 Tradisi keagamaan (bagi agama Samawi) bersumber dari norma-norma yang termuat dalam kitab suci. Agama menurut Thomas F.O Dea merupakan aspek sentral dan fundamental dalam kebudayaan. Kenyataan ini barangkali dapat dilihat dalam kaitannya dengan pola kehidupan masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat Minangkabau yang dengan tegas mendasarkan kebudayaannya berdasarkan pada nilai-nilai dan norma Islam. Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama pada remaja turut dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya penghayatan pada remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut. Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah pertumbuhan pikiran dan mental. Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma-norma kehidupan lainnya. Menurut Parsudi Suparlan, para sosiologi mengidentifikasikan adanya pranata primer. Pranata primer ini merupakan kerangka acuan norma yang yang mendasar dan hakiki dalam kehidupan manusia itu sendiri. Pranata primer berhubungan dengan kehormatan dan harga dir, jati diri serta kelestarian masyarakatnya. Karena itu, pranata ini tidak dengan mudah dapat berubah begitu saja. Mengacu kepada penjelasan tersebut, tradisi keagamaan termasuk ke dalam pranata primer. Hal ini dikarenakan antara lain menurut Rodaslav A.

4 Tsanoff, pranata keagamaan ini mengandung unsur-unsur yang berkaitan dengan ke-tuhanan atau keyakinan, tindak keagamaan, perasaan-perasaan yang bersifat mistik, penyembahan kepada yang suci (ibadah), dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang hakiki. Dengan demikian, tradisi keagamaan sulit berubah, karena selain didukung oleh masyarakat juga memuat sejumlah unsur-unsur yang yang memiliki nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan keyakinan masyarakat. Tradisi keagamaan mengandung nilai-nilai yang sangat penting (Pivotal values) yang berkaitan erat dengan agama yang dianut masyarakat, atau pribadi-pribadi pemeluk agama tersebut. 4 Setiap anggota tipe masyarakat ini.bersama-sama menganut agama yang sama; oleh karena itu keanggotaan mereka dalam masyarakatdan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Organisasi keagamaan itu sendiri merupakan suatu lembaga yang tidak begitu jauh terpisah dan merupakan salah-satu aspek dari keseluruhan aktivitas kelompok. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain, baik yang bersifat ekonomis, politik, kekeluargaan rekreatif. 5 Berdasarkan observasi awal di makam Kyai Ageng Mohammad Besari yang terletak di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo ditemukan fakta menarik. Dilihat secara geografis desa Tegalsari merupakan desa yang kecil, dan masjid tersebut terdapat di tengah-tengah kampung. Walaupun tempatnya tidak strategis, namun tempat itu selalu ramai dikunjungi para peziarah dan 4 Jalaluddin, Psiklogi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 200 5 Elizabet K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1994), hal. 53.

5 dalam konteks relegius ini jamaah yang datang ternyata hingga sampai dari luar Jawa. Ada beberapa momen disana meliputi; haul, Ramadhan terutama pada malam 10 terakhir, setiap malam jum at, hingga hari-hari biasa. Tegalsari juga terdapat tempat (semacam asrama dan pengasuhan) yang terdiri dari beberapa kamar untuk menginap para peziarah, dan juga diperuntukkan sebagai asrama santri (biasanya dari para orang dewasa bahkan mereka yang sudah berkeluarga karena didorong oleh berbagai kepentingan/motiv). Bagi mereka ini disediakan majlis-majlis ta lim, seperti membaca al-qur an setelah shalat subuh, pengajian kitab kuning setelah magrib, shalat malam/tahjjud, dan biasanya mereka melakukan shalat sunnah dimulai habis salat magrib sampai pertengahan malam. Fakta yang kedua, sejarah kebesaran Tegalsari bermula dari prestasi pendidikan Islam yang pernah ditorehkannya, hingga mengantarkannya tercatat sebagai pondok pesantren terbesar di Indonesia. Keunikan Tegalsari dalam konteks ini adalah bekas kebesarannya dibidang pendidikan Islam, pasca kesurutannya, hingga kini seolah tidak berbekas, tetapi yang menonjol justru aspek wisata relegiusnya, dan lebih sempit berkisar pada obyek wisata ziarah kubur. Dalam perkembangannya, fasilitas asrama dan pengasuhan itu dimanfaatkan bagi orang-orang yang mempunyai masalah (rumah tangga/disharmonis, terjerat hutang, pelarian pencuri, dan lainnya), sehingga berdasar kasus tersebut, saat ini pihak yayasan melakukan penerbitan para jamaah yang menghendaki muqim dengan seleksi yang cukup ketat; (6) hasil

