LAPORAN PENILAIAN. Tentang. Pengaduan ke-3 Keprihatinan Komunitas dan Masyarakat Sipil Terkait Dengan Kegiatan Kelompok Perusahaan Wilmar di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
OMBUDSMAN CONCLUSION REPORT WILMAR 2

INVESTIGASI KEPATUHAN

C-I-R5-714-F Juni Investasi IFC di Delta Wilmar Kasus Wilmar-3 / Jambi Rangkuman

Respon Pemantauan IFC ke. Audit CAO mengenai investasi IFC di

LAPORAN KESIMPULAN RESOLUSI PERSELISIHAN WILMAR 3

LAPORAN PENGKAJIAN CAO CAO ASSESSMENT REPORT

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

Jeremy Goon Group Head of Corporate Social Responsibility Wilmar International (Group) 56 Neil Road Singapore. 14 Mei 2013

Wilmar dan persoalan minyak sawit. Ringkasan eksekutif - Bahasa Indonesia. Dr Samantha Balaton-Chrimes. Dr Kate Macdonald

Akses untuk Keadilan bagi Masyarakat yang Terkena Dampak Pertambangan PT Weda Bay Nickel Laporan Sementara Ringkasan Eksekutif

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

Dituliskan kembali oleh Rukaiyah Rofiq Rian Hidayat

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

Perkembangan Insiden di Wirakarya Sakti (WKS) di Jambi, posting pada 23 Mei 2015:

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

LAPORAN KESIMPULAN RESOLUSI SENGKETA INDONESIA RAJAMANDALA HYDROPOWER PROJECT-01

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

STANDARD OPERATING PROCEDURE PENYELESAIAN KONFLIK EKSTERNAL

Lihat untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

Inisiatif Accountability Framework

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal

Forest Stewardship Council

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

Catatan Pertemuan I (16-18 Oktober 2013) INDONESIAN NATIONAL INTERPRETATION TASK FORCE (INA-NITF)

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

LAYANAN PENANGANAN KELUHAN

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Prasyarat Penerima Hibah

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Ombudsman Penasihat Kepatuhan untuk IFC/MIGA

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR

LAPORAN PENILAIAN. Oktober October Kantor Penasehat Ombudsman. Perusahaan Finansiil Internasional Agen Garansi Multilateral Investasi

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas

Penggunaan Sistem Upaya Perlindungan Negara (CSS) di Tingkat Instansi bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN)

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

4 Agustus 2009 BANK DUNIA/IFC/M.L.G.A MEMORANDUM RESMI

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Kebijakan Pengamanan dan Keberlanjutan di Dunia yang Berubah

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

Pertanyaan Umum (FAQ):

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

Inisiatif penyelesaian konflik Sumber Daya Alam melalui Mediasi i

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

Raksasa Minyak Sawit Wilmar Kembali Melakukan Cara-Cara Kotor

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA TENURIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

NAMA JABATAN : KASUBPOKJA PERENCANAAN PROGAM DAN ANGGARAN ATASAN LANGSUNG : KAPOKJA PERENCANAAN ANGGARAN DAN HUKUM

DANA INVESTASI IKLIM

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis pada Bab VI dan V, dapat disimpulkan

Catatan informasi klien

Mencapai Kepatuhan melalui Perencanaan Strategis Kepatuhan

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

Kebijakan Manajemen Risiko

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

PIAGAM PEMBENTUKAN DEWAN NEGARA-NEGARA PRODUSEN MINYAK SAWIT

Hak-Hak Adat, Perencanaan Partisipatif dan Pemetaan Wilayah Adat: Pengalaman Dari Aceh 1. Sanusi M. Syarif 2

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final

Shared Resources Joint Solutions

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

Transkripsi:

LAPORAN PENILAIAN Tentang Pengaduan ke-3 Keprihatinan Komunitas dan Masyarakat Sipil Terkait Dengan Kegiatan Kelompok Perusahaan Wilmar di Indonesia Juli 2012 Kantor Penasihat Kepatuhan Ombudsman Korporasi Keuangan Internasional / Badan Penjamin Investasi Multilateral www.cao-ombudsman.org

