BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, dokter, dan kualitas keperawatan yang dirasakan. Pengalaman pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. (Sudarta, 2013). Penyakit Jantung Bawaan penyebab kematian pada bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh yang ditandai dengan sesak

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskuler. Insiden dan mortalitas kanker terus meningkat. Jumlah penderita

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengalami peningkatan, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Di

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia sedang berkembang dan terus mencanangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RSU PANDAN ARANG BOYOLALI

SKRIPSI HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG EMERGENCY PJT RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan bahwa kejadian gagal jantung per tahun pada orang berusia > 45 tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000 orang perempuan. Di Amerika hampir 5 juta orang menderita gagal jantung (Sani, 2007). Pasien gagal jantung mengalami peredaran darah sistemik dan sirkulasi yang berjalan lambat. Pemindahan O2 dan CO2 dalam paru-paru yang berlangsung lambat akan menyebabkan kebutuhan oksigen dan zat-zat makanan seluruh organ dan jaringan tubuh tidak dapat dipenuhi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kesulitan bernafas secara mendadak dan perasaan tercekik (Rilantono, 2004). Data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI tahun 2007 menyebutkan bahwa penyakit jantung masih merupakan penyebab utama dari kematian terbanyak pasien di rumah sakit Indonesia. Sedangkan menurut data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI tahun 2013, prevalensi gagal jantung berdasarkan wawancara di Indonesia sebesar 0,13 %, dan yang terdiagnosis dokter sebesar 0,3 %. Prevalensi gagal jantung berdasarkan 1

2 terdiagnosis dokter tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Majid (2010) yang berjudul Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Umum Yogyakarta, mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif adalah hipertensi, derajat penyakit, dukungan keluarga dan sosial, kepatuhan (terapi, diet dan cairan tubuh), tingkat aktivitas dan istirahat serta tingkat kecemasan pasien gagal jantung kongestif. Menurut hasil penelitian Inayah (2009), yang berjudul Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif di RSU Pandan Arang Boyolali, didapatkan bahwa ada hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif. Pasien dengan gagal jantung sering merasa cemas, ketakutan dan depresi. Hampir semua pasien menyadari bahwa jantung adalah organ yang penting dan ketika jantung mulai rusak maka kesehatan juga terancam. Ketika penyakitnya meningkat dan manifestasinya memburuk, pasien sering memiliki ketakutan yang berlebihan karena cacat permanen dan kematian. Para pasien mengekspresikan ketakutan dengan berbagai cara seperti mimpi buruk, insomnia, kecemasan akut, depresi dan memungkiri kenyataan (Black, 2005). Ketika seseorang mengetahui tentang penyakitnya, maka ia akan berpikir tentang penyakitnya, cara pengobatan yang akan ditempuh, biaya yang dihabiskan, prognosis penyakitnya, dan lama penyembuhan dari penyakitnya.

3 Pasien gagal jantung yang menjalani terapi pengobatan yang lama dan sering keluar masuk rumah sakit akan memberikan dampak terhadap kecemasan yang dirasakan oleh pasien terhadap penyakit yang dialaminya. Dampak yang dialami merupakan reaksi psikologis terhadap dampak dari gagal jantung yang dihadapi oleh pasien (Zaviera, F. 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RSUP Sanglah Denpasar, pada tahun 2011 pasien yang menjalani perawatan di ruang rawat intensif jantung RSUP Sanglah Denpasar dengan gagal jantung berjumlah 38 pasien, pada tahun 2012 berjumlah 56 pasien, sedangkan data pasien gagal jantung dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Desember 2013 berjumlah 64 orang. Menurut Potter dan Perry (2005), perawat mengembangkan berbagai intervensi untuk membantu klien membentuk koping terhadap stress. Perilaku koping yang benar dari pasien dapat mengatasi atau mengurangi kecemasan pasien itu sendiri. Teori psikoanalitis klasik menyatakan bahwa pada saat individu menghadapi situasi yang dianggapnya mengancam, maka secara umum ia akan memiliki reaksi yang biasanya berupa kecemasan. Kecemasan sebagai syarat bagi ego untuk melakukan tindakan-tindakan yang tepat (Zaviera, 2007). Pasien gagal jantung banyak yang mengalami kecemasan yang bervariasi dari kecemasan ringan sampai dengan kecemasan berat. Kecemasan yang dialami pasien mempunyai beberapa alasan diantaranya cemas akibat sesak nafas, cemas akan kondisi penyakitnya, cemas jika penyakitnya tidak bisa sembuh, cemas dan takut akan kematian, yang dapat dilihat dari seringnya pasien bertanya tentang

