BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Karya Sinulingga dan Denny Munte Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan. = 4,479 dan t tabel.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia Indonesia. diri dan berhasil dalam kehidupan di masa mendatang.

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten

I. PENDAHULUAN. Fokus isu-isu strategis pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu: 1) peserta didik;

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan dari peneliti saja. Pembelajaran tidak berhasil dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan hasil belajar siswa. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk memperbaiki kualitas pendidikan, salah satunya melalui Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya meliputi (1) input siswa, (2) Lingkungan instruksional, (3) proses pendidikan, dan (4) keluaran pendidikan. Dalam proses pendidikan, didalamnya terdapat aktivitas pembelajaran, peran serta siswa dalam belajar, sistem pengelolaan administrasi, serta mekanisme kepemimpinan kepala sekolah merupakan hal yang perlu dioptimalkan fungsinya agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan. Dalam membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). (Diknas 2013 : 5 ). Peningkatan kualitas di sekolah merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan, berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan

2 siswa. Kualitas pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila sebagian besar siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu interaksi yang mendorong terjadinya belajar dalam rangka mempengaruhi siswa, agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, sehingga akan menimbulkan perubahan perkembangan jasmani dan mental siswa. Undang-Undang RI No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, maka tugas utamanya harus terlaksana dengan baik, sehingga guru wajib memiliki kualifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani dan memenuhi kualifikasi lain yang telah ditentukan satuan pendidikan tempatnya bertugas, serta berkemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Salah satu faktor yang menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah adalah kinerja guru. Kinerja guru dimaksud adalah hasil kerja guru yang terefleksi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran yang intensitasnya dilandasi oleh etos kerja, serta disiplin professional guru dalam pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, sebagian besar siswa belum memahami tentang manfaat pelajaran fisika, sehingga selama pembelajaran sikap siswa cenderung formalitas, siswa hanya datang, duduk dan diam selama

3 pembelajaran fisika berlangsung. Rasa senang terhadap pelajaran fisika belum terlihat selama pembelajaran. Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun non fisik dalam pembelajaran masih terbatas pada beberapa siswa saja. Aspek keinginan siswa dalam pembelajaran fisika rendah. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran rendah. siswa kurang memanfaatkan kesempatan yang diberikan guru untuk bertanya ataupun meminta penjelasan lebih terkait mata pelajaran fisika. Peraturan Permerintah nomor 74 tahun 2008, Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) perlu didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman, nyaman dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan menyenangkan (enjoyable learning). Iklim yang demikian akan mendorong terwujudnya pembelajaran lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama (learning to live together). Suasana tersebut akan memupuk kemandirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan warga sekolah, bersifat adaptif, dan proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, dan berani mengambil resiko), tidak saja bagi siswa, tetapi juga guru dan pimpinannya (Mulyasa, 2007:33).

4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 ayat 1 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, menyatakan bahwa untuk mengetahui mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang terdiri dari: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu standar nasional pendidikan yang keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa kini dan masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 20 hal 19 disebutkan bahwa perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Perencanaan pembelajaran berbasis kompetensi tersebut meliputi; merencanakan kompetensi, mengembangkan indikator kompetensi, mengembangkan materi, mengembangkan penilaian, mengembangkan strategi pembelajaran dan merancang media pembelajaran. Permendiknas no 65 tahun 2013 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap

5 pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Visi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Unggul dalam prestasi, teladan dalam Iman dan Taqwa sebagai acuan utama yang akan digunakan dalam proses merancang pembelajaran, indikator dari visi tersebut adalah: Meningkatnya prestasi akademik dan non akademik, Meningkatkan kreatifitas guru dan siswa, Terwujudnya daya saing yang tinggi, Terwujudnya disiplin warga sekolah yang tinggi, Terwujudnya kepribadian yang nasionalis religius, Terwujudnya lingkungan sekolah yang rindang, nyaman, aman dan asri, Menjadi 3 besar SMA berprestasi di Kabupaten Pringsewu tahun 2017. Dengan memperhatikan indikator di atas, maka guru dapat membuat desain pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan sekolah. Desain pembelajaran yang di buat guru sangat menentukan kegiatan di kelas. Salah satu tujuan pembelajaran fisika, menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal

6 untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki dunia teknologi termasuk teknologi informasi untuk kepentingan pribadi, sosial, ekonomi dan lingkungan, (Depdiknas, 2003:1). Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika serta mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap percaya diri, melalui pembelajaran fisika diharapkan siswa memperoleh pengalaman dalam membentuk kemampuan untuk bernalar deduktif kuantitatif matematis berdasarkan pada analisis kualitatif dengan menggunakan berbagai konsep dan prinsip fisika. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa, merupakan salah satu sekolah negeri yang ada di Kabupaten Pringsewu, yang mempunyai fasilitas pembelajaran cukup memadai dan input siswa dengan latar belakang yang bervariasi. Latar belakang yang bervariasi menyebabkan sikap, motivasi dan hasil belajar siswa beraneka ragam. Hasil observasi awal diketahui bahwa sebagian besar siswa pasif selama proses pembelajaran fisika berlangsung. Interaksi siswa dengan siswa

7 masih lemah, demikian juga interaksi siswa dengan guru. siswa tidak berani bertanya ketika diberikan kesempatan bertanya oleh guru, hanya sebagian kecil siswa yang berani mengemukakan pertanyaan atas materi pelajaran yang belum dipahami. Dengan adanya perencanaan maka kegiatan yang akan dilaksanakan dalam waktu panjang memiliki arah yang jelas, dapat diprediksikan hasilnya, dapat diperkirakan sumber daya yang diperlukan, dan dapat juga digunakan untuk menentukan persyaratan siswa dalam mengikuti pembelajaran disekolah tersebut. Guru sudah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, meskipun dalam realisasinya belum terlaksana secara optimal. Metode yang digunakan ceramah diselingi tanya jawab dengan siswa adalah yang dominan digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Guru juga memberikan motivasi di sela pembelajaran. untuk mencapai idealisme seperti kondisi di atas, lembaga pendidikan dihadapkan pada berbagai permasalahan menyangkut diri siswa, pengajar, maupun fasilitas pembelajaran. Semangat siswa untuk berlomba menjadi yang terbaik masih lemah, terbukti sedikit siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru, metode pembelajaran masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Diperoleh data hasil belajar fisika siswa yang dicapai pada umumnya masih rendah yaitu nilai rata rata 55 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang akan dicapai adalah 65. Sehingga dapat dikatakan nilai rata rata siswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar

8 ini menunjukkan siswa yang mengalami kesulitan belajar. siswa yang perlu mendapat perhatian guru adalah kesulitan di dalam belajar untuk memahami konsep yang diajarkan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: pimpinan, guru, metode dan pendekatan yang digunakan oleh guru, dan latar belakang siswa itu sendiri. Evaluasi pembelajaran akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah. Manfaat yang utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan evaluasi pembelajaran dengan baik. Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh seorang guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran, (Arifin 2011 : 2). Keberadaan evaluasi belajar sangat diperlukan selama masih ada kegiatan pembelajaran. Evaluasi diperlukan guru saat memberikan materi serta untuk mengetahui daya serap siswa pada materi yang disajikan. Diharapkan sekolah lebih banyak memberikan pelayanan dan fasilitas kepada siswa, misalnya dengan berusaha secara terus-menerus, dan berkesinambungan untuk melengkapi sarana dan prasarana di sekolah dalam menunjang kelancaran pembelajaran. Pihak sekolah diharapkan mengerti kebutuhan apa saja yang di perlukan guru dan siswanya, dan juga memikirkan bagaimana agar pembelajaran

