Tinjauan Mengenai Flu Burung

dokumen-dokumen yang mirip
FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi mengenai flu burung berikut ini diperoleh dari :

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

Wahai Burungku, Ada Apa Denganmu (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

Proses Penyakit Menular

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UPAYA MANDIRI PENCEGAHAN PENULARAN FLU BURUNG KE MANUSIA Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar FMIPA UNY Pendahuluan Di awal tahun 2007,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil)

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

Bab I. Pendahuluan. Model Penyebaran Avian Flu Hendra Mairides

Mengapa disebut sebagai flu babi?

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

BAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

KEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan.

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

PROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) INAKTIF SUBTIPE H5N1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

RENCANA STRATEGIS NASIONAL PENGENDALIAN FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,

Gambaran Umum Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah. Nurul Wandasari Singgih Program Studi Kesehatan Masyarakat

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular. Salah satu contohnya adalah virus flu burung (Avian Influenza),

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya

WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

Bab 2 Tinjauan Mengenai Flu Burung 2.1 Wabah Wabah adalah istilah umum baik untuk menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Wabah bisa berupa outbreak (serangan penyakit), epidemi, pandemi, ataupun endemi. Wabah yang terbatas pada lingkup kecil tertentu disebut outbreak, pada lingkup yang lebih luas disebut epidemi, sedangkan pada lingkup global disebut pandemi. Lebih jauh lagi, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Penyakit umum yang selalu terjadi dan menyebar dengan laju yang konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi di suatu daerah tertentu disebut sebagai endemik. Contoh penyakit endemik adalah malaria di sebagian Afrika (misalnya Liberia). Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik (dari bahasa Yunani en-di dalam + demos-rakyat) pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Dalam bahasa percakapan, penyakit endemik sering diartikan sebagai suatu penyakit yang selalu ditemukan pada daerah tertentu. 7

8 Suatu pandemi (dari bahasa Yunani pan-semua + demos-rakyat) atau epidemi global atau wabah global merupakan terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi: Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan. Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius. Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia. 2.2 Virus Flu Burung 2.2.1 Jenis dan Sifat Virus Flu Burung Flu burung (avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus influensa terdiri dari beberapa tipe, antara lain tipe A, tipe B dan tipe C. Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia. Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Influensa tipe A terdiri dari beberapa strain, antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan Departemen Pertanian menunjukkan bahwa subtipe virus Avian Influenza (AI) di Indonesia adalah H5N1. Penelitian tersebut dilakukan dengan pengujian terhadap ayam petelur, buras, dan burung puyuh di Sukoharjo, Wonosobo, Bogor, Tangerang, Blitar, Purwokerto, dan Klaten. Selain itu, telah dilakukan juga survei serologi terhadap 102 peternak di Bali serta 10 orang di Tangerang.

9 Subtipe virus H5N1 bersifat patogen terhadap unggas. Virus ini memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari. Virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemagglutinin; N=neuraminidase) pada umumnya menyerang unggas, burung dan ayam yang kemudian dapat menyerang manusia (penyakit zoonosis). Pada umumnya virus flu burung, avian influenza, tidak menyerang manusia. Tapi beberapa tipe terbukti dapat menyerang manusia atau suatu tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia sebagaimana yang terjadi di Hongkong, Cina, Thailand, dan Vietnam. Beberapa kejadian di Korsel, Jepang, Taiwan, Kamboja, dan Laos sampai saat ini belum dilaporkan ada penularan pada manusia. Begitu juga dengan Indonesia, hingga saat ini belum ada kasus pada manusia. Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Kuman ini kemudian dikeluarkan bersama kotoran. Dari hasil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit (oleh Influenza A H5N1) dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Infeksi akan terjadi bila orang mendekatinya. Virus ini dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 0 C dan lebih dari 30 hari pada 0 0 C. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama, tapi mati pada pemanasan 600 0 C selama 30 menit. Avian Influenza yang saat ini dikenal merupakan virus influenza tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan (Low pathogenic) sampai pada yang bersifat fatal ( highly pathogenic ). Penyakit unggas di Indonesia terdiri dari virus sebanyak 12 jenis diantaranya AI, bakteri 3 jenis, dan parasit 1 jenis. Di Indonesia Virus Influenza tipe A subtipe H5N1 tersebut di atas menyerang ternak ayam sejak bulan Oktober 2003 s/d Februari 2005 akibatnya 14,7 juta ayam mati. Masa inkubasi ( saat penularan sampai timbulnya penyakit ) avian influenza adalah 3 hari untuk unggas, sedangkan untuk unggas di dalam kandang dapat mencapai 14-21 hari. Hal itu tergantung pada jumlah virus, cara penularan, spesies yang terinfeksi dan kemampuan peternak untuk mendeteksi gejala klinis ( berdasarkan

