Pengaruh Natrium CMC, HPMC K100M, dan Etil Selulosa terhadap Karakteristik Tablet Nifedipin dengan Sistem Penghantaran Mukoadhesif

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

OPTIMASI NATRIUM BIKARBONAT DAN ASAM SITRAT SEBAGAI KOMPONEN EFFERVESCENT PADA TABLET FLOATING NIFEDIPIN

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

BAB III METODE PENELITIAN

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MIKROENKAPSULASI METFORMIN HIDROKLORIDA DENGAN PENYALUT ETILSELLULOSA MENGGUNAKAN METODA PENGUAPAN PELARUT ABSTRACT

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

OPTIMASI BAHAN POLIMER PEMBENTUK MATRIKS TABLET SUSTAINED RELEASE Na. DIKLOFENAK. Audia Triani Olii, Aztriana

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80

Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

OPTIMASI KOMPOSISI KARBOPOL DAN NATRIUM KARBOKSIMETILSELULOSA SEBAGAI SISTEM BUCCAL MUCOADHESIVE TABLET PROPRANOLOL HIDROKLORIDA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

UJI FISIK FORMULASI TABLET FLOATING TEOFILIN DENGAN MATRIK HPMC

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2015, hal 7-14 Vol. 12 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMASI PERBANDINGAN KONSENTRASI XANTHAN GUM- HPMC K4M SEBAGAI MATRIK TABLET LEPAS LAMBAT IBUPROFEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

OPTIMASI PERBANDINGAN KONSENTRASI CARRAGEENAN-HPMC K4M DAN MACAM PENGISI SEBAGAI MATRIK TABLET LEPAS LAMBAT IBUPROFEN

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 101 TERHADAP SIFAT FISIS TABLET EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum. L) SECARA GRANULASI BASAH

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

Revika Rachmaniar, Dradjad Priambodo, Maulana Hakim. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran. Abstrak

Jurnal Para Pemikir Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : e-issn :

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

UJI DISOLUSI TERBANDING TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA GENERIK BERLOGO DAN BERMEREK

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

OPTIMASI FORMULA TABLET FLOATING METFORMIN HIDROKLORIDA MENGGUNAKAN POLIMER HPMC K4M

BAB 5 SIMPULAN 5.1. Simpulan 5.2. Alur Penelitian Selanjutnya

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia L.)

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Farmaka Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1

Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1 136

FORMULASI TABLET EKSTRAK BUAH PARE DENGAN VARIASI KONSENTRASI AVICEL SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Puspita Septie Dianita 1, Tiara Mega Kusuma 2.

PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA

BEBY YUNITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT NATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN MATRIKS PATI BERAS KETAN PRAGELATINASI DARI KAMPAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

SIFAT FISIK TABLET DIHYDROARTEMISININ-PIPERAQUIN (DHP) SEDIAAN GENERIK DAN SEDIAAN DENGAN NAMA DAGANG YANG BEREDAR DI KOTAMADYA JAYAPURA

PENGEMBANGAN SEDIAAN LEPAS LAMBAT SISTEM MATRIKS BERBASIS ETILSELULOSA HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DENGAN TEKNIK DISPERSI SOLIDA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan viskositas larutan alginat. Pengukuran viskositas menggunakan viskosimeter Broookfield

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG

Uji Mutu Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.) dengan Bahan Pengikat PVP (Polivinilpirolidon) secara Granulasi Basah

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

Transkripsi:

Pengaruh Natrium CMC, HPMC K100M, dan Etil Selulosa terhadap Karakteristik Tablet Nifedipin dengan Sistem Penghantaran Mukoadhesif Anasthasia Pujiastuti Akademi Farmasi Theresiana thasia_anas@yahoo.com Abstract: Hypertension is an elevation of blood pressure in the arteries. Nifedipine is an antihypertensive agent that often be used. Nifedipine have large absorption in the peptic allows it can be made with the controlled release dosage form gastroretentif mucoadhesive system. In this research, design of formula based on factorial design approach method, using DoE facility on software Minitab 16 with 3 factors which are Na CMC, HPMC K100M, and ethyl cellulose. The results was that a combination of polymer Na CMC, HPMC K100M, and ethyl cellulose produced characteristics of nifedipine tablet with mucoadhesive delivery system gastroretentif the hardness of nifedipine tablets but reduced the mucoadhesive sytem. This polymner was also reduced the percentage of C360 and ED360 of the tablet. In the other hand, ethyl cellulose reduced the hardness of nifedipine tablet and Na CMC improved the mucoadhesive system. Key words: Na CMC, HPMC K100M, ethyl cellulose, tablet characteristics, nifedipine Abstrak: Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Terapi antihipertensi yang sering digunakan antara lain nifedipin. Absorpsi nifedipin yang besar dalam lambung memungkinkannya dibuat bentuk sediaan pelepasan terkendali dengan sistem gastroretentif mukoadhesif. Pada penelitian ini, rancangan formula dibuat berdasarkan pendekatan desain faktorial menggunakan fasilitas DoE pada software Minitab 16 dengan 3 faktor yaitu, Na CMC, HPMC K100M, dan etil selulosa. Hasil dari penelitian ini yaitu kombinasi polimer Na CMC, HPMC K100M, dan etil selulosa dapat menghasilkan karakteristik tablet nifedipin dengan sistem penghantaran gastroretentif mukoadhesif yang memenuhi syarat dalam Kompendia. Polimer yang berpengaruh meningkatkan kekerasan tablet nifedipin adalah HPMC K100M dan yang berpengaruh menurunkan kekerasan tablet nifedipin yaitu etil selulosa. Polimer yang berpengaruh memperbesar kekuatan mukoadhesif yaitu Na CMC sedangkan HPMC K100M menurunkan kekuatan mukoadhesif. Polimer yang berpengaruh pada penurunan persentase C 360 dan ED 360 yaitu HPMC K100M. Kata kunci: Na CMC, HPMC K100M, etil selulosa, karakteristik tablet nifedipin ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 5

I. Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Terapi antihipertensi yang sering digunakan antara lain nifedipin. Nifedipin merupakan obat golongan dihidropiridin sebagai calcium channel blocker (Sweetman, 2009). Nifedipin praktis tidak larut dalam air dan bioavailabilitasnya rendah yaitu 45-75%. Waktu paruh (t ½ ) nifedipin relatif pendek yaitu 2-6 jam (Moffat et al., 2011). Obat dengan t ½ yang relatif pendek apabila diberikan konsentrasi obat dalam darah (Ansel et al., 2005). Adanya permasalahan tersebut maka diperlukan suatu polimer yang mampu menghasilkan sediaan tablet dengan sistem penghantaran obat yang dapat mempertahankan pelepasan nifedipin yang seragam selama waktu tertentu. Nifedipin diabsorpsi dengan cepat dan hampir sempurna (90%) dalam lambung (Hardjono, 2000). Absorpsi nifedipin yang besar dalam lambung memungkinkannya dibuat bentuk sediaan pelepasan terkendali dengan sistem gastroretentif mukoadhesif. Polimer yang dapat digunakan untuk membuat tablet dengan sistem penghantaran gastroretentif mukoadhesif antara HPMC K100M dan etil selulosa (Agoes, 2008). Kombinasi polimer tersebut diharapkan dapat menghasilkan tablet nifedipin dengan kekerasan tablet yang optimal, mampu melekat kuat pada mukosa gastrointestinal; konsentrasi nifedipin yang terlepas pada waktu 360 menit (C 360 ) dan II. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan formula yang dibuat berdasarkan pendekatan desain faktorial menggunakan fasilitas DoE pada software Minitab 16 dengan 3 faktor, yaitu konsentrasi polimer Na CMC, HPMC K100M, dan etil selulosa. Sediaan tablet yang dibuat mengandung nifedipin 40 mg dengan menggunakan bahan tambahan PVP K-30 sebagai solubilizer, Avicel PH 102 sebagai pengisi, magnesium stearat sebagai lubricant, dan talk sebagai glidant (Rowe, et al., 2009). Rancangan formula tersebut dibuat dalam 8 formula seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Gastroretentif Mukoadhesif Etil selulosa 1 70 20 10 2 105 20 10 3 70 50 10 4 105 50 10 5 70 20 35 6 105 20 35 7 70 50 35 8 105 50 35 Setiap formula tablet juga mengandung nifedipin 40 mg; PVP K-30 80 mg; talk 3,5 mg; Mg stearat 3,5 mg dan avicel PH 102 hingga bobot tiap tablet 350 mg Pembuatan tablet nifedipin pada setiap formula dimulai dengan melakukan pencampuran semua bahan penyusun tablet menggunakan cube mixer dan dilanjutkan dengan evaluasi sifat (ED 360 ) memenuhi syarat dalam Kompendia. 6 ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org