DAFTAR ISI Daftar Singkatan 1 1. Pendahuluan 2 2. Proyek 2 3. Pengaduan 3 4. Proses dan Penilaian CAO 4 4.1 Kegiatan Penilaian 4 4.2. Temuan Penilaian 5 5. Kesimpulan dan Langkah Berikutnya 6 5.1 Melakukan Proses Penyelesaian Sengketa Ombudsman 6 5.2 Peningkatan Kapasitas 7 Lampiran 1: Proses CAO 8 Lampiran 2: Jadwal Rapat 9

DAFTAR SINGKATAN BRIMOB CAO CPO CSA ESIA FPIC FPP HGU IFC MIGA NGO RSPO SAD SPI Brigade Mobil Polisi Kantor Penasihat Kepatuhan/Ombudsman Minyak Kelapa Sawit Mentah Organisasi Masyarakat Sipil Penilaian Dampak Lingkungan dan Sosial Bebas Persetujuan Sebelumnya dan yang Diinformasikan Program Masyarakat Hutan Hak Guna Usaha Korporasi Keuangan Internasional Badan Penjamin Investasi Multilateral Lembaga Swadaya Masyarakat Meja Bundar tentang Minyak Sawit Berkelanjutan Suku Anak Dalam (Sebuah kelompok masyarakat adat di Provinsi Jambi) Ringkasan Investasi yang Diusulkan

1. PENDAHULUAN Kantor Penasehat Kepatuhan Ombudsman (CAO) adalah mekanisme bantuan independen untuk Korporasi Keuangan Internasional (IFC) dan Badan Penjamin Investasi Multilateral (MIGA) dari Kelompok Bank Dunia. CAO melapor secara langsung kepada Presiden Kelompok Bank Dunia. Tugasnya adalah untuk membantu dalam menangani pengaduan dari orang yang terkena dampak proyek-proyek yang didukung IFC/MIGA dengan cara yang adil, obyektif, dan konstruktif dan untuk meningkatkan manfaat sosial dan lingkungan dari proyek-proyek tersebut. Tujuan dari penilaian CAO adalah untuk: (1) memperjelas persoalan dan masalah yang timbul dalam pengaduan tersebut, (2) mengumpulkan informasi tentang bagaimana pihak terkait melihat situasi; dan (3) membantu pemangku kepentingan memahami dan menentukan apakah solusi kolaboratif dimungkinkan melalui suatu proses yang difasilitasi oleh Ombudsman CAO, atau apakah kasus tersebut harus ditangani melalui Kepatuhan CAO. Dokumen ini adalah ringkasan dari pandangan yang didengar oleh tim CAO dan penjelasan tentang langkah-langkah berikutnya dalam proses CAO. Laporan penilaian tidak mengklaim untuk menyajikan gambaran yang komprehensif tentang semua masalah yang timbul dalam pengaduan atau masukan yang diterima dari pihak terkait. CAO tidak membuat keputusan apapun mengenai manfaat dari pengaduan. Lampiran 1 menyajikan langkah-langkah proses CAO dalam menanggapi pengaduan. 2. PROYEK Beroperasi di Asia, Eropa Timur, dan Afrika, Kelompok Wilmar adalah konglomerat agribisnis besar yang mengkhususkan diri dalam produksi dan perdagangan minyak sawit. Sejak tahun 2003, IFC telah membuat empat investasi di Kelompok Wilmar, dua dari mereka di perusahaan perdagangan yang berbasis di Singapura dan dua di penyulingan minyak sawit di Ukraina. 1 Sebagai perusahaan yang terintegrasi secara vertikal, sepertiga sumber kelapa sawit Kelompok Wilmar kebanyakan dari konsesi perkebunan sendiri, baik yang dimiliki sepenuhnya maupun secara mayoritas, dan merupakan bagian dari rantai pasokannya di Indonesia. Ketika CAO menerima pengaduan ini pada bulan November 2011, dua investasi IFC di Delta- Wilmar CIS, pabrik penyulingan minyak sawit di Ukraina, sedang aktif. Investasi pertama terdiri atas pinjaman USD 17.500.000 untuk membangun dan mengoperasikan pabrik penyulingan tersebut. Pada tahun 2008, IFC melakukan investasi kedua sebanyak USD 45.000.000 untuk meningkatkan kapasitas pabrik penyulingan dan infrastruktur terkait di pabrik tersebut, dengan total biaya sekitar USD 235.000.000.. IFC mendefinisikan ini sebagai proyek-proyek Lingkungan Kategori B. 1 Proyek IFC Nomor 24644 dan 26271

