BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

Subsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

PENERAPAN PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2009 TERKAIT BBM BERSUBSIDI

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

JIKA SUBSIDI BBM DIPATOK RP PER LITER

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

24/11/2014. ICW - Catatan Kritis terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi

MENGELOLA SUBSIDI ENERGI, MENJAGA KESEIMBANGAN ANGGARAN IR. SATYA WIDYA YUDHA, M.SC WAKIL SEKJEN DPP PARTAI GOLKAR BID. ESDA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

Subsidi dan Tata Kelola Keuangan Negara: Inefektif dan Manipulatif

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

APAKAH SUBSIDI BBM BEBAN BERAT BAGI APBN?

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

PENYERAPAN ANGGARAN DALAM APBN

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL. Agus Nurhudoyo

ARAH KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA 2012 dan 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

DATA POKOK APBN

DRS. LAURENS BAHANG DAMA KETUA KOMISI V DPR-RI. Aspek Ekonomi Politik, Subsidi BBM, APBN dan Transportasi Massal dalam Kerangka Ekonomi Hijau

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 46 SERI E

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. DPR mempunyai fungsi: legislasi; anggaran; dan pengawasan.

Negara Hadapi Risiko Likuiditas

SUBSIDI PUPUK DALAM RAPBN-P 2014

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

Regulasi Kebijakan Umum

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

F A C T S H E E T S B Kebijakan Realokasi Anggaran

Copyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

Ketidakwajaran perhitungan Pemerintah dan DPR (dugaan markup), terkait rencana kenaikan harga BBM 2012

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam periode 2005

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 36 SERI E

KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI SAL DALAM RAPBN I. Data SAL

ANALISIS MASALAH BBM

HARGA (SELALU) BARU BBM DAN DAMPAKNYA (SELALU) BAGI KONSUMEN. Zamroni Salim, Ph.D The Habibie Center - LIPI

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan minyak tanah dalam kehidupannya sehari hari.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Transkripsi:

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013 I. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No.19 Tahun 2012 tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar Rp193,8 triliun meningkat Rp56,4 triliun bila dibandingkan alokasi anggaran subsidi BBM, tabung LPG 3 kilogram dan LGV dalam APBNP 2012 sebesar Rp137,4 triliun Subsidi tersebut untuk beberapa jenis BBM tertentu (minyak tanah, premium dan bio premium; dan minyak solar & biosolar) serta untuk LPG tabung 3 kg dan LGV. Dengan subsidi BBM jenis tertentu, LPG Tabung 3 kg dan LGV tersebut diharapkan kebutuhan masyarakat akan BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV dapat terpenuhi dengan harga yang terjangkau. Besaran subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV dalam APBN tahun 2013 sangat tergantung pada parameter yang digunakan sebagai dasar perhitungan subsidi, sebagai berikut: (1) ICP sebesar US$100,0 per barel; (2) volume konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan mencapai 46,0 juta kiloliter (kl) dan konsumsi LPG tabung 3 kilogram sebesar 3,9 metrik ton; (3) alpha bbm rata-rata sebesar Rp642,6/liter; dan (4) nilai tukar rupiah sebesar Rp9.300,0/US$. (sumber: Nota Keuangan dan APBN 2013) Tabel 1. Subsidi BBM Jenis Tertentu, LPG Tabung 3 Kg dan LGV Tahun 2012 dan 2013 No Uraian 2012 2013 APBNP APBN Subsidi Tahun Berjalan (miliar Rp) 137.379,8 193.805,2 - Subsidi BBM dan BBN (miliar Rp) 91.891,0 146.461,8 Premium dan BBN 51.698,3 87.195,1 Minyak Tanah 7.882,5 8.035,1 Minyak Solar dan BBN 32.310,3 51.231,7 - Subsidi Elpiji Tabung 3 kg (miliar Rp) 29.126,2 26.452,0 - Subsidi LGV (miliar Rp) 54,0 100,0 - PPN (miliar Rp) 12.101,7 17.291,4 - Kurang Bayar Th.2010 (miliar Rp) 706,9 - - Perk Kurang Bayar Th.2012 (miliar Rp) 3.500,0 3.500,0 Parameter : 1. ICP (US$/barel) 105,0 100,0 2. Kurs (Rp/US$) 9.000,0 9.300,0 3. Alpha BBM (Rp/liter) 641,94 642,64 4. Volume BBM + Bio BBM (ribu KL) 40.000,0 46.010,0 - Premium dan Bio Premium 24.411,3 29.200,0 - Minyak Tanah 1.700,0 1.700,0 - Minyak Solar dan Bio solar 13.888,7 15.110,0 5. Volume Elpiji (juta kg) 3.606,1 3.859,0 Sumber: Kementerian Keuangan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1

II. Namun dalam perkembangannya, parameter dalam penetapan subsidi BBM yaitu Indonesia Crude Price (ICP) US$100 per barel dan kurs Rp9.300 per dolar AS telah mengalami perubahan. Dari hasil publikasi Kementerian ESDM, sampai dengan Maret tahun 2013, ICP rata-rata US$111,12 per barel, sedangkan dari publikasi Bank Indonesia, Rupiah sudah diatas Rp9.500 per dolar AS. Berdasarkan Pasal 8 Ayat 10 UU No.19 Tahun 2012 tentang APBN 2013, terkait dengan subsidi energi, Pemerintah dapat menyesuaikan kebutuhan realisasi pada tahun anggaran berjalan untuk mengantisipasi deviasi realisasi asumsi ekonomi makro, dan/atau perubahan parameter subsidi, berdasarkan kemampuan keuangan negara. Rencana Pemerintah terkait Subsidi BBM Tahun 2013 Presiden mengatakan subsidi harus dikurangi karena jumlahnya terus membengkak dan akan membuat defisit APBN melampaui batas yang diizinkan undang-undang yakni 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Jika tidak dikendalikan, nilai subsidi total dalam APBN 2013 mencapai Rp446,8 triliun, sedangkan subsidi BBM menyentuh Rp297,7 triliun. Defisit pun mencapai Rp353,6 triliun atau 3,83 persen dari PDB. Untuk itu Pemerintah berencana menetapkan harga baru untuk Premium dan solar. Jika sebelumnya harga masing-masing jenis bahan bakar minyak bersubsidi tersebut Rp4.500 per liter, harga baru direncanakan Rp5.500 per liter untuk solar dan Rp6.500 per liter untuk Premium. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, harga solar lebih rendah dari Premium karena menyangkut kebutuhan transportasi umum dan pengangkutan logistic. Disamping itu, solar juga banyak digunakan nelayan untuk kepentingan melaut. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Salsiah Alisjahbana menyatakan, kewenangan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sepenuhnya kewenangan pemerintah. Namun perubahan postur anggaran yang ditimbulkannya harus dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). (Disarikan dari harian Kompas tanggal 1 Mei 2013 dan 14 Mei 2013) BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN Alokasi anggaran subsidi BBM dalam APBN setiap tahunnya terus mengalami peningkatan dari Rp83.792,3 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp193.805,2 miliar pada tahun 2013, seperti yang terlihat dalam tabel 2. Dalam kurun waktu tahun 2007 2013 rata-rata subsidi BBM dialokasikan sebesar Rp120.948,0 miliar. Alokasi subsidi BBM terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp165.161,3 miliar dan tahun 2013 sebesar Rp193.805,2 miliar. Apabila dibandingkan dengan penerimaan migas, rata-rata subsidi BBM mencapai 50,7 persen. Bahkan untuk tahun 2013, alokasi subsidi BBM mencapai 78,7 persen jika dibandingkan dengan penerimaan migas yang sebesar Rp246.250,0 miliar. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 2

Uraian Tabel 2. Subsidi BBM, Listrik dan Penerimaan Migas dalam APBN (miliar rupiah) Penerimaan % Subsidi Energi Terhadap Subsidi Energi Total Migas Penerimaan Migas BBM Listrik (PPh +PNBP) BBM Listrik Total (1) (2) (3)=(1)+(2) (4) (5)=(1)/(4)*100 (6)=(2)/(4)*100 (7)=(5)+(6) LKPP 2007 83.792,3 33.073,5 116.865,8 168.784,2 49,6 19,6 69,2 LKPP 2008 139.106,7 83.906,5 223.013,2 288.635,9 48,2 29,1 77,3 LKPP 2009 45.039,4 49.546,5 94.585,9 175.795,7 25,6 28,2 53,8 LKPP 2010 82.351,3 57.601,6 139.952,9 211.605,9 38,9 27,2 66,1 LKPP 2011 165.161,3 90.447,5 255.608,8 266.586,1 62,0 33,9 95,9 APBNP 2012 137.379,8 64.973,4 202.353,2 266.227,8 51,6 24,4 76,0 APBN 2013 193.805,2 80.937,8 274.743,0 246.250,0 78,7 32,9 111,6 Jumlah 846.636,0 460.486,8 1.307.122,8 1.623.885,6 354,6 195,3 549,9 Rata rata 120.948,0 65.783,8 186.731,8 231.983,7 50,7 27,9 78,6 Sumber: Kementerian Keuangan RI (diolah) Jika subsidi BBM diakumulasikan dengan subsidi listrik, maka untuk tahun 2013 persentase subsidi energi terhadap penerimaan migas mencapai 111,6 persen. Artinya, subsidi energi telah menyedot seluruh penerimaan migas yang sesungguhnya bisa dialokasikan untuk program prioritas lainnya. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan trend realisasi produksi (lifting) minyak bumi yang terus menurun dari tahun ke tahun. Dalam rangka menciptakan APBN yang sustainable, maka diperlukan adanya formulasi kebijakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap migas dari sisi penerimaan negara dan mengurangi alokasi anggaran subsidi energi pada sisi belanja. Kenaikan subsidi BBM juga didorong oleh peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang tidak sepadan dengan pertambahan panjang jalan. Dalam lima tahun, 2006 2011, panjang jalan hanya bertambah 53,5 persen. Tapi jumlah kendaraan bermotor melonjak hampir dua kali lipat. Pada tahun 2006 jumlah mobil berpenumpang 6 juta tapi melonjak menjadi 9,5 juta di tahun 2011. Peningkatan terbesar untuk sepeda motor dari 32,5 juta di tahun 2006 menjadi 68,8 juta pada tahun 2011. Akibatnya tidak hanya mendatangkan kemacetan di kota, tapi juga mendorong kenaikan subsidi BBM. (sumber: majalah Tempo, 5 Mei 2013) Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 3

Tabel 3. Rincian Belanja Subsidi (miliar rupiah) Subsidi 2012 2013 Share APBN P APBN 2012 2013 Pertumbuhan Energi 202.353,2 274.743,0 82,57 86,61 35,77 1. Subsidi BBM 137.379,8 193.805,2 56,06 61,10 41,07 2. Subsidi Listrik 64.973,4 80.937,8 26,51 25,51 24,57 Non Energi 42.723,1 42.475,6 17,43 13,39 (0,58) 1. Subsidi Pangan 20.926,3 17.197,9 8,54 5,42 (17,82) 2. Subsidi Pupuk 13.958,6 16.228,8 5,70 5,12 16,26 3. Subsidi Benih 129,5 1.454,2 0,05 0,46 1.022,93 4. PSO 2.151,4 1.521,1 0,88 0,48 (29,30) 5. Kredit Program 1.293,9 1.248,5 0,53 0,39 (3,51) 6. Subsidi Minyak Goreng 7. Subsidi Pajak 4.263,4 4.825,1 1,74 1,52 13,17 8. Subsidi Kedelai 9. Subsidi Lainnya Jumlah 245.076,3 317.218,6 100,0 100,0 29,44 Sumber: Kementerian Keuangan Dibandingkan dengan total belanja subsidi, maka subsidi BBM setiap tahunnya mendapatkan alokasi terbesar dari keseluruhan belanja subsidi. Pada APBN-P 2012, proporsi subsidi BBM mencapai 56,06 persen dan listrik 26,51 persen. Artinya, subsidi energi merupakan porsi terbesar (82,57 persen) dari total belanja subsidi jika dibandingkan dengan subsidi non energi yang hanya 17,43 persen. Pun dalam APBN Tahun 2013, proporsi subsidi BBM tetap yang terbesar 61,10 persen dari total belanja subsidi, sedangkan proporsi subsidi listrik mencapai 25,51 persen. Sedangkan proporsi subsidi non energi terhadap total belanja subsidi justru mengalami penurunan menjadi 13,39 persen dibandingkan dari APBN-P 2012. Dengan beban subsidi dalam APBN yang sedemikian besar, ternyata BBM bersubsidi 53 persennya dinikmati oleh pemilik mobil pribadi yang notabene adalah orang berada, seperti yang terlihat dari paparan Ditjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM (lihat gambar.1). Sisanya 40 persen dinikmati pengendara sepeda motor, 4 persen mobil barang dan 3 persen umum. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 4

Gambar 1. Konsumsi Premium Sektor Transportasi Darat 4% 3% 53% Sumber: Paparan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM tgl 18 April 2012 III. BEBERAPA ALTERNATIF KEBIJAKAN Beberapa alternatif kebijakan terkait subsidi BBM yaitu: 1. Menaikkan harga BBM Cara ini merupakan cara yang paling mudah, tapi dengan resiko paling besar. Kenaikan dapat dilakukan secara bertahap dengan kisaran kenaikan Rp500 Rp1.000 per tahun. Atau kenaikan secara langsung dengan kisaran kenaikan Rp3.000. 1, Saat ini disparitas harga antara BBM bersubsidi dengan non subsidi sudah sedemikian besar. Harga premium bersubsidi saat ini Rp4.500 per liter, sedangkan BBM non subsidi (Pertamax) diatas Rp9.500. Selain itu disparitas harga eceran premium bersubsidi (Rp4.500 per liter) dibandingkan dengan harga keekonomiannya (Rp9.096 per liter) juga sangat besar seperti yang dapat dilihat pada hal 10 Simulasi Sederhana: Perhitungan Harga Subsidi BBM Bersubsidi. Disparitas harga yang besar ini akan mendorong penggunaan BBM bersubsidi untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan penggunaan yang seharusnya seperti penimbunan dan penyeludupan. Kenaikan harga BBM perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, inflasi serta kemiskinan dan pengangguran. Kenaikan harga BBM biasanya diikuti oleh kenaikan harga barang-barang (inflasi) yang akan berdampak kepada menurunnya daya beli masyarakat (jumlah masyarakat miskin akan meningkat). Menurunnya daya beli tersebut akan menyebabkan permintaan terhadap barang-barang akan berkurang dan lebih jauh akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi. 40% Motor Mobil pribadi Mobil barang Umum 1 Ahmad Erani Yustika, Menimbang Persoalan Subsidi Minyak, dalam Workshop Mencari Solusi Beban Subsidi Energi dalam APBN 2013 dilingkungan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI, Jakarta tanggal 19 Maret 2013 Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 5

