BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Kajian teoritis yang digunakan di dalam penelitian ini sebagai dasar asumsi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang. Anggaran menjadi alat manajerial yang umum digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah menyebabkan lahirnya otonomi daerah sebagai salah satu tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

Kata Kunci : Satuan Kerja Perangkat Daerah, Karateristik Tujuan Anggaran, Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik, termasuk diantaranya Pemerintah Kota. Anggaran tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural SKPD yang terlibat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

BAB V PENUTUP. 1. Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

PENGARUH UMPAN BALIK ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan atau lebih (Mikesell, 2007) dalam Widhianto (2010). Kenis (1979) koordinasi, komunikasi, evaluasi kerja, serta motivasi.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang. perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah sebagai salah satu organisasi sektor publik setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengelola anggaran dan barang daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala

BAB I PENDAHULUAN. administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada. ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

Said Herry Syafrizal Cut Aknawal

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Peran penting anggaran dalam organisasi sektor publik berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan publik akan pemerintahan yang baik (Good Governance) memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif. Sumber daya manusia

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kinerja yang hendak di capai selama periode waktu tertentu dalam ukuran

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus

ABSTRAK. Kata kunci: Anggaran, Budgetary Goal Characteristics, Self-Efficacy, Kinerja Manajerial. iii

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik tidak dapat diukur semata-mata hanya dari perspektif

BAB V KESIMPULAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budgetary goal characteristics

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang. fundamental dalam hubungan Tata Pemerintah dan Hubungan Keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi telah memicu

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2008 SERI D NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

SKRIPSI. Disusun oleh: RATNA YULIATI B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Reformasi di Indonesia dari Zaman orde baru telah mendorong terciptanya

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. INTRACO ADHITAMA SURABAYA SKRIPSI

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi telah memicu. terjadinya globalisasi. Globalisasi yang melanda hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja telah menjadi kata kunci yang banyak dibicarakan diberbagai

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KEMENTRIAN AGAMA KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

Abstrak. Kata Kunci: Sistem pengendalian intern pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja individu.

Pengaruh Karakteristik Penganggaran Terhadap Kinerja Pelaksanaan Anggaran Pemerintah (Studi Pada Satuan Kerja Lingkup Wilayah Kerja KPPN Malang)

BAB V PENUTUP. yang dimoderasi komitmen organisasi, budaya organisasi, dan locus of control.

PERAN ANGGARAN PARTISIPATIF

Oleh : Tengku Ramona Fitri Pembimbing : Emrinaldi Nur DP dan Rusli

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemerintah Daerah Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintahan Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD Provinsi. Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan DPRD Kabupaten/Kota. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah (UU RI No. 32 Tahun 2004). Aparat Pemerintah Daerah meliputi para pejabat yang memiliki tingkatan dalam jabatan struktural (Eselon). Pejabat pada tingkatan paling bawah dalam tataran pemerintahan daerah adalah pejabat Eselon IV atau pejabat setingkat kepala sub bagian, kepala sub bidang, dan kepala seksi, sedangkan pejabat setingkat di atasnya adalah pejabat 8

9 Eselon III atau atau pejabat setingkat sekretaris, kepala bagian, dan kepala bidang. Pejabat setingkat di atasnya lagi yaitu pejabat Eselon II atau pejabat setingkat Kepala Badan, Kepala Dinas, dan Kepala Instansi (Syafrial, 2009). 2.1.2 Kinerja Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial. Kinerja manajerial yang diperoleh dari upaya manajer merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengelolaan organisasi secara efektif. Kinerja manajerial didefinisikan sebagai tingkat kecakapan manajer dalam melaksanakan aktivitas manajemen yang meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negoisasi, perwakilan, kinerja secara menyeluruh (Darma, 2004). Menurut Syafrial (2009), kinerja merupakan kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, kelompok, atau organisasi. Pada sektor pemerintahan, kinerja dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai oleh pegawai pemerintah atau instansi pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dalam suatu periode. Dalam konteks organisasi Pemerintah Daerah, pengukuran kinerja SKPD dilakukan untuk menilai seberapa baik SKPD tersebut melakukan tugas pokok dan fungsi yang dilimpahkan kepadanya selama periode tertentu. Pengukuran kinerja SKPD merupakan wujud dari vertical accountability,