10 pengamatan klinik ). Belakangan diketahui, yang menyebabkan tingkat kematian tinggi pada unggas terinfeksi adalah galur high-pathogenic avian influenza (HPAI). WHO mencatat hanya ada satu galur dari virus flu burung yang tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau HPAI H5N1 yang dapat menginfeksi manusia (zoonosis). Masih menurut WHO, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa virus flu burung tersebut telah bermutasi dari daya mematikan (patogenisitas)-nya yang rendah menjadi virus yang patogenisitasnya tinggi. Mutasi virus flu burung inilah yang menyebabkan akhirnya flu burung menular ke manusia. Penyakit flu burung memiliki mata rantai penularan dari ayam, bebek, ke babi, baru kemudian menular kepada manusia. Penularannya kepada manusia lebih cepat apabila melalui babi karena ketika penyakit itu masuk ke tubuh babi, virus bisa berubah menjadi ganas atau melemah. 2.2.2 Cara Penularan Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan. Flu burung (H5N1) dapat menyebar dengan cepat di antara populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar peternakan dari suatu daerah ke daerah lain. Penyakit ini dapat juga menyerang manusia lewat udara yang tercemar virus itu, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas terserang flu burung. 2.2.3 Gejala Unggas Terinfeksi Flu Burung Gejala flu burung pada unggas biasanya bervariasi, bahkan kadang tanpa gejala. Gejala yang umum adalah tanda-tanda pada pernapasannya seperti bersin, pembengkakan kepala, jengger berwarna biru, dan bercak merah pada bagian tulang sayap. Juga muncul tanda-tanda saraf seperti tidak dapat berjalan, kepala dan leher berputar-putar. Gejala umum lainnya adalah mencret, penurunan produksi dan makan, kematian yang rendah serta tinggi tergantung galur virusnya, serta kaki

11 seperti habis kerokan, yakni bergaris merah-merah. Namun, gejala-gejala tersebut sangat umum dan bisa juga disebabkan oleh bakteri, sehingga diagnosis yang meyakinkan sangat dibutuhkan. Unggas air yang sering bermigrasi (kebanyakan adalah bebek liar) adalah reservoir alami bagi virus flu burung, tetapi mereka resisten terhadap penyakit tersebut. Kontak langsung dan tidak langsung antara unggas air yang bermigrasi dengan unggas ternak, menurut WHO, berimplikasi atas seringnya terjadi epidemi flu burung di dunia burung. Pasar burung hidup juga mempunyai peranan penting dalam penyebaran epidemi, yaitu berjangkitnya penyakit di suatu negara. 2.3 Data Kasus Flu Burung Daerah beresiko tinggi terinfeksi flu burung di Indonesia ada 11 provinsi yaitu seluruh provinsi di Pulau Jawa, Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Pada awal terjadi wabah, Agustus 2003, kematian unggas sebanyak 9.000 ekor, September 2003 naik jadi 325 ribu ekor dan memuncak pada November 2003 dengan korban 2,3 juta ekor. Namun, pada Desember 2003 kasus kematian mulai menunjukkan penurunan jadi 0,5 juta ekor dan pada Januari 2004 turun lagi menjadi 245.030 ekor. 2.4 Kejadian Luar Biasa Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

