STATUS HEMATOLOGIS PADA DOMBA EKOR GEMUK JANTAN YANG MENGALAMI TRANSPORTASI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

PENDAHULUAN. suatu usaha peternakan Domba Priangan sehingga penyebaran dari suatu daerah

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari

laboratorium FISIOLOGI TERNAK DAN BIOKIMIA

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

STATUS HEMATOLOGIS (ERITROSIT, HEMATOKRIT, DAN HEMOGLOBIN) AYAM PETELUR FASE LAYER PADA TEMPERATURE HUMIDITY INDEX YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH PEPAYA TERHADAP KANDUNGAN GLUKOSA DARAH SAPI POTONG DI DESA KANDANG MUKTI KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata ala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret PROFIL DARAH KAMBING JAWARANDU PENGARUH SUBTITUSI ARAS DAUN PEPAYA (Carica Papaya Leaf)

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

PERBANDINGAN STATUS HEMATOLOGIS AYAM KEDU PASCA TETAS PADA KETINGGIAN TEMPAT BERBEDA SKRIPSI. Oleh TRIANA KARTIKA SARI

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

KAJIAN KEPUSTAKAAN. beriklim kering. Umumnya tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah berpasir yang

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kedu termasuk ragam ayam kampung dari spesies Gallus gallus yang

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan otot dan sistem kardiorespiratori dalam

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Anas platyrhynchos (domestic duck) Itik sangat identik dengan kehidupan nya yang selalu berkelompok dan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ayam petelur saat ini sangat pesat, meskipun

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

HUBUNGAN STRES DAN BIOKIMIA NUTRISI PADA TERNAK OLEH : NOVI MAYASARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAD PADJADJARAN

PENGARUH PENAMBAHAN CAIRAN AMNION DALAM AIR MINUM TERHADAP PROFIL HEMATOLOGIS AYAM BROILER UMUR 28 HARI SKRIPSI. Oleh: SETYO INGGARIS AMIEN RAIS

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

RETENSI ENERGI PADA IKAN

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

Transkripsi:

STATUS HEMATOLOGIS PADA DOMBA EKOR GEMUK JANTAN YANG MENGALAMI TRANSPORTASI D. Nurrasyidah, A. Yulianti, dan A. Mushawwir Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh transportasi terhadap status hematologis dan RNA retikulosit pada Domba Ekor Gemuk jantan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur (PT. Agro Great Indoberkah); Kota Bandung, Jawa Barat (PT. Agro Jaya Mulya); dan Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran pada bulan Maret-April 2012. Metode penelitian menggunakan studi kasus dan dianalisis dengan uji-t berpasangan. Pada Domba Ekor Gemuk yang mengalami transportasi dari Probolinggo, Jawa Timur menuju Bandung, Jawa Barat terjadi peningkatan jumlah eritrosit (dari 6,459 juta/mm 3 menjadi 8,471 juta/mm 3 ), nilai hematokrit (dari 26,94% menjadi 28,87%), RNA retikulosit (dari 2,72% menjadi 5,18%), dan penurunan kadar hemoglobin (dari 13,13 g/100 ml menjadi 12,47 g/100 ml). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) antara sebelum dan setelah transportasi pada jumlah eritrosit, nilai hematokrit, kadar hemoglobin dan RNA retikulosit. Kata kunci : transportasi, status hematologis, RNA retikulosit, Domba Ekor Gemuk (DEG) PENDAHULUAN Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang dianggap mempunyai tingkat produktivitas tinggi dan tahan terhadap cuaca panas dengan kelembaban tinggi. Oleh karena itu, dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara sederhana pun dapat berkembang biak dengan baik. Sarana transportasi diperlukan untuk memenuhi permintaan ternak dari suatu daerah ke daerah lain. Perjalanan antar daerah membutuhkan waktu yang beragam karena adanya variasi jarak, kondisi jalanan yang buruk serta ketidakteraturan jadwal pengangkutan. Selain memberikan kemudahan dalam mobilisasi ternak, transportasi juga memiliki dampak negatif pada ternak, yaitu dapat menimbulkan stres. Stres merupakan sebuah konsekuensi dan efek samping dari lingkungan atau sistem manajemen yang memaksa perubahan fisiologis atau tingkah laku ternak yang dapat mengganggu fungsi fisiologis ternak itu sendiri (Ujang Suryadi dkk., 2010).