Delta-Wilmar CIS merupakan perusahaan patungan 50:50 antara Wilmar International Limited dan Delta Exports Pte Limited. Delta Exports adalah pedagang komoditas curah berbasis di Singapura khusus di negara-negara bekas Uni Soviet. Pada tahun 2008, Delta-Wilmar merger dengan kelompok perusahaan Nizhny Novgorod Fats @ Oils Group ( NMGK ) di Rusia. Hasilnya, komposisi kepemilikan Delta-Wilmar saat ini masing-masing adalah 48% oleh Wilmar Internasional, 10% oleh Delta Exports, and 42% oleh NMGK. Di Rusia, NMGK adalah salah satu perusahan penghasil minyak terbesar. 3. PENGADUAN Koalisi dari pengadu Pada tanggal 9 November 2011, Kantor Penasehat Kepatuhan Ombudsman (CAO) menerima pengaduan dari tiga kelompok masyarakat lokal - SAD 113, SAD Mat Ukup dan Kelompok Zainal / Sungai Beruang (semuanya adalah sub kelompok dari SAD Suku Batin Sembilan) yang didukung oleh 17 organisasi masyarakat sipil lokal, nasional dan internasional, diantaranya termasuk Program Masyarakat Hutan (Forest People Program), SawitWatch, HuMA, Setara, Lembaga Gemawan, Save Our Borneo. Sejarah pengaduan ke CAO tentang operasi Wilmar Ini merupakan pengaduan yang ketiga diterima oleh CAO mengenai investasi IFC dalam Kelompok Wilmar. Pengaduan pertama disampaikan pada bulan Juli 2007 dan dikemukakan berkaitan dengan pengaduan beberapa kelompok masyarakat terkait operasi Wilmar di Sambas. Ini diselesaikan dengan penyelesaian perselisihan yang dimediasi oleh Ombudsman CAO, serta audit kepatuhan penanganan IFC atas investasi di Wilmar Group oleh fungsi Kepatuhan CAO. 2 CAO terus memantau pelaksanaan perjanjian. Pengaduan kedua, diterima oleh CAO pada bulan Desember 2008, diselesaikan dengan tim Ombudsman CAO yang memainkan peran mentoring ditujukan untuk memperkuat mekanisme lokal dalam tiga proses penyelesaian sengketa lokal sudah berlangsung di Jambi dan Pekanbaru, Indonesia. 3 Proses ini menghasilkan kesepakatan antara para pihak di Riau, sedangkan proses di Jambi belum mencapai penyelesaian yang memuaskan pada saat CAO menerima pengaduan yang ketiga. Kedua kelompok masyarakat SAD terlibat dalam proses Jambi telah kembali mengajukan klaim kepada CAO dalam pengaduan ketiga dan keprihatinan mereka akan ditangani melalui proses ini. CAO sekarang telah menutup pengaduan Wilmar Kedua, dan meringkaskan keterlibatannya dalam laporan kesimpulan yang tersedia di situs web CAO di www.cao-ombudsman.org. Ketiga pengaduan tersebut mengemukakan kekhawatiran tentang beberapa operasi Wilmar di Indonesia yang dialami oleh penandatangan masyarakat tempatan. 2 Rincian lebih lanjut tersedia di http://www.cao-ombudsman.org/cases/case_detail.aspx?id=76 3 Rincian lebih lanjut tersedia di http://www.cao-ombudsman.org/cases/case_detail.aspx?id=79