1. Waktu alir Pengujian dilakukan dengan memasukkan 25 g massa tablet ke dalam alat tester melalui tepi dinding corong yang dilengkapi dengan penutup. Waktu yang diperlukan massa tablet untuk mengalir keluar setelah penutup corong dibuka menunjukkan waktu alir massa tablet. 2. mengukur tinggi kerucut (h) dan jari-jari lempeng penyangga (r) (Siregar, 2010). Massa tablet yang telah dilakukan pengujian kemudian dilakukan pencetakan tablet dengan metode cetak langsung. Tablet kekuatan mukoadhesif, pengembangan tablet, keseragaman kandungan dan disolusi tablet. Evaluasi tablet dilakukan dengan cara: 1. Keseragaman bobot tablet Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan besar kecilnya penyimpangan bobot tablet yang dihasilkan dibandingkan dengan rata-rata tablet. Pengujian dilakukan dengan cara menimbang 20 tablet satu per satu pada neraca analitik, kemudian dihitung nilai rata-rata (X) dan deviasi standar. 2. Keseragaman ukuran tablet Pengukuran keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan menggunakan alat thickness tester untuk mengukur tebal tablet dan jangka sorong untuk mengukur diameter tablet. 3. Kekerasan tablet Pengujian kekerasan tablet dilakukan dengan cara meletakkan 1 tablet pada alat hardness tester di posisi tengah dan tegak lurus. 4. Kerapuhan tablet Pengujian kerapuhan tablet dilakukan dengan menimbang 20 tablet yang telah dibebasdebukan pada neraca analitik, kemudian dimasukkan dalam alat abration tester. 5. Kekuatan mukoadhesif tablet Kekuatan mukoadhesif tablet diukur pada sapi digunakan sebagai model membran. 6. Pengembangan tablet Pengujian pengembangan tablet diawali dengan menentukan bobot tablet yang akan di uji dan dinyatakan sebagai W1, kemudian setiap tablet ditempatkan terpisah dalam Beaker glass 100 ml yang mengandung 30 ml media disolusi dengan suhu 37 ± 0,1 C. 7. Keseragaman kandungan Pengujian keseragaman kandungan dilakukan dengan menimbang dan menghaluskan 10 tablet nifedipin satu persatu. Tablet yang telah dihaluskan kemudian dilarutkan dalam metanol dengan perbandingan berat nifedipin pada tablet dengan metanol adalah 1 mg : 1 ml (Anonim, 2007), setelah itu dilakukan pengenceran dengan media disolusi ph 1,2 hingga volume 100 ml dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV- Vis pada panjang gelombang maksimal. 8. Disolusi tablet nifedipin Media disolusi yang digunakan adalah 0,5% sodium lauril sulfat dalam cairan lambung tanpa pepsin. Disolusi dilakukan dengan kecepatan 6 jam. Pada interval waktu 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 240, 300 dan 360 menit. ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 7

