BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran PT. Citra Inti Garda Sentosa (CIGS) dalam melakukan transaksi penjualan ataupun pembelian yang dalam hal ini adalah jasa tidak terlepas dari aspek perpajakan salah satunya yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Karena sudah terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) maka pada saat melakukan penjualan, PT. Citra Inti Garda Sentosa harus menambahkan PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. Dasar Pengenaan Pajak yang dijadikan dasar dalam penghitungan Pajak Pertambahan Nilai terhadap Jasa kena pajak, sudah sesuai dengan Dasar Pengenaan Pajak yang ada yaitu menggunakan harga jual ataupun nilai lain. Jenis jasa yang dikenakan PPN oleh PT. CIGS yaitu jasa pengantaran atau pengiriman uang dan barang berharga, jasa penghitungan uang, dan jasa pengisian dan pemeliharaan ATM diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Cash service yang dikerjakan di tempat, seperti pemeliharaan dan pengisian ATM, dan penghitungan uang (coin processing unit, cash processing center) dikenakan PPN sebesar 10% (sepuluh persen) 2. Cash service untuk pemindahan (pengantaran dan pengiriman) uang dan atau barang-barang berharga dari satu tempat ke tempat lain (cargo retail,cash in transit) sebesar 1% (satu persen).
61 3. Guarding Service, yaitu jasa penyediaan tenaga satuan pengamanan sebesar 10% (sepuluh persen) Dalam cash service jenis ini, PT. CIGS juga memakai peralatan tertentu (seperti segel, kantong uang, dan lain-lain) yang dibebankan kepada pelanggan dan atas pemakaian peralatan ini dikenakan PPN sebesar 10% (sepuluh persen). Di samping itu, PT. CIGS juga mengenakan tagihan asuransi, biaya parkir, tol, dan biaya overtime pegawai kepada pelanggan, serta mengenakan PPN 10% (sepuluh persen) atas masing-masing tagihan tersebut. Ketika Melakukan penjualan maka Faktur Pajak yang dibuat adalah Faktur Pajak Keluaran. Untuk PPN sebesar 10% (sepuluh persen) diberikan kode Faktur Pajak 01, sedangkan untuk yang menggunakan DPP nilai lain sebesar 1% (satu persen) kode Faktur Pajaknya 04. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap Jasa Kena Pajak (JKP) yang perusahaan jual dalam rangka kegiatan usahanya penghitungan yang dilakukan pihak perusahaan adalah dengan cara mengalikan tarif dengan jumlah harga jual atau penggantian. Pihak perusahaan melakukan penghitungan PPN dilakukan dengan cermat karena mengingat jumlah yang menjadi DPP cukup besar. Pada saat PT. CIGS melakukan pembelian dari supplier yang sudah menjadi PKP maka PT. CIGS membayar barang yang sudah dibeli termasuk PPN. Selain itu juga mendapatkan Faktur Pajak Masukan akan tetapi tidak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dengan alasan Pajak Masukan yang
