Netti, Delima, Yossi Suryarinilsih (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. gangguan aktivitas fungsional pada orang dewasa (irfan, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Magelang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

R. Siti Maryam Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Persahabatan Jakarta ABSTRAK

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

Jurnal Kesehatan Kartika 7

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Z. (2010). Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

Wawan Rismawan, S.Kep., Ns., M.Sc. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

PENCEGAHAN KEJADIAN DEKUBITUS DENGAN PENGGUNAAN HEEL RING PADA PASIEN YANG TERPASANG TRAKSI SKELETAL

PENGARUH PENGGUNAAN KASUR ANTI DEKUBITUS TERHADAP DERAJAD DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING. Abstrak

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP (PROTAP) PERAWATAN LUKA OPERASI DI BLUD RSU CUT NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015

Risiko Terjadinya Dekubitus Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Perawatan Neurologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat, memberikan terapi serta menunjang fungsi-fungsi vital pasien yang

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. angka kejadian tindakan secsio caesarea, tempat, dan waktu dilaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri

PROTOKOL TINDAKAN MOBILISASI MIRING KANAN / MIRING KIRI DAN PERAWATAN KULIT / MASSAGE. Suatu tindakan merubah posisi tidur pada pasien yang mengalami

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DILLA HERFINA*ERWIN**AGRINA***

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

Abstrak. Kata kunci : kadar albumin, IMT, pasien immobilisasi, kejadian dekubitus

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN DAN PENCEGAHAN LUKA (DEKUBITUS)

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN PENGGUNAAN BED DECUBITUS DAN BLANKET ELECTRIC DOSEN : BU MIRA ASMIRAJANTI

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

Oleh : Fery Lusviana Widiany

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pembentukan perilaku baru yang dapat meningkatkan status kesehatan pada

Transkripsi:

PENGARUH INTERVENSI MASSAGE DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING LAMA DI RSUP DR. M. JAMIL PADANG TAHUN 2013 Netti, Delima, Yossi Suryarinilsih (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh intervensi massage dalam upaya pencegahan dekubitus terhadap kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama. Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain quasi-eksperiment. Pasien yang dirawat inap di ruangan neuro/ syaraf (kelompok perlakuan) dan ruangan interne di RSUP dr. M. Jamil Padangf sebagai kelompok pembanding/ control. Sampel sebanyak 44 orang (22 kelompok perlakuan dan 22 kelompok control) yang diambil secara purpocive sampling. Analisa data secara univariat dan bivariat menggunakan uji t independent. Hasil analisis terdapat pengaruh yang signifikan intervensi massage dalam upaya pencegahan kejadian dekubitus dengan kejadian dekubitus pada psein yang dirawat dengan tirah baring lama di RSUP dr. M. Jamil Padang Dalam rangka mencegah/ menurunkan kejadian dekubitus pada pasien yang dirawat dengan tirah baringlama di RSUP dr. M. Jamil Padang khususnya di ruangan interne dan ruangan neuro setiap hari melakukan massage pada daerah tulang-tulang dekat ke permukaan tubuh seperti daerah punggung, siku, tumit, bahu, pinggul, mata kaki dan telinga Keyword: massase, dekubitus. PENDAHULUAN Dekubitus merupakan kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan tekanan yang terlalu lama pada bagian tubuh yang menonjol dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Gangguan ini dapat terjadi pada individu yang berada diatas kursi atau diatas tempat tidur, inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan nutrisi serta gangguan kesadaran. Ada sejumlah penyakit yang mempermudah timbulnya dekubitus seperti DM, status gizi, underweight atau overweight, anemia, hipoalbuminemia, penyakit neurologic dan penyakit yang merusak pembuluh darah serta keadaan hidrasi tubuh. Selain itu kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut, kotor dan basah (lembab), atau peralatan medis pada yang menyebabkan pasien terfiksasi pada satu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat ataupun perubahan posisi yang jarang dilakukan (seperti miring kiri atau kanan) Pencegahan dekubitus merupakan prioritas yang mengalami keterbatasan 1