9 yang terjadi dapat berkualitas dan berhasil. Demi membantu siswa mencapai berbagai kompetensi yang diharapkan, pembelajaran diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan bagi siswa mengembangkan kreativitas, dan kemandiriannya sesuai dengan bakat, minat, serta perkembangan fisik dan psikologis siswa, oleh karena itu guru hendaknya merancang pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan siswa, agar pembelajaran berlangsung optimal. Hasil observasi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa ditemukan pula beberapa aspek yang belum memenuhi proses pembelajaran mata pelajaran fisika secara baik sehingga belum bisa menghasilkan peningkatan mutu pendidikan. Antara lain indikator kemampuan guru, salah satunya dapat diidentifikasi melalui penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fisika kelas X di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa ditemukan bahwa kualitas penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran masih kurang baik dan masih berada di bawah standar nasional pendidikan. (Mulyasa 2008: 155) mengatakan kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran yang tidak baik akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karena pada dasarnya pembelajaran merupakan implementasi dari rencana pelaksanaan pembelajaran. Selain itu fasilitas yang belum dimanfaatkan secara maksimal juga menjadi kendala, sehingga pembelajaran sulit terlaksana dengan baik. Hasil observasi ini dikemukakan dalam Tabel 1.1.berikut:

10 Tabel 1.1. Hasil Penilaian RPP SMAN di Kabupeten Pringsewu Tahun 2012 No Aspek yang dinilai Nilai Keterangan 1 Kejelasan perumusan tujuan Jumlah skor pengumpulan 2 pembelajaran data: 2 Pemilihan materi ajar 2 10, dengan klasifikasi nilai 3 Pengorganisasian materi ajar 2 tidak baik.interval Pemilihan sumber / media jawaban:1-5 4 1 pembelajaran Klasifikasi nilai : 5 Kejelasan skenario pembelajaran 2 33-40 = Sangat baik 6 Kerincian skenario pembelajaran 1 25-32 = Baik 17-24 = Kurang baik 7 Kesesuaian teknik dengan tujuan 2 pembelajaran 9-16 = Tidak baik 8 Kelengkapan instrumen evaluasi 2 8 = Sangat tidak baik Skor Total 14 Dari delapan aspek penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran fisika yang dikemukakan dalam Tabel 1.1. keseluruhan item penilaian hanya mencapai angka 1 dan 2. Angka ini berada pada klasifikasi sangat tidak baik. Demikian juga skor total penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran hanya mencapai angka 14(empat belas) yang tergolong pada klasifikasi tidak baik. Selain itu hasil observasi juga menemukan bahwa guru lebih banyak menggunakan bahan ajar cetak berupa buku dan metode ceramah, sementara fasilitas audio dan visual atau kegiatan praktikum yang sejatinya dapat menimbulkan minat siswa terhadap pembelajaran tidak digunakan secara maksimal. Temuan lainnya dari hasil observasi menunjukkan bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa belum berjalan secara baik. Idealnya evaluasi dapat dikatakan baik sebagai alat ukur jika memenuhi persyaratan evaluasi, yaitu memiliki: 1) validitas, 2) reliabilitas, 3)

11 objektivitas, 4) praktibilitas, dan 5) ekonomis, kenyataannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa, kelima komponen evaluasi pembelajaran di atas belum terpenuhi. Bahkan dalam evaluasi pembelajaran belum menggunakan prosedur dan teknik evaluasi yang benar sebagaimana disyaratkan dalam standar penilaian pendidikan, yaitu Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar siswa, penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Keterbatasan waktu guru dalam menerapkan sistem evaluasi yang baik dan ideal merupakan salah satu penyebabnya. Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, akuntabel, guru masih kurang memperhatikan dan melaksanakan evaluasi proses. Evaluasi sering diadakan dalam bentuk pilihan ganda, yang hanya mengukur kemampuan kognitif dalam hal membedakan dan menggunakan ingatan jangka pendek. Padahal materi Ilmu Pengetahuan Alam khususnya materi fisika akan lebih optimal hasilnya jika menggunakan bentuk evaluasi yang bisa mengoptimalkan potensi siswa dalam menjelaskan, menguraikan, mengamati, melakukan aktivitas, menganalisis, dan menyimpulkan. Hasil observasi lain juga menunjukkan bahwa program pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran fisika pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa belum memadai. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

12 (1) pembagian waktu pada rencana pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan yang dilaksanakan sehingga pembelajaran tidak selesai; (2) pemilihan materi yang kurang memperhatikan karakteristik siswa; (3) pemilihan metode yang akan digunakan pada saat pembelajaran tidak dimanfaatkan sehingga terasa monoton; (4) rendahnya nilai rata-rata ulangan harian siswa semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yaitu sebesar 63,34 kurang dari kompetensi ketuntasan minimal yang telah ditentukan; (5) sistem pengajaran yang masih cenderung bersifat tradisional yaitu dengan menekankan pada hafalan-hafalan sehingga cenderung siswa lebih cepat bosan dan mudah lupa; dan (6) siswa jarang praktik di laboratorium karena keterbatasan waktu, mengejar materi, dan sarana prasarana yang kurang memadai seperti: banyaknya alat yang rusak dan jumlah alat yang sedikit, sehingga peralatan di laboratorium jarang dimanfaatkan. Berdasarkan hasil observasi di atas maka penelitian ini memfokuskan pada evaluasi pembelajaran mata pelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa. Dari sejumlah permasalahan yang dijelaskan dari hasil observasi di atas akan dievaluasi dengan menggunakan model CIPP (Context, Input, Process dan Product).

13 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah yang berkaitan evaluasi pembelajaran fisika adalah sebagai berikut: 1. Komitmen guru dalam menjalankan tugas belum optimal 2. Kompetensi profesional guru dalam melaksanakan tugas belum optimal. 3. Iklim belajar yang belum efisien dan tampak pada hasil yang diperoleh siswa; 4. Sarana prasarana pembelajaran fisika yang belum maksimal, terutama alat-alat/pemanfaatan laboratorium; 5. Persiapan perencanaan pembelajaran yang telah dirancang belum sepenuhnya dilaksanakan; 6. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa belum memuaskan, rata-rata nilai mata pelajaran fisika masih banyak dibawah KKM ( 65 ). 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada: 1. Evaluasi context, mengenai iklim pembelajaran fisika; 2. Evaluasi input mengenai ketersediaan fasilitas pembelajaran, dan sumber daya manusia; 3. Evaluasi process mengenai keterlaksanaan pembelajaran fisika berupa; perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran;

14 4. Evaluasi product mengenai hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada pembelajaran fisika. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang dijelaskan sebelumnya maka dirumusan masalah penelitian sebagai berikut; 1. Bagaimanakah iklim pembelajaran fisika di SMAN 1 Ambarawa; 2. Bagaimanakah ketersediaan fasilitas pembelajaran fisika di SMAN 1 Ambarawa? 3. Bagaimanakah keterlaksanaan proses pembelajaran fisika di SMAN 1 Ambarawa? 4. Bagaimanakah hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam pelaksanaan program pembelajaran fisika di di SMAN 1 Ambarawa. 1.5. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa. Adapun secara spesifik tujuan dari penelitian adalah menjelaskan berdasarkan fakta tentang: 1. Iklim pembelajaran fisika di SMAN 1 Ambarawa; 2. Ketersediaan fasilitas pembelajaran fisika di SMAN 1 Ambarawa; 3. Keterlaksanaan proses pembelajaran fisika di di SMAN 1 Ambarawa;

15 4. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam pelaksanaan pembelajaran fisika di SMAN 1 Ambarawa. 1.6. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya teknologi pendidikan kawasan evaluasi program yang diharapakan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan perencanaa pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada siswa terutama pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam fisika. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi: a. Masukan bagi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mendesain rencana pelaksanaan pembelajaran; b. Masukan bagi Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pringsewu agar dapat memperhatikan dan memenuhi sarana dan prasarana sekolah;