62 diterima nilainya tidak terlalu signifikan dan ada beberapa supplier kecil yang belum menjadi PKP sehingga tidak dapat menerbitkan Faktur Pajak. Hal tersebut berdampak Pajak Keluaran menjadi besar karena tidak ada Pajak Masukan yang dikreditkan oleh PT. CIGS dan selalu terjadi kurang bayar setiap bulan. Berikut adalah rekapitulasi Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang menghasilkan PPN terutang selama tahun 2010 pada PT. Citra inti Garda Sentosa. Tabel 4.1 Perhitungan PPN Terutang Tahun 2010 BULAN PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN TERUTANG KETERANGAN LB/KB JANUARI 85.043.701 - (85.043.701) KB FEBRUARI 85.850.056 - (85.850.056) KB MARET 83.679.229 - (83.679.229) KB APRIL 87.375.171 - (87.375.171) KB MEI 95.399.693 - (95.399.693) KB JUNI 101.843.508 - (101.843.508) KB JULI 114.241.194 - (114.241.194) KB AGUSTUS 125.479.639 - (125.479.639) KB SEPTEMBER 149.977.460 - (149.977.460) KB OKTOBER 155.258.755 - (155.258.755) KB NOPEMBER 188.505.102 - (188.505.102) KB DESEMBER 216.838.537 - (216.838.537) KB TOTAL 1.489.492.045 (1.489.492.045) Sumber data 2010, Yang diolah 2011 KET : LB : Lebih Bayar KB : Kurang Bayar
63 Dari tabel diatas terlihat bahwa dengan tidak dikreditkannya Pajak Masukan oleh PT. CIGS berdampak pada kurang bayar setiap bulan dan angka tersebut terus menerus bertambah besar setiap bulan. B. Analisis Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dalam hal pembayaran atau penyetoran PPN terutang menurut Ketentuan Perpajakan yang berlaku yaitu Undang-Undang No.42 Tahun 2009 Pasal 15A bahwa tanggal penyetoran harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Penerapan UU tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh PT. CIGS, masih adanya keterlambatan dalam penyetoran pajak. Hal ini terlihat pada masa Juni 2010, PT. CIGS menyetor kekurangan Pajak sebesar Rp. 101.843.508,- pada bulan Agustus yang harusnya disetor paling lambat akhir Juli 2010, masa Oktober 2010 menyetor kekurangan Pajak sebesar Rp. 155.258.755,- pada tanggal 11 Januari 2011 yang seharusnya penyetoran paling lambat dilakukan pada akhir bulan November 2010. Begitu pula masa November 2010 menyetor kekurangan pajak sebesar Rp. 188.505.102,- pada tanggal 11 Januari 2011 yang seharusnya jatuh tempo akhir bulan Desember 2010, masa Desember menyetor kekurangan pajak sebesar Rp. 216.838.537,- pada tanggal 17 Maret 2011 seharusnya disetor paling lambat akhir Januari 2011.
64 Penyetoran dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara dan digunakan sebagai bukti pembayaran dengan bentuk, ukuran dan isi yang disesuaikan dengan ketentuan Direktur Jenderal Pajak. Berikut adalah tabel penyetoran PPN PT. CIGS selama tahun 2010 Tabel 4.2 Penyetoran PPN Terutang Tahun 2010 BULAN PPN TERUTANG TANGGAL KETERANGAN (SETOR/TIDAK SETOR) JANUARI (85.043.701) 22 Feb 10 SETOR FEBRUARI (85.850.056) 15 Mar 10 SETOR MARET (83.679.229) 15 Apr 10 SETOR APRIL (87.375.171) 14 Mei 10 SETOR MEI (95.399.693) 30 Jun 10 SETOR JUNI (101.843.508) 05 Agust 10 SETOR JULI (114.241.194) 31 Agust 10 SETOR AGUSTUS (125.479.639) 23 Sep 10 SETOR SEPTEMBER (149.977.460) 22 Okt 10 SETOR OKTOBER (155.258.755) 17 Jan 11 SETOR NOPEMBER (188.505.102) 17 Jan 11 SETOR DESEMBER (216.838.537) 01 Apr 11 SETOR Sumber data 2010, Yang diolah 2011 Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran pajak maka dikenakan sanksi administrasi sebagaimana telah ditetapkan dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 9 ayat (2A). Pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