III. nifedipin yang dilakukan meliputi waktu alir, kecepatan alir dan sudut diam dapat dilihat pada Tabel 2 Massa tablet yang telah dicetak selanjutnya dilakukan pengujian karakteristik tablet. Hasil dapat dilihat pada Tabel III dan Gambar 1 Formula Nifedipin Gastroretentif Mukoadhesif Waktu Alir (detik)*) Kecepatan Alir (g/ detik)*) Sudut Diam ( )*) 1 3,93 ± 0,63 6,48 ± 1,10 30,68 ± 0,49 2 2,98 ± 0,35 8,48 ± 0,99 30,11 ± 0,86 3 8,58 ± 0,52 2,92 ± 0,18 30,96 ± 0,84 4 4,39 ± 0,08 5,70 ± 0,11 30,68 ± 0,49 5 6,16 ± 0,90 4,12 ± 0,61 30,96 ± 0,00 6 6,19 ± 0,37 4,05 ± 0,24 30,96 ± 0,00 7 5,42 ± 0,87 4,69 ± 0,72 30,96 ± 0,00 8 4,64 ± 0,20 5,40 ± 0,23 30,68 ± 0,49 *) data adalah rerata dari 3 replikasi dengan deviasi standarnya deviasi standarnya 3 Tablet Nifedipin Gastroretentif Mukoadhesif - mula Rerata bobot tablet Tebal tablet Rerata kekerasan tablet Rerata kerapuhan tablet Rata-rata kekuatan mukoadhesif Rerata keseragaman kandungan % CV keseraga-man kandungan 1 349,2 ± 1,30 4,5 ± 0,01 4,6 ± 0,18 0,21 ± 0,18 12,67 ± 1,75 96,80 ± 3,53 3,64 86,16 ± 2,29 2 350,7 ± 0,84 4,5 ± 0,00 4,8 ± 0,14 0,25 ± 0,15 15,10 ± 1,92 98,46 ± 3,73 3,78 77,71 ± 2,13 3 350,2 ± 0,94 4,6 ± 0,02 4,7 ± 0,22 0,33 ± 0,13 11,45 ± 1,63 97,03 ± 4,05 4,17 45,38 ± 6,71 4 350,4 ± 0,98 4,5 ± 0,02 5,2 ± 0,24 0,26 ± 0,18 16,80 ± 1,61 97,03 ± 3,83 3,95 40,55 ± 5,03 5 348,8 ± 1,02 4,5 ±0,01 4,3 ± 0,19 0,18 ± 0,12 14,30 ± 0,49 106,08 ± 2,54 2,40 79,14 ± 5,26 6 350,4 ± 1,25 4,6 ± 0,01 4,1 ± 0,12 0,26 ± 0,07 14,91 ± 1,86 104,81 ± 3,35 3,20 80,15 ± 0,85 7 349,8 ± 1,05 4,7 ± 0,01 4,2 ± 0,12 0,38 ± 0,15 14,82 ± 1,85 100,27 ± 5,05 5,04 50,15 ± 8,01 8 349,5 ± 0,94 4,6 ± 0,00 3,7 ± 0,18 0,41 ± 0,35 12,03 ± 1,91 103,58 ± 3,00 2,89 29,91 ± 4,86 *) data adalah rerata dari 20 replikasi dengan deviasi standarnya **) data adalah rerata dari 10 replikasi dengan deviasi standarnya ***) data adalah rerata dari 3 replikasi dengan deviasi standarnya 8 ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org

