BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Persoalan ini selain menyangkut sebagian besar (±75%) masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Persoalan ini selain menyangkut sebagian besar (±75%) masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

BAB I PENDAHULUAN. akan menyebabkan terjadinya regional disparity. Oleh karena itu, pedesaan haruslah

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan terjadi tatkala

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dahulu hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan dikatakan sukses apabila kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Bangsa yang kaya dengan budaya dan bahasa, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

I. PENDAHULUAN. ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut didukung oleh Jhingan (2004), yang mengungkap bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. masalah, kendala, dan keterbatasan yang menyebabkan gagal, kurang berhasil atau

Asesmen Gender Indonesia

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Otonomi Daerah yang saat ini sangat santer dibicarakan dimana-mana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

f f f i I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 53 TAHUN

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor pertanian. Sehingga pembangunan yang menonjol juga berada pada sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Sumiati, 2015

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. poranda, ditandai dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 Analisis Lingkungan Bisnis (ALB) Analisis lingkungan bisnis dimaksudkan untuk mencoba

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang (11,22 %) dari jumlah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

ALTERNATIF BENTUK PENATAAN WILAYAH DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perdesaan sebagai bagian integral dari pembangunan daerah dan nasional, dewasa ini mendapat sorotan yang amat tajam dari berbagai kalangan. Persoalan ini selain menyangkut sebagian besar (±75%) masyarakat Indonesia berdiam di desa (BPS, 2001), juga karena banyak masyarakat persoalan pembangunan yang belum mampu dipecahkan di tingkat desa, seperti masalah pengangguran, ketimpangan, kemiskinan kurang lebih 60% bertempat tinggal di desa. Masalah dalam pembangunan perdesaan menyangkut masalah pemberdayaan masyarakat (desa) yang senantiasa beriringan dengan masalah perangkap lain seperti kemiskinan. Chamber (1988) menyatakan bahwa ada keterkaitan antara ketidakberdayaan dan dimensi perangkap kemiskinan (poverty), kerentanan (vulnerability), keterangsingan (isolation) menjadi sumber ketidakberdayaan dalam pembangunan perdesaan. Cabb (2005) juga menyatakan bahwa ketidakberdayaan masyarakat disebabkan beberapa faktor seperti: 1. Ketiadaan akses terhadap informasi, 2) ketiadaan dukungan financial, 3) pelatihan, 4) jaminan politik dan 5) adanya ketegangan sosial. Untuk itu, perlu upaya pembangunan perdesaan yang dijiwai semangat otonomi yang ditujukan menumbuhkan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk partisipasi, kemandirian dan kenampuan sangat relevan bagi pembangunan yang berorientasi pada

2 peningkatan kualitas sumberdaya manusia (Supritna, 200). Konsep ini sejalan dengan arah kebijakan Nasional Pembangunan Perdesaan pada Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 Jangka Panjang Pembangunan Nasional 2004-2009 Bab 5: Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan melalui peningkatan kualitasnya, sebagai insan dan sumberdaya pembangunan, serta penguatan kelembagaan dan modal sosial masyarakat perdesaan berupa jaringan kerjasama untuk memperkuat posisi tawar. Pada bagian lain dinyatakan: Program peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan, dilakukan melalui peningkatan kapasitas pemerintahan di tingkat lokal dalam mengelola pembangunan perdesaan sesuai prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, penguatan lembaga dan organisasi berbasis masyarakat dalam menyuarakan aspirasi masyarakat dan peningkatan akses masyarakat pada informasi serta sumber-sumber daya pembangunan. Peraturan pemerintah ini mengisyarakat bahwa upaya pemberdayaan masyarakat untuk mampu dan berkembang secara mandiri sangat diperlukan dalam proses pembangunan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat perdesaan. Upaya ke arah itu, melalui pengembangan kelembagaan yang mampu berfungsi dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Berbagai program bantuan pemerintah yang mengalir ke desa belum secara signifikan mengangkat harkat hidup masyarakat desa, memerangi kemiskinan desa, mencegah urbanisasi, menyediakan lapangan kerja. Situasi yang terjadi adalah ketergantungan, konservatisme dan pragmatisme masyarakat desa terhadap bantuan pemerintah (Eko, 2004). Kegagalan program pemerintah

3 disebabkan banyak hal, mulai dari strategi dan pendekatan yang keliru sampai pada pengelolaan program yang salah urus. Lemahnya keberdayaan masyarakat desa dalam melakukan perubahan terkait dengan kurangnya masyarakat desa memperoleh akses informasi terhadap sumber-sumber daya pembangunan sebagai konsekueansi adanya dinamika dan perubahan kebijakan yang seharusnya mereka ketahui dan mereka lakukan. Tidak heran, apabila timbul ketimpangan aktivitas dan dinamika lembaga desa. Adanya salah persepsi berakibat pada munculnya konflik sosial yang mengarah dalam mengadopsi nilai baru dalam pembangunan. Hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan lembaga yakni Kepala Desa harus tanggap terhadap pesan-pesan pembangunan dan mampu menyampaikan pesan-pesan tersebut ke dalam bahasa atau lembaga yang kiranya dapat dipahami masyarakatnya. Belum efektifnya komunikasi yang dibangun berimplikasi pada tidak sedikit pesan-pesan pembangunan yang tidak sampai pada khalayak (masyarakat). Berdasarkan latar berlakang masalah, maka pada penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian di wilayah Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini karena posisi geografis Kecamatan Siborongborong cukup strategis sebagai pintu masuk dari Kota Medan dan penghubung ke Tarutung dan Lintong Nihuta, dan karena kecamatan siborongborong merupakan kecamatan yang peningkatan pembangunan daerahnya relatif lambat yang disebabkan masih lemahnya pembangunan perdesaan di kecamatan tersebut. Bertolak dari latar belakang

4 masalah ini, penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul Pemberdayaan Masyarakat Pada Pembangunan Perdesaan Di Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara. B. Identifikasi Masalah Berdasar pada latar belakang masalah, dapat dikemukakan problem statement yaitu bahwa. Upaya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan perdesaan, tegasnya bahwa pengembangan lembaga desa belum optimal memberdayakan masyarakat dalam pembangunan perdesaan. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan pada Identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada keadaan atau pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada pembangunan perdesaan di Kecamatan Siborongborong pada dimensi sosial, politis, ekonomi dan psikologis

5 D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah tersebut diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada pembangunan pada dimensi sosial? 2. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada pembangunan pada dimensi Politis? 3. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada pembangunan pada dimensi Ekonomis? 4. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada pembangunan pada dimensi psikologis? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan Rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada Tapanuli Utara. Pada dimensi sosial 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada Tapanuli Utara. Pada dimensi politis

6 3. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada Tapanuli Utara. Pada dimensi ekonomis 4. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada Tapanuli Utara. Pada dimensi psikologis F. Manfaat Penelitian 1. Dari aspek teoritis, dapat memberi sumbangan terhadap pengembangan teori penyebaran informasi khususnya teori-teori pendekatan keruangan. 2. Temuan-temuan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan sumbangan pemikiran dalam bentuk rekomendasi dan rumusan-rumusan pemikiran yang aktual, pragmatis bagi para pengambil keputusan (praktisi) 3. Kemudian bagi para peneliti, dapat dijadikan sumber informasi guna melakukan penelitian lebih lanjut dalam kajian serupa dari variabel lain yang tidak teridentifikasikan sehingga serta dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin Ilmu Geografi