URGENSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (1)

dokumen-dokumen yang mirip
Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01

PROSEDUR MUTU PENGADAAN BARANG / JASA MELALUI PENYEDIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

ANTARA PPK, PPTK, dan PPK-SKPD Abu Sopian, Balai Diklat Keuangan Palembang

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG,

WALIKOTA PROBOLINGGO

1. Keterbatasan Jumlah Petugas.

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

MANUAL PROCEDURE. Proses Pelaksanaan Pelelangan Barang dan Jasa

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PENGADAAN JASA KONSTRUKSI TKS 4221

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka percepatan pelaksanaan Belanja Negara/Daerah perlu

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

2 Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D

PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN SOSIAL

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: P.35/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 6 TAHUN TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGADAAN LANGSUNG BOLEH DILAKSANAKAN OLEH PENYEDIA YANG TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN oleh: Abu Sopian, S.H., M.M. Balai Diklat Keuangan Pelembang

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA. No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.01 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2012 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.13/Menhut-II/2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5655); 2. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

Ishak Musa. Widyaiswara Madya Provinsi Banten, Jln. Raya Lintas Timur KM.4 Karang Tanjung, Pandeglang- Banten

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

MANUAL PROCEDURE. Proses Pengajuan Lelang

BAB II PENGORGANISASIAN, TUGAS DAN KEWENANGAN PELAKSANA KEGIATAN PEMBANGUNAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 39 Tahun : 2015

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENDAGRI. ULP. Pengadaan. Barang/Jasa. Pemerintah. Provinsi. Kabupaten/Kota. Tata Cara.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 27 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengadaan Barang/Jasa. Prosedur. Pedoman.

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

POLISI NUNUKAN TETAPKAN LIMA TERSANGKA BARU KASUS KORUPSI BUKU

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR

KONSEP DASAR PENGUJIAN DAN PEMBAYARAN TAGIHAN

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2015

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS TENTANG

Transkripsi:

Pendahuluan Asumsi: Kegiatan dan anggaran adalah pekerjaan administratif yang tidak bergengsi dan monoton; Administrasi hanyalah pekerjaan pendukung; Akibat banyak pegawai yang menolak menjadi pengelola kegiatan/anggaran; Kegiatan administrasi diabaikan sehingga muncul berbagai resiko.

Outline 1. URGENSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG KEGIATAN DAN ANGGARAN; 2. BERBAGAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG KEGIATAN DAN ANGGARAN; 3. ISU-ISU PENTING SEPUTAR KEGIATAN DAN ANGGARAN; 4. TIPS DAN REKOMENDASI.

URGENSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (1) 1. Peraturan perundang-undangan dibuat untuk menciptakan keteraturan, ketertiban dan kepastian dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran; 2. Terdapat berbagai peraturan perundangundangan dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang harus ditaati; 3. Setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan berpotensi menimbulkan resiko temuan audit, bahkan resiko hukum (administrasi/perdata/pidana).

URGENSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (2) Administrasi Perdata Pidana Objek hukum administrasi yang mungkin dapat beresiko a.l: Keputusan Pejabat (Es I/II/KPA/PPK); Resiko yang mungkin muncul adalah gugatan pembatalan Tata Usaha Negara, misalnya terhadap surat keputusan yang ditetapkan oleh PPK; Contoh:Thomycroft vs Kementerian Kelautan dan Perikanan tentang pembatalan pemenang lelang kapal (Bappenas diminta memberikan opini terkait kasus ini) Resiko yang mungkin timbul adalah pada proses pelaksanaan perjanjian/kontrak publik; Perjanjian/kontrak publik berpotensi menghadapi gugatan perbuatan melawan hukum dan wanprestasi; Contoh: Penyelesaian pekerjaan yang tidak tepat waktu, pembayaran pekerjaan yang tidak tepat waktu, pekerjaan yang tidak sesuai spek. Dalam pelaksaan kegiatan dan anggaran di instansi pemerintah seringkali melibatkan APBN sebagai manifestasi keuangan negara; Keterlibatan hukum pidana menjadi relevan karena setiap perbuatan yang merugikan keuangan negara dikategorikan sebagai korupsi (suap/mark up/rekayasa/sppd fiktif, dll); Contoh: kasus pengadaan alat kesehatan penanganan flu burung di kementerian keuangan (2006), tsk: PPK, rekanan dan mantan Menteri Kesehatan (Siti Fadhilah).

