PENGARUH JUMLAH PENDUDUK DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KOTA TASIKMALAYA PERIODE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

LAMPIRAN Langkah-Langkah Pemilihan Model Regresi Data Panel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

BAB IV ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kurun waktu , mengenai Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio. sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

KAJIAN TENTANG DETERMINAN KEMISKINAN DI JAWA BARAT

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT. (Factors Identification That Affecting Unemployment.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB III METODE PENELITIAN. transaksi berjalan di Indonesia periode adalah anggaran pemerintah,

1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Tahun

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

MASALAH-MASALAH DALAM MODEL REGRESI LINIER

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Tengah tahun dan apakah pengangguran berpengaruh terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian (Sugiyono,2002). Sehingga penelitian ini mengambil obyek

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

BAB V HASIL PENELITIAN

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Maka dalam penelitian ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Industri UKM Terhadap Pertumbuhan Sektor Industri di Kabupaten Bantul Tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menguji hipotesis (hypothesis testing) yang telah dirumuskan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. merupakan data tahunan dan hanya pada sektor industri.

BAB XII INTERPRETASI HASIL OLAH DATA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Belanja Daerah tahun sekarang pada kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

JURNAL ILMIAH. Disusun oleh : Yolan Cahyani JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari:

BAB 2 MODEL REGRESI LINIER

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANGKATAN KERJA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIPLE LINIER REGRESSION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

KUISIONER. 2. Berapa besar nilai Modal kerja yang diperlukan untuk produksi setiap bulan?

BAB III METODE PENELITIAN. dasarnya menghasilkan hasil analisis dengan numeric (angka) yang akan diolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe

BAB III METODE PENELITIAN

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Statistik). Data yang diambil pada periode , yang dimana di dalamnya

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

Lampiran 1. Data Regresi. 71 Universitas Sumatera Utara

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Deskriptif Rata-rata Standar Deviasi

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan di Jawa Barat tahun ,

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

Transkripsi:

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KOTA TASIKMALAYA PERIODE 2002-2011 Gun Gun Gunawan Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi, Tasikmalaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk dan PDRB terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya periode 2002-2011. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model regresi data time series. Hasil uji secara simultan menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel bebas (Jumlah Penduduk, PDRB,) secara bersama-sama dapat menunjukkan pengaruhnya terhadap tingkat kemiskinan. Pengolahan data dengan menggunakan Eviews. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kemiskinan dipengaruhi oleh variabel bebas yang di teliti, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya, PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya, variabel jumlah penduduk dan PDRB berpengaruh signifikan secara simultan/bersama-sama terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya. Kata kunci : Tingkat Kemiskinan, Jumlah Penduduk, PDRB,

PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Menurut Rintuh (2003), kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan meningkatkan kebutuhan konsumsi dasar dan kualitas hidupnya. Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah ketidakmampuan seseorang melampaui garis kemiskinan yang ditetapkan. Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya. Secara statistik kemiskinan di perkotaan tidak sebesar yang terjadi di pedesaan, akan tetapi fenomena ini bukan berarti masalah kemiskinan di perkotaan tidak perlu ditanggulangi. Kehidupan kota tidak terlepas dengan para migran. Ketika kondisi ekonomi sudah tidak dapat memberikan harapan, masih banyak migran yang berupaya untuk tetap hidup di kota dengan pekerjaan yang tidak layak dan penghasilan yang rendah. Inilah salah satu yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin di perkotaan. Kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Peningkatan efisiensi, produktifitas, kreatifitas, dan partisipasi sumber daya manusia akan menjadi motor penggerak utama pembangunan. Oleh karena itu

sumber daya manusia sebagai subjek pembangunan perlu di dayagunakan secara efektif dalam berbagai kegiatan yang produktif guna menunjang pengembangan ketenagakerjaan. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Tujuan Penulisan Menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya. Menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk dan PDRB terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya.