10 yaitu pengevaluasian kinerja bawahan oleh atasannya dan sebagai bahan horizontal accountability pemerintah daerah, yaitu kepada masyarakat atas amanah yang diberikan kepadanya. 2.1.3 Karakteristik Tujuan Anggaran Menurut Kenis (1979) dalam Istiyani (2009), ada 5 (lima) karakteristik tujuan anggaran (Budgetary Goal Characteristics) yaitu: 2.1.3.1 Partisipasi Anggaran Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan komplek, kemungkinan akan menimbulkan dampak fungsional dan disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi. Untuk mencegah dampak disfungsional anggaran tersebut, kontribusi terbesar dari kegiatan penganggaran terjadi jika bawahan diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyusunan anggaran (Istiyani, 2009). Menurut Suyanto (2011), partisipasi penyusunan anggaran adalah suatu proses yang didalamnya terdapat individu yang terlibat dan mempunyai pengaruh terhadap penyusutan target anggaran yang akan dievaluasi dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut. Partisipasi penyusunan anggaran merupakan pendekatan yang secara umum dapat meningkatkan kinerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas organisasi.

11 Syafrial (2009) mengatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran menunjukkan pada luasnya partisipasi aparat Pemerintah Daerah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh SKPD dan pengaruhnya terhadap tujuan anggaran mereka. Proses penganggaran pemerintah daerah yang memuat kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan, dan kewajiban daerah melibatkan berbagai aparat daerah, yakni mulai dari aparat SKPD, Sekretariat Daerah, dan masyarakat. Dalam hal ini, DPRD diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam perencanaan dan pengambilan keputusan melalui negosiasi terhadap tujuan anggaran. Hal ini sangat penting karena aparat Pemerintah Daerah akan merasa produktif dan puas terhadap pekerjaannya, sehingga memungkinkan munculnya perasaan berprestasi yang akan meningkatkan kinerjanya. Partisipasi aparat Pemerintah Daerah dalam proses penganggaran Pemerintah Daerah mengarah pada seberapa besar tingkat keterlibatan aparat Pemerintah Daerah dalam menyusun anggaran daerah serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran. 2.1.3.2 Kejelasan Tujuan Anggaran Kejelasan tujuan anggaran menggambarkan luasnya tujuan anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik serta dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap

12 pencapaiannya. Kejelasan tujuan anggaran merupakan hal yang paling penting dalam pencapaian suatu tujuan organisasi karena akan menentukan arah tujuan suatu organisasi. Tujuan anggaran yang tidak jelas dapat menyebabkan kebingungan, tekanan dan ketidakpuasan dari karyawan yang akan berdampak buruk terhadap kinerja manajerial (Suyanto, 2011). Locke (1968) dalam Syafrial (2009) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki sehingga dapat berimplikasi pada peningkatan kinerja. 2.1.3.3 Evaluasi Anggaran Menurut Ginting (2009 : 31), evaluasi anggaran menunjuk pada luasnya perbedaan anggaran yang digunakan kembali oleh individu pimpinan departemen dan digunakan dalam evaluasi kinerja mereka. Secara kualitatif, penelitian Munawar (2006) menemukan bahwa evaluasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menyiapkan anggaran mereka selalu melakukan evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan dan pada pelaksanaan anggaran, mereka juga melakukan evaluasi

13 terhadap kegiatan yang telah dilakukan sehingga kinerja mereka menjadi lebih baik. 2.1.3.4 Umpan Balik Anggaran Kenis (1979) dalam Damanik (2011) menyatakan bahwa umpan balik terhadap sasaran anggaran yang dicapai adalah variabel penting yang memberikan motivasi kepada manajer. Jika anggota organisasi tidak mengetahui hasil yang diperoleh dari upayanya untuk mencapai sasaran, maka ia tidak mempunyai dasar untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan, dan tidak ada insentif untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik, dan pada akhirnya menjadi tidak puas. Steers (1975) dalam Damanik (2011) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara umpan balik anggaran dengan kinerja. Munawar (2006) menemukan bahwa aparat daerah Kabupaten Kupang mengetahui hasil usahanya dalam menyusun anggaran maupun dalam melaksanakan anggaran sehingga membuat mereka merasa berhasil. 2.1.3.5 Kesulitan Tujuan Anggaran Istiyani (2009) mengemukakan bahwa tujuan anggaran adalah range dari "sangat longgar dan mudah dicapai" sampai "sangat ketat dan tidak dapat dicapai". Tujuan yang mudah dicapai gagal untuk memberikan suatu tantangan untuk partisipan, dan

