METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT 1)

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

KEBUTUHAN LUAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PADI BAGI PENDUDUK KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2023 ABSTRAK

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain Penelitian

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

Pengumpulan, Pengolahan dan Estimasi Data Neraca Bahan Makanan, 2010

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Wilayah

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH KABUPATEN GARUT TAHUN UMIYATI

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

Pangan Nasional Tahun

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

Tinjauan Spasial Produksi dan Konsumsi Beras

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah yang berpengaruh terhadap

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan revisi tata ruang wilayah pada tahun 2009, (2) Kabupaten Lampung Barat merupakan kabupaten di Provinsi Lampung yang berbasis pertanian, perikanan dan kelautan dengan persentase luas kawasan budidaya pertanian sebesar 23,22% dari luas wilayah. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai Nopember 2008. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada analisis kebutuhan luas lahan pertanian pangan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi penduduk Kabupaten Lampung Barat ini adalah data sekunder, sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian Jenis Data Data kependudukan Kabupaten Lampung Barat a. Jumlah Penduduk b. Komposisi Penduduk menurut umur dan Jenis Kelamin c. Laju pertumbuhan penduduk d. Kepadatan penduduk e. Proyeksi Jumlah Penduduk Data ketersediaan pangan / produksi pangan Kabupaten Lampung Barat Data konsumsi pangan Kabupaten Lampung Barat Data Produktivitas Lahan dan Indeks Pertanaman (IP) Kabupaten Lampung Barat Data potensi lahan budidaya pertanian pangan Kabupaten Lampung Barat Sumber Data BPS Kabupaten Lampung Barat Neraca Bahan Makanan dan Lampung Barat Dalam Angka (LBDA) Survey Konsumsi pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Barat Bakosurtanal, Data Tematik Lampung Barat Tahun Publikasi 2006 2008 2008 2007 2003 2008 2004

31 Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell, kemudian dianalisis secara deskriptif. Pengolahan yang dilakukan tersebut adalah: Kebutuhan Produksi Pangan Pokok Perhitungan kebutuhan pangan pokok didasarkan pada tahapan sebagai berikut: a. Menghitung AKE Regional (AKE berdasarkan unit konsumen) Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), perhitungan Angka Kecukupan Energi Ratarata Penduduk suatu wilayah memerlukan informasi: komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin (%), jumlah wanita hamil (%), dan jumlah wanita menyusui (%) untuk menghitung kecukupan energi menurut umur. Bila informasi jumlah penduduk yang diperoleh telah dikelompokkan menurut pengelompokan demografi, maka perlu diubah menjadi pengelompokan umur kecukupan gizi. Informasi yang biasanya tidak tersedia adalah jumlah bayi usia 0,51 tahun, jumlah wanita hamil, dan jumlah wanita menyusui. Jumlah bayi umur 0,51 tahun diperkirakan sama dengan setengah jumlah bayi 01 tahun, wanita hamil sama dengan 10% lebih banyak dari bayi usia 01 tahun, dan wanita menyusui sama dengan jumlah bayi umur 00,5 tahun. Hingga umur tertentu pengelompokan umur penduduk berdasarkan demografi, berbeda dengan pengelompokan umur untuk menghitung Angka Kecukupan Energi ratarata penduduk. Salah satu penyelesaian masalah ini adalah dengan menggunakan metode Sprague Multipliers. Prinsip dari metode ini adalah memecah jumlah penduduk menurut kelompok umur lima tahunan menjadi jumlah penduduk umur tunggal dengan menggunakan Faktor Pengali Sprague (FPS) (Tabel 2).

Tabel 2 Faktor Pengali Sprague (FPS) untuk memecah kelompok umur demografi menjadi umur tunggal 32 Umur tunggal (nj) n0 n1 n2 n3 n4 Kelompok umur interval lima tahunan (Ni) N1 N2 N3 N4 N5 First End Panel (FEP) +0.3616 +0.2640 +0.1840 +0.1200 +0.0704 0.2768 0.0760 +0.0400 +0.1360 +0.1968 +0.1488 +0.0400 0.0320 0.0720 0.0848 0.0366 0.0080 +0.0080 +0.0160 +0.0176 n0 n1 n2 n3 n4 First Next to End Panel (FNEP) +0.0336 +0.0086 0.0086 0.0160 0.0176 +0.2272 +0.2320 +0.2160 +0.1840 +0.1408 0.0752 0.0480 0.0080 +0.0400 +0.0912 +0.0144 +0.0080 +0.0000 0.0080 0.0144 n0 n1 n2 n3 n4 Mid Panel (MP) 0.0128 0.0016 +0.0064 +0.0064 +0.0016 +0.0848 +0.0144 0.0336 0.0416 0.0240 +0.1504 +0.2224 +0.2544 +0.2224 +0.1504 0.0240 0.0416 0.0336 +0.0144 +0.0848 +0.0144 +0.0080 +0.0000 0.0080 0.0144 n0 n1 n2 n3 n4 Last Next to End Panel (LNEP) 0.0144 +0.0912 0.0080 +0.0400 +0.0000 0.0080 +0.0080 0.0480 +0.0144 0.0752 +0.1408 +0.1840 +0.2160 +0.2320 +0.2272 0.0176 0.0160 0.0080 +0.0080 +0.0336 n0 n1 n2 n3 n4 Last End Panel (LEP) +0.0176 0.0848 +0.0160 0.0720 +0.0080 0.0400 0.0080 0.0960 0.0144 0.2768 +0.1668 +0.1360 +0.0400 0.0960 0.2768 +0.0704 +0.1200 +0.1840 +0.2640 +0.3616 Keterangan : Ni = Jumlah penduduk pada kelompok umur lima tahunan nj = Perkiraan jumlah penduduk umur satu tahunan Kelompok umur demografi yang perlu dipecah menjadi umur tunggal untuk menghitung AKG penduduk sebagai berikut: Kelompok umur 0 4 tahun menjadi 0 dan 4 tahun, tanpa dibedakan jenis kelamin. Sisanya umur (1 3) tahun. Kelompok umur (5 9) tahun menjadi umur 5 dan 6 tahun, tanpa dibedakan jenis kelamin. Sisanya umur (7 9) tahun.

33 Kelompok umur (10 14) tahun menjadi umur 13 dan 14 tahun yang dibedakan menurut jenis kelamin. Sisanya umur (10 12) tahun. Kelompok umur (15 19) tahun menjadi umur 15 tahun yang dibedakan menurut jenis kelamin. Sisanya umur (16 19) tahun. Setelah didapatkan jumlah penduduk dalam umur tunggal 0, 4, 5, dan 6 tahun tanpa dibedakan jenis kelamin dan umur 13, 14 dan 15 tahun dengan dibedakan menurut jenis kelamin, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan umur kecukupan gizi dengan cara perhitungan sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Pengelompokkan umur kecukupan gizi Jenis Kelamin Pria Wanita Tambahan Kelompok Umur 0.5 1 1 3 4 6 7 9 10 12 13 15 16 19 20 29 30 59 60 10 12 13 15 16 19 20 29 30 59 60 Hamil Menyusui Cara Perhitungan (0.5) x umur 1 th umur demografi (04 th) umur 1 th umur 4 th umur 4 th + umur 5 th + umur 6 th umur demografi (59 th) umur 5 th umur 6 th umur demografi (1014 th) umur 13 th umur 14 th umur 13 th + umur 14 th + umur 15 th umur demografi (1519 th) umur 15 th umur demografi (2024 th) + (2529 th) umur demografi (3034 th) + (3539 th) + (4044 th) + (4549 th) + (5059 th) + (5559 th) umur demografi (6064 th) + (6569 th) + 70 th umur demografi (1014 th) umur 13 th umur 14 th umur 13 th + umur 14 th + umur 15 th umur demografi (1519 th) umur 15 th umur demografi (2024 th) + (2529 th) umur demografi (3034 th) + (3539 th) + (4044 th) + (4549 th) + (5059 th) + (5559 th) umur demografi (6064 th) + (6569 th) + 70 th 10% lebih banyak dari bayi usia 01 tahun sama dengan jumlah bayi umur 00,5 tahun Setelah empat kelompok umur di atas dipecah, kemudian disusun dan dihitung jumlah (persentase) penduduk menurut umur kecukupan gizi. Secara umum perhitungan jumlah penduduk menggunakan metode Sprague Multipliers dirumuskan sebagai berikut:

34 Nj ( FPSi )( Ni) Keterangan: Nj = jumlah penduduk umur satu tahunan (umur tunggal) pada umur j, di mana j = umur tunggal FPSi = Faktor Pengali Sprague pada kelompok umur lima tahunan yang kei (lihat Tabel 2) Ni = jumlah penduduk kelompok umur lima tahunan pada kelompok umur kei Faktor Pengali Sprague (FPS) dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu First End Panel (FEP), First Next to End Panel (FNEP), Mid Panel (MP), Last Next to End Panel (LNEP) dan Last End Panel (LEP) (Tabel 2). FPS mana yang akan digunakan tergantung pada kelompok umur mana yang akan dipecah. Bila kelompok umur lima tahunan pertama (N1) yang akan dipecah, maka digunakan FPS FEP, bila kelompok umur lima tahunan kedua (N2) yang akan dipecah maka digunakan FPS FNEP, bila kelompok lima tahunan ketiga (N3) dan keempat (N4) yang akan dipecah maka digunakan FPS MP. Selanjutnya tingkat kecukupan energi regional dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: AKE reg = (j,n) (UKE x JPUK) 100 x 2350 Keterangan: AKE reg = Tingkat kecukupan energi regional Kabupaten Lampung Barat tahun 2007 (kkal/kapita/hari). UKE = Faktor Unit Kecukupan Energi (AKG/2350). JPUG = Persentase jumlah penduduk berdasarkan usia kecukupan gizi (%). j = kelompok usia kecukupan gizi kej. n = kelompok usia kecukupan gizi ken.

35 b. Menghitung Kebutuhan Pangan Kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Lampung Barat yang akan dihitung adalah kebutuhan pangan pokok. Pangan pokok merupakan pangan sumber karbohidrat yang memberikan sumbangan konsumsi energi terbesar bagi penduduk Kabupaten Lampung Barat berasal dari kelompok pangan padipadian dan umbiumbian berdasarkan hasil survei konsumsi pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2007. Dalam menghitung kebutuhan pangan dilakukan dengan tahapan analisis sebagai berikut: 1) Penetapan kebutuhan pangan dilakukan dengan mengunakan angka kecukupan energi penduduk Kabupaten Lampung Barat (AKE regional) yang dihitung berdasarkan komposisi penduduk (jenis kelamin dan umur) berdasarkan hasil perhitungan pada tahap 1a. Komposisi pangan untuk memenuhi angka kecukupan energi tersebut dihitung berdasarkan komposisi pangan nasional yaitu: 50% padipadian, 6% umbiumbian, 12% pangan hewani, 10% minyak dan lemak, 3% buah/biji berminyak, 5% kacangkacangan, 5% gula, 6% sayur dan buah, serta 3% lainlain dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Komposisi pangan (ai) = Komposisi pangan nasional (ai) x AKE reg 2) Penetapan jenis komoditas pangan pokok sumber karbohidrat kelompok pangan padipadian dan umbiumbian, dilakukan analisis proporsi konsumsi energi komoditas pangan pada setiap kelompok pangan dilakukan berdasarkan survei konsumsi pangan tahun 2007 oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung. Perhitungan proporsi konsumsi energi tersebut dengan rumus: % proporsi konsumsi energi = Konsumsi energi jenis bahan makanan Total konsumsi energi kelompok pangan x 100 3) Dihitung kebutuhan konsumsi pangan pokok dalam satuan gram/kapita/hari terhadap jenis bahan makanan terpilih dalam kelompok pangan padipadian dan umbiumbian sebagai pangan pokok