mobilisasi dan pasien dalam perawatan secara umum. Massage (pijat ringan) bertujuan untuk menstimulus melancarkan dan memperbaiki sirkulasi darah. Dilakukan dengan gentle (lembut sera hati-hati) dengan bantuan aroma terapeutik oil agar tidak terjadi iritasi selama melakukan massage. Oil tersebut diharapkan tidak berlemak agar pori-pori kulit tidak tertutup sehingga tidak memperburuk dalam proses terjadinya dekubitus. Hasil penelitian oleh Mukti tahun 2002, menunjukan bahwa insidensi terjadinya dekubitus bervariasi, tapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi ditanan perawtan acute care, 15-25% ditatanan perawat jangka panjang/ longterm care, dan 7-12% ditatanan perawatan rumah// homecare. dalam beberapa penelitian di Amerika menunjukkan bahwa 3-10% pasien yang dirawat di rumah sakit menderita dekubitus dan 2,7% peluang terbentuk dekubitus baru, namun angka tersebut terus menunjukkan peningkatan hingga 7,7-26,9%. Penelitian lain memperlihatkan bahwa sekitar 28% pasien di rumah sakit berpeluang untuk menderita ulkus dekubitus, dan 2/3 penderita dekubitus tersebut terjadi pada pasien berusia lanjut. Dekubitus juga terjadi dengan frekuensi yang cukup tinggi pada pasien-pasien neurologis oleh karena imobilisasi yang lama dan berkurangnya kemampuan sensorik. Insiden dekubitus pada penderita dengan trauma medulla spinalis mencapai 25-85% dengan angka kematian antara 7-8%. Penelitian di Indonesia dilaporkan dari Annas, HA cit Purwaningsih (2000) menyebutkan bahwa dari 78 orang pasien tirah baring yang dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar sebanyak 12 orang (15,8%) mendapatkan dekubitus. Setyajati (2001) juga melakukan penelitian yang menghitung angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring di RS Muwardi Surakarta, pada Bulan oktober 2002 angka kejadian dekubitus sebanyak 38,18 %. Penelitian tentang angka kejadian dekubitus juga dilakukan oleh Purwaningasih (2000) di Ruang Al, B1, C1, D1 dan ruang B3 IRNA I RSUP DR. sardjito pada bula oktober 2001, didapatkan hasil dari 40 pasien tirah baring, angka insiden mencapai 40 %. Angka ini relative tinggi dan akan semakin meningkatkan jika tidak dilakukan upaya dalam mencegahnya. Ulkus dekubitus termasuk salah satu daftar penyebab kematian secara langsung (7-8%) pada pasien-pasien paraplegia. Evaluasi secara luas telah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa 1/3 pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit yang mengalami dekubitus 2