12 Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur: Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu). Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Pemerintah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) flu burung secara nasional, bukan hanya untuk Provinsi DKI Jakarta saja. Alasannya adalah jumlah korban yang tersebar lebih banyak dibandingkan dengan kasus Iwan Iswara, auditor Badan Pemeriksa Keuangan yang meninggal bersama dua putrinya. Status KLB ditetapkan juga agar pemerintah dan masyarakat lebih agresif menghadapi flu burung dan anggaran yang dialokasikan juga terarah. Selain itu, virus ini telah menimbulkan kerugian material hingga Rp 7,7 triliun dan penyebarannya bisa meluas bila tidak segera ditangani. Kerugian sebesar itu timbul karena virus ini telah membunuh 4,7 juta ekor ayam dan membuat 1,25 juta keluarga peternak kehilangan pekerjaan. 2.5 Dampak Flu Burung Ancaman flu burung teramat sangat serius, terutama di Indonesia yang pemerintahnya tidak melakukan pekerjaan rumah sebaik di Thailand dan Vietnam. Jika sampai virus flu burung H5N1 bermutasi dan menular dari manusia ke manusia,

tidak mustahil Indonesia dapat menjadi hot zone bagi merebaknya pandemi flu burung yang berpotensi menewaskan jutaan manusia. 13 Akibat wabah flu burung (H5N1) ini, industri perunggasan Indonesia misalnya mengalami kerugian hingga 13 triliun rupiah antara tahun 2003 dan 2005, sedangkan secara global, total kerugian yang diderita industri peternakan dunia mencapai dua miliar dolar AS atau 18,282 triliun rupiah (1 dolar AS = Rp. 9.141) selama kurun waktu September 2005 hingga September 2006. Selain kerugian ekonomi, H5N1 juga telah merenggut banyak nyawa. Industri unggas paling menderita secara ekonomi sejauh ini. Pemusnahan unggas telah menyebabkan pasok ayam dan unggas lain turun 15-20 % di negara yang paling parah terkena yaitu Vietnam dan Thailand. Pengusaha ternak dan pedagang ayam menderita kerugian besar karenanya. 2.6 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Flu Burung Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter. Obat standar oseltamivir (Tamiflu) seharusnya digunakan ketika gejala muncul 48 jam sebelumnya, bahkan idealnya dalam tenggat 12 jam setelah penyakit mulai. Dengan tingginya CFR flu burung di Indonesia menurut David E Swayne dari Laboratorium Penelitian Flu Burung USDA (Departemen Pertanian Amerika Serikat), virus AI beranak pinak dengan jenis berbeda karena mengalami mutasi akibat kekebalan alami unggas serta tekanan vaksin (sumber: http://www.i-library.org/ index.php?option=com content&task=view&id=10361&itemid=80). Oleh karena itu,

14 lanjut Swayne, tidak ada vaksin tunggal yang universal untuk virus AI. Efektivitas vaksin bergantung pada pemetaan virus yang ada di suatu negara sehingga bisa diproduksi vaksin yang sesuai jenis virus yang ada. Direktur Kesehatan Hewan Deptan Musny Suatmodjo menyatakan, saat ini Indonesia menggunakan vaksin berbahan dasar isolat virus AI lokal, yaitu strain Legok. Musny mengakui, vaksin itu hanya efektif untuk melawan virus AI strain Legok, tetapi tidak untuk strain lain. Padahal, di Indonesia ada banyak strain virus AI. Upaya pencegahan penularan tentu saja dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan beberapa tindakan seperti: 1. Tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata renang). 2. Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya. 3. Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan. 4. Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan. 5. Mengonsumsi daging ayam yang telah dimasak dengan suhu 800 0 C selama satu menit, telur unggas dipanaskan dengan suhu 640 0 C selama lima menit. 6. Melaksanakan kebersihan lingkungan. 7. Melakukan kebersihan diri. Orang berisiko tinggi terkena influenza yaitu mereka yang berusia lebih 60 tahun, atau berpenyakit paru dan jantung kronis tidak boleh bekerja di peternakan unggas/burung/ayam. Penanggulangan Pemerintah telah menetapkan enam langkah penanganan flu burung: 1. Membatasi infeksi flu burung pada binatang.

15 2. Sosialisasi tentang biosecurity, yang dilakukan Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian. 3. Pemantauan lebih luas dan agresif yang dilakukan Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, dan Departemen Perdagangan. 4. Meningkatkan manajemen kasus agar sedini mungkin kasus dapat dideteksi. 5. Menyiapkan 44 rumah sakit untuk merawat pasien yang diduga terinfeksi flu burung. 6. Menyiapkan delapan provinsi agar memiliki pusat-pusat pendeteksi dini virus H5N1.