65 yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Keterlambatan penyetoran PPN yang terjadi di PT. CIGS dapat terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.3 Keterlambatan dan Sanksi Penyetoran PPN Terutang Tahun 2010 BULAN PPN TERUTANG TANGGAL TELAT/TIDAK SANKSI 2% SETOR TELAT PER BULAN JANUARI (85.043.701) 22 Feb 10 TIDAK TELAT - FEBRUARI (85.850.056) 15 Mar 10 TIDAK TELAT - MARET (83.679.229) 15 Apr 10 TIDAK TELAT - APRIL (87.375.171) 14 Mei 10 TIDAK TELAT - MEI (95.399.693) 30 Jun 10 TIDAK TELAT - JUNI (101.843.508) 05 Agust 10 TELAT YA JULI (114.241.194) 31 Agust 10 TIDAK TELAT - AGUSTUS (125.479.639) 23 Sep 10 TIDAK TELAT - SEPTEMBER (149.977.460) 22 Okt 10 TIDAK TELAT - OKTOBER (155.258.755) 17 Jan 11 TELAT YA NOPEMBER (188.505.102) 17 Jan 11 TELAT YA DESEMBER (216.838.537) 01 Apr 11 TELAT YA Sumber data 2010, Yang diolah 2011 Keterlambatan penyetoran pajak terjadi pada bulan Juni, Oktober, Nopember dan Desember 2010. Pada bulan Juni 2010 baru dilakukan penyetoran di bulan Agustus 2010 berdasarkan analisa penulis sanksi terhadap keterlambatan penyetoran pajak adalah sebagai berikut : 1. Pajak yang terutang Rp. 101.843.508,- 2. Sanksi Administrasi (1 bulan x 2% x Rp. 101.843.508,-) Rp. 2.036.870,-
66 Pada bulan Oktober 2010 baru dilakukan penyetoran di bulan Januari 2011 berdasarkan analisa penulis sanksi terhadap keterlambatan penyetoran pajak adalah sebagai berikut : 1. Pajak yang terutang Rp. 155.258.755,- 2. Sanksi Administrasi (2 bulan x 2% x Rp. 155.258.755,-) Rp. 6.210.350,- Pada bulan November 2010 baru dilakukan penyetoran di bulan April 2011 berdasarkan analisa penulis sanksi terhadap keterlambatan penyetoran pajak adalah sebagai berikut : 1. Pajak yang terutang Rp. 188.505.102,- 2. Sanksi Administrasi (1 bulan x 2% x Rp. 188.505.102,-) Rp. 3.770.102,- Pada bulan Desember 2010 baru dilakukan penyetoran di bulan Januari 2011 berdasarkan analisa penulis sanksi terhadap keterlambatan penyetoran pajak adalah sebagai berikut : 1. Pajak yang terutang Rp.. 216.838.537,- 2. Sanksi Administrasi (3 bulan x 2% x Rp. 216.838.537,-) Rp. 13.010.312,- Dari perhitungan diatas terlihat denda yang akan diterima oleh WP cukup besar apabila sudah dilakukan pemeriksaan oleh fiskus. Hal tersebut dikarenakan keterlambatan dari penyetoran pembayaran pajak. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu karyawan di perusahaan tersebut,
67 keterlambatan terjadi karena arus kas yang ada diperusahaan belum berjalan dengan baik serta keterlambatan dari customer dalam membayar tagihan yang sudah jatuh tempo sehingga arus kas dari penerimaan uang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Setelah melakukan penghitungan, penyetoran atau pembayaran maka langkah terakhir yang dilakukan oleh PT. CIGS adalah melaporkan ke Dirjen Pajak menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN. SPT digunakan sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Dalam pengisian SPT Masa PPN tahun 2010 PT. CIGS menggunakan aplikasi e-spt 1107 yang bentuk formulirnya terdiri dari : a. Induk SPT Masa PPN, dan b. Lampiran SPT Masa PPN yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang masing-masing diberi nomor kode dan nama formulir seperti tabel 4.4 sebagai berikut :