METODE PENELTIAN Operasionalisasi Variabel Di bawah ini adalah tabel operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini : Variabel Konsep Ukuran Skala Lambang Tingkat Kemiskinan Presentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di masingmasing Kota Tasikmalaya Persen Rasio KM Jumlah Penduduk PDRB Semua orang yang berdomisili di Kota Tasikmalaya selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap Nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode Orang Rasio PD Rp Rasio PDRB Teknik Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), dokumen-dokumen perusahaan atau organisasi, surat kabar dan majalah, ataupun publikasi lainnya (Marzuki, 2005). Data sekunder yang digunakan adalah (time series) dari tahun 2002 2011. Pemilihan periode ini disebabkan karena kemiskinan mengalami fluktuasi dan terjadinya peningkatan PDRB dan diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk,

sehingga penelitian pada periode tersebut menarik untuk diamati serta data tersedia pada tahun tersebut. Periode data yang digunakan adalah data tahun 2002 2011 di Kota Tasikmalaya. Model Analisis Berdasarkan dari kerangka penelitian, penulis mencoba menggunakan pendekatan model regresi berganda. Dalam proses analisis data, penelitian ini menggunakan software ekonometrika yaitu E-Views. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan fungsi adalah sebagai berikut : Yt = f (PD, PDRB, ε) Kemudian dari fungsi tersebut di transpormasikan ke dalam model persaman ekonometrika dengan spesifikasi model yakni : Yt = β 0 + β 1 X 1 t + β 2 X 2 t + εt, t = 1, 2,,T..(3.2) dimana : T adalah banyaknya data time-series Yt = Tingkat Kemiskinan X 1 t = Jumlah Penduduk X 2 t = PDRB β 0 = konstanta β 1, β 2 = koefisien εt = error term

Pengujian Statistik Uji Normalitas Tujuan dari dilakukannya uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat probality Jarque-bera Test. H0 : error term terdistribusi normal H1 : error term tidak terdistribusi normal Kriteria uji: Probability (P-Value) < taraf nyata (α), maka tolak H0 Probability (P-Value) > taraf nyata (α), maka terima H0 Jika terima H0 maka persamaan tersebut tidak memiliki error term terdistribusi normal dan sebaliknya, jika tolak H0 (terima H1) maka persamaan tersebut memiliki error term terdistribusi normal. Analisa Koefisien Determinasi (R 2 ) Imam Ghozali (2002) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai (R 2 ) adalah antara nol dan satu. Nilai (R 2 ) yang kecil (mendekati nol) berarti kemampuan satu variabel dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam

model. Setiap tambahan satu variabel pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted (R 2 ) pada saat mengevaluasi model regresi yang terbaik. Uji t-statistik Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak terikat secara individual dan menganggap variabel lain konstan. Hipotesis yang digunakan: 1. H0 : β 1 0 tidak ada pengaruh jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan. H1 : β 1 > 0 ada pengaruh positif jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan. 2. H0 : β 2 0 tidak ada pengaruh antara variabel PDRB dengan tingkat kemiskinan. H1 : β 2 < 0 ada pengaruh negatif antara variabel PDRB dengan tingkat kemiskinan. Pada tingkat signifikansi 5 % dengan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Jika t-hitung t-tabel maka H0 ditolak, artinya jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kemiskinan secara signifikan. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima, artinya jumlah penduduk tidak mempengaruhi tingkat kemiskinan secara signifikan.

2) Jika t-hitung t-tabel maka H0 di tolak, artinya PDRB mempengaruhi tingkat kemiskinan secara signifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka H0 di terima, artinya PDRB tidak mempengaruhi tingkat kemiskinan secara signifikan. Uji F-statistik Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilaif tabel maka variabelvariabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan : H0 = β 1 = β 2 = = 0 H1: minimal ada satu koefisien regresi tidak sama dengan nol (Gujarati, 1995) Nilai F hitung dirumuskan sebagai berikut : F = R2/(K 1) (1 R)/(N K)..... (3.9) Dimana : K = jumlah parameter yang diestimasi termasuk konstanta N = jumlah observasi Pada tingkat signifikasi 5 % dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :

1) H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel, yang artinya variabel penjelas secara serempak atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. 2) H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung F tabel, yang artinya variabel penjelas secara serempak dan bersama-sama mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Pada mulanya multikolinearitas berarti adanya hubungan linear (korelasi) yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linear pasti dan istilah kolinearitas berkenaan dengan terdapatnya satu hubungan linear. Tetapi pembedaan ini jarang diperhatikan dalam praktek, dan multikolinearitas berkenaan dengan kedua kasus di (Gujarati, 2003). Multikolinearitas dalam penelitian dideteksi dengan melihat: Matriks koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebas. Kaidah yang digunakan adalah apabila koefisien korelasi antara dua variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka kolinearitas berganda merupakan masalah yang serius. Namun korelasi pasangan ini tidak memberikan informasi yang lebih dalam untuk hubungan yang rumit antara tiga atau lebih peubah.

Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel yang pada periode lain, dengan kata lain variabel gangguan tidak random. Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan lag pada model, memasukkan variabel yang penting. Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya minimum, sehingga tidak efisien. (Gujarati, 2003). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi salah satunya diketahui dengan melakukan Uji Breusch-Godfrey Test atau Uji Langrange Multiplier (LM). Uji Heteroskedastisitas Deteksi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati and Porter, 2003). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan white heteroscedasticity-consistent standart errors and covariance yang tersedia dalam program Eviews version 6. Uji ini diterapkan pada hasil regresi dengan menggunakan prosedur equations dan metode OLS untuk masingmasing perilaku dalam persamaan simultan. Hasil yang perlu diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs*Rsquared, secara khusus adalah nilai probability dari

Obs*Rsquared. Dengan uji White, dibandingkan Obs*R-squared dengan X 2 (chisquared) tabel. Jika nilai Obs*R-squared lebih kecil dari pada X 2 tabel maka tidak ada heteroskedastisitas pada model. PEMBAHASAN Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Tasikmalaya Jumlah penduduk tahun 2006 sebanyak 617.767 orang. Jumlah penduduk ini mengalami pertumbuhan sebesar 1,56% bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Tahun 2005. Dilihat dari segi komposisinya, penduduk Kota Tasikmalaya lebih banyak laki-laki dari pada perempuan yaitu terdiri dari 309.842 orang laki-laki dan 307.925 orang perempuan dengan sex ratio sebesar 100,62. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan naiknya kepadatan penduduk pada Tahun 2006 yaitu sebesar 3.601 orang/km 2. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Cihideung sebesar 13.775 orang/km 2 dan terendah terdapat di Kecamatan Kawalu yaitu sebesar 2.028 orang/km 2. Kepadatan penduduk juga dapat dilihat dari rata-rata penduduk per rumah tangga yang mencapai 3,71 sehingga secara umum setiap rumah tangga memiliki 3 sampai dengan 4 orang anggota dalam rumah tangga. Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk dan Sex Rasio Kota Tasikmalaya Tahun 2002-2011 Tahun Jumlah Jiwa Sex Rasio 2002 547.576 98.31 2003 565.657 98.06 2004 579.128 97.38

2005 594.158 97.50 2006 617.767 100.62 2007 630.191 99.88 2008 642.046 100.37 2009 652.693 100.43 2010 635.464 102.37 2011 646.216 102.42 Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Pencari kerja yang terdaftar selama Tahun 2006 di Dinas Kependudukan, Keluarga Berencana dan Tenaga Kerja Kota Tasikmalaya sebanyak 12.213 orang yang terdiri dari 6.675 laki-laki dan 5.538 perempuan. Pencari Kerja tersebut yang sudah ditempatkan sebanyak 934 orang yang terdiri dari 454 laki-laki dan 480 perempuan sedangkan pencari kerja yang belum ditempatkan sebanyak 11.279 orang terdiri dari 6.221 laki-laki dan 5.058 perempuan. Berdasarkan pendidikan yang ditamatkan pencari kerja tersebut terdiri dari Sarjana sebanyak 2.100 orang, Sarjana Muda sebanyak 1.311 orang, SLTA sebanyak 8.027 orang, SLTP sebanyak 588 orang serta tamat SD dan tidak tamat SD sebanyak 151 orang. Perkembangan PDRB di Kota Tasikmalaya Perkembangan PDRB Kota Tasikmalaya dari tahun ke tahun menurut lapangan usaha baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan (Tahun 2000) mengalami peningkatan, artinya dari sisi nilai tambah (Value added) yang diciptakan oleh perekonomian di Kota Tasikmalaya secara bertahap mengalami perkembangan, hal ini berarti produktivitas dan pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan.

