I. PENDAHULUAN. sangat besar. Akan tetapi, potensi ini belum dapat diwujudkan secara optimal di

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian telah berperan dalam pembangunan melalui. pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. makin ketat, sejalan dengan kecenderungan globalisasi perekonomian dan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 71/Kpts/OT.210/1/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN TERNAK MENTERI PERTANIAN,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting. RS swasta maupun milik organisasi nirlaba (publik/pemerintah)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. cermat dan bijaksana dalam merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja secara profesional layaknya organisasi swasta. Sebuah

BAB I PENDAHULUAN. layanannya dalam mencapai customer value (nilai pelanggan) yang paling tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebuah perusahaan untuk mengelola strategi-strategi perusahaan. Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Di era globalisasi ini, untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. siklus hidup dan mengurangi dampak kegagalan dari suatu kondisi yang buruk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan global,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. Analisis pengukuran..., Gita Dinarsanti, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

ABSTRAK. : Balanced Scorecard, Pengukuran kinerja. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. PT. Kabelindo Murni, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufaktur

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dan dunia usaha akhir ini yang disertai

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lainnya. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan untuk terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

Bandung adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi para wisatawan baik

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari pengukuran kinerja merupakan ukuran apakah sebuah strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Kondisi ini memicu perusahaan-perusahaan untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki cadangan. lahan sangat luas berupa hutan konversi yang dapat dimanfaatkan sebagi

2.1. Visi dan Misi...11

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai laba yang maksimal. Maka, manajemen perusahaan dituntut untuk

RINGKASAN EKSEKUTIF E. GUMBIRA SA ID & SETIADI DJOHAR.

BAB I PENDAHULUAN. anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan rencana-rencana strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. harta yang berharga bagi perusahaan (Intangible Assets) serta berguna untuk

Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Di masa sekarang dan di masa depan, perusahaan-perusahaan

Sistem Manajemen Strategik Balanced Scorecard (BSC) : Memonitor dan Meningkatkan Kinerja Strategis Dan Keberhasilan Reformasi Birokrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sumber Daya Air dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2013 Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, drh. Sujarwanto, MM NIP

I. PENDAHULUAN. pangsa pasar dan memenangkan persaingan. lingkungan bisnis yang kompleks dalam rangka mewujudkan visi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD

III. METODOLOGI PENELITIAN

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2013

I. PENDAHULUAN. memberikan pedoman kebijakan industri BPR agar jelas dan terarah yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam menerapkan tujuan organisasi adalah dambaan bagi setiap

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang

I. PENDAHULUAN. Kementerian Agama, sebagai salah satu satuan kerja pemerintah memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan terus melonjaknya kebutuhan minyak bumi di dalam negeri

IKHTISAR EKSEKUTIF. dan laporan kinerja, maka disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Balanced Scorecard untuk pengukuran kinerja organisasi berdasarkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk

DAFTAR ISI. Lembar judul... Lembar pengesahan... Lembar pernyataan... Kata pengantar... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar gambar...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti

BAB V PERTANGGUNGJAWABAN LURAH

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Keuangan yang merupakan salah satu Kementerian yang. perekonomian di negara ini berhubungan dengan Kementerian Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL.. vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii GLOSSERY...

BAB I PENDAHULUAN. governance, maka dibutuhkan laporan hasil dari kegiatan yang harus

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, manajemen. mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada potensi sumber daya alam yang mendukung dan potensi pasar berupa jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Akan tetapi, potensi ini belum dapat diwujudkan secara optimal di lapangan. Faktor-faktor teknis seperti kurangnya teknologi sistem usahatani tepat guna dan ketersediaan bibit unggul seringkali menjadi faktor penghambat dalam pengembangan peternakan. Sehingga penelitian dan pengembangan pada teknologi, produk dan komoditas ternak unggulan terus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak yang dibudidayakan. Perkembangan persaingan global dewasa ini juga semakin menuntut semua sektor pertanian termasuk peternakan untuk lebih memiliki daya saing yang lebih tinggi. Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang bertanggung jawab kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Departemen Pertanian Republik Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 71/KPTS/OT.210/01/2002 tanggal 29 Januari 2002, Balai Penelitian Ternak merupakan Unit Pelayanan Teknis dibidang Penelitian dan Pengembangan Peternakan dengan tugas pokok yakni melaksanakan penelitian ternak unggas, sapi perah, sapi dwiguna, kerbau, domba, kambing perah dan aneka ternak.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Balitnak juga menyelenggarakan fungsi-fungsi antara lain (1) Penelitian dibidang pemuliaan, reproduksi, nutrisi, bioteknologi, teknologi pakan, teknologi budidaya, pascapanen, agronomi pakan, agroekosistem untuk pengembangan produksi, lingkungan, pola tanam pakan dan analisis komoditas, (2) Penelitian komponen teknologi sistem usahatani ternak, (3) Penelitian eksplorasi, evaluasi, pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah ternak, (4) Pelayanan teknik, kerjasama dan penyebarluasan hasil penelitian serta, (5) Urusan Tata Usaha Balai. Dalam menjawab tantangan global dan kebutuhan masyarakat peternakan nasional, Balitnak memiliki visi menjadi lembaga penelitian peternakan berkelas dunia dalam menghasilkan inovasi teknologi peternakan mendukung terwujudnya sistem pertanian industrial. Visi tersebut menggambarkan sebuah keinginan besar untuk menjadikan Balitnak sebagai lembaga penelitian yang dapat bersaing di level internasional dan menghasilkan inovasi di bidang peternakan untuk mendukung perkembangan sistem pertanian Indonesia menuju sistem pertanian industrial. Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, maka Balitnak harus dapat menjalankan program dan kegiatan penelitian yang didasarkan pada sebuah perencanaan strategis dan pengukuran kinerja yang sistematis dan komprehensif. Pendekatan perencanaan dan pengukuran kinerja yang memadukan dan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki Balitnak, baik berupa tangible assets maupun intangible assets. Menurut Yuwono dkk (2002), dalam era revolusi industri, basis persaingan terletak pada efisiensi dalam alokasi finansial dan tangible assets yang mudah dijabarkan dalam dimensi keuangan. Akan tetapi, 2

dalam era revolusi informasi saat ini, basis persaingan terletak pada mobilisasi dan eksploitasi intangible asssets yang tidak mudah dijabarkan dalam dimensi keuangan. Seperti halnya lembaga pemerintah, Balitnak juga melakukan perencanaan program secara berkala dan pelaporan kinerja sesuai dengan ketentuan yang ada. Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999, setiap pimpinan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, Satuan Kerja atau Unit di dalamya diharuskan membuat laporan akuntabilitas secara berkala. Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah kemudian dituangkan dalam Surat Keputusan Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003. Laporan kinerja instansi pemerintah dilaporkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang disusun berdasarkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). SAKIP adalah instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi yang terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan yaitu perencanaan strategik, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja. Metode yang biasa digunakan dalam SAKIP adalah metode perbandingan capaian sasaran dengan membandingkan antara target dan realisasi anggaran. Indikator kinerja sebagai tolak ukur kinerja dikelompokkan ke dalam lima kelompok yakni inputs (masukan-masukan), outputs (keluaran-keluaran), outcomes (hasil-hasil), benefits (manfaat-manfaat) dan impacts (dampak-dampak). 3

Indikator dalam kelompok inputs adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dan menghasilkan keluaran berupa dana, sumber daya manusia, informasi kebijakan dan lain sebagainya. Indikator outputs adalah segala sesuatu yang secara langsung dapat dicapai baik berupa fisik ataupun non fisik. Indikator outcomes adalah segala sesuatu yang menggambarkan berfungsinya keluaran dalam jangka pendek. Indikator benefits adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan manfaat akhir dari pelaksanaan suatu kegiatan. Selanjutnya indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan dari suatu kegiatan baik bersifat negatif maupun positif. Pada pengukuran kinerja Balitnak yang tertuang dalam LAKIP, indikator kinerja yang meliputi masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak hanya digunakan dalam mengukur secara teknis program atau kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan selama satu tahun anggaran. Pengukuran dan penilaian pencapaian kinerja yang tertuang dalam LAKIP tersebut lebih banyak terfokus pada penilaian aspek keuangan (anggaran) yakni tentang perbandingan realisasi penggunaan anggaran dengan rencana tingkat capaian (target) selama satu tahun. Target kinerja serapan dana yang ada disesuaikan dengan anggaran yang disahkan dalam APBN. Pengukuran kinerja dengan pendekatan program berbasis anggaran pada LAKIP belum dapat menggambarkan kondisi sebenarnya dari pencapaian kinerja keseluruhan Balitnak. Pengukuran pada LAKIP Balitnak belum mencakup dan mempertimbangkan aspek-aspek penting lain yang diperlukan oleh sebuah organisasi seperti pelayanan pelanggan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang digunakan dan lain sebagainya. 4

Dalam pengukuran LAKIP, unsur sumberdaya manusia sebagai komponen indikator inputs, hanya memuat jumlah pegawai yang dilibatkan dalam pelaksanaan program atau kegiatan. Unsur intangible assets yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung seperti kepuasan pegawai dalam bekerja dan menjalankan tugas, belum termuat dalam LAKIP. Selain itu, unsur kualitas sumberdaya manusia dan sarana dan prasarana yang dapat berdampak langsung dalam pelaksanaan program atau kegiatan serta unsur penilaian kepuasan pelanggan juga belum menjadi perhatian dalam proses pengukuran yang dilaporkan dalam LAKIP Balitnak. LAKIP juga belum memberikan gambaran arah hubungan antara sasaran-sasaran yang ada dalam proses pencapaian visi dan misi Balitnak. Oleh karena itu, Balitnak perlu melengkapi metode pengukuran kinerja LAKIP yang selama ini digunakan dengan pendekatan pengukuran yang lebih komprehensif. Pendekatan pengukuran kinerja yang mempertimbangkan seluruh aspek, baik tangible assets maupun intangible assets. Dewasa ini, terdapat banyak alternatif metode pengukuran kinerja yang berkembang untuk menilai dan meningkatkan kinerja sebuah perusahaan seperti TQMS (Total Quality Management Systems), ISO, Malcom Baldrige Criteria for Performance Exellence (MBCFPE), balanced scorecard dan lain sebagainya. Salah satu pendekatan pengukuran kinerja yang dewasa ini berkembang dan mulai dikaji serta dikembangkan pada lembaga non-profit dan lembaga pemerintah yakni balanced scorecard. Menurut Kaplan dan Norton (1996) balanced scorecard merupakan salah satu metode pengukuran yang memberikan rancangan indikator kinerja yang lebih 5