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Peraturan Internal (Kementerian PPN/Bappenas): 1. Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Dan Anggaran; 2. Petunjuk Pelaksanaan Nomor 1/JUKLAK/Sesmen/ 02/2014 tentang Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Dan Anggaran.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG KEUANGAN 1. UU 1/2003 : keuangan Negara 2. UU 1/2004 : Perbendaharaan Negara 3. UU 15/2004 : Pemeriksaan Pengelolaan & Tanggung Jawab Keuangan Negara 4. PERMENKEU Nomor 72/PMK.02/2013 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2014 5. PERMENKEU NO. 113/PMK.05/2012 Perjalanan Dinas Dlm Negeri Bg Pejabat Negara, Pegawai Negeri & Pegawai Tidak tetap

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PENGADAAN BARANG/JASA 1. Perpres NO. 54/2010 : pengadaan barang/jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres No. 70 Tahun 2012 DI BIDANG PERPAJAKAN 1. UU 17/2000 : Pajak Penghasilan 2. Peraturan pelaksanaan bidang perpajakan PERATURAN TERKAIT LAINNYA 1. UU NO. 31/1999 jo UU NO 20/2001 : Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Tugas dan tanggungjawab PPK dan pengelolan anggaran sangat berat, sedangkan pelaksanaan pengadaan dan kegiatan dilakukan untuk kepentingan unit kerja. Oleh karena itu perlu kerjasama yang baik antara PPK dan unit kerja. ISU-ISU PENTING: (1) Para Pihak dalam Kegiatan dan Anggaran Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran mengangkat Unit Layanan Pengadaan/ Pejabat Pengadaan Pejabat Pembuat Komitmen Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Proses Pemilihan dan Penetapan Kontrak dan Pelaksanaan Hasil Pekerjaan catatan: Penyedia Barang/ Jasa

ISU-ISU PENTING: (2) Hubungan Kerja PPK dan Unit Kerja PPK 1. Melakukan praverifikasi atas kelengkapan dokumen pelaksanaan kegiatan. 2. Menyetujui/menolak usulan pencairan dana kegiatan baik untuk kegiatan swakelola maupun yang dipihak ketigakan. 3. Menetapkan/menolak hasil pengadaan barang dan jasa. 4. Menyampaikan usulan revisi DIPA ke Biro Renortala. 1. Melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan secara periodik. 2. Menyusun laporan pemantauan atas penyerapan anggaran. Berdasarkan laporan unit kerja Melakukan pengecekan terhadap dokumen dan laporan kegiatan dari Unit Kerja Pelaksana Kegiatan. Unit Kerja 1. Mengajukan usulan pencairan dana kegiatan baik untuk kegiatan swakelola maupun yang dipihak ketigakan disertai dokumen pendukung yang lengkap; 2. Berkoordinasi dengan PPK dan Pejabat/Panitia Penga dan Barang dan Jasa (PPBJ) guna mempercepat proses pengadaan barang dan jasa ; 3. Menerima dan meyakini atas kebenaran setiap pengadaan barang/jasa yang telah ditetapkan oleh PPK. 4. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan anggaran serta menyiapkan bukti-bukti pertanggungjawabannya. 5. Wajib membantu PPK dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Auditor Internal ataupun Eksternal. 6. Menyampaikan usulan revisi DIPA. 1. Memberikan data, informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan, seperti misalnya : bukti penggunaan anggaran. 2. Menyerahkan laporan per-kembangan kegiatan secara periodik kepada PPK. Menyusun dan menyam-paikan laporan kegiatan berupa: laporan awal, pertengahan-akhir, laporan kinerja.

ISU-ISU PENTING: (3) Ketentuan Seputar Tim Pelaksana Kegiatan Ketentuan pembentukan Tim Pelaksana yang dapat dibayarkan honorariumnya adalah (PMK 72/PMK.02/2013): 1. Mempunyai keluaran jelas dan terukur; 2. Bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengikutsertakan eselon I lainnya; 3. Bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan; 4. Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu bagi pejabat negara/pegawai negeri disamping tugas pokoknya sehari-hari; 5. Dilakukan secara efektif, selektif dan efisien. Kualifikasi keanggotaan Tim Pelaksana disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan Nomor 1/JUKLAK/Sesmen/ 02/2014 tentang Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Dan Anggaran.