Stres transportasi pada ternak, dapat terjadi karena berbagai macam hal, antara lain lama waktu perjalanan, kepadatan pengangkutan ternak, jarak tempuh perjalanan, cuaca selama perjalanan, kondisi jalan yang buruk, dan faktor lainnya. Apabila ternak merasa tertekan atau adanya perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim, maka ternak akan menjadi tidak tenang dan akan menimbulkan aktivitas berlebih, begitu pula dengan ternak yang mengalami transportasi, sehingga semakin lama perjalanan atau transportasi ternak maka ternak akan lebih banyak mengalami guncangan dan tingkat kelelahan akan semakin besar. Hal ini dapat diperlihatkan dengan adanya perubahan fisiologis yang ditunjukkan oleh perubahan hematologis ternak, antara lain perubahan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, serta kadar RNA (asam ribonukleat) retikulosit. Ternak yang mengalami perjalanan dengan jarak tempuh yang jauh dan waktu perjalanan yang lama akan mengalami stres transportasi, sehingga jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin akan menurun akibat terlalu banyak cairan tubuh yang dikeluarkan, baik melalui urinasi, keringat, atau panting (terengah-engah), sehingga terjadi perubahan bentuk yang tidak normal pada eritrosit dan menyebabkan hemoglobin yang terikat akan terlepas. Jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin akan meningkat pada suhu lingkungan rendah dan akan menurun pada suhu lingkungan yang tinggi (Guyton, 1991). Jumlah eritrosit normal pada domba berkisar antara 8-13 juta/mm³ (Essential of Veterinary Hematologi) dan 9-13 juta/mm 3 (Soeharsono dkk., 2010). Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi antara lain umur, jenis kelamin, cuaca. Kadar hemoglobin normal pada domba sekitar 11-13 g/100 ml (Soeharsono dkk., 2010). Hematokrit merupakan proporsi sel-sel darah dibandingkan plasmanya. Pada hewan nilai hematokrit normal sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. Berdasarkan The Merck Veterinary Manual (Soeharsono dkk., 2010), pada domba nilai hematokrit normal berkisar antara 27-37%. Jika jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin berubah, maka persentase

jumlah hematokrit juga ikut berubah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh stres yang dialami pada saat transportasi. Retikulosit adalah sel darah merah (eritrosit) muda atau belum matang yang terdapat dalam sirkulasi. Sel ini dapat dikeluarkan dari tempat pembuatannya sebelum diferensiasi sempurna, misalnya dalam keadaan stres, sehingga sel darah merah mengandung RNA tidak sempurna dan sel ini diberi nama retikulosit walaupun mungkin sudah mempunyai inti (Murray, 2005; Soeharsono dkk., 2010). Pada domba yang sehat retikulosit tidak tampak pada darah (Dellman and Brown, 1989; Murray, 2005). Stres transportasi yang dialami ternak dapat dilihat salah satunya dengan terjadi peningkatan kadar RNA retikulosit dalam darah dan perubahan status hematologisnya, antara lain perubahan jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin. METODE Penelitian ini menggunakan 20 ekor Domba Ekor Gemuk Jantan kisaran umur satu tahun dengan bobot badan sekitar 15-25 kg dan berasal dari Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Metode penelitian menggunakan studi kasus dan data diolah secara deskriptif analitik dengan analisis menggunakan uji-t berpasangan. Pengambilan sampel darah dilakukan sehari sebelum transportasi dan segera setelah transportasi. Sampel darah diambil untuk diukur jumlah eritrosit, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan kadar RNA retikulosit. Ternak diangkut dengan menggunakan truk tertutup jenis colt diesel yang terdiri dari 3 lantai dengan kapasitas angkut 135 ekor, ternak ditempatkan pada posisi duduk secara acak. Lama perjalanan ± 28 jam menempuh jarak ± 861 Km dimulai pukul 17.00. Selama transportasi ternak diberi makan satu kali, dan diistirahatkan lima kali atau setiap ada pos ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Transportasi terhadap Status Hematologis Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternak dapat diindikasikan mengalami stres yang ditunjukkan dengan peningkatan RNA retikulosit dan perubahan jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin (Tabel 1). Berdasarkan hasil analisis terdapat perbedaan yang nyata (P < 0,05) antara sebelum dan setelah transportasi. Tabel 1. Rataan Jumlah Eritrosit, Nilai Hematokrit, Kadar Hemoglobin, dan Kadar RNA Retikulosit Sebelum dan Setelah Transportasi Peubah Transportasi Rataan Eritrosit (juta/mm 3 ) Sebelum 6,459 Setelah 8,471 Hematokrit (%) Sebelum 26,94 Setelah 28,87 Hemoglobin (g/100 ml) Sebelum 13,13 Setelah 12,47 RNA Retikulosit (%) Sebelum 2,72 Setelah 5,18 Peningkatan jumlah eritrosit dapat disebabkan karena kondisi lingkungan domba berada pada kondisi yang lebih nyaman (22-25⁰C) dari lingkungan awalnya (27-34⁰C), sehingga meningkatkan konsumsi pakan dan kebutuhan energinya. Menurut Guyton dan Hall (1997), kenaikan jumlah eritrosit setelah mengalami transportasi dapat disebabkan karena domba mengalami peningkatan kecepatan metabolisme sel diseluruh tubuh dan meningkatnya kebutuhan energi yang mengakibatkan bertambahnya kebutuhan oksigen sehingga terjadi percepatan eritropoiesis pada sumsum tulang. Hematokrit merupakan proporsi sel-sel darah dibandingkan plasmanya, sehingga peningkatan hematokrit sejalan dengan peningkatan eritrosit. Apabila eritrosit meningkat maka nilai hematokrit juga akan ikut meningkat, dan sebaliknya. Menurut Swenson (1970), ketika hewan ketakutan, maka epinephrine meningkatkan kontraksi limpa, sehingga sel darah merah pada sirkulasi darah menjadi sangat kuat dan akhirnya meningkatkan nilai hematokrit.