Kenaikan harga barang-barang akan diikuti tuntutan untuk meningkatkan tingkat upah. Dengan kenaikan tingkat upah akan memberatkan perusahaan dan pada gilirannya akan terjadi pengurangan karyawan/ buruh. Kompensasi terhadap masyarakat perlu dilakukan yaitu dengan penyediaan transportasi publik yang bagus dan murah. Fenomena yang umum terjadi di kota-kota di Indonesia, kendaraan umum ukurannya kecil akan tetapi berjumlah sangat banyak, tidak seimbang dengan jumlah penggunanya. Transportasi umum lebih dititikberatkan pada kepentingan bisnis, tanpa memperhatikan aspek-aspek lain, termasuk kepentingan dan keselamatan masyarakat selaku konsumen. Sudah saatnya di setiap kota diciptakan sebuah transportasi massal yang dikonsep dengan matang untuk mengatasi problem lalu lintas dan sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi yang lebih aman dan nyaman. Walaupun belum berjalan secara maksimal "transjakarta" yang mengadopsi "transmilenio" yang telah teruji memperbaiki sistem lalu lintas di kota Bogota (Ibu kota Kolombia) dapat dijadikan contoh yang baik. Untuk selanjutnya perlu dilakukan penyesuaian sistem dan kebijakan tergantung kondisi masing-masing kota. (sumber: Muhammad Subair dalam http://bair.web.ugm.ac.id/reformasi_sistem_transportasi_umum.htm, diakses tanggal 6 Mei 2013) 2. Melakukan penghematan dengan 2 (dua) jalur yaitu: (1) Sebagian/ seluruh mobil pribadi (plat hitam) dilarang mengkonsumsi BBM bersubsidi; dan (2) Konsumsi energi sebagian dialihkan ke gas. 2 Pelarangan sebagian/ seluruh mobil pribadi untuk mengkonsumsi BBM bersubsidi memerlukan kesiapan infrastruktur (seperti pemasangan alat kendali/ RFID di mobil pribadi dan SPBU), pengawasan yang ketat dan sosialisasi kepada masyarakat dalam jangka waktu yang tidak singkat. Upaya penghematan BBM bersubsidi yang sedang dijalankan oleh Pemerintah saat ini adalah pengendalian penggunaan BBM bersubsidi untuk kendaraan dinas Instansi Pemerintah, Pemda, BUMN dan BUMD (Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi), mobil barang untuk kegiatan perkebunan, pertambangan dan kehutanan serta transportasi laut berupa kapal barang non perintis dan non pelayaran rakyat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ESDM N0.1 Tahun 2013 tentang Pengendalian BBM Bersubsidi Tahun 2013. Kebijakan penghematan konsumsi BBM bersubsidi, juga perlu memperhatikan pelaku usaha mikro dan kecil yang belum mapan dan masih menggunakan kendaraan pribadi (berplat hitam) untuk kegiatan usahanya. 2 Ahmad Erani Yustika, Menimbang Persoalan Subsidi Minyak, dalam Workshop Mencari Solusi Beban Subsidi Energi dalam APBN 2013 dilingkungan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI, Jakarta tanggal 19 Maret 2013 Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 6

IV. PENUTUP Subsidi BBM setiap tahunnya terus mengalami pembengkakan. Tanpa ada pengendalian, subsidi BBM pada tahun 2013 diperkirakan akan mencapai Rp297,7 triliun. Nilai subsidi ini jelas terlalu besar. Sebagai perbandingan 3, biaya pembangunan Jembatan Selat Sunda sebesar Rp150 triliun. Itupun dananya dikeluarkan dalam jangka waktu 10 tahun, sehingga rata-rata biayanya setiap tahun hanya Rp15 triliun. Proyek mass rapid transit (MRT) di Jakarta, hanya memerlukan investasi Rp15,7 triliun. Jalan tol di atas laut di Bali biayanya hanya Rp2,5 triliun. Dengan alokasi anggaran yang sudah besar tersebut, nyatanya BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Lebih dari separuh BBM bersubsidi dinikmati oleh pemilik mobil pribadi yang tentunya bukan masyarakat miskin. *** 3 Investor Daily, Hilangnya Sebuah Momentum, Senin tanggal 6 Mei 2013 Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 7