ISU-ISU PENTING: (4) Ketentuan Seputar Tim Sekretariat Ketentuan Pembentukan Tim Sekretariat Pelaksana Kegiatan (PMK 72/PMK.02/2013): 1. Merupakan kegiatan administratif yang berfungsi untuk menunjang kegiatan tim pelaksana kegiatan; 2. Merupakan bagian tak terpisahkan dari tim pelaksana kegiatan; 3. Hanya dapat dibentuk untuk menunjang tim pelaksana kegiatan yang ditetapkan oleh Presiden/Menteri; 4. Jumlah sekretariat tim pelaksana kegiatan paling banyak 7 (tujuh) orang.

ISU-ISU PENTING: (5) Ketentuan Seputar Tim Pelaksana dan Tim Sekretariat Keikutsertaan pejabat negara/pegawai negeri dalam tim pelaksana kegiatan/tim sekretariat tidak dibatasi namun pemberian honorariumnya diatur dengan ketentuan (PMK 72/PMK.02/2013): 1. Pejabat negara/pejabat eselon I/II setiap bulannya hanya diperkenankan menerima honorarium tim yang bersumber dari DIPA Kementerian PPN/Bappenas (termasuk dana dekonsentrasi) paling banyak untuk 2 (dua) tim pelaksana; 2. Pejabat eselon III/IV, dan pejabat fungsional serta pelaksana setiap bulannya hanya diperkenankan menerima honorarium tim yang bersumber dari DIPA Kementerian PPN/Bappenas (termasuk dana dekonsentrasi) paling banyak untuk 3 (dua) tim pelaksana.

ISU-ISU PENTING: (6) Hubungan Kerja Biro Hukum dan Unit Kerja dalam Penyusunan SK Kegiatan Memo Sesmen PPN/Sestama Bappenas No. 465/Ses/08/2013 tertanggal 29 Agustus 2013 perihal tindak lanjut temuan BPK RI atas Laporan keuangan Kementerian PPN/Bappenas menginstruksikan kepada Biro Hukum untuk lebih selektif dalam melakukan legal drafting; Instruksi tersebut terkait dengan duplikasi penugasan dalam suatu Tim Pelaksana kegiatan yang dibuat bertingkat dalam SK Menteri (Tim Pengarah) dan SK Sesmen (Tim Sekretariat); Duplikasi tugas dalam kedua Tim tersebut dianggap menyebabkan ketidakhematan belanja honor Tim Pelaksana Kegiatan; SDM Biro Hukum yang sangat terbatas, sedangkan jumlah SK yang harus diproses sangat banyak, maka unit kerja pengusul berfungsi sebagai filter pertama dalam perumusan substansi kegiatan yang dirumuskan dalam SK; Hindari penyusunan SK yang sekedar copy paste dari tahun sebelumnya.

ISU-ISU PENTING: (7) Permasalahan Mengenai Perjanlanan Dinas Prinsip Perjalanan Dinas (PMK 113/PMK.05/2012): 1. Selektif; 2. Ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja; 3. Efisiensi belanja negara; 4. Akuntabilitas Setiap permasalahan yang berkaitan dengan Perjalanan dinas maka dikembalikan pada prinsip-prinsip tersebut; Contoh: Apabila terjadi perjalanan dinas yang komponennya tidak diperoleh bukti alat transportasi (misalnya perjalanan jakarta-bogor), maka dapat menggunakan harga rata-rata perjanlanan dengan menggunakan taxi atau PPK dapat menyusun standar yang sama bagi setiap unit dibawahnya.

ISU-ISU PENTING: (8) Permasalaha Pengadaan Barang/Jasa Berdasarkan Perpres No 70 Tahun 2012 dinyatakan bahwa masa penugasan pejabat pengelola anggaran: PPK, Panitia Pengadaan, Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, dll adalah tidak terikat tahun anggaran; Konsekuensinya SK pengangkatan pejabat pengelola anggaran memungkinkan tidak diperbaharui setiap tahun selama personil yang ditugaskan tidak berubah.