semakin jelek sifat alirnya. Kecepatan alir massa Gambar 1. Hasil Indeks Pengembangan Tablet Interpretasi terhadap data disolusi dilakukan dengan cara membuat hubungan antara bobot kumulatif nifedipin yang terlepas versus waktu tablet nifedipin gastroretentif mukoadhesif dapat dilihat pada Gambar 2. IV. PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel II dapat diketahui bahwa semua formula mempunyai waktu alir yang baik yaitu < 10 detik, semakin lama waktu yang dibutuhkan massa tablet untuk mengalir maka g/detik (Siregar, 2010). Sudut diam yang terbentuk di tiap formula adalah hampir sama yaitu berada dalam rentang 30,11 semakin besar sudut diam yang dihasilkan maka sifat alir dari massa tablet kurang baik (Priyambodo, 2007). Sifat alir yang baik mempunyai peran dalam menentukan kemampuan massa tablet mengalir ke ruang cetak sehingga dapat menjamin keseragaman pengisian. Pengisian ruang cetak yang berlangsung secara kontinu akan menghasilkan tablet dengan bobot yang seragam sehingga diharapkan dapat menjamin keseragaman kandungan nifedipin yang tersebar merata dalam polimer pembawa. Berdasarkan hasil pengujian karakteristik disolusi 8 formula tablet nifedipin pada Tabel III menunjukkan bahwa semua parameter memenuhi syarat. Pada Tabel III dapat diketahui bahwa ke-8 formula mempunyai bobot rata-rata tablet mendekati 350 mg dengan nilai simpangan ratarata yang relatif rendah. Berdasarkan nilai persen penyimpangan bobot tablet, tidak ada tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari 5% dari bobot rata-ratanya, maka dapat dikatakan bobot tablet seragam. Hal ini menunjukkan bahwa tablet yang dihasilkan dari formula 1-8 memiliki keseragaman bobot sesuai dengan ketentuan Farmakope Indonesia ed. III (Depkes, 1979). Berdasarkan nilai deviasi standar yang diperoleh membuktikan bahwa serbuk mengalir dengan baik ke dalam ruang cetak tablet sehingga dihasilkan tablet yang memenuhi persyaratan keseragaman bobot, yang selanjutnya diharapkan memberikan penyebaran nifedipin yang merata dalam polimer. Uji keseragaman ukuran tablet dilakukan untuk ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 9

membuktikan bahwa tablet telah memenuhi persyaratan ukuran tablet menurut Farmakope Indonesia ed. III (Depkes, 1979). Keseragaman ukuran tablet untuk tiap formula memenuhi syarat yaitu tebal tablet tidak kurang dari 1/3 dan tidak lebih dari 1½ diameter tablet dengan nilai diviasi standar relatif rendah. Tablet yang tidak memenuhi syarat dalam keseragaman ukuran dapat menyebabkan tablet menjadi rapuh sehingga tidak mampu menahan goncangan selama proses pembuatan, pengemasan dan distribusi. Berdasarkan Tabel III dapat diketahui kekerasan tablet formula 8 yang paling kecil diantara semua formula, hal ini menunjukkan formula 8 memiliki sifat kompresibilitas paling kecil. Formula yang mengandung jumlah polimer mukoadhesif paling banyak, menghasilkan kekerasan tablet yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa formula 8 memiliki sifat kompresibilitas yang kurang baik daripada formula yang lain. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software Minitab 16 dapat faktorial untuk kekerasan tablet nifedipin yaitu: Y1 = 4,4450-0,0021X1 + 0,0175X2-0,3867X3 + 0,0088X1X2-0,1662X1X3-0,1408X2X3-0,0721X1X2X3 (1) Y1 = kekerasan tablet (kg); X1= proporsi Na CMC; X2= proporsi HPMC K100M; X3 = proporsi etil selulosa Persamaan 1 menunjukkan tiap komponen dan interaksinya memberikan pengaruh pada kekerasan tablet. Etil selulosa paling besar dalam mempengaruhi kekerasan tablet yaitu memberikan selulosa cenderung untuk menurunkan kekerasan tablet. Natrium CMC memberikan pengaruh paling ini berarti Na CMC dapat menurunkan kekerasan tablet. HPMC K100M memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan kekerasan tablet dengan nilai K100M berpengaruh memperbesar kekerasan ini faktor yang berpengaruh untuk meningkatkan kekerasan tablet adalah HPMC K100M. Natrium CMC - etil selulosa, HPMC K100M - etil selulosa dan interaksi antara ke tiga komponen polimer berpengaruh dalam memperkecil kekerasan tablet. Farmakope Indonesia edisi III (1979) mensyaratkan persen kerapuhan tablet yang memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 1% yang berarti tablet tahan terhadap pengaruh fabrikasi. Berdasarkan Tabel III dapat diketahui bahwa persen kerapuhan tablet dari formula 1 sampai 8 memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 1%. Persen kerapuhan yang paling kecil yaitu pada formula 8, hal ini disebabkan karena kekerasan tablet pada formula 8 juga memiliki nilai paling rendah, sehingga tablet kurang tahan terhadap fabrikasi dan kurang mampu melawan goncangan mekanik dibandingkan dengan formula yang lain. Pengujian kekuatan mukoadhesif tablet dilakukan untuk mengetahui kemampuan tablet melekat pada mukosa. Hasil pengujian kekuatan mukoadhesif semua formula dapat melekat pada mukosa usus setelah preload selama 5 menit. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Na CMC, HPMC K100M dan etil selulosa dalam berbagai perbandingan dapat bersifat bioadhesif pada jaringan mukosa. Formula 4 memiliki kekuatan mukoadhesif yang paling kuat 10 ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org