Tabel 4.2 Perkembangan PDRB Kota Tasikmalaya tahun 2002-2011 Tahun Jumlah Jiwa Sex Rasio 2002 547.576 98.31 2003 565.657 98.06 2004 579.128 97.38 2005 594.158 97.50 2006 617.767 100.62 2007 630.191 99.88 2008 642.046 100.37 2009 652.693 100.43 2010 635.464 102.37 2011 646.216 102.42 Perkembangan Penduduk Miskin di Kota Tasikmalaya Jumlah penduduk miskin Kota Tasikmalaya berada di urutan ke-25 dari 26 kota dan kabupaten di Jawa Barat. Oleh karena itu, perlu perbaikan pelayanan bagi masyarakat miskin untuk memperbaiki kondisi ini. Kepala Seksi Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya Agus Hartadi mengatakan, hingga akhir tahun 2010 terdapat 131.500 keluarga di kota itu miskin. Kondisi ini menempatkan Tasikmalaya berada di daftar kedua terendah se- Jabar. Jumlah itu masih lebih baik ketimbang Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki 214.500 keluarga miskin. Kepala Bagian Ekonomi Pemerintah Kota Tasikmalaya, Yono S Karso, mengatakan akan terus melakukan perbaikan, terutama penyaluran beras untuk warga miskin (raskin) yang menjadi tanggung jawabnya. Saat ini, terdapat 37.252 orang penerima raskin di Kota Tasikmalaya. Kemiskinan tersebut termanifestasika dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, kemiskinan saling berkaitan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran aspek lainnya. Dan aspek lain dari kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin itu manusianya baik secara individual maupun kolektif (Pantjar Simatupang dan Saktyanu K. Dermoredjo, 2003). Tabel 4.3 Pekembangan Tingkat Kemiskinan dan Garis Kemiskinan di Kota Tasikmalaya Tahun 2002-2011 Tahun Tingkat Kemsikinan Garis Kemiskinan (%) 2002 9,01 103.987 2003 8,64 111.767 2004 8,03 123.675 2005 8,64 133.701 2006 9,24 149.673 2007 8,66 165.734 2008 8,17 190.788 2009 7,43 220.068 2010 7,51 201.138 2011 7,19 226.097 Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Pengaruh Jumlah Penduduk dan PDRB Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Tasikmalaya. Menurut Todaro (2000) bahwa besarnya jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap kemiskinan. Hal itu dibuktikan dalam perhitungan indek Foster Greer Thorbecke (FGT), yang mana apabila jumlah penduduk bertambah maka kemiskinan juga akan semakin meningkat.

Ada dua pandangan yang berbeda mengenai pengaruh penduduk pada pembangunan. Pertama, adalah pandangan pesimistis yang berpendapat bahwa penduduk (pertumbuhan penduduk yang pesat) dapat menghantarkan dan mendorong pengurasan sumberdaya, kekurangan tabungan, kerusakan lingkungan, kehancuran ekologis, yang kemudian dapat memunculkan masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, keterbelakangan dan kelaparan (Ehrlich, 1981). Kedua adalah pandangan optimis yang berpendapat bahwa penduduk adalah asset yang memungkinkan untuk mendorong pengembangan ekonomi dan prolosi inovasi teknologi dan institusional (Simon dikutip dalam Thomas,et al.,2001: 1985-1986) sehingga dapat mendorong perbaikan kondisisosial. Dikalangan para pakar pembangunan telah ada konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap supply bahan pangan, namun juga semakin membuat kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa, dan sumberdaya manusia. Kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar kelapisan masyarakat serta siapa yang telah menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang. Pembangunan ekonomi

mensyaratkan pendapatan nasional yang lebih tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Namun yang menjadi permasalahan bukan hanya soal bagaimana cara memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak menikmati hasilnya. Tabel 4.4 Hasil Regresi Pengaruh Jumlah Penduduk dan PDRB Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kota Tasikmalaya periode 2002-2011 Dependent Variable: TK Method: Least Squares Date: 11/12/13 Time: 10:52 Sample: 2002 2011 Included observations: 10 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C 27.88778 40.25541 0.692771 0.5108 LOG(P) 8.200798 5.818247 1.409496 0.2015 LOG(PDRB) -6.577775 2.320278-2.834908 0.0252 R-squared 0.705435 Mean dependent var 8.257239 Adjusted R-squared 0.621273 S.D. dependent var 0.701874 S.E. of regression 0.431939 Akaike info criterion 1.402259 Sum squared resid 1.305997 Schwarz criterion 1.493035 Log likelihood -4.011295 Hannan-Quinn criter. 1.302679 F-statistic 8.381908 Durbin-Watson stat 1.676895 Prob(F-statistic) 0.013872 Sumber : Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil estimasi di atas dengan nilai-nilai yang di peroleh dari hasil perhitungan statistik, diketahui nilai probabilitas t-stat dari variabel jumlah penduduk berada pada kisaran 0,2015 dengan nilai koefisien sebesar 8,200798, hal ini menunjukan bahwa variabel jumlah penduduk berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya. Sedangkan untuk variabel PDRB hasil perhitungan statistik menunjukan nilai probabilitas t- stat berada pada kisaran 0,0252 dengan nilai koefisien sebesar -6,577775, hal ini menunjukan bahwa variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya. PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan jumlah penduduk dan PDRB terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya, dan meneliti pengaruh jumlah penduduk, PDRB dan tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya Periode 2002-2011. Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan dan pembahasan pada bab- bab sebelumnya, penelitian ini menghasilkan kesimpulan : 1. Variabel jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan dan tidak signifikan. 2. Variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan dan signifikan.