ISU-ISU PENTING: (8) Wewenang PPK dalam Perpres No 54/2010 vs Perpres No. 70/2012 Perpres No 54/2010 Perpres No. 70/2012 1. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi: spesifikasi teknis Barang/Jasa; Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan rancangan Kontrak. 2. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa; 3. menandatangani Kontrak; 4. melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa; 5. mengendalikan pelaksanaan Kontrak; 6. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA; 7. menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan; 8. melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan 9. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. 1. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi: spesifikasi teknis Barang/Jasa; Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan rancangan Kontrak. 2. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/ Jasa; 3. menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi/Surat Perintah Kerja (SPK)/surat perjanjian; 4. melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/ Jasa; 5. mengendalikan pelaksanaan Kontrak; 6. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA; 7. menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/ Jasa kepada PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan; 8. melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan 9. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

ISU-ISU PENTING: (8) Wewenang Pejabat Pengadaan vs Panitia Pengadaan/ULP dalam Perpres No. 70/2012 Pejabat Pengadaan 1. Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); 2. Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); Panitia Pengadaan/ULP 1. Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya dengan nilai diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); 2. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Semakin rinci bukti perjanjian, maka kedudukannya semakin kuat secara hukum. Oleh karena itu, Biro Hukum tetap merekomendasikan penggunaan Surat Perjanjian untuk pengadaan jasa lainnya yang nilainya dibawah 200 juta, dan jasa konsultan yang nilainya dibawah 50 juta ISU-ISU PENTING: (9) Bukti Perjanjian dalam Perpres No. 70/2012 Bukti Perjanjian bukti pembelian (misalnya struk, atau bukti pembelian yang lain) kuitansi Surat Perintah Kerja (SPK) Surat Perjanjian catatan: Keterangan Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

ISU-ISU PENTING: (10) Jasa Konsultan dan Jasa Lainnya dalam Perpres No. 70/2012 Jasa Konsultan Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware) Jasa Lainnya Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang Biasanya memiliki output pekerjaan tertentu seperti laporan hasil kajian, analisis atau bentuk lainnya. Tidak dituntut memiliki output pekerjaan tertentu, biasanya dibuktikan dengan daftar kehadiran, atau laporan pekerjaan yang bersifat sederhana.

TIPS dan REKOMENDASI 1. Patuhi Peraturan Perundang-undangan/Kebijakan Pejabat yang Berwenang Apabila ada peraturan yang mengatur mengenai suatu hal, maka cermati dan ambil keputusan sesuai dengan peraturan tersebut, Jangan Ambil Resiko!!; Melawan hukum berarti berbuat yang Bertentangan Dengan Hukum. Berbuat berdasarkan peraturan perundang-undangan tidak mungkin bertentangan dengan hukum karena hal tersebut berarti melaksanakan hukum; Pahami berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan dan anggaran, termasuk juga peraturan kebijakan/kebijakan pejabat yang berwenang yang mungkin dituangkan di dalam Peraturan Menteri/Dirjen, Surat Edaran, Maklumat, Pengumuman, Ketetapan Rapat, Rekomendasi Hasil Audit, dll.

TIPS dan REKOMENDASI 2. Pahami lingkup Kewenangan yang Dimiliki Pada saat akan membuat keputusan, pahami lingkup kewenangan yang dimiliki berdasarkan SK Pengangkatan dan/atau peraturan perundang-undangan yang melingkupi; Mengambil kebijakan diluar lingkup kewenangan yang dimiliki berpotensi mengarah ke perbuatan melampaui kewenangan/penyalahgunaan kewenangan; Misal: Berdasarkan Surat Kepala BKN No. K.26-20/V.24-25/99 tanggal 10 Desember 2001 tentang Tata Cara Pengangkatan PNS sebagai Pelaksana Tugas dinyatakan bahwa PNS yang diangkat sebagai Plt. Tidak memiliki kewenangan untuk mengambil atau menetapkan keputusan yang mengikat termasuk menandatangani surat keputusan.

TIPS dan REKOMENDASI 3. Libatkan Unit Kerja Lain Pada saat akan mengambil kebijakan namun tidak ada aturan yang bisa menjadi pedoman/aturannya ada namun tidak jelas maka sebaiknya melibatkan unit kerja lain untuk memberikan masukan sebelum pengambilan kebijakan (misalnya: Biro Hukum, Biro Renortala, Inspektorat, atau unit kerja penanggungjawab kegiatan); Catat hasil rapat secara tertulis, termasuk pertimbanganpertimbangan yang digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan; Dokumentasikan hasil rapat tersebut, bila perlu sebarluaskan kepada seluruh peserta rapat secara resmi sehingga tercatat dalam dokumentasi surat masuk/surat keluar pejabat yang bersangkutan. Sehingga kebijakan yang diambil sudah dilakukan secara transparan dan akuntabel dan terhindar dari niat pribadi yang tersembunyi.

TERIMA KASIH