Permasalahan yang muncul dalam pengaduan saat ini Surat pengaduan mengangkat keprihatinan sosial dan lingkungan tertentu mengenai PT Asiatic Persada (PT AP) - mayoritas milik anak perusahaan Wilmar yang mengoperasikan perkebunan kelapa sawit di Jambi, Indonesia. Pengaduan ini berhubungan secara khusus kepada kelompok masyarakat adat yang berada di sekitar konsesi PT AP di Jambi, dan dalam arti luas mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Penggusuran paksa sekitar 83 anggota masyarakat oleh personil perkebunan dan BRIMOB (Polisi Brigade Mobil) yang aktif mengamankan perkebunan disertai dengan kekerasan dan perusakan tempat tinggal dan harta pribadi anggota masyarakat. 2. Belum terselesaikannya tanah sengketa yang melibatkan tanah adat dari masyarakat Batin Sembilan. Masyarakat berpendapat bahwa tanah tersebut diperoleh tanpa persetujuan mereka, dan telah dibuka dan ditanami tanpa memberikan kompensasi. 3. Berkenaan dengan proses mediasi Jambi, upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk memaksakan penyelesaian yang tidak sejalan dengan Nota Kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani oleh para pihak dan bertentangan dengan Standar Kinerja IFC. Pengaduan juga mengartikulasikan keprihatinan yang lebih luas mengenai berulang sengketa sekitar pembebasan lahan bahwa pengadu telah mengidentifikasi di perkebunan Wilmar dan anak perusahaannya, dan mempertanyakan efektivitas perusahaan dalam menangani masalah ini secara sistematis. Dalam pengaduan, para pengadu meminta agar masalah-masalah berikut harus dipertimbangkan dalam proses pengaduan: 1. Mediasi atas penyelesaian yang dinegosiasikan antara masyarakat yang terkena dampak dan PT AP / Wilmar, dengan Fasilitas Penyelesaian Sengketa RSPO yang baru terbentuk sebagai pengamat; 2. Tinjauan partisipatif dan independen terhadap operasi minyak sawit Kelompok Wilmar karena terkait dengan pembebasan lahan dan penyelesaian sengketa; 3. Dimana ada konflik tanah yang tak terselesaikan lainnya diidentifikasi, mediasi konflik dilakukan di wilayah tersebut; 4. Adopsi cara-cara efektif oleh Kelompok Wilmar untuk secara sistematis mengatasi konflik tanah di kebun kelapa sawitnya.