14 memiliki sedikit pengaruh motivasi. Tujuan yang sangat ketat dan tidak dapat dicapai, mengarahkan pada perasaan gagal, frustrasi, tingkat aspirasi yang rendah. Manajer yang memiliki tujuan anggaran yang "terlalu ketat" secara signifikan memiliki ketegangan kerja tinggi dan motivasi kerja rendah, kinerja anggaran, dan efisiensi biaya dibandingkan untuk anggaran memiliki tujuan anggaran "tepat" atau "ketat tetapi dapat dicapai". Hal ini mengindikasikan bahwa "ketat tetapi dapat dicapai" adalah tingkat untuk kesulitan tujuan anggaran. 2.2 Penelitian Terdahulu terdahulu: Berikut ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

15 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Peneliti Tahun Sampel Uji Isi 1. Pengaruh Karakteristik Tujuan Istiyani 2009 200 aparat 1.Uji Instrumen - Partisipasi anggaran berpengaruh positif Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah - Uji Validitas signifikan terhadap kinerja aparat Pemda Aparat Pemerintah Daerah Daerah dengan - Uji Reliabilitas - Kejelasan tujuan anggaran berpengaruh (Studi Empiris pada jabatan Eselon 2.Uji Asumsi Klasik positif signifikan terhadap kinerja aparat Pemerintah Kabupaten II, III, IV - Heteroskedastisitas Pemda Temanggung) - Multikolinearitas - Autokorelasi - Umpan balik anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja aparat Pemda 3. Uji Hipotesis - Evaluasi anggaran tidak berpengaruh - Uji t (t-test) signifikan terhadap kinerja aparat Pemda - Koefisien Determinasi - Kesulitan tujuan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja aparat 2. Pengaruh Karakteristik Tujuan Anggaran terhadap Perilaku, Sikap, dan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kupang Munawar 2006 34 aparat Pemerintah Daerah yang ada di bawah Sekretaris Daerah 1. Uji Normalitas 2. Uji Hipotesis - Uji t - Uji F 3. Analisis Kualitatif Pemda - Karakteristik tujuan anggaran secara serentak berpengaruh terhadap kinerja - Hanya variabel partisipasi anggaran dan umpan balik anggaran yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja - Variabel kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, dan kesulitan tujuan anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

16 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) 3. Pengaruh Budgetary Goal Characteristic dan Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Manajerial (pada Pejabat Eselon III dan IV pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi) 4. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Aparat Perangkat Daerah di Pemerintahan Kabupaten Karo Ayu Zurlaini Damanik Hartika Sari Ginting 2011 77 aparat Pemerintah Daerah dengan jabatan Eselon III dan IV 2009 78 aparat Pemerintah Daerah dengan jabatan Eselon II, III, dan IV 1.Uji Instrumen - Uji Validitas - Uji Reliabilitas 2.Uji Asumsi Klasik - Heteroskedastisitas - Multikolinearitas - Normalitas 3. Uji Hipotesis - Uji t (t-test) - Uji F - Koefisien Determinasi 1.Uji Instrumen - Uji Validitas - Uji Reliabilitas 2.Uji Asumsi Klasik - Heteroskedastisitas - Multikolinearitas - Autokorelasi - Normalitas 3. Uji Hipotesis - Uji t (t-test) - Uji F - Koefisien Determinasi - Hasil penelitian model I menunjukkan bahwa BGC dan keadilan prosedural secara simultan dan parsial berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial - Hasil penelitian model II menunjukkan partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, kesulitan sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, keadilan prosedural berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja. - Secara parsial, hanya partispasi penyusunan anggaran dan keadilan prosedural yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja - Baik secara simultan maupun parsial, partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparat perangkat daerah