selama perawatan, dilaporkan meninggal dunia, dan lebih dari setengahnya akan meninggal dalam 12 bulan ke depan. Secara umum pasien-pasien tersebut meninggal oleh karena proses penyakit primer, namun adanya ulkus dekubitus menjadi faktor yang dapat memperberat penyakit primernya. Studi pendahuluan di RSUP Dr. M. Djamil Padang diperoleh data jumlah pasien dengan dekubitus pertahun sebagai berikut, pada tahun 2009 terdapat 16 orang pasien yang mengalami dekubitus yaitu, 5 orang pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam, 5 orang pasien di bangsal neurologi, 2 orang pasien di bangsal bedah, 2 orang pasien di bangsal umum dan 2 orang di bangsal kardiologi. Tahun 2010, tercatat 21 orang pasien yang mengalami dekubitus yaitu, 9 orang pasien yang dirawat di bangsal neurologi, 8 orang pasien yang di ruang penyakit dalam, 3 orang pasien di bangsal bedah dan 1 orang pasien di bangsal bedah orthopedi. Tahun 2011, tercatat 48 orang pasien yang mengalami dekubitus yaitu, 19 orang pasien yang dirawat di bangsal neurologi, 21 orang yang di ruang penyakit dalam, 3 orang pasien di bangsal umum dan 5 orang pasien di bangsal bedah. Hal tersebut jelas menunjukkan adanya peningkatan pasien yang terkena dekubitus tiap tahunnya, terutama di bangsal penyakit dalam dan di ruangan neurologis. (Instalasi Rekam Medis). Pada saat dilakukan wawancara dengan 5 orang perawat di ruang penyakit dalam, tindakan pencegahan dekubitus telah dilakukan, seperti memandikan dan mengatur posisi pasien, misalnya miring ke kiri atau miring ke kanan setiap 2 jam sekali, agar tidak terjadi penekanan yang lama terhadap bagian tubuh tertentu dari pasien. Sedangkan 8 orang perawat mengatakan bahwa tindakan pencegahan dekubitus ada dilakukan tetapi sekedarnya saja karena mengingat waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk melayani seluruh pasien sangat terbatas. Disamping itu dukungan keluarga sangatlah minim dalam mencegah terjadi dekubitus.penelitian ini bertujuan untuk mengetatahui pengaruh intervensi massage dalam upaya pencegahan dekubitus terhadap kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di RSUP dr. M. Jamil Padang tahun 2013 3

METODE PENELITIAN Jenis penelitian Eksperimen dengan desain quasi-eksperiment yaitu dengan rancangan sebelum dan sesudah intervensi menggunakan kelompok pembanding eksternal yaitu melihat pengaruh intervensi massage dalam upaya pencegahan dekubitus terhadap kejadian dekubitus. Sebagai variable independen (intervensi massage dalam upaya pencegahan dekubitus) dan dependen (kejadian dekubitus) pada pasien tirah baring lama. Penelitian dilaksanakan di RSUP dr. M. Jamil Padang di Ruangan Neuro/ Saraf dan Interne (HCU Rawat Inap Penyakit Dalam Wanita dan Pria). Pengumpulan data telah dilakukan bulan 2 September sampai 12 November 2013. Populasi adalah semua pasien yang dirawat Ruangan Neuro/ Saraf dan Interne di RSUP dr. M. Jamil Padang. Sampel adalah Pasien yang dirawat inap di ruangan Neuro/ Saraf kelompok perlakuan dan Ruangan Interne di RSUP dr. M. Jamil Padang. Pengambilan sampel secara purposive sampling. Teknik pengumpulan data akan diperoleh data primer, yaitu secara langsung dari responden melalui observasi terhadap upaya yang dilakukan perawat dalam upaya pencegahan terjadinya dekubitus pada pasien tirah baring lama di ruangan Neuro/ Saraf dan ruangan Interne RSUP dr. M. Jamil Padang. Analisa data dilakukan secara Univariat, untuk melihat distribusi frekwensi kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di ruangan Neuro/ Saraf dan ruangan Interne RSUP dr. M. Jamil Padang dan bivariat, untuk melihat perbedaan/ pengaruh intervensi massage dalam upaya pencegahan kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di RSUP dr. M. Jamil Padang pada kedua kelompok yaitu antara kelompok perlakuan (pasien yang dirawat Ruang Neuro) dengan kelompok pembanding (pasien yang dirawat di Interne). Uji statistik yang dilakukan adalah indepanden sample t test. 4

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Dekubitus RSUP DR. M. Djamil PadangTahun 2013 Kejadian Dekubitus Frekuensi % Ya 10 22,7 Tidak 34 77,3 Jumlah 44 100 % Berdasarkan tabel 1 menunjukkan dari 44 (22,7%) responden yang mengalami orang responden terdapat 10 orang dekubitus. Tabel 2; Distribusi Frekuensi Kejadian Dekubitus berdasarkan 3 kali Penilaian Kejadian Dekubitus Ruangan Neuro/ Perlakuan (22 org) Ruangan Interne/ Kontrol (22 org) f % f % Penilaian 1 0 0 3 13,6 Penilaian 2 0 0 6 27,3 Penilaian 3 3 13,6 7 31,8 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa 31,8%). Namun pada kelompok perlakuan Kejadian dekubitus lebih banyak terjadi diruangan Interne (13,6%; 27,3% dan Analisis Bivariat masih terjadi dekubitus sebanyak 13,6% pada penilaian tahap III. Tabel 3: Distribusi Rata-rata Skort Penilaian Kejadian Dekubitus pada Penilaian Pertama Variabel Mean SD SE P Value N Skort Dekubitus - Ruangan Neuro - Ruangan Interne 0,27 0,767 0,164 0,164 22 22 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat rata-rata skort kejadian dekubitus pada penilaian/observasi 1 di ruangan Neuro sebesar sengkan rata-rata skort kejadian dekubitus di ruangan Interne adalah 0,27 dengan standar deviasi 0,767. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,164 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata skort kejadian dekubitus di ruangan Neuro (kelompok mendapat intervensi masssage) dibandingkan di ruangan Interne (pembanding/ kontrol). 5

Tabel 4: Distribusi Rata-rata Skort Penilaian Kejadian Dekubitus pada Penilaian Kedua Skort Dekubitus Variabel Mean SD SE P Value N - Ruangan Neuro - Ruangan Interne 0,68 1,249 0,266 0,014 22 22 Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat ratarata skort kejadian dekubitus pada penilaian/observasi 2 di ruangan Neuro sebesar sengkan rata-rata skort kejadian dekubitus di ruangan Interne adalah 0,68 dengan standar deviasi 1,249. Hasil uji statistik didapatkan p=0,014 berarti ada perbedaan yang signifikan rata-rata skort kejadian dekubitus di ruangan Neuro (kelompok mendapat intervensi masssage) dibandingkan di ruangan Interne (pembanding/ kontrol). Tabel.5 Distribusi Rata-rata Skort Penilaian Kejadian Dekubitus pada Penilaian Ketiga Variabel Mean SD SE P Value N Skort Dekubitus - Ruangan Neuro - Ruangan Interne 0,50 1,23 1,439 1,926 0,307 0,411 0,163 22 22 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat rata-rata skort kejadian dekubitus pada penilaian/observasi 3 di ruangan Neuro sebesar 0,50 dengan standar deviasi 1,439 sengkan rata-rata skort kejadian dekubitus di ruangan Interne adalah 1,23 dengan standar deviasi 1,926. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,163 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan ratarata skort kejadian dekubitus di ruangan Neuro (kelompok mendapat intervensi masssage) dibandingkan di ruangan Interne (pembanding/ kontrol). 6

Tabel.6 Distribusi Rata-rata Skort Penilaian Kejadian Dekubitus Variabel Mean SD SE P Value N Skort Dekubitus - Ruangan Neuro - Ruangan Interne 0,50 2,18 1,439 3,445 0,307 0,735 0,041 22 22 Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat rata-rata skort penilaian kejadian dekubitus (total skort) di ruangan Neuro sebesar 0,50 dengan standar deviasi 0,307 sengkan rata-rata skort penilaian kejadian dekubitus di ruangan Interne adalah 2,18 dengan standar deviasi 3,445. Hasil uji PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh dari 44 orang responden 22,7% responden yang mengalami dekubitus setelah melewati 10 hari rawatan dengan 3 kali penilaian. Secara rinci 7 orang (15,9%) terdapat di ruangan Irna Penyakit Dalam (sebagai kelompok pembanding/ kontrol) dan 3 orang (6,8%) terdapat di terdapat di ruangan Irna Neuro (kelompok perlakuan). Kejadian dekubitus sudah dapat terjadi pada hari ke empat (penilaian 1) begitu juga pada hari selanjutnya apalagi tidak diperhatikan perawatan pada kulit dengan baik pada pasien yang dirawat dengan tirah baring, semakin lama pasien dirawat semakin besar risiko untuk terjadinya dekubitus. Hasil penelitian di ruangan Interne didapatkan hari keempat statistik didapatkan nilai p=0,041, berarti ada perbedaan yang signifikan rata-rata skort penilaian kejadian dekubitus di ruangan Neuro (kelompok mendapat intervensi masssage) dibandingkan di ruangan Interne (pembanding/ kontrol). rawatan (penilaian I) terdapat 13,6% yang menderita dekubitus, hari ketujuh rawatan (penilaian II) ditemui 27,3% menderita dekubitus dan pada hari X angka kejadian semakin meningkat yaitu 31,8%. Pada kelompok yang diberi perlakuan (Ruang Neuro) berupa tindakan massage apabila dilakukan dengan baik selain melakukan perawatan sehari-hari seperti memandikan pasien, massage ringan dengan mengikuti alur struktur anatomi tubuh manusia, pemeliharaan lingkungan dan alat tenun. Lingkungan tempat tidur pasien jangan basah karena membuat kulit pasien lunak dan sedikit gesekan akan mudah terjadi lecet atau dekubitus. Alat tenun haruslah licin dan rapi untuk meminimalkan gesekanan apalagi di beberapa Rumah Sakit menggunakan 7

kasur busa yang dibungkus dengan perlak tebal. Mengatur posisi miring ke kiri dan ke kanan setiap 2 jam sangat membantu untuk mencegah terjadinya dekubitus. Terbukti pada penelitian ini menunjukkan bahwa sampai hari ketujuh tidak ditemui adanya tanda-tanda dekubitus, namun pada hari kesepuluh (penilaian III) di ruangan Irna Neuro kita jumpai 13,6% (3 dari 22 responden) baru kita temui tanda-tanda dekubitus. Beberapa faktor yang diduga sebagai predisposisi terjadi dekubitus pada klien diantaranya adanya gangguan input sensorik pasien yang mengalami perubahan persepsi sensorik terhadap nyeri, gangguan fungsi motorik sehingga pasien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri; perubahan/ penurunan kesadaran (seperti pasien koma tidak dapat merasakan tekanan dan tidak mampu mengubah ke posisi yang lebih baik). Pada pasien degan pemasangan Gips terjadi gaya friksi eksternal mekanika dari permukaan gips yang bergesekanan pada kulit. Begitu juga dengan pasien pemasangan Traksi, Alat Ortotik dan peralatan lain (Morison, 2003) dan Hegner, 2003). Masih ditemuinya kejadian dekubitus pada kelompok perlakuan banyak faktor diantaranya pasien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri karena penurunanan kesadaran akibat penyakitnya. Kondisi tersebut menyebabkan pasien tidak dapat merasakan tekanan pada bagian kepala,punggung, bokong dan tumit yang al ini berisiko tinggi terjadi dekubitus (Hegner, 2003). Selain itu faktor kelembaban dapat menurunkan resistensi kulit terhadap faktor fisik tekanan atau gaya gesek. Ruangan rawatan pasien rawat intensif dan semi intensif haruslah sangat nyaman. Potter dan Perry, (2005) menyatakan kelembaban pada kulit meningkatkan pembentukan dekubitus sebanyak lima kali. Selain itu status nutrisi pasien sangat menentukan kejadian dekubitus tersebut terutama jika terjadi defisiensi protein ( terutama albumin) dan vitamin C. Oleh karena itu, pengkajian status nutrisi segera dilakukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit terutama pada pasien yang mengalami tirah baring lama, dengan bantuan ahli diet, dilakukan koreksi pada setiap defisiensi. Pasien juga harus tetap dipertahankan hidrasinya dengn baik (Morison, 2003). Hasil penelitian dalam upaya pencegahan kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di tempat tidur diperoleh hasil uji statistik independen didapatkan nilai p=0,041, berarti ada perbedaan yang signifikan rata-rata skort penilaian kejadian dekubitus di ruangan 8

Neuro (kelompok mendapat intervensi masssage) dibandingkan di ruangan Interne (pembanding/ kontrol) dengan kata lain ada pengaruh intervensi masssage terhadap upaya pencegahan kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pencegahan dekubitus merupakan prioritas dalam perawatan klien dan terutama pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi. Intervensi keperawatan utama mencegah terjadi dekubitus adalah perawatan kulit, yang meliputi higiens dan perawatan kulit topikal. Selain itu pencegahan mekanik dan pendukung untuk permukaan yang meliputi pengaturan posisi. Selain itu mengurangi faktor-faktor lingkungan yang mempercepat terjadinya dekubitus seperti suhu ruangan panas (penyebab diaporesis), kelembaban, atau linen tempat tidur yang berkerut (Potter & Perry, 2005). Hipoalbuminemia merupakan suatu kondisi pasien kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Kondisi yang dimaksud diatas menkondisikan pasien dalam keadaan lemah dan tertidur dalam waktu yang lama tetapi tingkat kesadaran pasien adalah kompos mentis. Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan akibat rendahnya kadar albumin yang disebabkan lossprotein dan intake nutrisi yang tidak yang kurang dari kebutuhan pasien. Perbaikan luka dekubitus harus bersamaan dengan penggantian jumlah protein sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan pertahanan tubuh pasien. Menurut hasil penelitian Sanada 1998, banyak cara yang dapat dilakukan perawat untuk mencegah terjadinya dekubitus. Pasien yang lemah lakukanlah perubahan posisi. Ketika menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara langsung pada daerah trochanter. Bila ingin memposisikan pasien pada posisi lateral, maka posisikanlah pasien pada posisi lateral inklin 30, posisi ini memungkinkan distribusi tekanan pada daerah yang lebih luas Untuk menghindari luka tekan didaerah tumit, gunakanlah bantal yang diletakan dibawah kaki. Hindari menggunakan kasa yang berbentuk donat di tumit. Perawat dirumah sakit di Indonesia masih sering menggunakan donat yang dibuat dari kasa atau balon untuk mencegah luka tekan. Sanada (1998) menegaskan ini justru dapat mengakibatkan region 9

DAFTAR RUJUKAN Achmad, Jalaludin. 2003. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Luka Dekubitus oleh Perawat di Ruang Neurologi PERJAN RS. Dr. M. Djamil Padang. Padang: PSIK Unand Padang. Anggota IKAPI no. : 80/DKI 96. 2009. UU RI nomor 36 & 44 tahun 2009 tentang Kesehatan & Rumah Sakit. Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri. Baradero. 2006. Buku Saku Konseling dalam Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Bryant, Ruth A. (2000). Acute & Chronic Wounds. Nursing management. 2 nd Edition. USA:Mosby Inc. Craven, R. F & Hirnle, C. J. (2007) Fundamental of nursing: Human Health and Function, 6 th edition, NewYork: Lippincott Williams & Wilkins. Daniel, Guenter dalam Sabandar. 2008. Ulkus dekubitis. Medical Faculty Sebelas Maret University Jakarta Guyton & Hall. (1996). Texbook of medical physiology. 9th Edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company Hegner, Barbara R. 2003. Asisten Keperawatan: suatu Pendekatan Proses Keperawatan alih bahasa Jane F, Budhi editor edisi bahasa Indonesia: Sari Kurnianingsih edisi 6. Jakarta: EGC. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Medika. Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Morison, Moya. 2003. Manajemen Luka. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta: EGC. Suyasa, I Gde Putu Darma. 2007. Nurses Perception about Responsibility of Care Decubitus Ulcer Management. Media Ners Volume 1 nomor 2: PSIK Undip PPNI Jateng. 10