4. PROSES Dan PENILAIAN CAO Keputusan kelayakan CAO CAO menyatakan pengaduan memenuhi syarat untuk penilaian lebih lanjut pada tanggal 17 November 2011, berdasarkan temuan bahwa: 1. Pengaduan berkaitan dengan sebuah proyek yang mana IFC / MIGA berpartisipasi didalamnya, atau secara aktif mempertimbangkan. 2. Masalah yang diangkat dalam pengaduan berkaitan dengan mandat CAO untuk mengatasi dampak lingkungan dan social dari investasi IFC / MIGA. 3. Pengadu (atau mereka yang pengadu memiliki kewenangan untuk mewakili) dapat terpengaruh jika dampak sosial dan / atau lingkungan yang diangkat dalam pengaduan tersebut terjadi. Keputusan kelayakan CAO memperhitungkan bahwa operasi yang menjadi kekhawatiran dalam pengaduan secara langsung terkait dengan investasi IFC dalam Delta-Wilmar CIS melalui rantai pasokannya. 4.1 Kegiatan Penilaian Metode Penilaian Dalam melakukan penilaiannya, tim CAO melakukan sekitar 30 wawancara, pertemuan / diskusi kelompok, dan kunjungan lapangan ke Jambi pada Desember 2011 dan Januari-Februari 2012. Dalam persiapan dan selama kunjungan lapangan, CAO mereview dokumen proyek IFC, dan bertemu dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pengadu dan kelompok masyarakat dalam majelis umum, perusahaan, perwakilan pemerintah provinsi yang terkait, dan tim proyek IFC. Daftar lengkap dari pertemuan diringkas dalam Tabel 1 sebagaimana terlampir. Pertemuan pemangku kepentingan yang pertama Pada tanggal 29 Nopember 2011, para pengadu mengundang stakeholder yang terkait dan CAO ke pertemuan pembukaan di Jakarta yang dihadiri oleh perwakilan Wilmar Internasional (10 orang), pengadu (8 orang), CAO (3 orang), RSPO (1 orang ), Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten Batanghari (4 orang), dan penerjemah (1 orang). Pada pertemuan pertama, para pihak (pengadu, Wilmar International, dan pemerintah provinsi dan kabupaten) menyambut keterlibatan CAO dalam kapasitas penyelesaian sengketa. Para pihak memiliki harapan yang berbeda, bagaimanapun, tentang peran sebenarnya CAO: pengadu dan perusahaan menyatakan harapan mereka bahwa CAO berfungsi sebagai mediator, sementara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten diharapkan bahwa layanan fasilitasi CAO diintegrasikan ke dalam berbagai proses yang sedang berlangsung dan tim resolusi konflik. CAO menjelaskan bahwa itu adalah bagian dari peran penilaian untuk

mengeksplorasi peran yang paling cocok untuk CAO, sehingga peran CAO akan diterima oleh semua pihak. Kunjungan Penilaian ke Jambi Tim CAO melakukan tiga kunjungan ke Jambi selama Desember dan Januari. Dua kunjungan yang pertama difokuskan mengenai belajar tentang isu-isu dalam pengaduan berbagai kelompok dan pemangku kepentingan yang terkena dampak. Pada kunjungan pertama selama tanggal 10-14 Desember 2011, CAO bertemu dengan penandatangan pengaduan tersebut, kelompok masyarakat yang terkena dampak, PT AP, unit Pemerintah Provinsi Jambi, unit dari Pemerintah Kabupaten Batanghari, dan unit Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi. Tim CAO kembali ke Jambi selama tanggal 27-31 Desember 2011 untuk bertemu lagi dengan kelompok masyarakat yang terkena dampak. Kunjungan ketiga ke Jambi selama tanggal 16-20 Januari 2012 difokuskan pada mengukur peran yang paling dapat diterima untuk CAO dalam proses penyelesaian sengketa yang akan datang. CAO bertemu dengan kelompok masyarakat yang terkena dampak, PT AP, penanda tangan, unit Pemerintah Provinsi Jambi dan unit Pemerintah Kabupaten Batanghari. Kunjungan ini diakhiri dengan pertemuan yang diselenggarakan oleh tim CAO, yang menyajikan temuan awal dari penilaian kasus dan dibahas pilihan peran CAO dalam resolusi konflik. 4.2 Temuan Penilaian Pihak yang bersengketa Lima kelompok SAD diidentifikasi sebagai masyarakat yang terkena dampak dalam pengaduan dan memilih untuk berpartisipasi dalam proses penilaian CAO: 1. Dusun Lamo - Pinang Tinggi kelompok masyarakat yang terkena dampak. 2. Masyarakat Sungai Beruang: a. Kelompok Sungai Beruang yang digusur menyebar di Jembatan Besi, Danau Minang, dan Buayan Ilir. b. Kelompok Dusun Sungai Beruang. 3. Kelompok masyarakat Terawang. 4. KOPSAD / Kelompok Tani Persada. Penandatangan lokal memainkan peran yang sangat penting dengan memberikan dukungan dalam komunikasi dan koordinasi dengan kelompok masyarakat yang terkena dampak. Masalah-masalah Masalah-masalah, seperti yang disuarakan dalam konteks proses penilaian CAO, diringkas dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2: Masalah-masalah Pemangku kepentingan Kelompok masyarakat terdampak Dusun Lamo - Pinang Tinggi Kelompok Tergusur Lingkungan/RT 13 Dusun Sungai Beruang Kelompok masyarakat terdampak Dusun Sungai Beruang Kelompok masyarakat terdampak Terawang KOPSAD / Kelompok Tani Persada Masalah utama dari pengaduan Klaim lahan di Dusun Lamo Pinang Tinggi Kompensasi untuk rumah yang dibongkar karena pengusiran keluarga/rumah tangga yang tinggal di lahan yang disengketakan di areal konsesi PT AP. Pengembalian tanah untuk keluarga-keluarga tertentu. Klaim lahan di area konsesi PT AP sebagai daerah basis bagi masyarakat Sungai Beruang. Klaim bahwa area perkebunan PT AP memasuki area dusun Terawang. Menuntut PT AP merekontruksi batas konsesi dalam rangka menjaga HGU (Hak Guna Usaha) PT AP. Menuntut PT AP menyerahkan lahan perkebunan kelapa sawit dan areal permukiman kepada kelompok tani Persada, sesuai dengan Perjanjian Tepian Ratu. Penandatangan CSO Bahwa PT AP dan Wilmar Group harus memenuhi Kinerja Standar IFC dan Prinsip dan Kriteria RSPO, termasuk penerapan FPIC. Sengketa tanah dalam operasi Wilmar yang lebih besar dan rantai pasokan selain dari komunitas yang diidentifikasi dalam pengaduan ini. PT AP dan Wilmar Untuk mempertahankan areal konsesi Perusahaan bersedia membayar kompensasi atas klaim tanah, selama pengadu memiliki bukti yang dapat diterima.