17 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) 5. Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial SKPD pada Pemerintahan Kabupaten Sarolangun 6. Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Struktur Desentralisasi terhadap Kinerja Manajerial SKPD dengan Pengawasan Internal sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang) Syafrial 2009 105 aparat Pemerintah Daerah dengan jabatan Eselon II, III, dan IV Andarias Bangun 2009 62 aparat Pemerintah Daerah, terdiri dari kepala SKPD dan Pejabat Penatausahaan Keuangan 1.Uji Instrumen - Uji Validitas - Uji Reliabilitas 2.Uji Asumsi Klasik - Heteroskedastisitas - Multikolinearitas - Normalitas 3. Uji Hipotesis - Uji t (t-test) - Uji F - Koefisien Determinasi 1.Uji Instrumen - Uji Validitas - Uji Reliabilitas 2.Uji Asumsi Klasik - Heteroskedastisitas - Multikolinearitas - Normalitas 3. Uji Hipotesis - Uji t (t-test) - Uji F - Koefisien Determinasi - Secara simultan, ketepatan skedul penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD - Secara parsial, kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD - Secara parsial, partisipasi anggaran mempengaruhi kinerja manajerial SKPD, sedangkan kejelasan sasaran anggaran tidak mempengaruhi kinerja manajerial SKPD - Secara simultan, partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan struktur desentralisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD

18 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) 7. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Sistem Pengendalian Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi pada Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota Se-Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 8. Pengaruh Partispasi Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Manajerial (pada Pejabat Eselon II dan III di SKPD Kota Metro Emile Setia Darma 2004 512 aparat Pemerintah Daerah dengan jabatan Eselon II, III, dan IV Suyanto 2011 103 aparat Pemerintah Daerah dengan jabatan Eselon II dan III 1.Uji Instrumen - Uji Validitas - Uji Reliabilitas 2.Uji Asumsi Klasik - Heteroskedastisitas - Multikolinearitas - Autokorelasi - Normalitas 3. Uji Hipotesis - H1 dan H2 dengan simple regression analysis - H3 dan H4 dengan uji interaksi menggunakan model selisih mutlak dari Frucot dan Shearon 1.Uji Instrumen - Uji Validitas - Uji Reliabilitas 2.Uji Asumsi Klasik - Heteroskedastisitas - Multikolinearitas 3. Uji Hipotesis - Uji t (t-test) - Uji F - Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan kinerja - Sistem pengendalian akuntansi berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan kinerja - Komitmen organisasi tidak dapat berperan sebagai pemoderasi dalam hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial - Komitmen organisasi tidak dapat berperan sebagai pemoderasi dalam hubungan antara sistem pengendalian akuntansi dengan kinerja manajerial - Partisipasi penyusunan anggaran mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja manajerial - Kejelasan sasaran anggaran mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja manajerial

19 Dari hasil review kajian empiris yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil pada penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu, pada penelitian-penelitian terdahulu, juga terdapat perbedaan alat analisis yang digunakan dan perbedaan sampel yang diteliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Istiyani (2009), diperoleh hasil bahwa variabel partisipasi anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Munawar (2006), Damanik (2011), Ginting (2009), Syafrial (2009), Bangun (2009), dan Suyanto (2011) yang juga memperoleh hasil bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Hal ini menunjukkan adanya hasil yang konsisten dalam pengujian variabel partisipasi anggaran terhadap kinerja. Dalam penelitian Istiyani (2009), diperoleh hasil bahwa variabel kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ginting (2009), Syafrial (2009), Darma (2004), dan Suyanto (2011), namun hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian Munawar (2006), Damanik (2011), dan Bangun (2009) yang memperoleh hasil bahwa variabel kejelasan tujuan anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Hal ini menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten dalam pengujian variabel kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja. Dalam penelitian Istiyani (2009), diperoleh hasil bahwa variabel umpan balik anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Munawar (2006) yang

