KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar

dokumen-dokumen yang mirip
Penggunaan BBG pada Kendaraan Bermotor di Kota Surabaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

PROGRAM KONVERSI DARI BBM KE BBG UNTUK KENDARAAN. Agus Hartanto, Vita Susanti, Ridwan Arief Subekti, Hendri Maja Saputra, Estiko Rijanto, Abdul Hapid

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

PROGRAM DIVERSIFIKASI ENERGI MELALUI KONVERSI BBM KE BBG DAN KENDALA PERKEMBANGANNYA

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

MODEL SIMULASI KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR MINYAK MENUJU BAHAN BAKAR GAS MENGGUNAKAN PENGHAMPIRAN SISTEM DINAMIS

MENUJU PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BENSIN BEBAS TIMAH HITAM

Gambar 1. 1 Pola konsumsi energi di Indonesia ditinjau dari sumbernya

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

b. Transportasi berkelanjutan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TERKAIT BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

Alat Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Bemotor Terintegrasi Komputer

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa

Konversi BBM ke BBG: Belajar dari Pengalaman Sebelumnya

PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI

BAB V Hasil dan Pembahasan

ANALISIS MASALAH BBM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN.

STRATEGI PENGGUNAAN ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI 1

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

Gambar 1.1 Statistik Energi total Indonesia (sumber:bppt, Outlook Energi Indonesia. 2013)

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai bahan bakarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

GREEN TRANSPORTATION

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Posisi Energi Fosil Utama di Indonesia ( Dept ESDM, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

LAPORAN SINGKAT HASIL LOMBA UJI EMISI ANTAR INSTANSI DAN SPOT CHEK EMISI KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN SLEMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Global Carbon Dioxide Emissions from Fossil-Fuels (EPA, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Proses

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

Sustainable Energy Research Centre, U. Transportasi Rendah Emisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RENCANA KEGIATAN STRATEGIS PERHUBUNGAN DI BIDANG ENERGI

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Transkripsi:

KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar 1. PENDAHULUAN Pencemaran udara terutama di kota kota besar telah menyebabkan menurunnya kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya kualitas udara tersebut terutama disebabkan penggunaan bahan bakar fosil untuk sarana transfortasi dan industri yang umumnya terpusat di kotakota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan/lahan. Dampak negatif akibat menurunnya kualitas udara cukup berat terhadap lingkungan terutama kesehatan manusia yaitu : menurunnya fungsi paru, peningkatan penyakit pernapasan, dampak karsinogen dan beberapa penyakit lainya. Selain itu pencemaran udara dapat menimbulkan bau, kerusakan materi, gangguan penglihatan, dan dapat menimbulkan hujan asam yang merusak lingkungan. II. KONDISI SAAT INI Hasil penelitian Bapedal (1992) dibeberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90%. Sebenarnya kondisi tersebut diatas juga telah dialami oleh beberapa kota besar di negara lain, namun telah ditangani secara serius sehingga tingkat pencemaran dapat dikurangi. Hal ini menunjukan bahwa masalah lingkungan telah mendapatkan perhatian cukup serius dan telah didudukan sebagai prioritas dalam pembangunan transportasi perkotaan yang berkelanjutan (Substainable Urban Transport Development). PERTUMBUHAN KENDARAAN BERMOTOR Permasalahan polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan terutama dikotakota besar. Tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di kotakota besar di Indonesia tidak dapat dihindarkan yaitu berkisar 812% pertahun. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia Tahun 1990 sampai dengan Tahun 1998 dapat dilihat pada tabel I, yang didominasi oleh kendaraan bermotor roda dua (72%) urutan kedua setelah kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor) adalah mobil penumpang (15%), berikut mobil barang (9%) dan mobil bus (4%), dimana sebagian besar kendaraan bermotor ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) berupa Premix, Premium atau Solar. Kendaraan bermotor yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) mengandung timah hitam (Leaded) berperan sebagai penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan kesehatan. Kondisi tersebut diperparah oleh terjadinya krisis ekonomi yang melanda negara kita sejak tahun 1997, dimana kondisi kendaraan bermotor dan angkutan sangat buruk akibat mahalnya suku cadang dan perawatan

yang kurang baik sehingga proses pembakaran kurang sempurna. Perkiraan Emisi gas buang dari berbagai kendaraan bermotor dapat dilihat pada tabel II. TABEL I JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA 1990 1999 (Tidak Termasuk Kendaraan ABRI dan CD) Tahun Jenis Kendaraan Sepeda Motor Jumlah Mobil Pnp Mobil Brg Mobil Bus 1 2 3 4 5 6 1990 1.293.835 1009.357 468.631 6.078.916 8.850.739 1991 1.485.947 1.055.260 399.841 6.289.693 9.230.741 1992 1.574.806 1.136.037 407.848 6.804.046 9.922.737 1993 1.676.781 1.113.104 441.478 7.005.706 10.237.069 1994 1.870.859 1.194.283 520.355 7.787.720 11.373.217 1995 1.986.263 1.222.087 544.457 8.127.480 11.880.287 1996 2.429.381 1.494.724 665.921 10.296.077 14.886.102 1997 2.759.533 1.697.854 756.419 11.511.014 16.724.823 1998 2.642.703 1.625.974 724.395 12.651.813 17.644.885 1999 2.784.613 1.598.901 630.812 12.741.158 17.765.484 Sumber : Kepolisian Negara Republik Indonesia, Direktorat Lalu Lintas (Januari 2000) TABEL. II PERKIRAAN EMISI GAN BUANG DARI BERBAGAI KENDARAAN BER MOTOR DI JABOTABEK Jenis Kendaraan Emisi GasBuang (ton/tahun) CO HC Nox SOx PM Kilometer Tempuh 10`km/th Sepeda 120.002 38.302 971 101 101 10.000 Motor Kendaraan 197.005 26.492 29.832 1.433 2.134 13.040 Pnp Taksi 21.295 2.892 3.879 353 425 193 Bus Sedang 68.429 8.500 17.699 1.402 2.232 2.899 Bus Besar 12.105 2.682 8.799 1.507 1.156 826 Van 106.330 12.340 19.488 4.479 1.005 6.183 Truk Kecil 34.161 3.997 6.693 436 603 2.233 Truk 2 as 2.736 1.538 6.304 1.322 1.390 993 Truk 3 as 2.180 1.227 5.074 1.109 517 369 Total 564.292 97.971 98.738 8.142 9.563 38.577 Sumber : The Study on the Interqrated Air Qulity Manajement for Jakarta Metropolitan Area

KONSUMSI BBM SECARA NASIONAL Berdasarkan data Pertamina (April 99 Nopember 99) penjualan BBM berupa Premix, premium dan Solar secara Nasional mencapai 34.499.347 KI, sedangkan perkiraan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Transportasi Darat berdasarkan penelitian Badan Litbang perhubungan (1996), adalah seperti terlihat pada tabel. III TABEL. III PERKIRAAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK PADA TRANSPORTASI DARAT Tahun Transportasi (juta liter) 1994 15.500 1998 20.200 2002 26.000 2005 31.000 Sumber : Penelitian Badan Litbang Perhubungan Tahun 1996 PERKEMBANGAN BAHAN BAKAR YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Di sektor transportasi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) masih sangat dominan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor ini. Namun demikian peluang pemanfaatan bahan bakar gas (LPG & CNG) dan Listrik dikemudian hari sangat besar, terlihat dari pangsa konsumsi (LPG & CNG) dan Listrik ratarata periode pertama baru mencapai 0% dan 0,14%, akan meningkat menjadi 6,34% dan 0,16% pada ratarata periode ketujuh. Selain itu ratarata pertumbuhan Bahan Bakar Gas (LPG & CNG) mencapai 3,84% ratarata per tahun, sedangkan BBM hanya tumbuh sekitar 3,11% per tahun, seperti terlihat pada tabel dibawah ini (Tabel.IV) Jenis Energi TABEL. IV PERKIRAAN RATARATA KONSUMSI ENERGI SEKTOR TRANSPORTASI Konsumsi Energi Ratarata Per Tahun Laju Pertum buhan (%) 9499 9904 0409 0914 1419 1924 2419 LPG 0 2,05 6,08 14,25 34,26 78,85 117,91 14,46 CNG 0 0,25 1,38 3,09 7,05 15,90 30,08 17,31 Listrik 1,02 1,03 1,15 1,47 1,99 2,78 3,81 4,49 Avtur/ 62,87 64,22 71,71 91,31 121,85 163,42 212,47 4,14 Avgas Diesel 368,53 375,42 426,89 537,17 685,69 887,46 1,114,59 3,85 Fuel Oil 19,76 375,42 30,80 44,37 66,06 97,72 138,86 6,72 Gasoline 296,44 286,46 295,55 354,78 441,38 529,67 685,81 2,84 Total 748,62 753,37 833,56 1.04,44 1.358,28 1.775,30 2.333,53 3,86 Sumber: Skenario Pengunaan teknologi Efisien, Dit. Teknologi konversi dan Konservasi Energi

Sejak dipasarkannya LPG sebagai bahan transportasi, pertamina melaporkan adanya kenaikan penjualan BBG sebesar 22,28% rata rata pertahun selama lima tahun terakhir. Penjualan BBG tahun 1998/1999 mencapai 29.040 KLSP, Penjualan SPBG 28 buah, 8 diantaranya milik swasta, sedangkan jumlah SPG LPG 15 buah selurunya milik swasta. Pemasaran telah meluas yang semula hanya di Jakarta saat ini telah tersedia SPBG di Surabaya, Medan, Palembang Cirebon, Cikampek, (Lihat Tabel V). Pengembangan BBG tidak secepat yang di harapkan terutama di sebabkan oleh kendala sebagai berikut : h Penyebaran SPBG terbatas karena keterbatasan jaringan distribusi pipa gas; h Investasi peralatan kompresos dirasa mahal; h Biaya operasi SPBG tinggi terutama tarif listrik; h Lahan untuk pembangunan SPBG terbatas; h Partisipasi swasta dalam investasi SPBG kurang karena margin tidak menarik; h Conversion Kit masih diimpor dengan nilai tukar yang terjadi akhirakhir ini tidak menarik bagi konsumen. Untuk mengatasi kendala keterbatasan jaringan gas, maka Pertamina telah memasarkan pula pemakaian LPG untuk sektor transportasi, selain di Jakarta telah pula dipasarkan di Bandung dan Denpasar. Selain harga Conversion Kit LPG lebih murah dibandingkan dengan Conversion Kit BBG, biaya pembangunan SPB LPG juga memerlukan investasi lebih kecil dibandingkan dengan SPBG, sedangkan kendala utama pemakaian bahan bakar LPG adalah karena harga yang kurang kompetitif. TABEL V STASIUN BAHAN BAKAR GAS DAN ELPIJI LOKASI SPBG SPB ELPIJI KETERANGAN PERTAMINA SWASTA SWASTA UPPDN II Medan 2 Unit UPPDN II Palembang 2 Unit Belum beropersi UPPDN III Jakarta 11 Unit 6 Unit 11 Unit Cirebon 2 Unit Belum beropersi Cikampek 1 Unit Belum beroperasi Bandung 3 Unit UPPDN V Surabaya 2 Unit 2Unit 1 Unit Jumlah 20 Unit 8 Unit 15 Unit Melihat perkembangan konsumsi BBG dan kendala yang dihadapi, Pemerintah perlu mengantisipasi melalui pembangunan fasilitas Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan penyediaan Conversion Kit serta diikuti dengan kebijakan harga yang menarik (contoh : Singapura dan Thailand produk unleaded lebih murah daripada produk leaded). Berdasarkan laporan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) Posisi Agustus 1999, dari jumlah taxi yang beroperasi di Jakarta sebanyak 21.845 armada, yang

menggunakan BBG baru 24,5% (5.357 armada), sedangkan untuk Bus Kota ukuran besar yang menggunakan BBG sebanyak 40 armada tetapi yang beroperasi saat ini hanya 25 armada dari perum PPD. Jumlah taxi dan Bus BBG yang beroperasi semakin menurun dan populasi penambahannya sangat lambat, hal ini disebabkan : Terbatasnya jumlah SPBG dan SPB Elpiji; Pemeliharaan kendaran belum optimal; Harga perawatan konversi sangat tinggi sekitar Rp. 3.7 juta/unit setelah krisis moneter Dari gambaran kondisi tersebut diatas, perlu diambil langkahlangkah kongkrit dalam pengembangan pengunaan Bahan Bakar yang berwawasan lingkungan dimaksud. III. KEBIJAKAN YANG DIHARAPKAN Berdasarkan kondisi saat ini dimana dapat dilihat bahwa transportasi sangat berpengaruh terhadap pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor, perlu diambil langkahlangkah konkrit dan dukungan berupa : 1. Pemberi insentif bagi kendaraan bermotor yang berpopulasi rendah antara lain : a. Keringanan pembebasan pajak untuk kendaraan bermotor yang menggunakan Gas berupa PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor). Ref. PERPU. No.21 tahun1997; b. Keringanan Pajak Kendaraan (STNK) khusus kendaraan berbahan bakar Gas (BBG atau LPG) selama periode tertentu 2. Penentuan harga jual Bahan Bakar yang berwawasan lingkungan (Mogas Unleaded dan Gas) de ngan harga menarik bagi konsumen 3. Pemberian keringanan pajak untuk Bea Masuk peralatan Konversi (Conversion Kit), Sehingga harga jualnya dapat ditekan dan terjangkau oleh masyarakat. 4. Peraturan Pemerintah yang mewajibkan kepada Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) untuk setiap kendaraan baru yang diproduksi sudah dilengkapi/dipasang Catalytic Converter serta alat konversi untuk kendaraan niaga dan angkutan umum. IV. DUKUNGAN LINTAS SEKTORAL Mengingat permasalahan pencemaran udara terutama di kota kota besar telah telah menyebabkan menurunnya kualitas udara yang menggangu kenyaman bahkan telah menyebabkan gangguan kesehatan dan keseimbangan iklim global. Untuk menanggulangi hal tersebut upayaupaya pengendalian pencemaran udara perlu dilakukan oleh semua pihak yang terkait dan berkepentingan antara institusional yang meliputi : beberapa Departemen Teknis terkait (Departemen Perhubungan, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Keuangan dan Kementerian Pekerjaan Umum), serta Bapedalda, Pertamina dan Polri, sedangkan Pemda akan berperan sekali sebagai penanggung jawab pelaksanaannya dan Bappenas sebagai penanggung jawab pendanaannya.