5. KESIMPULAN DAN LANGKAH BERIKUTNYA 5. 1 Melakukan Ombudsman Proses Penyelesaian Sengketa Kelompok-kelompok masyarakat, PT AP dan unit pemerintah lokal semua menunjukkan kesediaan kuat untuk menangani dan menyelesaikan sengketa melalui dialog dan negosiasi. Masalah yang diangkat dalam pengaduan ini sangat kompleks dan melibatkan sejumlah besar kelompok masyarakat yang terkena dampak, serta pemangku kepentingan lainnya. Berdasarkan diskusi dengan pemangku kunci, CAO mendengar dan mengerti bahwa lingkup untuk dialog yang dimediasi akan menegnai isu-isu Pembebasan Tanah dan Pemukiman Kembali, Masyarakat Adat, dan Warisan Budaya, sebagaimana termaktub di dalam Standar Kinerja IFC 5, 7 dan 8. Selama masa penilaian CAO, proses penyelesaian sedang berlangsung di tingkat kabupaten dan pemerintah provinsi. Semua pihak menyetujui untuk sebuah proses di mana CAO akan bekerja sama dengan kedua tataran pemerintah untuk berupaya mencapai solusi melalui memediasi kekhawatiran para pihak. Atas kesepakatan para pihak, mediasi akan dilakukan oleh Tim Mediasi Bersama terdiri dari anggota tim CAO dan staf dari unit pemerintah setempat yang terkait. Tim Mediasi Bersama ini akan didukung oleh Keputusan Resmi Gubernur Provinsi Jambi. Proses mediasi dimulai pada bulan Maret 2012. 5.2 Peningkatan Kapasitas Selama penilaian, pihak-pihak menyatakan perlunya untuk menerima peningkatan kapasitas sebagai bagian dari memperkuat kesiapan mereka untuk terlibat dalam proses mediasi. Kegiatan pengembangan kapasitas dapat berbentuk pelatihan dari perwakilan manajemen tentang negosiasi, mencakup baik pelatihan dalam ruangan maupun lapangan untuk kelompok masyarakat terdampak dan PT AP. Kapasitas kegiatan pembangunan juga terbuka untuk penandatangan lokal dan anggota tim mediasi dari pemerintah lokal.