20 menunjukkan bahwa umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Namun, penelitian ini bertentangan dengan penelitian Damanik (2011) yang memperoleh hasil bahwa umpan balik anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah, namun hasil Hal ini juga menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten dalam pengujian variabel umpan balik anggaran terhadap kinerja. Dalam penelitian Istiyani (2009), diperoleh hasil bahwa variabel evaluasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Dari hasil penelitian-penelitian lainnya, belum ada yang menunjukkan bahwa evaluasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Hasil penelitian Munawar (2006) dan Damanik (2011) juga menunjukkan bahwa evaluasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Hal ini juga menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten dalam pengujian variabel evaluasi anggaran terhadap kinerja. Dalam penelitian Istiyani (2009), diperoleh hasil bahwa variabel kesulitan tujuan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Sama seperti pengujian variabel evaluasi anggaran, hasil penelitian-penelitian lainnya belum ada yang menunjukkan bahwa kesulitan tujuan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Hasil penelitian Munawar (2006) dan Damanik (2011) justru menunjukkan bahwa kesulitan tujuan anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Maka, hal ini juga menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten dalam pengujian variabel kesulitan tujuan anggaran terhadap kinerja.

21 2.3 Pengembangan Hipotesis Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Kinerja akan dikatakan efektif apabila pihak-pihak bawahan mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran. Ketika suatu anggaran dirancang secara partisipatif maka karyawan akan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapai standar yang ditetapkan karena mereka ikut serta terlibat dalam proses penyusunannya yang akan berpengaruh pada tingkat kinerja (Suyanto, 2011). Hasil penelitian Istiyani (2009) di Kabupaten Temanggung, membuktikan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Munawar (2006) di Kabupaten Kupang, Damanik (2011) di Pemerintah Kota Tebing Tinggi, Syafrial (2009) di Kabupaten Sarolangun, Bangun (2009) di Kabupaten Deli Serdang, dan Suyanto (2011) di Kota Metro, yang kesemuanya membuktikan bahwa secara parsial, partisipasi anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1: Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah Locke (1968) dalam Bangun (2009) mengatakan bahwa kejelasan tujuan anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan. Ketidakjelasan tujuan anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung,

22 tidak tenang, dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini menyebabkan pelaksana anggaran tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Penelitian Istiyani (2009) di Kabupaten Temanggung membuktikan bahwa kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Ginting (2009) di Kabupaten Karo, Darma (2004) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Suyanto (2011) di Kota Metro, yang membuktikan bahwa kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H2: Kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah Menurut Munawar (2006 : 9), pengukuran kinerja mencakup berbagai aspek sehingga dapat memberikan informasi yang efisien dan efektif dalam pencapaian kinerja tersebut. Sesuai dengan pendekatan kinerja yang digunakan dalam penyusunan anggaran, maka setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai. Kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran. Berdasarkan teori, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H3: Evaluasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah

23 Steers (1975) dalam Istiyani (2009) secara empiris menemukan bahwa umpan balik dan kejelasan tujuan berhubungan dengan kinerja. Melalui eksperimen lapangan, Kim (1984) dalam Istiyani (2009) juga mendukung bahwa penentuan tujuan dan umpan balik secara bersama-sama berdampak pada kinerja. Kejelasan dan kesulitan tujuan, jika diterima, akan meningkatkan kinerja. Hasil penelitian Munawar (2006) di Kabupaten Kupang membuktikan bahwa umpan balik anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Munawar (2006) menemukan bahwa aparat daerah Kabupaten Kupang mengetahui hasil usahanya dalam menyusun anggaran maupun dalam melaksanakan anggaran sehingga membuat mereka merasa berhasil. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H4: Umpan balik anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah Hirst (1990) dalam Istiyani (2009) membuktikan bahwa tujuan yang sulit menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan jika menetapkan tujuan spesifik yang sedang atau mudah, maupun tujuan yang bersifat umum. Kesulitan tujuan juga berhubungan positif dengan kriteria keberhasilan Semakin tinggi tujuan, semakin tinggi pula kinerja. Hasil penelitian Istiyani (2009) di Kabupaten Temanggung, membuktikan bahwa kesulitan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

24 H5: Kesulitan tujuan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah