PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

Penyelidikan Head On di Daerah Panas Bumi Jaboi Wilayah Kota Sabang - Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Sari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan. Oleh: Edi Suhanto dan Bakrun

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN, PROPINSI SUMATERA UTARA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

3. HASIL PENYELIDIKAN

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA

BAB II METODE PENELITIAN

SURVEI PENDAHULUAN PANAS BUMI GEOLOGI DAN GEOKIMIA

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006

Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4 Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

GEOLOGI DAERAH KLABANG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

ANOMALI GAYABERAT DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, P.BACAN KAB. HALMAHERA SELATAN-PROPINSI MALUKU UTARA

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Reservoar Daerah Potensi Panasbumi Gunung Rajabasa Kalianda dengan Metode Tahanan Jenis dan Geotermometer

Pemodelan Sistem Geothermal Berdasarkan Data Geolistrik Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN. Oleh: Wiwid Joni 1), Muhammad Kholid 1)

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMBU KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DALAM MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI KABUPATEN PONOROGO SEBAGAI ANTISPASI BENCANA KEKERINGAN

KARAKTERISTIK MATA AIR PANAS DAERAH PANAS BUMI DESA AKESAHU GAMSUNGI KECAMATAN JAILOLO TIMUR KABUPATEN HALMAHERA BARAT PROPINSI MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

PENYEBARAN AKUIFER DI FORMASI NANGGULAN PADA SISI TIMUR DOME KULON PROGO BERDASARKAN DATA SOUNDING RESISTIVITY

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

STUDI AWAL KARAKTERISTIK POLA RESISTIVITAS SISTEM PANAS BUMI TEMPERATUR RENDAH-MENENGAH DI INDONESIA

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH BANDA NEIRA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP SISTEM PANAS BUMI KEPULAUAN BANDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Survei Magnetotellurik dan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Bittuang, Provinsi Sulawesi Selatan

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Konfigurasi Geologi Bawah Permukaan Untuk Menelusuri Zona Kontaminasi di Daerah Jatinangor dan Rancaekek, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

Transkripsi:

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA Sri Widodo, Bakrun Kelompok Program Penelitian Panas Bumi SARI Daerah panas bumi - yang secara administratif berada di Desa, Tawa dan, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara terdapat pada lingkungan vulkanik kuarter. Manifestasi keberadaan panas bumi daerah - ditandai dengan kemunculan mata air panas, fumarola, tanah panas, kolam lumpur dan batuan ubahan di lokasi Pelepele, Padopado, Babalelansa dan dengan suhu permukaan antara 45. - 98 C dan ph netral 6.8 8.2. Fluida di daerah ini semuanya bertipe klorida. Perkiraan suhu fluida bawah permukaan daerah adalah 16-26 C dan termasuk ke dalam entalpi sedang hingga tinggi, sedangkan di daerah berkisar antara 112-175 C atau tergolong entalpi rendah s.d. sedang. Prospek panas bumi di daerah ini dibagi menjadi prospek dan prospek. Prospek tersebar di sepanjang pantai timur antara desa Tawa dan, yang mencapai luas 15 km 2. Lapisan reservoir diduga mempunyai kedalaman yang bervariasi dengan kedalaman puncak lapisannya berkisar antara 4-95 meter. Pemunculan manifestasi panas bumi di lokasi Pelepele dikontrol oleh struktur tegak berarah timur laut barat daya yang memotong G. Lansa. 1. PENDAHULUAN Secara administratif lokasi penyelidikan geolistrik di daerah panas bumi - berada di Desa dan Desa, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Lokasi ini berukuran luas ± 12 x 9 km 2 pada koordinat geografis antara 9918-993 mu dan 34 354 mt (Gambar 1). Penyelidikan geolistrik dengan metode Schlumberger dan head on dilakukan di daerah panas bumi dimaksudkan untuk menunjang data penyelidikan geologi dan geokimia yang ada. Dengan metode penyelidikan ini diharapkan dapat memberikan gambaran bawah permukaan baik vertikal maupun lateral. daerah penelitian yang berupa daerah aliran sungai. 2. GEOLOGI DAN GEOKIMIA Secara umum daerah panas bumi terdapat pada lingkungan vulkanik dengan batuan dasar batuan malihan (metamorfik). Beberapa proses geologi yang membentuk gunung-gunung di sekitar manifestasi panas bumi daerah ini mempunyai peran penting dalam pembentukan sistem panas bumi. Beberapa jenis batuan yang berperan dalam pembentukan sistem panas bumi daerah ini antara lain lava dan jatuhan piroklastik G. Lansa, lava G. Bibinoi, lava G., Aliran dan Jatuhan Piroklastik G.. Semua batuan tersebut berumur Kuarter. Berdasarkan tata guna lahan sebagian dari areal panas bumi - termasuk ke dalam kawasan hutan produksi konversi dan hutan lindung. Areal ini terdiri atas daerah resapan air (recharge) yang meliputi ± 7% luas daerah penelitian, daerah limpasan (discharge) mencakup ±2% luas daerah penelitian, dan daerah aliran air permukaan (run-off water area) meliputi ±1%