68 Tabel 4.4 Formulir 1107 No. 1 2 3 Kode Formulir Nama Formulir Keterangan Surat Pemberitahuan 1107 Masa Pajak Pertambahan Induk SPT Masa PPN (F.1.2.32.01) Nilai (SPT Masa PPN) 1107 A (D.1.2.32.01) 1107 B (D.1.2.32.02) Lampiran 1 - Daftar Pajak Keluaran dan PPn BM Lampiran 2 - Daftar Pajak Masukan dan PPn BM Lampiran SPT Masa PPN dalambentuk formulir kertas (hard copy)atau data elektronik Lampiran SPT Masa PPN dalam bentuk formulir kertas (hard copy) atau data elektronik Menurut UU No. 42 Tahun 2009 pelaporan SPT dilakukan paling lambat akhir bulan berikut setelah berakhirnya masa pajak. Berikut adalah tabel 4.5 yang menyajikan daftar pelaporan SPT Masa PPN PT. CIGS selama tahun 2010. Tabel 4.5 Pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2010 PELAPORAN BULAN PPN TERUTANG KETERANGAN TANGGAL (TELAT/TIDAK TELAT) JANUARI 85.043.701 22 Feb 10 TIDAK TELAT FEBRUARI 85.850.056 18 Mar 10 TIDAK TELAT MARET 83.679.229 20 Apr 10 TIDAK TELAT APRIL 87.375.171 21 Mei 10 TIDAK TELAT MEI 95.399.693 30 Jun 10 TIDAK TELAT JUNI 101.843.508 05 Agust 10 TELAT JULI 114.241.194 31 Agust 10 TIDAK TELAT AGUSTUS 125.479.639 29 Sep 10 TIDAK TELAT SEPTEMBER 149.977.460 29 Okt 10 TIDAK TELAT OKTOBER 155.258.755 01 Feb 11 TELAT NOPEMBER 188.505.102 01 Feb 11 TELAT DESEMBER 216.838.537 01 Apr 11 TELAT Sumber data 2010, Yang diolah 2011
69 Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana telah ditetapkan dalam UU maka dikenai sanksi administrasi sebagaimana telah ditetapkan dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 7 ayat (1), keterlambatan untuk SPT masa PPN dikenakan sebesar Rp. 500.000,-. Berdasarkan tabel 4.5 terjadi keterlambatan pelaporan SPT pada masa Juni, Oktober, November dan Desember. Utuk itu perusahaan dikenakan denda dengan total jumlah Rp. 2.000.000,- ( 4 bulan x Rp. 500.000,-). Dalam pengerjaan atau pengisian SPT Masa dilakukan oleh bagian pajak. Dari Pajak Masukan ataupun Keluaran serta penyetoran dilaporkan di SPT Masa PPN. Pengisian dilakukan dengan impor data dari excel ke system, untuk Pajak Masukan di isi di formulir 1107 A dan untuk Pajak Keluaran di 1107 B yang hasil akhirnya secara keseluruhan akan muncul di SPT Induk 1107. Akan tetapi tidak semua SPT setiap bulan diisi dengan sebagaimana mestinya, masih terjadi kekurangan dan koreksi-koreksi dalam menyampaikan SPT Masa sehingga harus dilakukan pembetulan. Pada masa April dan Juni 2010 staf pajak melakukan kesalahan dalam membuat nomer seri Faktur Pajak. Terdapat nomer seri Faktur Pajak yang sama, hal tersebut dikarenakan dalam penomeran masih manual belum mengggunakan sistem. Data-data pembetulan tersebut terperinci dalam tabel 4.6.
70 Tabel 4.6 Pembetulan SPT Masa PPN Tahun 2010 PELAPORAN BULAN PPN TERUTANG NORMAL/PEMB ETULAN TANGGAL JANUARI 85.043.701 NORMAL 22 Feb 10 FEBRUARI 85.850.056 NORMAL 18 Mar 10 MARET 83.679.229 NORMAL 20 Apr 10 APRIL 87.375.171 PEMBETULAN 21 Mei 10 MEI 95.399.693 NORMAL 30 Jun 10 JUNI 101.843.508 PEMBETULAN 05 Agust 10 JULI 114.241.194 NORMAL 31 Agust 10 AGUSTUS 125.479.639 NORMAL 29 Sep 10 SEPTEMBER 149.977.460 NORMAL 29 Okt 10 OKTOBER 155.258.755 NORMAL 01 Feb 11 NOPEMBER 188.505.102 NORMAL 01 Feb 11 DESEMBER 216.838.537 NORMAL 01 Apr 11 Sumber data 2010, Yang diolah 2011