6 pengamatan yayasan, beberapa jamah yang muqim mengalami perubahan kearah kehidupan lebih baik (indikatornya: rajin beribadah, rajin kegiatan majlis ta lim, tekun bekerja, dan seterusnya). Diantaranya ada yang muqim di tempat ini lebih dari satu tahun. Berdasarkan fakta di atas, diasumsikan para jamaah Tegalsari ketika melakukan aktifitas ziarah dalam berbagai kegiatan (ziarah kubur, shalat sunnah di masjid, i tikaf, melakukan wirid dan lainnya), dilatari oleh berbagai kepentingan, yang bahkan diluar kepentingan ziarah kubur yang diajarkan oleh ajaran Islam. Karena itu, memahami latar belakang pendidikan agama (Islam) yang dimiliki oleh para jamaah tersebut, penting dilakukan untuk; (1) mengetahui kompetensi jamaah dibidang ajaran agama (Islam) terutama aspek ziarah kubur; (2) beragam motif para peziarah melakukan ziarah kubur; (3) dampak perilaku ziarah bagi penguatan pemahaman keagamaan jamaah, terutama aspek ziarah kubur 6. Fakta menarik lainnya bahwa bersamaan dengan wisata religi yang dilakukan jama ah berlangsung proses pendidikan Islam sekalipun pada tahap yang sederhana seperti ini. (1) Pendidikan mengingat mati melalui mendo akan yang ahli kubur / memohon ampunan dosa untuk ahli kubur, (2) pendidikan akhlak melalui salam / uluk salam sebelum masuk makam, (3) pendidikan membaca al-qur an melalui membaca ayat suci al-qur an, membaca Yasin, berdzikir, tahlil, istightsah. 6 Hasil Observasi di Makam Jami Tegalsari

7 Berdasarkan fakta di atas dapat diasumsikan bahwa dalam kegiatan wisata religi di makam Kyai Ageng Muhammad Besari di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo terdapat bentuk bentuk pendidikan Islam yang menarik untuk dilakukan penelitian. B. Fokus Penelitian Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang bentuk-bentuk pendidikan agama Islam yang berada di makam Kyai Ageng Muhammad Besari yang berada di desa Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana bentuk bentuk pendidikan agama Islam dalam wisata religi di makam Kyai Ageng Muhammad Besari di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti menuliskan tujuan peneltian sebagai berikut: Untuk bentuk bentuk pendidikan agama Islam dalam wisata religi di makam Kyai Ageng Muhammad Besari di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo.

8 E. Manfaat Penelitian Studi ini diharapkan memberikan manfaat dalam dua aspek, secara teoriris maupun secara praktis seperti berikut. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sumbangan berfikir terutama di bidang bentuk bentuk pendidikan agama Islam dalam wisata religi yang berada di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat di beberapa bidang, yaitu: a. Yayasan Tegalsari Hasil penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan bagi yayasan Tegalsari untuk mengelola wisata religi terutama dalam aspek peningkatan pendidikan Islam. b. Jama ah Wisata Religi Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi jama ah wisata religi untuk lebih memahami subtansi wisata religi bagi peningkatan kualitas kemusliman kita. c. Kementrian Agama Ponorogo Hasil penelitian ini diharapkan bisa sebagai bahan pertimbangan merumuskan kebijakan terkait dengan pengelolaan wisata religi

9 Tegalsari agar tidak sekedar bernilai wisata tetapi sekaligus sebagai media meningkatkan keberagamaan (Islam). F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pembahasan skripsi maka penulis menggunakan pembahasan sebagai berikut : Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi dasar dari keseluruhan isi penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian Bab dua berisi tinjauan pustaka dan landasan teori bab ini berfungsi untuk mengetengahkan kerangka awal teori yang digunakan sebagai landasan melakukan penelitian Bentuk-Bentuk Pendidikan Agama Islam Dalam Wisata Religi (Studi kasus di Makam Kyai Ageng Muhammad Besari Tegal Sari Jetis Ponorgo). Bab tiga tentang metode penelitian yang meliputi : pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan teknik keabsahan data. Bab empat berupa latar belakang objek, penyajian data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian tentang Bentuk-Bentuk Ritual Ziarah Makam (Studi Kasus Di Makam Kyai Ageng Muhammad Besari Tegal Sari Jetis Ponorgo).

10 Bab lima penutup, bab ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi pembaca yang mengambil intisari dari skripsi yang berisi kesimpulan dan sari.