Indikasi keberadaan panas bumi di daerah - dimanifestasikan dengan adanya pemunculan mata air panas, fumarola, tanah panas, kolam lumpur dan batuan ubahan seperti Pelepele, Padopado, Babalelansa dan dengan suhu antara 45. 98 C dan ph netral antara 6.8 s.d. 8.2. Fluida bawah permukaan bertipe klorida dijumpai di sekitar mata air panas Pelepele Besar, Pelepele Pesisir, Babalelangsa, Padopado dan. Perkiraan suhu bawah permukaan daerah dengan geotermometri SiO 2 berkisar antara 16 228 C (conductive cooling) yang termasuk ke dalam entalpi sedang, sedangkan dengan metoda Na-K (Giggenbach, 1988) berkisar antara 184 26 C yang termasuk ke dalam kelompok entalpi sedang s.d. tinggi. Suhu bawah permukaan di daerah berkisar antara 112 C (SiO 2 ) s.d. 175 C (Na/K) yang termasuk ke dalam entalpi rendah sampai sedang. 3. PENYELIDIKAN GEOLISTRIK 3.1 Metode Penyelidikan Lokasi Panas Bumi - Gambar 1. Peta Indeks Lokasi - Dalam tulisan ini akan disajikan data dari dua metode geofisika yaitu geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger dan head on. Berdasarkan jenis sebaran tahanan jenis yaitu lateral dan vertikal maka geolistrik Schlumberger dibagi menjadi dua metode yaitu pemetaan (mapping) dan pendugaan (sounding). Kegiatan pemetaan tahanan jenis dilakukan dengan interval jarak antar titik ukur sepanjang m, pada bentangan elektroda arus AB/2 =,, 8, dan 1 m serta bentangan elektroda potensial MN = 1 m. Pengukuran pendugaan tahanan jenis dilakukan pada titik-titik terpilih dengan variasi bentangan AB/2 = 1.6, 2.5, 4, 6.2, 1, 16, 25, 4, 62, 1, 15, 2,, 3, 4,, 6, 8, 1, 1, 1, 175, dan 2, serta bentangan MN =.5, 2, 8, 32, 1, dan 3 m. Penyelidikan head-on dilakukan dengan interval jarak antar titik ukur 1 m, pada variasi bentangan AB/2 = 2, 4,, 6, dan 8 m, serta bentangan MN = 1 m. Dalam penyelidikan ini diambil asumsi bahwa kedalaman lapisan dianggap setara dengan bentangan arus AB/4. Asumsi diambil dengan argumentasi bahwa pada permukaan datar dan homogen arus berbentuk setengah bola, bila bola ini berdiameter AB maka kedalaman penetrasi arus adalah sama dengan setengah diameter (AB/2), tetapi di bawah permukaan bumi sifatnya tidak homogen dan anisotropik sehingga di dalamnya terdapat hambatan (resistivitas batuan) yang beragam. Oleh karena itu pengaruh tahanan jenis batuan diekpresikan dengan suatu asumsi bahwa penetrasi arus hanya mencapai seperempat diameter bola atau bentangan arus AB. Jadi, kedalaman lapisan batuan disini dianggap setara dengan jarak bentangan AB/4, untuk hal tersebut maka penampang tahanan jenis semu dibuat dengan mengeplot tahanan jenis semu hasil pengukuran terhadap bentangan AB/4. 3.2 Geolistrik Schlumberger 3.2.1 Pemetaan Tahanan Jenis Secara umum nilai tahanan jenis hasil pengukuran mapping dapat dibagi menjadi lima kelompok (Gambar 2) yaitu : 1) kelompok tahanan jenis rendah terdiri dari < 15 Ohm-m 2) kelompok tahanan jenis sedang terdiri dari 15 5 Ohm-m dan 5 1 Ohm-m, dan 3) kelompok tahanan jenis tinggi > 1 Ohm-m. Pada bentangan AB/2= m memperlihatkan pola kontur tahanan jenis rendah < 15 Ohm-m, berada di bagian utara daerah penyelidikan yaitu pada lintasan A-3 sampai dengan A-6, kemudian tahanan jenis rendah juga berada di lembah yang menghubungkan antara desa

dan (memotong titik F-6 s.d F-7, E-6, D-7, C-4, B-, dan B-5). Hal yang khusus dalam kelompok ini adalah terpisahnya kelompok ini menjadi tiga zona yaitu (1) zona utara yang terdapat di sekitar bukit Pelepele, (2) zona tengah yang terkonsentrasi di sekitar kampung, dan (3) zona selatan yang terdapat di sekitar desa. Kelompok tahanan jenis sedang 15 25 Ohm-m berada di sekitar lintasan A bagian utara, kemudian tahanan jenis tersebut terdapat di sekitar F-3 dan F- 3 berupa spot, kemudian muncul pula di bagian selatan yang sebarannya meliputi sebagian besar lintasan E, D, C sampai lintasan B di dekat desa. Kelompok tahanan jenis sedang 25 5 Ohm-m, menyebar di bagian tengah daerah penyelidikan mulai dari utara sampai selatan dan di bagian tenggara. Kelompok tahanan jenis 5 1 Ohm-m menyebar di bagian barat dan timur, sedangkan kelompok tahanan jenis >1 Ohm-m hanya muncul di bagian barat daerah penyelidikan di sekitar medan perbukitan. Pada bentangan AB/2= m kelompok tahanan jenis rendah < 15 Ohm-m menyebar semakin luas terutama di lintasan A, G dan F serta memanjang sampai lintasan B di bagian tengah daerah penyelidikan. Hal yang menarik disini adalah ketiga zona tahanan jenis rendah (pada bentangan AB/2=2m), disini ketiga kelompok utara, tengah dan selatan tersebut kelihatan menyatu yang menyebar di sepanjang pantai timur Tawa kemudian ke arah. Kelompok tahanan jenis sedang 15 1 Ohm-m melapis di kiri kanan kelompok tahanan jenis rendah < 15 Ohm-m ini. Kelompok tahanan jenis tinggi (>1 Ohm-m) berada di bagian barat yaitu di sekitar titik ukur E-2, F-2 dan F-3. Pada bentangan AB/2=8m kelompok tahanan jenis rendah <15 Ohm-m yang menyatu menjadi satu zona pada bentangan AB/5= m kini terpisah lagi menjadi dua lokasi (zona) yaitu zona utara-tengah di sepanjang pantai timur Tawa dan zona selatan di sekitar. Sebaran kelompok tahanan jenis tersebut diikuti oleh kelompok tahanan jenis sedang yang penyebarannya menempati bagian barat dan tenggara daerah penyelidikan dan membuka ke arah barat dan tenggara. Kelompok tahanan jenis tinggi pada bentangan ini tidak ditemukan (Gambar 3.2). Pada bentangan AB/2=1 m, hanya dijumpai