sumber karbohidrat (berdasarkan proporsi konsumsi energi terbesar) dengan menggunakan rumus: 36 Fcn gram (i,a) = AKE x 100 Ke x %BDD Keterangan: Fcn gram = Kebutuhan konsumsi pangan pokok perkapita (gram/kapita/hari) AKE = Angka kebutuhan konsumsi energi pangan pkokk Ke (kkal/kapita/hari) = Kandungan energi pangan pokok dalam 100 gram (kkal) %BDD = Persen berat dapat dikonsumsi setiap 100 grampangan i pokok (%) = Asumsi ideal berdasarkan kecukupan energi regional tahun 2007 a = Asumsi aktual berdasarkan konsumsi energi tahun 2007 4) Konversi kebutuhan konsumsi pangan pokok ke dalam satuan ton pertahun pada tahun 2007 dengan asumsi satu tahun adalah 365 hari dihitung menggunakan rumus: Fcn ton (i,a) = Keterangan : Fcn ton Fcn gram x Ht x Pddk 1.000.000 = Kebutuhan konsumsi pangan pokok pertahun (ton/tahun) Fcn gram = Kebutuhan konsumsi pangan pokok perkapita Ht Pddk (gram/kapita/hari) = Jumlah hari dalam setahun (365 hari) = Jumlah penduduk (410.723 jiwa) 1.000.000 = Angka konversi gram menjadi ton = 1/1.000.000 i a = Asumsi ideal (berdasarkan kecukupan energi regional tahun 2007) = Asumsi aktual (berdasarkan konsumsi energi tahun 2007)

37 5) Menghitung kebutuhan ketersediaan pangan pokok untuk dikonsumsi penduduk Kabupaten Lampung Barat. Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Fdn (i,a) = Fcn ton (i,a) x 110% Keterangan: Fdn = Kebutuhan ketersediaan pangan pokok (ton) Fcn ton = Kebutuhan konsumsi pangan pokok (ton) 110 = Persen konversi kebutuhan konsumsi menjadi kebutuhan penyediaan pangan (%). Setelah diketahui kebutuhan ketersediaan pangan pokok untuk dikonsumsi, maka kebutuhan produksi pangan pokok dihitung dengan memperhatikan kebutuhan penggunaan lain yaitu tercecer, pakan ternak, kebutuhan benih (berdasarkan pola perhitungan Neraca Bahan Makanan), dan persen rendemen dalam perubahan kondisi komoditas pangan (berdasarkan Departemen Pertanian tahun 2008). Jumlah kebutuhan produksi pangan pokok belum memperhitungkan kebutuhan industri pangan dan non pangan yang menggunakan bahan baku pangan pokok (seperti kebutuhan untuk hotel dan restouran) serta kebutuhan impor, ekspor dan perubahan stok. Perhitungan kebutuhan produksi pangan pokok dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: O n (i,a) = Keterangan: On Fdn Fdn (i,a) x (100 x % f + %s + %w) %R = Kebutuhan produksi pangan pokok (ton) = Kebutuhan penyediaan konsumsi pangan pokok pertahun (ton) R = Total persen rendemen (%) %f = Persen penggunaan pakan (%) %s = Persen penggunaan bibit (%) %w = Persen tercecer (%) i = Asumsi ideal berdasarkan kecukupan energi regional tahun 2007 a = Asumsi aktual berdasarkan konsumsi energi tahun 2007

38 Kebutuhan Luas Lahan Pertanian Pangan Kebutuhan luas lahan budidaya pertanian tanaman pangan (L) tergantung pada kebutuhan produksi (On), indeks pertanaman (I), produktivitas lahan (Y) dan gagal panen (Gp). Sehingga untuk menghitung kebutuhan luas lahan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Ln (i,a) = On (i,a) I x Y x (100 + Gp)% Keterangan: Ln On Y = Kebutuhan luas lahan Pertanian Pangan (ha) = Kebutuhan produksi (ton) = Produktivitas komoditas pangan per musim tanam (ton/ha/musim) I = Indeks Pertanaman (%) Gp = Ratarata persentase gagal panen tahun 2002 2007 (%) i = Asumsi ideal berdasarkan kecukupan energi regional tahun 2007 a = Asumsi aktual berdasarkan konsumsi energi tahun 2007 Analisis Pemenuhan Kebutuhan Luas Lahan Pertanian dari Potensi Lahan Budidaya Pertanian Pemenuhan kebutuhan luas lahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi penduduk dilakukan dengan membandingkan antara kebutuhan luas lahan (K) terhadap potensi (Kpt) lahan yang sesuai untuk budidaya pertanian tanaman pangan berdasarkan kesesuaian lahan yang dihitung oleh Bakosurtanal tahun 2004 dengan kriteria sebagai berikut: a. Memenuhi, apabila rasio luas potensi lahan terhadap kebutuhan luas lahan pertanian pangan adalah 100%. b. Kurang memenuhi, apabila rasio luas potensi lahan terhadap kebutuhan luas lahan pertanian pangan < 100%. Kedua kriteria ini akan ditunjukkan melalui tabulasi rasio kebutuhan luas lahan pertanian pangan terhadap potensi lahan budidaya pertanian pangan yang sesuai dan tersedia di Kabupaten Lampung Barat berdasarkan kesesuaian lahan untuk pertanian pangan pokok. Selanjutnya dilakukan skenario penyediaan

39 kebutuhan luas lahan pangan pokok dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi penduduk Kabupaten Lampung Barat hingga tahun 2012. Skenario penyediaan lahan pangan pokok tahun 2008 2012 dilakukan dalam 4 skenario pada pertumbuhan penduduk tetap (ratarata pertumbuhan penduduk tahun 2001 2007) dengan asumsi pada masingmasing skenario adalah sebagai berikut: 1. Apabila produktivitas dan indeks pertanaman naik, serta konsumsi perkapita sesuai kecukupan ideal (skenario I). 2. Apabila produktivitas dan indeks pertanaman naik, sedangkan konsumsi perkapita tetap (aktual konsumsi tahun 2007) (skenario II). 3. Apabila produktivitas dan indeks pertanaman tetap, serta konsumsi perkapita sesuai kecukupan ideal (skenario III). 4. Apabila produktivitas dan indeks pertanaman tetap, serta konsumsi perkapita tetap (aktual konsumsi tahun 2007) (skenario IV). Keterbatasan dan Asumsi dalam Penelitian Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu: 1. Kebutuhan luas lahan pertanian pangan dihitung berdasarkan kebutuhan pangan pokok sumber karbohidrat yang memberikan sumbangan konsumsi energi terbesar dalam kelompok pangan padipadian dan umbiumbian untuk dapat memproduksi pangan pokok dalam pemenuhan kebutuhan pangan sumber karbohidrat penduduk Lampung Barat. 2. Kebutuhan produksi pangan pokok dihitung tanpa memperhatikan kebutuhan untuk penggunaan industri, impor, ekspor dan adanya perubahan stok. Asumsiasumsi dalam Penelitian Penelitian ini menggunakan asumsi asumsi sebagai berikut: 1. Bahwa kebutuhan konsumsi pangan sumber karbohidrat (beras dan ubi kayu) penduduk Lampung Barat keseluruhan dipenuhi dari produksi dalam daerah (swasembada absolut).

40 2. Bahwa produktivitas lahan merupakan gambaran yang mewakili akumulasi penerapan teknologi, input usaha tani dan sumberdaya manusia yang digunakan dalam usaha tani. Produktivitas lahan padi sawah dikatakan naik jika kenaikannya mencapai angka tertinggi produktivitas gabah kering panen dalam kurun waktu 2002 2007 yaitu 4,50 ton/ha/musim. Pada umbiumbian produktivitas lahan dikatakan naik jika kenaikannya bertambah sebesar 0,33 ton/ha/tahun sehingga tahun 2012 produktivitas lahan bertambah sebesar ratarata pertumbuhan produktivitas lahan dalam kurun waktu 2002 2007 yaitu 1,65 ton/ha/musim. 3. Bahwa indeks pertanaman padi sawah dikatakan naik jika luas lahan dengan indeks pertanaman 2 bertambah sebesar 3% pertahun dari luas tahun 2007. Hal ini didasarkan pada peningkatan indeks pertanaman padi sawah yang mungkin dapat dicapai pada tahun 2012 adalah sebesar ratarata pertumbuhan indeks pertanaman Kabupaten Lampung Barat tahun 2002 2007 yaitu 15% dari luas lahan tahun 2007 (sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 20032008, secara lengkap terlihat pada Tabel 6 dan 7). 4. Bahwa konsumsi ideal merupakan konsumsi pangan yang memenuhi angka kecukupan energi regional masingmasing kelompok pangan berdasarkan persentase komposisi energi yang berlaku secara nasional. Konsumsi aktual merupakan konsumsi pangan yang berdasarkan hasil survei konsumsi pangan tahun 2007 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung. 5. Bahwa laju pertumbuhan penduduk dikatakan tetap jika mengikuti laju pertumbuhan penduduk ratarata tahun 2001 hingga 2007 sebesar 1,683% pertahun (sumber: BPS, Lampung Barat dalam Angka 20062007, secara lengkap terlihat pada Tabel 5). 6. Bahwa tingkat gagal panen padi sawah mengikuti ratarata persentase gagal panen tahun 2002 2007 sebesar 3,45% dan gagal panen pada ubi kayu ratarata sebesar 0,84% dari luas tanam yang ada (sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura tahun 20032008, secara lengkap terlihat pada Tabel 6 dan 7).

41 Definisi Operasional Potensi lahan (KPt): adalah luasan lahan yang ada di Kabupaten Lampung Barat dengan kesesuaian lahan sesuai untuk digunakan sebagai lahan pengembangan pertanian tanaman pangan terutama pangan pokok (ha). Lahan pertanian pangan: adalah lahan pertanian yang sudah dimanfaatkan dengan kelas kesesuaian lahan yang sesuai untuk usahatani tanaman pangan lahan sawah dan lahan kering. Produktivitas (Y): adalah produksi pangan yang mampu dihasilkan per satu hektar luas lahan dalam satu kali musim tanam (ton/ha/musim). Indeks Pertanaman (I): adalah persentase rasio luas tanam terhadap luas lahan baku komoditas pangan pokok (padi dan ubi kayu) (%). Kebutuhan luas lahan (L): adalah luasan lahan (baku) pertanian pangan yang dibutuhkan untuk memproduksi kebutuhan produksi pangan pokok (beras dan ubi kayu) dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok penduduk pada waktu tertentu (ha). Komposisi penduduk (Pddk): adalah jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat menurut jenis kelamin dalam kelompok usia (jiwa). Pangan pokok: adalah komoditas pangan sumber karbohidrat yang memberikan kontribusi konsumsi energi terbesar penduduk Kabupaten Lampung Barat yang berasal dari kelompok pangan padipadian dan umbiumbian. Kebutuhan konsumsi pangan (Fcn): adalah banyaknya pangan pokok yang dibutuhkan untuk konsumsi penduduk Lampung Barat pada waktu tertentu (ton/tahun). Kebutuhan konsumsi pangan ideal merupakan kebutuhan konsumsi pangan penduduk berdasarkan angka kecukupan energi regional penduduk Kabupaten Lampung Barat tahun 2007. Kebutuhan konsumsi pangan aktual merupakan kebutuhan konsumsi pangan yang mengikuti pola konsumsi pangan penduduk berdasarkan angka konsumsi energi penduduk Kabupaten Lampung Barat hasil survei konsumsi pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2007. Kebutuhan ketersediaan pangan (Fdn): adalah banyaknya pangan pokok yang harus tersedia untuk konsumsi penduduk Lampung Barat pada waktu tertentu (ton/tahun). Kebutuhan ketersediaan pangan ideal merupakan

42 banyaknya penyediaan pangan yang dibutuhkan penduduk 10% lebih besar dari kebutuhan konsumsi pangan ideal penduduk Kabupaten Lampung Barat. Kebutuhan ketersediaan pangan aktual merupakan banyaknya penyediaan pangan yang dibutuhkan penduduk Kabupaten Lampung Barat 10% lebih banyak dari kebutuhan konsumsi pangan aktualnya. Kebutuhan produksi pangan (On): adalah banyaknya pangan pokok yang harus diproduksi dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Lampung Barat dengan mempertimbangkan penggunaan pangan untuk pakan, bibit dan tercecer (ton/tahun). Kebutuhan produksi pangan pokok ideal merupakan banyaknya pangan yang harus diproduksi berdasarkan kebutuhan ketersediaan pangan ideal penduduk Kabupaten Lampung Barat tahun 2007. Kebutuhan produksi pangan pokok aktual merupakan banyaknya pangan yang harus diproduksi berdasarkan kebutuhan ketersediaan pangan aktual penduduk Kabupaten Lampung Barat tahun 2007. Persentase gagal panen (Gp): adalah proporsi selisih luas tanam dengan luas panen terhadap luas tanam pada tahun yang sama (%). Ratarata persentase gagal panen merupakan ratarata persentase gagal panen di Kabupaten Lampung Barat tahun 2002 2007.