BAB II TELAAH PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan Indonesia dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pengurangan biaya dan sebagainya. Kualitas pendidikan bergantung pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hambatan. Keterbukaan ditandai dengan kemajuan teknologi informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang jasa pengiriman barang. PT. Pos Indonesia (Persero) sebagai salah satu Badan

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut para pelaku bisnis untuk UKDW

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. School Based Management atau Manajemen Berbasis Sekolah. Dikarenakan

LAMPIRAN 1 Instrumen Wawancara dengan Kepala Sekolah tentang Upaya Sekolah Meningkatkan Karakterisik Sekolah Bermutu Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement

BAB I PENDAHULUAN. 9001:2000. Konsep Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 lahir

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mutu atau kualitas memiliki banyak defenisi yang berbeda. Menurut

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)

2.1. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

Zaenal. Sugiyanto. TQM (Total Quality Management)

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia. Dalam menghadapi persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan diferensiasi adalah melalui jasa atau pelayanan yang diberikan.

DRAF WAWANCARA Wawancara dengan Pihak PT Patuna Mekar Jaya Perwakilan Semarang A. Profil PT Patuna Mekar Jaya Perwakilan Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, persaingan dalam dunia usaha saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat dari kinerja

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disampaikan oleh : MOH. HOESSEIN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam keberhasilan usaha. Kualitas layanan merupakan suatu

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan tumbuhnya

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

tertinggi berdasarkan susunan hirarki yang dikembangkan. Perhitungan yang pengolahan dan penilaian analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I. Pendahuluan. manusia seperti yang tercantum dalam Undang- Undang Dasar 1945 pasal 8

Balanced Scorecard untuk pengukuran kinerja organisasi berdasarkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kotler, 2000) Kotler et al (2002)

BAB I PENDAHULUAN. berdiri secara utuh. Sekolah adalah organisasi yang komplek dan unit, seiring

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kualitas pelayanan (service quality) dipandang sebagai salah satu alat

BAB I PENDAHULUAN. karyawan untuk mendapatkan kinerja terbaik. memikirkan bagaimana cara perusahaan beradaptasi dengan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

4/24/2014 PELIBATAN DAN PEMBERDAYAAN KARYAWAN KONSEP PPK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia hiburan pada kehidupan sekarang sudah semakin maju, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

Penerapan Total Quality Management (TQM) Dalam Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. kepuasan kepada pelanggan secara maksimal, karena pada dasarnya tujuan dari

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH. Dalam Konteks MBS

Pengertian Total Quality Management (TQM)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. BAB IV, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan pendidikan yang bermutu bagi warga negaranya. Pendidikan

JAWABAN - JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN. Dosen Pengampu : 1.Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas (mutu) yang dapat diterima oleh masyarakat secara langsung

I. PENDAHULUAN. sebaliknya persaingan menjadi semakin ketat dan sulit diprediksikan. Kondisi ini

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Semua warga negara berhak mendapatkan jaminan kesehatan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan peningkatan yang signifikan pada periode pasca krisis moneter

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berbasis kompetensi. Setiap lulusan SMKwajib mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. ini, dewasa ini gaya hidup masyarakat menjadi lebih mobile dan dituntut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Lembaga persekolahan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu,

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan pelanggan dan loyalitas menjadi tujuan utama para perusahaan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada instansi pemerintahan seperti KPP Pratama Sleman orientasi

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2006 KUESIONER

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi global yang kompetitif saat ini, Total Quality Management

Transkripsi:

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Total Quality Management dalam Pendidikan Karakteristik sekolah bermutu terpadu merupakan bagian dari prinsip Total Quality Management atau Manajemen Mutu Terpadu. Oleh karena itu, dalam menganalisis lima karakteristik sekolah bermutu yang ada, dibutuhkan manajemen tentang mutu tersebut. Total Quality Management (TQM) dahulu dipakai dalam dunia industri. Creech (1996) menyatakan bahwa jika manajemen ingin menghasilkan mutu yang baik, TQM dapat menjadi alat yang membantu mewujudkannya. Salah satu alasannya yaitu, TQM merupakan suatu prinsip yang efisien untuk melakukan pelayanan mutu terus - menerus (Sallis, 2006). Alasan berikutnya adalah, TQM menggunakan sistem manajemen kualitas sebagai cara memenuhi harapan pelanggan melalui pelibatan seluruh anggota organisasi (Tjiptono dan Diana, 2001). Seiring berjalannya waktu dan hasil mutu yang terlihat, TQM diadaptasikan ke dalam dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan, Corrigan (1995) berpendapat budaya mutu merupakan upaya 1

untuk selalu meningkatkan keefisienan dan keefektifan proses manajemen dalam institusi pendidikan. Dengan kata lain, untuk memaksimalkan mutu pelayanan dan memuaskan pelanggan (siswa, orang tua siswa, dan guru), keefisienan dan keefektifan manajemen menjadi patokan utama. Umiarso dan Gojali (2010) berargumen, peningkatan mutu dalam pendidikan dapat dilakukan dengan melalui prinsip TQM. Prinsip tersebut antara lain fokus pada pelanggan pendidikan, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan pelibatan anggota sekolah dalam kegiatan di luar tanggung jawab proses belajar mengajar. Sementara itu juga dibutuhkan perbaikan terus menerus serta hubungan baik antara pihak sekolah dengan pengguna jasa pendidikan. Langkah untuk mencapai mutu pendidikan di sekolah selanjutnya yaitu dengan memadukan berbagai aspek pendidikan. Aspek yang dimaksud adalah produk, proses, organisasi, pemimpin, komitmen. Produk merupakan hasil akhir dari suatu hal. Hasil akhir dalam pendidikan ini dapat memiliki bobot mutu jika komponen sebelumnya diberi landasan yang kuat. Proses merupakan suatu upaya terus menerus yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Langkah ini membutuhkan seorang pemimpin yang berkompeten. Dalam menjalankan proses manajemen mutu, kepala suatu institusi pendidikan 2

harus memiliki kompetensi memadai untuk mengatasi masalah yang terjadi selama proses peningkatan mutu tersebut. Pemimpin juga perlu berkomitmen dalam memberikan motivasi, pengayoman, serta rasa aman kepada para anggotanya. Kesimpulan dari penjelasan tentang TQM yaitu, mutu merupakan suatu hal yang diciptakan dari budaya, di mana budaya tersebut bagian dari TQM. Dalam meningkatkan mutu, TQM menjadi acuan dari dunia industri sampai pendidikan. Terdapat beberapa prinsip TQM yang berpegang pada ide bahwa pekerjaan dilakukan dengan seefektif dan seefisien mungkin. TQM juga memiliki aspek aspek yang dapat digunakan oleh suatu institusi seperti produk, proses, organisasi, pemimpin, komitmen. 2.2. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Prinsip prinsip dari TQM kemudian dapat dijabarkan dan dilaksanakan dalam area pendidikan yang lebih spesifik, salah satunya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). (MPMBS) merupakan bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Secara umum MBS merupakan suatu prakarsa di mana sekolah memiliki kemandirian untuk meningkatkan mutu, antara lain dengan prinsip desentralisasi, sesuai dengan karakter sekolah tersebut (Cheng, 1996). MBS diatur 3

dalam Undang Undang Dasar dalam pasal 51 ayat 1. Pasal tersebut berbunyi: Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan menengah, dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/sekolah. Sejalan dengan peningkatan mutu, MBS memiliki upaya yang lebih spesifik yaitu adanya MPMBS. Prinsip ini menerapkan nilai nilai mutu yang sejalan dengan TQM. Arti dari peningkatan mutu sekolah yaitu sekolah tanpa henti berusaha memperbarui hal hal yang berkaitan dengan kebijakan, operasional, dan masih banyak lagi. Melalui manajemen yang baik, sekolah berusaha untuk mandiri, mengutamakan kepuasan pelanggan pendidikan, dan siap dengan tantangan pendidikan di masa depan (Mulyasa, 2002). Selain itu, peningkatan sekolah juga diartikan keadaan di mana sekolah mampu menumbuhkan budaya mutu kepada setiap anggotanya, menjalin komunikasi yang baik, bekerja sama dalam tim, dan menjalankan keterbukaan manajemen. Shortell, et al (1995) menambahkan, elemen kunci MPMBS dapat berupa perbaikan terus menerus, proses yang terstruktur, dan partisipasi organisasi secara keseluruhan. Menurut Syafaruddin (2008), terdapat beberapa nilai yang menjadi pedoman dalam MPMBS. Sumber daya yang siap menjadi nilai pertama dalam menjalankan manajemen ini. Kepala sekolah memiliki tantangan tersendiri dikarenakan harus mampu mendapatkan sumber daya berkualitas. Dari 4

sumber daya berkualitas tersebut, kepala sekolah kemudian dapat menggunakan serta memperdayakannya dengan semaksimal mungkin. Poin berikutnya MPMBS adalah staf yang berkompeten dan berdedikasi tinggi. Kemampuan para staf dan dedikasi untuk memiliki kinerja yang lebih baik mampu membuat mutu tidak berada di posisi stagnan. Lebih lanjut, dalam MPMBS sekolah tetap menekankan keefektifan proses belajar mengajar. Dalam konteks ini, siswa belajar untuk mengetahui, bekerja, hidup bersama, dan menjadi diri sendiri, bersama para guru sebagai fasilitator. Usaha sekolah berikutnya untuk meningkatkan mutu dilakukan dengan memiliki nilai kepemimpinan sekolah yang kuat. Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab memberikan dorongan atau motivasi dan saran kepada semua anggota sesuai dengan porsi masing masing. Kerjasama dari anggota sekolah dalam bentuk keterlibatan total menjadi syarat berikutnya bagi sekolah untuk meningkatkan mutu. Selain itu partisipasi masyarakat dalam bentuk pemberian ide dan pendapat, juga turut membantu sekolah dalam melaksanakan perbaikan mutu. Dengan menjalankan nilai nilai yang telah disebutkan, maka yang diperlukan adalah komunikasi yang baik antar anggota sekolah. Lancarnya komunikasi membuat para anggota sekolah mampu mengetahui kemauan dan tujuan satu dengan yang lainnya, 5

sehingga proses peningkatan mutu berjalan sesuai harapan. Hal yang dapat disimpulkan yaitu MPMBS merupakan bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah yang berfokus pada peningkatan mutu. MPMPBS memiliki ciri ciri di mana terdapat sumber daya yang siap untuk mengusahakan peningkatan mutu, pemimpin yang mampu memberikan motivasi dan rasa aman, kerja sama antar anggota, komunikasi yang lancar, dan masih banyak lagi. 2.3. Sekolah Bermutu Terpadu Dalam menjalankan MPMBS, sekolah secara mandiri menjalankan berbagai strategi untuk meningkatkan mutu. Langkah langkah yang dilakukan dalam MPMBS kemudian dapat dijabarkan dengan prinsip Sekolah Bermutu Terpadu. Bagian dari TQM ini memiliki karakteristik agar sekolah meningkatkan mutu secara total. Karakteristik karakteristik tersebut adalah fokus pada pelanggan, keterlibatan total, pengukuran, komitmen, dan perbaikan berkelanjutan. 2.3.1. Fokus pada Pelanggan Menurut Tjiptono & Diana (2001), fokus pada pelanggan artinya suatu tindakan yang memenuhi atau melebihi kebutuhan pelanggan sehingga mengalami kepuasan. Pelanggan dalam konteks sekolah adalah murid, orang tua murid, guru, dan staf, yang Arcaro (2005) beri istilah pelanggan 6

internal. Pelanggan eksternal merupakan masyarakat, perusahaan, militer, atau organisasi lain yang memanfaatkan hasil proses pendidikan. Tjiptono & Diana (2001) berpendapat bahwa terdapat lima kelompok karakteristik yang menjadi harapan pelanggan. Hal pertama adalah bukti fisik (tangibles), yang meliputi sarana dan prasarana proses pembelajaran serta ekstrakulikuler. Karakteristik kedua yaitu kehandalan (realibility). Kehandalan menjadi upaya sekolah dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan secara tepat dan terpercaya. Harapan pelanggan berikutnya adalah daya tanggap (responsiveness), di mana pihak sekolah dapat menanggapi keluhan dari pelanggan dan memecahkan masalah secara cepat dan tanggap. Jaminan (assurance) menjadi fokus sekolah terhadap pelanggan berikutnya. Jaminan tersebut meliputi kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh pihak sekolah. Harapan pelanggan yang terakhir yaitu empati. Dalam empati, sekolah diharapkan untuk peduli dan memberikan perhatian kepada pelanggan sekolah. Salah satu langkahnya yaitu melakukan komunikasi yang baik supaya harapan para pelanggan dapat diketahui. Forza dan Filippini (1998) menjelaskan bahwa sangatlah penting bagi suatu organisasi untuk memelihara kedekatan dengan para pelanggan. Melalui komunikasi, sekolah dapat lebih berusaha untuk memelihara hubungan 7

sehingga mengetahui kebutuhan dan keluhan para pelanggan tersebut. 2.3.2. Keterlibatan Total Keterlibatan total menjadi karakteristik kedua dari sekolah bermutu terpadu. Tjiptono dan Diana (2001) berpendapat bahwa sekolah dapat menggunakan keahlian dan pengetahuan para guru dan staf untuk berpartisipasi lebih dari tanggung jawab inti para anggota sekolah tersebut, dalam hal hal yang dijalani dan dihadapi sekolah. Dengan kata lain, para anggota sekolah dapat membantu sesuai dengan kemampuan masing masing demi peningkatan mutu sekolah. Salah satu contoh yang diberikan Schargel (1994), para guru dan staf sekolah dapat diminta untuk menjadi penilai letak kesalahan sistem sekolah. Dimitriades (2000) menambahkan, sekolah dapat memberikan kesempatan kepada para guru dan karyawan untuk berpartisipasi dalam hal hal yang sedang dihadapi sekolah. Hal ini menjadikan para guru dan karyawan didorong menjalankan fungsi dalam pemrosesan informasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan memberikan masukan kepada teman sejawat. Hal selanjutnya yang dilakukan yaitu guru dan karyawan mendapatkan kesempatan untuk berinovasi. Orang tua siswa pun dapat dilibatkan untuk memberikan masukan dalam program 8

sekolah yang bersifat non-akademik, misalnya dalam acara lomba. 2.3.3. Pengukuran Pengukuran untuk meningkatkan mutu yang dimaksud adalah upaya dari sekolah dalam mengetahui tindakan atau langkah yang telah dan belum dilakukan oleh sekolah (Tjiptono dan Diana, 2001). Jika sekolah mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, maka sekolah dapat melakukan langkah langkah perbaikan dan peningkatan mutu secara lebih terarah. Bentuk pengukuran yang dapat dilakukan antara lain evaluasi. Arcaro (2005) memberikan contoh tindakan pengukuran yaitu nilai ujian siswa. Nilai nilai ujian para siswa dapat menjadi salah satu tolok ukur kemajuan prestasi dalam pelajaran. Van der Westhuizen (1996) menambahkan evaluasi performa sekolah (para pendidik dan siswa) yang dilakukan oleh pihak departemen berwenang dapat menjadi upaya berikutnya. Selain itu dapat juga dilaksanakan evaluasi sejawat untuk meningkatkan kinerja, membangun rasa percaya diri serta kepercayaan antar-anggota. 2.3.4. Komitmen Karakteristik sekolah bermutu terpadu selanjutnya adalah komitmen. Sallis (2006) menyatakan ketika institusi berkomitmen pada 9

peningkatan mutu pendidikannya, maka institusi tersebut selalu memiliki strategi untuk meningkatkan kualitas. Salah satu upaya yang dilaksanakan yaitu dalam hubungan kepala sekolah, guru, dan staf. Gaspersz (2002) berpendapat, dengan membangun hubungan sesama guru, guru kepala sekolah, guru staf, sesama staf, maka akan menciptakan iklim kerja yang nyaman sehingga mendukung untuk meningkatkan mutu. Hal berikutnya yang menggambarkan komitmen sekolah adalah ketika atasan memberikan penghargaan kepada para guru dan staf berprestasi (Creech, 1996). Penghargaan dari atasan atau kepala sekolah akan memberikan motivasi kepada guru dan staf untuk lebih berprestasi dan memiliki kinerja yang meningkat. Dengan adanya peningkatan kinerja karena penghargaan, maka secara tidak langsung mutu sekolah akan meningkat. 2.3.5. Perbaikan Berkelanjutan Perbaikan terus menerus menjadi model terakhir untuk sekolah bermutu terpadu. Sallis (2006) berargumen, dengan melakukan perbaikan secara tanpa henti, maka sekolah dapat melakukan perubahan terarah. Salah satu bentuk perbaikan sekolah antara lain adanya usaha untuk berinovasi dalam setiap kesempatan agar sekolah tersebut memiliki standar yang semakin meningkat. Upaya sekolah adalah dengan meningkatkan ketrampilan guru. Fuentes-Fuentes 10

et al (2004) juga berpendapat bahwa salah satu upaya untuk melakukan perbaikan adalah dengan berusaha belajar dari manajemen sekolah lain atau dari para ahli. Terdapat kesimpulan yang ditarik dalam setiap karakteristik untuk sekolah bermutu terpadu. Fokus pada pelanggan artinya upaya sekolah untuk memenuhi atau melebihi apa yang menjadi harapan pelanggan. Definisi dari keterlibatan total adalah tindakan yang diambil sekolah dalam mengikutsertakan atau melibatkan anggotanya berpendapat, memberikan penilaian, mengambil keputusan dan melakukan tindakan sesuai dengan prinsip prinsip yang berlaku di sekolah tersebut. Inti dari karakteristik pengukuran yaitu cara sekolah mengetahui letak kelebihan dan kekurangan dari suatu program, salah satunya melalui evaluasi. Dengan evaluasi, maka sekolah dapat mengetahui mana yang harus dipertahankan dan diperbaiki. Definisi dari komitmen adalah tindakan dari sekolah untuk menunjukkan bahwa para anggota sekolah benar benar meningkatkan mutu. Hal yang dilakukan antara lain menjalankan iklim kerja yang kondusif dengan cara melakukan komunikasi dua arah dan juga memaksimalkan bantuan untuk proses belajar siswa. Selanjutnya, perbaikan terus menerus merupakan tindakan untuk menjadi lebih 11

baik di masa mendatang di mana salah satu upayanya dengan inovasi. Berikut adalah gambar yang tentang lima karakteristik yang membuat suatu sekolah memiliki mutu terpadu. Sekolah Bermutu Terpadu Perbaikan Berkelanjutan Komitmen Pengukuran Keterlibatan total Fokus pada pelanggan Visi, Misi, dan Keyakinan dan Nilai - Nilai Gambar 2.1 Sekolah Bermutu Terpadu Sumber: Karakteristik Sekolah Bermutu Terpadu (Arcaro, 2005) 12