Jumlah eritrosit meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan energi, maka asam amino pembentuk Hb lebih diutamakan untuk sintesis energi, sehingga Hb mengalami penurunan. Menurut Sporer dkk. (2008) dan Rahardja (2010), tekanan stres mengakibatkan produksi glucocorticoid terutama cortisol yang memacu peningkatan terjadinya glukoneogenesis. Diketahui bahwa glukoneogenesis merupakan jalur pembentukan glukosa dari prekursor-prekursor non karbohidrat (asam-asam amino dan asam-asam lemak). Dapat dipastikan bahwa ketika stres transportasi, pemanfaatan asam-asam amino memasuki jalur siklus Krebs menjadi meningkat. Terkait dengan sintesis hemoglobin (Sturkie, 1976; Guyton, 1996; dan Andi Mushawwir, 2005), maka tampak bahwa ketika laju glukoneogenesis meningkat untuk pemenuhan energi, asam-asam amino pembentuk Hb (terutama glisin dan metheonin) lebih diutamakan masuk ke dalam jalur siklus Krebs untuk sintesis energi yang menyebabkan laju pembentukan Hb mengalami penurunan. Peningkatan RNA retikulosit dalam darah menandakan bahwa ternak menglami stres. Stres transportasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap proses metabolisme di dalam tubuh, antara lain menurunnya retensi nitrogen, meningkatnya ekskresi natrium serta menurunnya glukosa dan protein plasma. Pada keadaan ini, jumlah retikulosit meningkat karena sumsum tulang mengompensasi penurunan eritrosit dengan meningkatkan jumlah eritrosit muda baru di dalam sirkulasi (Murray, 2009). KESIMPULAN Ternak yang telah mengalami transportasi (dari Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur menuju Kota Bandung, Jawa Barat) dapat diindikasikan mengalami stres yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan kadar RNA retikulosit (dari 2,72% menjadi 5,18%) dan perubahan jumlah eritrosit (dari 6,459 juta/mm 3 menjadi 8,471 juta/mm 3 ), nilai hematokrit (dari 26,94% menjadi 28,87%), dan kadar haemoglobin (dari 13,13 g/100 ml menjadi 12,47 g/100 ml).

UCAPAN TERIMAKASIH Ir. Hj. An An Yulianti, M.S.; Andi Mushawwir, S.Pt., MP.; Seluruh civitas akademika FAPET UNPAD; PT. Agro Indo Berkah; PT. Agro Jaya Mulya; Rido Fajar Martha; M. Ocky Reza R.; Bambang Suharto, SE.; Ir. Atje Robiah; Zemmeina Annisa. DAFTAR PUSTAKA Andi Mushawwir. 2005. Kondisi Hematologik Ayam Ras Pedaging dengan Pemanas Induk Buatan yang Berbeda serta Pemberian Ransum yang Mengandung Level Zat Besi (Fe), Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung. Dellmann H. D. and E. M. Brown. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Penerjemah : R. Hartono. UI Press, Jakarta. Guyton, A.C. 1991. Fisiologi Kedokteran, Edisi ke-3. Penerjemah A. Dharma. CV. EGC, Jakarta.. 1996. Fisiologi Kedokteran, Edisi ke-7. Penerjemah: K. A. Tengadi, R. Tandean, R. M. Moetedjo, B. Rahardja, dan M. Mawi. CV. EGC, Jakarta.. 1997. Fisiologi Kedokteran, Edisi ke-9. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk. CV. EGC, Jakarta. Murray, R.K., D.K. Granner and V. W. Rodwell. 2009. Biokimia Harper, Edisi ke-27. CV. ECG, Jakarta. Rahardja, D. P. 2010. Ilmu Lingkungan Ternak. Penerbit Masagena, Makassar. Soeharsono, A. Mushawwir, E. Hernawan, L. Adriani, K. A. Kamil. 2010. Fisiologi Ternak: Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ pada Hewan. Widya Padjadjaran, Bandung. Sporer, PKRB., S. D. Weber, J. L. Burton, B. Earley and M. A. Crowe. 2008. Transportation of young beef bulls alters circulating physiological parameters that may be effective biomarkers of stress. J. Anim. Sci. 86:1325-1334. Sturkie, P.D., P. Griminger, 1976. Blood : Physical Characteristics, Formed, Elements, Hemoglobin, and Coagulation in Avian Physiology. Thirt Edition. Springer Verlag, New York. Swenson, M. J. 1970. Dukes Physiology of Domestic Animals, 8th Ed. Comstock Publishing Associates a Division of Cornell University Press. Ithaca. London. Ujang Suryadi, dkk. 2010. Strategi Eliminasi Stres Transportasi pada Sapi Potong Menggunakan Kromium Organik. UNPAD Press, Bandung.