LAMPIRAN 1: Sesuai Pedoman Operasional CAO, 4 menanggapi pengaduan yang diterima: langkah-langkah berikut biasanya diikuti dalam Langkah 1: Langkah 2: Langkah 3: Langkah 4: Pengakuan penerimaan pengaduan Persyaratan: Penentuan kelayakan pengaduan untuk penilaian berdasarkan mandat CAO (tidak lebih dari 15 hari kerja) Penilaian Ombudsman: Penilaian situasi dan membantu para pihak dalam memahami dan menentukan apakah solusi kolaboratif adalah mungkin melalui proses yang difasilitasi oleh Ombudsman CAO, atau apakah kasus tersebut harus dialihkan ke Kepatuhan CAO untuk penilaian kinerja sosial dan lingkungan IFC / MIGA. Periode penilaian dapat berlangsung hingga maksimal 120 hari kerja. Memfasilitasi penyelesaian: Jika para pihak bersedia untuk terlibat dalam proses Ombudsman CAO, fase ini melibatkan awal dari sebuah proses penyelesaian sengketa (biasanya didasarkan atau diprakarsai oleh Nota Kesepahaman dan / atau aturan dasar yang telah disetujui bersama antara pihak-pihak ) melalui fasilitasi / mediasi, proses resolusi bersama pencari fakta, atau lainnya yang disetujui, yang menyebabkan perjanjian penyelesaian atau tujuan yang disepakati bersama dan lain yang sesuai. Tujuan utama dari pendekatan pemecahan masalah adalah untuk mengatasi masalah yang diangkat dalam pengaduan, dan setiap isu-isu lain yang signifikan yang relevan dengan pengaduan yang diidentifikasi selama penilaian atau proses pemecahan masalah, dengan cara yang dapat diterima oleh para pihak terdampak. ATAU Penilaian Kepatuhan / Audit: Jika pengaduan tersebut dialihkan ke Kepatuhan CAO untuk tinjauan kepatuhan, Kepatuhan CAO akan memulai penilaian sosial dan lingkungan IFC / MIGA uji tuntas dari proyek yang bersangkutan untuk menentukan apakah kasus memperhitungkan audit kepatuhan intervensi IFC / MIGA dalam proyek. Proses penilaian Kepatuhan dapat berlangsung hingga maksimal 45 hari kerja. Langkah 5: Langkah 6: Pemantauan dan tindak lanjut Kesimpulan / Penutupan Kasus 4 Untuk lebih rinci mengenai peran dan pekerjaan dari CAO, silahkan mengacu pada Panduan Operasional penuh: http://www.cao-ombudsman.org/about/whoweare/index.html