3. Variabel Jumlah Penduduk (PD) dan Produk Domestik Bruto (PDRB) berpengaruh signifikan secara simultan/bersama-sama terhadap tingkat kemiskinan. Variabel-variabel tersebut memiliki arah hubungan yang sama dengan hipotesis. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian, didapat bahwa jumlah penduduk tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sehingga hendaknya ke depan dapat dilaksanakan pembangunan yang berorientasi pada pengendalian jumlah penduduk serta pemerataan hasil-hasil ekonomi keseluruh golongan masyarakat, serta dilakukan upaya pengendalian jumlah penduduk di masing-masing wilayah dengan mengandalkan program KB yang didorong oleh pemerintah. Pemerintah harus brupaya menekan angka kelahiran sehingga jumlah penduduk terkendali dan secara tidak langsung mengendalikan jumlah penduduk miskin.. 2. PDRB yang ditetapkan pemerintah juga berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Untuk itu kebijakan penetapan PDRB harus tetap dilakukan dan pembelanjaannya haruslah berorientasi untuk memberantas kemiskinan. 3. Variabel Jumlah Penduduk (PD) dan Produk Domestik Bruto (PDRB) berpengaruh secara simultan/bersama-sama terhadap tingkat kemiskinan. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan, maka tingkat pengangguran juga

harus diturunkan, dengan mempermudah ijin pendirian usaha agar kesempatan kerja semakin besar, sehingga banyak tenaga kerja yang terserap.

DAFTAR PUSTAKA Alfian dkk. 1980. Kemiskinan Struktural : Suatu Bunga Rampai. Penerbit Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial dan HIPIS, Jakarta. Allen, J dan Thompson. 1990. Rural Poverty Among Racial and Ethnic Minorities. American Agricultural Economics Assosiation. Badan Pusat Statistik. 2004. Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2004. BPS, Tasikmalaya. Deliarnov. 2005. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Fithrajaya, A. 2004. Identifikasi Wilayah Miskin dan Alternatif Upaya Penanggulangannya (Studi Kasus di Banten) [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan manajemen,ipb,bogor. Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah]. Penerbit Erlangga, Jakarta. Hendriawan. 2003. Penanggulangan Kemiskinan Dalam Rangka Kebijakan Desentralisasi. IPB, Bogor. Intania, O. I. 2003. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan [skripsi]. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Krisnamurti, B. 2006. 22 Tahun Studi Pembangunan Pengurangan Kemiskinan, Pembangunan Agribisnis dan Revitalisasi Pertanian. Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB, Bogor. Lu'lu. 2005. Analisis Gender Terhadap Tingkat Keberhasilan Proyek P2KP [skripsi]. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. McDowell, D. R dan Joyce E. 1995. Poverty Among Southern Workers: Metro and Non Metro Differentials. Journal Agricultural Economic. 77: 796-802. American Agricultural Economics Assosiation. Nicholson, W. 2001. Teori Ekonomi Mikro. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Nur, N. S. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi dalam Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan [Tesis]. IPB, Bogor. Rintuh, C.. M,. 2003. Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Dikti, Jakarta. Sajogyo. 1977. Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan. IPB, Bogor Suparlan, P. 1984. Kemiskinan di Perkotaan: Bacaan untuk Antropologi perkotaan. Sinar Harapan, Jakarta. Suryadiningrat, B. 2003. Persepsi dan Tindakan Tokoh Masyarakat Desa terhadap Kemiskinan [skripsi]. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. The World Bank Group, 2000, http://www.worldbank.org/ Todaro, M. 1998. Pembangunan Ekonomi. Haris Munandar [penerjemah]. Penerbit Erlangga, Jakarta. Widiyanti, R. 2001. Telaah terhadap Partisipasi, Pendapatan dan TingkatKemiskinan Peserta Program Perhutanan Sosial [skripsi]. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. IPB, Bogor. Wiraswara, A. 2005. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Angka Kemiskinan di Indonesia [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor. --------------------------. 1996-2004. Indonesia dalam Angka. BPS, Jakarta. --------------------------. 2005. Kota Tasikmalaya dalam Angka, BPS, Jakarta. BPMD. Perkembangan Realisasi Investasi di Kota Tasikmalaya. Berbagai edisi, Bandung.