kelompok tahanan jenis rendah dan sedang..pola sebaran mirip dengan pola pada bentangan AB/2=8 m. Disini kedua zona dari kelompok tahanan jenis rendah <15 Ohm-m terpisah saling menjauh, dan zona selatan menjadi makin luas ke arah pantai selatan. Sebaran kelompok sedang dan tinggi tidak jauh beda denga pada bentangan AB/2=8 m yaitu terpisah di bagian barat dan timur kelompok tahanan jenis rendah. 3.2.2 Penampang Tahanan Jenis Semu Pembagian kelompok tahanan jenis masih sama seperti pada peta tahanan jenis diatas, yaitu kelompok tahanan jenis rendah, sedang dan tinggi. Lihat Gambar 3. a. Kelompok tahanan jenis rendah terdiri dari < 15 Ohm-m Kelompok ini seperti diketahui terbagi menjadi dua zona yaitu zona utara di sekitar pantai timur Tawa dan yang meliputi lintasan A, F dan E, sedangkan zona selatan dijumpai di sekitar desa pada lintasan C dan B. - Zona utara Pada lintasan A kelompok tahanan jenis ini muncul di bagian tengah lintasan, dari permukaan menembus ke bawah permukaan mulai dari pada titik ukur A-5 ke arah selatan sampai dengan titik A-3, tapi di bawah kedalaman m lapisan ini masih menerus ke arah selatan. Kelompok ini muncul lagi A-6 pada kedalaman ± m dalam bentuk spot kecil. Penyebaran kelompok tahanan jenis ke selatan terlihat pada lintasan F, yaitu mulai dari titik F- 3 yang membuka ke arah timur. Pada titik ukur F-3 sampai F-5 kelompok ini dijumpai pada kedalaman mulai dari ketinggian m sampai sekitar kedalaman m. Pada lintasan E kelompok ini terdapat antara titik E-4 dan E- 4, dan zona ini tidak muncul lagi di lintasan D. - Zona Selatan Zona selatan dari kelompok tahanan jenis rendah ini muncul di lintasan C dan B yang terdapat di sekitar desa. Pada lintasan C kelompok ini muncul di permukaan di titik C-4 yang menyebar ke barat sampai C-3 pada kedalaman m, selain itu juga menyebar ke arah timur sampai C-5 pada kedalaman 2 m. Bergerak ke selatan, kelompok ini muncul permukaan tanah di B-5 tapi tidak menerus ke bawah dan terbatas sampai kedalaman 3 m. Pada kedalaman antara 3 7 m lapisan in juga dijumpai antara titik ukur B-2 dan B- 4. b. Kelompok tahanan jenis sedang terdiri dari 15 1 Ohm-m

Pada kelompok tahanan jenis ini tidak nampak keterpisahan antara zona utara dan selatan seperti pada kelompok tahanan jenis rendah. Di bagian utara dijumpai antara titik ukur A-5 yang menyebar dan membuka ke arah utara. Di bagian selatan dijumpai dari mulai titik A-3 yang menyebar ke selatan melalui lintasan F, E, D, C, dan B. Di lintasan F kelompok ini muncul antara titik F-6 s.d. F-3 pada kedalaman bervariasi antara - 7 m, kemudian menyebar dan membuka ke barat laut pada kedalaman antara 35 m yang menerus ke bawah. Pada lintasan E kelompok ini dijumpai mulai E-3 yang menyebar ke arah dan membuka ke arah tenggara kecuali di antara titik E-4 dan E-4 yang diisi oleh kelompok tahanan jenis rendah. Kelompok ini juga dijumpai di seluruh titik ukur di lintasan D. Pada lintasan C kelompok ini menyebar dari baratlaut yang menyebar dan membuka ke arah tenggara, tapi pada titik ukur C- 2 dan C-2 hanya dijumpai mulai dari kedalaman 5 15 m. Pada lintasan B kelompok in juga dijumpai menyebar ke seluruh titik ukur, tapi pada titik B-2 dan B-2 tertutup oleh kelompok lapisan tahanan jenis tinggi mulai dari kedalaman - 2 m. c. Kelompok tahanan jenis tinggi > 1 Ohm-m. Kelompok ini hanya dijumpai di bagian barat lintasan-lintasan F, E dan C dan B, dan dijumpai hanya di permukaan sampai kedalaman 4 m kecuali di sekitar titik ukur E-2 yang menyebar ke bawah sampai batas yang tidak diketahui. 3.2.3 Penampang tahanan Jenis Sebenarnya Penampang tahanan jenis sebenarnya yang digambarkan dengan penampang lintasan A (Gambar 4), di permukaan diisi oleh kelompok tahanan jenis 45-4 Ohm-m, di bawahnya didapatkan tahanan jenis 2-6 Ohm-m, kemudian tahanan jenis tersebut berulang pada lapisan ke empat sampai kedalaman dasar lapisan antara 4 9 m, Disela-sela lapisan ini dijumpai sisipan dengan tahanan jenis 2-6 Ohm-m yang mempunyai tebal antara 2-1 m. Lapisan terakhir mempunyai tahanan jenis 2-75 Ohm-m dengan kedalaman puncak lapisan ini berkisar antara 4 95 m dan kedalaman dasarnya tidak diketahui. Lapisan ini ditafsirkan sebagai lapisan reservoir. 3.3 Head On Penyelidikan head-on dilakukan pada lintasan F (F-18 sampai F-42) dan lintasan G (G-32- G-53) dengan interval jarak 1m (Gambar 5). Pada lintasan G yang terdapat di bagian utara dijumpai sebuah zona kelurusan tegak antara titik G- 3 sampai G-36. Di bawah G-3 kelurusan ini miring ke arah barat dengan sudut 1 35, kelurusan ini ditandai dengan adanya perbedaan litologi batuan yang dicirikan dengan berbedanya nilai tahanan jenis batuan (antara <1 dan >1 Ohm-m). Kelurusan yang berada di bawah G-36 tidak dijumpai di permukaan, kelihatannya tertutup oleh suatu lapisan batuan yang kemungkinan mengisi celah yang terbentuk akibat adanya struktur. Kelurusan yang terdapat pada lintasan F dijumpai di bawah titik-titik ukur F-235, F-26, F-2675, dan F-36. Kelurusan di titik F-235 berdiri sendiri sebagai suatu kemungkinan struktur yang tegak lurus dengan permukaan tanah. Kelurusan F-26 dan F- 2675 membentuk suatu zona struktur yang hampir tegak. Zona ini terdapat di bawah suatu bentuk topografi perbukitan kecil di sebelah barat laut G. Lansa. Kelurusan ketiga berada di bawah titik F- 36 yang terdapat di perbukitan sebelah timur laut G. Lansa. Berdasarkan simulasi dari hasil penarikan garis struktur di permukaan (Gambar 6) didapati dua buah kelurusan/struktur yang berarah timur laut barat daya (35-4 ), yang memotong G. Lansa. Bila mengacu pada struktur geologi, maka struktur tersebut merupakan struktur yang memotong G. Lansa dan memanjang ke arah barat daya yang melalui perbatasan litologi batuan metamorfik dengan batuan produk vulkanik. Struktur ini diduga telah mengantarkan air panas dari reservoir ke permukaan di sekitar kompleks manifestasi Pelepele dan Padopado. 4. PEMBAHASAN Panas bumi secara geologi berada lingkungan gunungapi kuarter, seperti G. Lansa, G. Babelelansa, G. Pelepele, G., dan G. Bibinoi. Aktivitas vulkanisme di wilayah ini masih cukup aktif memasok panas, terbukti dengan dijumpainya manifestasi panas bumi yang antara lain berupa fumarol, tanah panas, dan mata air panas di sekitar Padopado, Pelepele, dan. Manifestasi tersebut merupakan gambaran akan terdapatnya sistem panas bumi daerah. Berdasarkan kelompok nilai tahanan jenis rendah (<15 Ohm-m) dari hasil pengukuran geolistrik daerah panas bumi dapat dibagi

menjadi dua kelompok lokasi yaitu (1) kelompok yang terdapat di antara desa Tawa dan, (2) kelompok yang terdapat di sekitar desa. Pertimbangan lain dalam memisahkan kedua prospek tersebut pertama adalah tipe fluida (klorida) yang berarti kedua prospek berasal dari aktivitas sumber yang dekat, padahal jarak antara kedua manifestasi di prospek dan tersebut cukup jauh (>5 km), kedua hasil geotemometri kelompok memiliki fluida reservoir berentalpi sedang tinggi, sedang di memiliki fluida reservoir berentalpi rendah sampai sedang. Dengan pertimbangan hal tersebut maka secara tentatif dapat ditarik suatu simpulan bahwa kedua kelompok tersebut mempunyai sistem yang berbeda. Zona tahanan jenis rendah di sepanjang pantai timur Tawa dan menyebar ke selatan sampai Bukit Airpanas (sebelah tenggara ) bisa mencapai luas 15 km 2, dan zona tersebut diasumsikan sebagai daerah prospek panas bumi, atau dengan kata lain luas prospek panas bumi daerah ini mencapai 15 km 2. Reservoir panas bumi yang diasumsikan dari kelompok tahanan jenis 2-75 Ohm-m dijumpai mulai dari kedalaman ± 4 m, tapi di beberapa tempat kedalaman puncak lapisan reservoir ini mencapai 95 m. 5. SIMPULAN Beberapa simpulan yang dapat ditarik dari hasil penyelidikan diatas, disajikan seperti berikut ini. 1) Prospek panas bumi berada di lingkungan vulkanik kuarter yang dicirikan dengan keberadaan beberapa gunungapi seperti G. Lansa, G. Babelelansa, G. Bibinoi, dan G.. 2) Manifestasi panas bumi daerah - ditandai dengan kemunculan mata air panas, fumarol, tanah panas, kolam lumpur dan batuan ubahan di lokasi Pelepele, Padopado, Babale-lansa dan dengan suhu permukaan antara 45. - 98 C dan ph netral antara 6.8 8.2. 3) Perkiraan suhu fluida bawah permukaan daerah adalah 16-26 C dan termasuk ke dalam entalpi sedang hingga tinggi, sedangkan di daerah berkisar antara 112-175 C atau tergolong entalpi rendah s.d. sedang. Fluida di kedua daerah ini semuanya bertipe klorida. 4) Prospek panas bumi di daerah ini dibagi menjadi dua zona prospek yaitu prospek dan prospek, berdasarkan pengelompokan tahanan jenis rendah (<15 Ohmm) yang didukung data geokimia. Prospek tersebar di sepanjang pantai timur antara desa Tawa dan yang mencapai luas 15 km 2. Zona ini diduga sebagai zona akumulasi panas (reservoar) yang kedalaman puncak lapisannya bervariasi antara 4-95 meter. 5) Pemunculan manifestasi panas bumi di permukaan dikontrol oleh adanya struktur berarah timur laut barat daya yang memotong lokasi mata air panas dan Tawa. Berdasarkan hasil penyelidikan metode head on dan geolistrik Schlumberger keberadaan struktur tersebut ditunjukkan dengan adanya dua kelurusan/struktur tegak yang berarah timur laut barat daya dan memotong G. Lansa dan zona manifestasi Pelepele. DAFTAR PUSTAKA Bakrun dkk., 26. Laporan Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika daerah Panas Bumi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Tidak dipublikasikan. Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. General Geology Of Indonesia And Adjacent Archipelagoes. Government Printing Office. The Hague. Netherlands. Dobrin, M.B; 1976: Introduction to Geophysical Prospecting. Mc. Grow Hill, p.357-475. Hochstein, MP;1982: Introduction to Geothermal Prospecting, Geothermal Institute, University of Auckland, New Zealand. Lawless, J. 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta. Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and Geothermal System. Academic Press Inc. Orlando. Telford, W.M. et al, 1982. Applied Geophysics. Cambridge University Press. Cambridge.

9928 9926 A. Tawa A 8 A 7 TAWA A 6 A 5 A A 6 A 4 A 7 AB/2 = m U 1 2 A 8 TAWA A 7 A 6 A 5 A A 6 A 4 A 7 AB/2 = 8 m 9924 9922 992 9918 B 1 B 1 B 2 B 2 B 3 A. B 3 B 4 B 4 B B 5 F 1 A 2 F 1 F 2 G 3 F 2 G A 3 2 F 3 G 4 F 3 G 4 A 1 E 1 F 4 G E 1 E 2 A 1 F 4 G 5 F E 2 BK. LANSA F 5 D 2 E 3 E 3 F 6 SONGA D 2 E 4 F 6 D 3 D 3 E 4 F 7 C 1 D 4 E F 7 E 5 C 1 D 4 C 2 C 2 C 3 C 3 WAYAUA A 4 A 3 A 3 D D 5 D 6 C 4 C 4 C C 5 E 6 E 6 D 6 D 7 D 7 A. C 6 C 6 C 7 C 7 B 6 B 6 B BK. 7JERE E 7 E 7 D 8 D 8 B 1 B 1 B 2 B 2 B 3 B 3 B 4 B 4 B B 5 F 1 A 2 F 1 F 2 G 3 F 2 G A 3 2 F 3 G 4 F 3 G 4 A 1 E 1 F 4 G E 1 E 2 A 1 F 4 G 5 F E 2 BK. LANSA F 5 D 2 E 3 E 3 F 6 D 2 E 4 F 6 D 3 D 3 E 4 F 7 C 1 D 4 E F 7 E 5 C 1 D 4 E 6 D E 6 C 2 C 2 C 3 C 3 WAYAUA A 4 A 3 A 3 D 5 C 4 C 4 D 6 D 6 D 7 C C 5 SONGA E 7 E 7 D 7 D 8 D 8 C 6 C 6 C 7 C 7 B 6 B 6 B BK. 7JERE 9916 Teluk Teluk 346 348 3 352 346 348 3 352 9928 9926 A 8 A 7 TAWA A 6 A 5 A A 6 A 4 A 7 AB/2 = m A 8 TAWA A 7 A A 4 A 7 A 6 A 6 A 5 AB/2 = 1 m 9924 9922 992 9918 B 1 B 1 B 2 B 2 B 3 B 3 B 4 B 4 B B 5 F 1 A 2 F 1 F 2 G 3 F 2 G A 3 2 F 3 G 4 F 3 G 4 A 1 E 1 F 4 G E 1 E 2 A 1 F 4 G 5 F E 2 BK. LANSA F 5 D 2 E 3 E 3 F 6SONGA D 2 E 4 F 6 D 3 D 3 E 4 F 7 C 1 D 4 E F 7 E 5 C 1 D 4 E 6 D E 6 C 2 C 2 C 3 C 3 WAYAUA A 4 A 3 A 3 D 5 C 4 C 4 D 6 D 6 D 7 C C 5 E 7 E 7 D 7 D 8 D 8 C 6 C 6 C 7 C 7 B 6 B 6 B BK. 7JERE 1 1 75 5 25 B 1 B 1 B 2 B 2 B 3 B 3 B 4 B 4 B B 5 F 1 A 2 F 1 F 2 G 3 F 2 G A 3 2 F 3 G 4 F 3 G 4 A 1 E 1 F 4 G E 1 E 2 A F 1 4 G 5 F E 2 BK. LANSA F 5 D 2 E 3 E 3 F 6 D 2 E 4 F 6 D 3 D 3 E 4 F 7 C 1 D 4 E F 7 E 5 C 1 D 4 E 6 D E 6 C 2 C 2 C 3 C 3 WAYAUA A 4 A 3 A 3 D 5 C 4 C 4 D 6 D 6 D 7 C C 5 SONGA E 7 E 7 D 7 D 8 D 8 C 6 C 6 C 7 C 7 B 6 B 6 B BK. 7JERE 15 9916 1 Teluk Teluk 346 348 3 352 5 346 348 3 352 Gambar 2. Peta tahanan jenis semu daerah panas bumi -