4 penyakitnya dan berulang meskipun pertanyaan sudah dijawab, pasien terlihat gelisah, sulit istirahat dan tidak bergairah saat makan (Sani, 2007). Perencanaan pulang yang berhasil adalah suatu proses yang terpusat, terkoordinasi, dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang memberi kepastian bahwa pasien mempunyai suatu rencana untuk memperoleh perawatan yang berkelanjutan setelah meninggalkan rumah sakit (AHA, 1983 dalam Potter & Perry, 2005). Menurut Jurnal Managemen Keperawatan (2013), pelaksanaan perencanaan pulang telah menjadi salah satu program kegiatan dalam sistem pemberian asuhan keperawatan pada klien. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang secara langsung terlibat dengan perencanaan pulang sangat menentukan proses pelaksanaan perencanaan pulang. Komitmen rumah sakit juga sangat berpengaruh besar terhadap pelaksanaan perencanaan pulang bagi pasien. Pelayanan keperawatan di rumah sakit di Indonesia telah merancang berbagai bentuk format discharge planning. Untuk itu pelaksanaan discharge planning di rumah sakit apalagi dengan penyakit kronis seperti penyakit jantung sangat penting diberikan sehingga pasien dan keluarga dalam memahami kondisi kesehatannya dan mengurangi kecemasannya (Siahaan, Marthalena, 2009). Wulandari (2011) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap kelas III RSUP Sanglah masih belum optimal. Hal itu terjadi karena pelaksanaannya bersamaan dengan health education dan dokumentasi berupa resume keperawatan belum diinformasikan secara lengkap oleh petugas kesehatan kepada pasien serta keluarganya.

5 Dari pihak RSUP Sanglah khususnya dari petugas ruang emergency PJT sudah melakukan upaya untuk menangani kecemasan pasien. Salah satu cara untuk mengurangi kecemasan tersebut adalah melalui pemberian discharge planning berupa informasi intervensi medis dan non medis yang akan diberikan selama perawatan, jadwal kontrol dan kebutuhan gizi yang harus dipenuhi setelah di rumah, makanan atau minuman yang dapat memperberat sakit pasien, dosis minum obat, serta kemana harus menghubungi jika sakitnya kambuh (Pedoman Implementasi Standar JCI RSUP Sanglah Denpasar, 2012). Perencanaan pulang ini dimulai ketika pasien masuk dalam rangka mempersiapkan pemulangan yang awal dan kebutuhan yang mungkin untuk perawatan tindak lanjut di rumah. Namun tidak semua penyampaian perencanaan pulang diberikan dengan lengkap akibat banyaknya jumlah pasien dengan berbagai diagnose gangguan kardiovaskuler, kurangnya jumlah tenaga, serta tingginya rutinitas petugas, sehingga akan menyebabkan pasien menjadi kurang mengerti dengan apa yang disampaikan oleh tenaga kesehatan dan pasien akan merasa cemas dengan kondisinya. Studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar pada tanggal 6 Oktober 2014 diperoleh data pasien gagal jantung berjumlah enam orang, diantaranya sebanyak empat pasien menyatakan cemas menunggu hasil pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan lebih lanjut dari dokter, dua orang menyatakan merasa cemas karena merasakan sesak, kelelahan, dan keterbatasan aktivitas yang dialami.

6 Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui adanya hubungan antara pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengidentifikasi pemberian discharge planning pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar. 2) Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar.

7 3) Menganalisis hubungan antara pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Untuk menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan, khususnya dalam penanganan kecemasan pasien dengan gagal jantung dengan pemberian discharge planning. Selain itu juga diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya terkait dengan pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien dengan gagal jantung. 1.4.2 Manfaat Praktis Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pasien gagal jantung, khususnya kecemasan pasien gagal jantung, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam memberikan perawatan yang optimal. 1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan telaah literatur, penelitian yang berkaitan dengan judul dari penelitian ini adalah:

8 1. Inayah (2008), dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif di RSU Pandan Arang Boyolali Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian mengunakan rancangan deskriptif korelatif. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil analisis korelasi Kendal tau-b menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,000 (p<α) dan hasil uji z sebesar 5,782 (5,782>1,96) hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada varibel terikat yang digunakan. 2. Wulandari (2011), dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning dengan Kesiapan Pulang Pasien di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2011. Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas yaitu pelaksanaan discharge planning dan variabel terikat yaitu kesiapan pulang pasien. Rancangan penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Metode sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 123 pasien. Analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman rank. Hasil penelitian berdasarkan uji korelasi didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,409 dengan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan yang sedang antara pelaksanaan discharge planning dengan tingkat kesiapan

9 pulang pasien. Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada varibel terikat yang digunakan.