komprehensif dan koheren bagi para manajer puncak dengan menggunakan empat perspektif yakni perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran organisasi. Balanced scorecard dapat membantu organisasi dalam memberikan arahan hubungan sebab akibat bagaimana intangible assets organisasi seperti sumberdaya manusia, informasi dan budaya diubah dalam proses internal menjadi tangible value. Penerapan rancangan balanced scorecard pada organisasi publik bertujuan untuk mewujudkan misi organisasi tersebut (Kaplan dan Norton, 2004). Suatu organisasi yang akan membangun balanced scorecard sebagai manajemen strategik harus menetapkan: (1) Visi, misi dan tujuan, (2) Menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam empat perspektif balanced scorecard. Penerapan balanced scorecard dalam suatu perencanaan strategik dapat menuntun manajemen dan anggota organisasi pemerintah dalam menerjemahkan visi, misi dan strategi organisasi dalam tindakan-tindakan yang terukur dan terencana dengan baik. Penerapan balanced scorecard pada organisasi publik dapat meningkatkan kinerja organisasi dan bersifat lebih proaktif dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Pendekatan balanced scorecard dalam pengukuran kinerja dengan keempat perspektifnya diharapkan akan dapat memberikan sudut pandang yang lebih lengkap kepada manajemen Balitnak terhadap proses pengukuran kinerja melengkapi LAKIP yang selama ini digunakan. Manajemen Balitnak akan memperoleh gambaran pengukuran kinerja pada proses peningkatan kapasitas dan kemampuan pegawai dan organisasi Balitnak, proses pencapaian tupoksi pada perspektif proses bisnis internal dan proses pelayanan masyarakat atau pelanggan 6

Balitnak pada perspektif stakeholders. Selain itu, balanced scorecard akan dapat melengkapi pengukuran pada perspektif keuangan yang selama ini ada di LAKIP dan memberikan gambaran hubungan sasaran-sasaran strategik yang koheren pada masing-masing perspektif. 1.2. Rumusan Masalah Pokok permasalahan yang akan dianalisa pada Balai Penelitian Ternak adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah menjabarkan komponen-komponen strategik (visi, misi dan tujuan Balitnak) ke dalam sasaran-sasaran strategik pada model pengukuran kinerja berbasis balanced scorecard? 2. Bagaimanakah bentuk strategy map Balai Penelitian Ternak? 3. Faktor-faktor apa yang menjadi Key Performance Indicators (KPI) dalam pengukuran kinerja Balitnak? 4. Bagaimana rancangan pengukuran kinerja Balitnak? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan pelaksanaan penelitian ini yakni : 1. Menganalisis komponen strategik Balitnak ke dalam sasaran-sasaran strategik pada keempat perspektif model pengukuran kinerja berbasis balanced scorecard. 2. Menyusun strategy map Balai Penelitian Ternak. 3. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi Key Performance Indicators (KPI) kinerja Balitnak. 4. Menyusun rancangan pengukuran kinerja kerja Balitnak. 7

1.4. Manfaat Penelitian Manfaaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini antara lain : 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen Balai Penelitian Ternak dalam penyusunan program dan pengukuran kinerjanya 2. Peneliti memperoleh pengetahuan ilmiah dan pengalaman praktis tentang perancangan kinerja dengan pendekatan balanced scorecard pada organisasi publik. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian Ternak dengan pembatasan pada perancangan pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard. Penelitian meliputi penjabaran visi, misi dan tujuan ke dalam sasaran strategis Balitnak pada keempat perspektif balanced scorecard, penyusunan strategy map, penentuan KPI dan perancangan balanced scorecard. Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian yakni penjabaran visi, misi, tujuan strategi dan strategi Balitnak menggunakan empat perspektif balanced scorecard yakni perspektif keuangan, pelanggan dan stakeholders, proses bisnis internal dan kapasitas pegawai dan organisasi. Kemudian dilakukan penyusunan strategy map dengan hubungan sebab-akibat antar sasaran strategis yang ada pada masing-masing perspektif. Selanjutnya penentuan KPI pada masing-masing sasaran perspektif balanced scorecard. Penentuan KPI diperoleh melalui hasil diskusi, wawancara dan Focused Group Discussion (FGD) dengan kepala balai, kepala seksi jasa penelitian, kepala seksi pelayanan teknik, kepala subbagian tata usaha, koordinator penelitian dan ketua PSDM Balitnak. Setelah KPI dari masing-masing perspektif ditentukan, 8

dilakukan pembobotan tingkat kepentingan pada empat perspektif dan KPI dari masing-masing perspektif, penentuan penanggung jawab, target dan inisiatif strategik dan perancangan pengukuran kinerja Balitnak. 9