UTARA A-7 A-6 A- A-4 A-3 A-2 SELATAN - -1 BARAT LAUT F 2 F 2 F 3 F 3 F 4 F 4 TENGGARA F F 5 F 6 F 6 F 7 - E 2 E 355 E 4 E 4 E E 5 E 6 E 6 E 7 - D 3 D 4 D 4 D D 5 D 6 D 6 D 7 D 7 D 8 D 8 - C 2 C 2 C 3 C 3 C 4 C 4 C C 5 C 6 C 6 C 7 - B 2 B 2 B 3 B 3 B 4 B 4 B B 5 B 6 B 6-5 1 15 25 5 75 1 1 Ohm-m Gambar 3. Penampang tahanan jenis semu daerah panas bumi -

SELATAN UTARA 2 ELEVASI (m ) -2-4 -6 A 3 A 3 A 4 A 4 A 4 6 11 6 75 3 4 65 2.5 75 125 2 25 4 55 125 45 2 25 3 55 3.2 45 2 A 5 A 6 12 15 3.5 9 2 2 3 3 2-8 -1 2 KETERANGAN 45-4 ohm-m 2-6 ohm-m SKALA m m m 75 m 75-11 ohm-m 2-75 ohm-m Gambar 4. Penampang tahanan jenis sebenarnya daerah panas bumi - BARAT LAUT LINTASAN G TENGGARA G 31 G 32 G 33 G 34 G 3 G 36 2 G 37 G 38 14.8 83.4 1389.3 G 39 56.2 1 44.9 G 4 29.7 G 41 44.6 53.7 82.7 14.1 62.7 15.1 5.3 12.4 1.7 8.9 58.1-1 5.8 LINTASAN F 4 2 F 23 F 24 53.7 52.6 41.5 338. 263.4 74. 319.9 198.7 83.7 F 2 F 26 F 27 F 28 F 29 F 3 F 31 411. 1436.7 1426.6 86.6 1359.3 96.8 279.5 33.7 56.6 269.9 54.7 183.6 48. 141.4 111.1 132.1 169.3 61.7 41.4 391.9 164.5 57.6 276.1 216.9 191.8 56.3 46.7 58.8 44.3 53.5 16.3 8.1 59.4 51.2 F 32 292.6 75.8 63.5 73.7 19. F 33 21.9 47. 28.8 27.9 19.5 F 34 F 3 F 36 47. 56.5 41. 29.1 12.5 24.4 2.8 17.8 9.8 15.9 18.2 16.2 1.8 F 37 F 38 11.1 16.4 16.9 15. 15.9 1 25 75 1 Ohm-m Gambar 5. Interpretasi struktur head on daerah panas bumi -

9928 A. Tawa A 8 A 7 A 7 U A 6 A 6 9926 A 5 A A 4 1 2 A 4 9924 9922 992 9918 F 1 F 1 F 2 F 2 F 3 A. G 3 G A 3 2 A 3 A 3 A 2 B 4 B B 5 B 6 B 6B 7 BK. JERE G 4 G 4 F 3A 1 G F 4 E 1 E 1E F 4 A 1 G 5 2 F E 2 BK. LANSA F 5 E 3 D 2 F 6 E 3 D 2 F 6 E 4 D 3 D 3 E 4 F 7 E F 7 D 4 C 1 E 5E D 4 C 1 6 D C 2 E 6 D 5 C 2 B 1 D 6 E 7 C 3 E 7 B 1 D 6 C 3 B 2 D 7 C 4 B 2 D 7 C 4 B 3 D 8 C B 3 D 8 C 5 B 4 A. C 6 C 6 C 7 C 7 9916 Teluk 346 348 3 352 Gambar 6. Peta struktur head on daerah panas bumi -