dibandingkan dengan formula yang lain. Hal ini disebabkan karena pada formula 4 mengandung polimer Na CMC dengan jumlah yang besar. Polimer Na CMC mempunyai kemampuan untuk mengembang kemudian melekat dengan mukus sehingga kemampuan untuk berikatan dengan mukus juga menjadi besar, oleh karena itu dapat meningkatkan daya mukoadesif polimer tersebut. Persamaan terkait desain faktorial untuk kekuatan mukoadhesif tablet yaitu: Y2 = 14,010 + 0,700X 1-0,235 + 0,005-0,062X 1-1,242X 1-0,354-0,789X 1 (2) Y2 = kekuatan mukoadhesif tablet nifedipin (gram); X 1 = proporsi Na CMC; = proporsi HPMC K100M; = proporsi etil selulosa Berdasarkan persamaan 2 menunjukkan tiap komponen dan interaksinya memberikan pengaruh pada kekuatan mukoadhesif. Polimer Natrium CMC dan etil selulosa masing-masing bernilai positif yang berarti berpengaruh memperbesar kekuatan mukoadhesif tablet, sedangkan HPMC K100M bernilai negatif yang berarti berpengaruh menurunkan kekuatan mukoadhesif tablet. Interaksi antara Na CMC dan HPMC K100M berpengaruh menurunkan rendah (-0,062). Pada interaksi ini yang cenderung menurunkan kekuatan mukoadhesif adalah HPMC K100M, karena pada komponen tunggal bernilai negatif (-0,235). Interaksi antara Na CMC dan etil selulosa memberikan pengaruh paling besar terhadap kekuatan mukoadhesif. Interaksinya berpengaruh menurunkan kekuatan mukoadhesif, tetapi masing-masing komponen berpengaruh meningkatkan kekuatan mukoadhesif. Interaksi antara Na CMC - HPMC K100M, HPMC K100M - etil selulosa dan interaksi antara ke tiga komponen matriks berpengaruh dalam memperkecil kekuatan mukoadhesif tablet. Persyaratan keseragaman kandungan untuk tablet lepas lambat menurut USP 32 yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah nifedipin yang tercantum dalam label. Farmakope Indonesia IV mensyaratkan bahwa rentang konsentrasi dari 10 tablet pada pengujian keseragaman kandungan adalah 85,0-115,0%, 6,0%. Berdasarkan Tabel III dapat diketahui bahwa semua formula memenuhi syarat yang tercantum dalam USP 32 maupun Farmakope Indonesia IV. Formula 7 mempunyai nilai % CV yang paling besar dibandingkan formula yang lain, artinya nilai % CV yang lebih dari 6,0% dapat menurunkan homogenitas kandungan zat aktif. Berdasarkan data % CV keseragaman kandungan formula 1 sampai 8 memenuhi syarat untuk homogenitas yaitu CV kurang dari 6,0%. Berdasarkan hasil pengujian indeks pengembangan pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa semakin lama waktu kontak tablet nifedipin dengan media disolusi menghasilkan indeks pengembangan yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu kontak tablet menyebabkan proses hidratasi juga semakin maksimal, sehingga pelepasan obat juga diharapkan semakin banyak. Pada Gambar 1 dapat terlihat bahwa pada menit ke 360 indeks pengembangannya paling besar yaitu formula 6 dan formula yang paling kecil indeks pengembangan yaitu formula 8. Parameter uji disolusi yang dikendalikan pada penelitian ini adalah kecepatan putaran ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 11