LAMPIRAN 2: Tabel 1: Jadwal Pertemuan dan kunjungan lokasi, Bulan Desember 2011 - Februari 2012. Tanggal dan Tempat 10 Desember 2011 Lokasi: Kantor CAPPA 11 Desember 2011 Lokasi: Pinang Tinggi SAD Komunitas Pusat 113 11 Desember 2011 Lokasi: Hotel Grand Abadi, Jambi 12 Desember 2011 Lokasi: Sei Beruang 12 Desember 2011 Lokasi: Kantor Bupati Batanghari 12 Desember 2011 Lokasi: Kantor CAPPA 13 Desember 2011 Lokasi: Kantor Gubernur Jambi 13 Desember 2011 Lokasi: Kantor IFC Jakarta 28 Desember 2011 Lokasi: Kantor Pemerintah Provinsi Jambi 28 Desember 2011 Lokasi: Hotel Grand Abadi Jambi 28 Desember 2011 Lokasi: Hotel Grand Abadi Jambi 29 Desember 2011 Lokasi: Dusun Sei Beruang 30 Desember 2011 Lokasi: Dusun Tanah Menang 17 Januari 2012 Lokasi: Kantor Setara 18 Januari 2012 Lokasi: Kantor PT AP 18 Januari 2012 Lokasi: Kantor Bupati Batanghari Pihak/Kelompok/Peserta Setara, AGRA Jambi dan Penandatangan lainnya. Jumlah peserta: sekitar 15 orang Pertemuan dengan Komunitas SAD terdampak 113 kelompok Jumlah peserta: sekitar 50 orang Pertemuan makan malam dengan WILMAR dan PT AP Jumlah peserta: 15 orang Pertemuan dengan Komunitas terdampak Sei Beruang dan Kelompok tergusur. Jumlah peserta: 30 orang Pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Batanghari Jumlah peserta: 15 orang Diskusi dengan Penandatangan Jumlah peserta: 20 orang Pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Jambi Jumlah peserta: 25 orang Pertemuan dengan staff kantor perwakilan IFC Indonesia Jumlah peserta: 5 orang Pertemuan kesaksian antara PT AP dan Kelompok Tergusur Sei Beruang Jumlah peserta: sekitar 50 orang Pertemuan dengan Mahyuddin Jumlah peserta: 5 orang Pertemuan dengan PRD dan STN Jumlah peserta: 5 orang Pertemuan dengan komunitas terdampak Dusun Sei Beruang Jumlah peserta: 15 orang Pertemuan dengan Kelompok Tanah Menang Jumlah peserta: 12 orang Pertemuan dengan perwakilan SAD Jumlah peserta: 15 orang Pertemuan dengan PT AP Jumlah peserta: 10 orang Pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Batanghari Jumlah peserta: 8 orang

19 Januari 2012 Lokasi: Kantor Gubernur Jambi 19 Januari 2012 Lokasi: Kantor Setara 20 Januari 2012 Lokasi: Hotel Grand Abadi Jambi 20 Januari 2012 Lokasi: Kantor HuMA, Jakarta 26 Januari 2012 Lokasi: Kedai Telapak Bogor 3 Februari 2012 Lokasi: Dusun Terawang 4 Februari 2012 Lokasi: Hotel Novita Jambi 5 Februari 2012 Lokasi: Dusun Penyerukan 5 Februari 2012 Lokasi: Dusun Sei Beruang 6 Februari 2012 Lokasi: Kantor Setara 11 Februari 2012 Lokasi: Kantor HuMA 14 Februari 2012 Lokasi: Kantor Gubernur Jambi 15 Februari 2012 Lokasi: Hotel Golden Harvest Jambi 16 Februari 2012 Lokasi: Hotel Golden Harvest Jambi Pertemuan dengan Pemerintah Provinsi Jambi Jumlah peserta: 15 orang Pertemuan dengan Penandatangan di Jambi Jumlah peserta: 15 orang Pertemuan dengan semua pihak untuk mempresentasikan hasil penilaian awal Jumlah peserta: 55 orang Pertemuan dengan FPP. Jumlah peserta: 4 orang. Pertemuan Koordinasi Tim CAO Jumlah peserta: 3 orang Pertemuan dengan Kelompok terdampak Terawang Jumlah peserta: 75 Pertemuan dengan PT AP Jumlah peserta: 6 orang Pertemuan dengan Kelompok terdampak Pinang Tinggi Jumlah peserta: 30 orang Pertemuan dengan Kelompok terdampak Sei Beruang Jumlah peserta: 7 orang Pertemuan dengan Penandatangan di Jambi Jumlah peserta: 10 orang Pertemuan dengan Penandatangan di Jakarta Jumlah peserta: 3 Pertemuan Tim Mediasi Gabungan Jumlah peserta: 10 orang Pertemuan dengan PT AP Jumlah peserta: 5 orang Pertemuan untuk memulai mediasi Jumlah peserta: 56 orang