dayung dan suhu media disolusi yang dibuat sama yaitu kecepatan putaran dayung 100 rpm dan suhu media 37 C. Kecepatan putaran dayung dan suhu yang tidak sama dapat mempengaruhi pelepasan obat, putaran dayung yang semakin cepat dan suhu yang semakin tinggi dapat mempercepat pelepasan obat dari matriks. Pada uji disolusi, selain kecepatan putaran dayung dan suhu, kekerasan tablet juga dapat mempengaruhi pelepasan nifedipin dari bentuk sediaan. Pada formula yang sama, semakin tinggi kekerasan tablet maka obat lebih sulit untuk dilepaskan dari matriks tablet. Tablet dikempa dengan tekanan punch atas dikendalikan yaitu pada kekerasan 4-5 kg. Tablet dengan kekerasan yang tinggi, pori-pori tablet akan semakin kecil. Hal ini menyebabkan absorpsi air oleh tablet menjadi berkurang sehingga kemampuan pelarut untuk melakukan penetrasi (hidratasi) berkurang. Jika kemampuan hidratasi berkurang maka proses pengembangan polimer dan disolusi obat akan lebih lambat. Oleh karena itu kekerasan tablet merupakan faktor penting yang harus dikendalikan agar perbedaan disolusi yang terjadi antar berbagai formula hanya dipengaruhi oleh perbedaan komposisi nifedipin pada Gambar 2 terlihat bahwa jumlah pelepasan obat dalam waktu 360 menit yang hampir mendekati 40 mg secara berurutan yaitu terjadi pada formula 6, formula 1, formula 5, dan formula 2. Pada ke empat formula tersebut mengandung HPMC K100M dengan konsentrasi rendah. Formula tablet nifedipin gastroretentif lambat yaitu terjadi pada formula 3, formula 7, formula 4 dan formula 8. Ke empat formula tersebut mengandung HPMC K100M dengan konsentrasi yang terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa HPMC K100M merupakan polimer yang mengendalikan pelepasan obat, karena HPMC K100M memiliki viskositas yang sangat tinggi. Viskositas yang tinggi ini menyebabkan lapisan gel yang terbentuk relatif sulit dikikis oleh pelarut sehingga polimer sulit mengalami erosi. Akibatnya mekanisme yang dominan dalam pelepasan obat dari polimer HPMC K100M adalah difusi, sehingga kecepatan pelepasannya lambat. nifedipin yang paling lambat, terlihat pada menit ke-360, obat yang terlepas sebanyak 19,40 mg. Hal ini dikarenakan semua komponen matriks dalam konsentrasi besar, sehingga matriks dapat membentuk dinding yang kompak dan menunjukkan pelepasan obat berkelanjutan untuk jangka waktu yang diperpanjang. Konsentrasi nifedipin yang terlepas pada waktu 360 menit (C 360 ) menghasilkan persamaan terkait desain faktorial sebagai berikut: Y3 = 80,05-5,02X 1-16,80-0,64-3,98X 1-0,31X 1-2,54-2,25X 1 (3) Y3 = konsentrasi nifedipin yang terlarut pada waktu 360 menit (%); X 1 = proporsi Na CMC; = proporsi HPMC K100M; = proporsi etil selulosa Berdasarkan persamaan 3 menunjukkan masing-masing komponen matriks dan interaksinya semuanya memberikan pengaruh negatif yaitu menurunkan persentase kumulatif nifedipin yang terlepas. Hal ini berarti pelepasan nifedipin pada waktu 360 menit mengalami penurunan. Polimer yang paling dominan mempengaruhi penurunan persentase C 360 yaitu HPMC K100M dengan nilai 12 ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org

ED 360 selulosa. Persamaan 3 memperlihatkan interaksi antara Na CMC dan HPMC K100M memberikan pengaruh terhadap penurunan persentase C 360 (-3,98), selanjutnya interaksi antara HPMC K100M dan etil selulosa, kemudian interaksi antara 3 polimer, dan yang paling rendah interaksi antara Na CMC dan etil selulosa. Hasil ini sangat dipengaruhi oleh HPMC K100M, karena dalam bentuk tunggal sangat dominan pengaruhnya. Kecepatan pelepasan obat menentukan efektivitas obat untuk di absorbsi secara sistemik. (-19,65), selanjutnya Na CMC (-4,06) dan etil selulosa (-1,31). Hal ini berarti polimer yang paling berpengaruh menurunkan ED 360 adalah HPMC K100M. Interaksi yang terjadi antara Na CMC tinggi (-2,20), kemudian diikuti interaksi antara Na CMC dan etil selulosa (-0,74), dan yang terakhir interaksi antara HPMC K100M dan etil selulosa (-0,16). Interaksi ketiga polimer menghasilkan nilai menurunkan ED 360 lebih besar dibandingkan interaksi antara 2 polimer. Pada penelitian ini digunakan ED 360 sebagai respon hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel III. Berdasarkan Tabel III dapat diketahui adalah formula 8. Hal ini menggambarkan bahwa efektivitas pelarutan zat aktif paling lambat. Nilai dengan desain faktorial yaitu: 5. 2,20X 1 3 1 1 2 2 1 X 3 (4) = proporsi Na CMC; 1 = proporsi HPMC K100M; = proporsi etil selulosa VI. 1. Kombinasi polimer Na CMC, HPMC K100M, dan etil selulosa dapat menghasilkan karakter- - hantaran gastroretentif mukoadhesif yang memenuhi syarat dalam kompendia. 2. Polimer yang berpengaruh meningkatkan kekerasan tablet nifedipin adalah HPMC K100M dan yang berpengaruh menurunkan kekerasan tablet nifedipin yaitu etil selulosa 3. Polimer yang berpengaruh memperbesar kekuatan mukoadhesif yaitu Na CMC sedangkan HPMC K100M menurunkan kekuatan mukoadhesif 4. Polimer yang berpengaruh pada penurunan persentase C 360 dan ED 360 yaitu HPMC K100M Berdasarkan persamaan 4 menunjukkan masing-masing komponen polimer dan interaksinya memberikan pengaruh negatif yaitu 360 menit (ED 360 ). Komponen polimer yang paling dominan berpengaruh pada penurunan Agoes, G., 2008, Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Anonim, 2007, The United States Pharmacopeia, 30 rd Ed., The United States Pharmacopeial ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 13

Convention Inc., Rockville. Ansel, H.C., Allen, L.V., & Popovich, N.G., 2005, Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System, 8 th Ed., Lippincott Williams & Wilkins a Wotters Kluwer Company, Philadelphia. Hardjono, S., 2000, Hubungan Struktur-Aktivitas Obat Kardiovaskuler, dalam Siswandono & Soekardjo B., (Ed.), Kimia Medisinal, Airlangga University Press, Surabaya. Moffat, A.C., Osselton, M.D., & Widdop, B., 2011, Clarke s Analysis of Drugs and Poisons, 4 th Ed, Pharmaceutical Press, London. Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama, Yogyakarta. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6 th Ed., The Pharmaceutical Press and The American Pharmacists Association, Washington DC. Siregar, C., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, Vol. I, 36 th Ed., Pharmaceutical Press, London. 14 ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org