PEMODELAN 3D GAYABERAT DAN ANALISIS STRUKTUR DETAIL UNTUK PENGEMBANGAN LAPANGAN PANASBUMI KAMOJANG

dokumen-dokumen yang mirip
V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Area panasbumi Kamojang terletak 40 Km dari Kota Bandung ke arah

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Daerah Penelitian...3. Gambar 2. Peta Fisiografi Daerah Lampung...5. Gambar 3. Peta Mendala Geologi Sumatera...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan Geologi Lapangan Panas Bumi Kamojang

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analisis dan Pemodelan Inversi 3D Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Sipoholon Berdasarkan Data Gaya Berat

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE Muh Sarkowi

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB I PENDAHULUAN I.1.

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

Survei Magnetotellurik dan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Bittuang, Provinsi Sulawesi Selatan

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

ANALISIS DATA GRAVITY UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI PANASBUMI DI LERENG SELATAN GUNUNG UNGARAN. Meilisa dan Muh.

PEMODELAN SINTETIK GRADIEN GAYABERAT UNTUK IDENTIFIKASI SESAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

ANALISIS STRUKTUR PATAHAN DAERAH PANASBUMI LAHENDONG - TOMPASO SULAWESI UTARA BERDASARKAN DATA SECOND VERTICAL DERIVATIVE (SVD) ANOMALI GAYABERAT

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan 2½ Dimensi di Kawasan Gunungapi Kelud Berdasarkan Survei Gravitasi

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

IDENTIFIKASI STRUKTUR DAERAH PANASBUMI ULUBELU BERDASARKAN ANALISA DATA SVD ANOMALI BOUGUER

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Studi Gempa Mikro untuk mendeteksi Rekahan di area Panas bumi Kamojang Kabupaten Garut

APLIKASI GAYABERATMIKRO SELANG WAKTU DALAM MENGIDENTIFIKASI PENGARUH INJEKSI-PRODUKSI FLUIDA DI LAPANGAN GEOTHERMAL KAMOJANG, JAWA BARAT

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

STUDI POTENSI ENERGI GEOTHERMAL BLAWAN- IJEN, JAWA TIMUR BERDASARKAN METODE GRAVITY

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

STUDI PENERAPAN METODE ANALISIS DERIVATIF PADA DATA POTENSIAL GRAVITASI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., 1990, Applied Geophysics, Second edition, Cambridge University Press, Cambridge. Whitelaw, J. L.

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

Bab IV Kegempaan dan Cakupan Sinar Gelombang di Kompleks Gunung Guntur

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

Unnes Physics Journal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI MARITAING, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

Identifikasi Struktur Patahan Daerah Panas Bumi Menggunakan Metode Gayaberat dengan Metode Euler Deconvolution dan Second Vertical Derivative

Transkripsi:

PEMODELAN 3D GAYABERAT DAN ANALISIS STRUKTUR DETAIL UNTUK PENGEMBANGAN LAPANGAN PANASBUMI KAMOJANG Benediktus Banu, Ahmad Zaenudin, Rustadi Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Universitas Lampung Jl Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Email: benediktbanu@gmail.com Telah dilakukan penelitian gayaberat pada daerah prospek panas bumi daerah Kamojang untuk mengetahui struktur, reservoar dan heat source. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengolahan data Second vertical derivative dan pemodelan inversi 3D anomali Bouguer. Anomali Bouguer daerah penelitian mempunyai nilai tinggi pada bagian tengah menyebar ke arah Tenggara sedangkan anomali rendah berada pada bagian Barat Laut mengelilingi bagian Barat hingga ke Selatan. Hasil pemodelan inversi 3D anomali Bouguer dapat diketahui bahwa reservoar panas bumi terdapat tepat pada bagian Utara dan Selatan daerah penelitian yang memiliki densitas total 2,68 gr/cm 3 berupa batuan piroklastik gunungapi mulai kedalaman 1500 m DBMTS. Sumber panas (heat source) daerah prospek panas bumi berada pada bagian Tengah daerah penelitian, dengan nilai densitas total 2.8 gr/cm 3, berada pada kedalaman antara 4000 m DBMTS. Arah dari kemiringan struktur sesar dapat dilihat dari kemiringan kurva anomali gaya berat itu sendiri. Kata kunci: Struktur, Reservoar, Heat source. I. LATAR BELAKANG Gunung Kamojang dikenal luas dengan nama Kawah Kamojang adalah sumber panas bumi di Jawa Barat, Indonesia. Dalam sejarahnya, dikenal sebagai gunung berapi yang bernama Gunung Guntur, tapi kawah ini dikelompokkan dalam gunung berapi aktif karena aktivitas panas bumi. Pada penelitian ini akan dilakukan interpretasi struktur dan pemodelan 3D daerah Kamojang berdasarkan anomali Bouguer. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui struktur bawah permukaan dan reservoir adalah metode gayaberat. Metode gayaberat adalah salah satu metode geofisika yang sering digunakan dalam kegiatan eksplorasi, mulai dari hidrokarbon, 34

panas bumi, mineral, air tanah, sampai kepada studi struktur kerak bumi. Prinsip metode ini berdasarkan kepada anomali gayaberat yang muncul karena adanya keanekaragaman rapat massa batuan di bawah permukaan. Keanekaragaman rapat massa tersebut mencirikan adanya suatu struktur geologi atau batas lapisan, serta bahanbahan penyusun lapisan tersebut, termasuk kehadiran fluida di dalamnya. Secara umum, rapat massa batuan yang belum terkompaksi akan lebih kecil nilainya dibandingkan dengan batuan yang terkompaksi dengan baik. II. GEOLOGI REGIONAL Area panasbumi Kamojang terletak pada rantai dataran tinggi vulkanik berarah Barat-Timur dari G. Rakutak di Barat sampai G. Guntur di sebelah Timur dengan ketinggian 1500 m dpl dengan panjang 15 km dan lebar 4,5 km. Sistem ini berasosiasi dengan endapan volkanik kuarter berumur 400.000 tahun produk dari gunung vulkanik Pangkalan dan Gandapura dan terlihat menempati bagian dalam hasil depresi vulkanik yang dibentuk oleh rim kaldera Pangkalan yang berbentuk graben oleh sesar Kendeng di Barat dan sesar Citepus di Timur. Rim kaldera Pangkalan, sesar Citepus dan sistem sesar-sesar yang cenderung Barat- Timur di sebelah Utara lapangan ini memberikan target drilling yang menarik karena berasosiasi dengan produktivitas uap yang tinggi. Secara umum Area Panasbumi Kamojang dan sekitarnya tersusun dari endapan Pre-Caldera dan Post- Caldera. Formasi Pre-Caldera dari yang berumur tua sampai termuda adalah Basalt Mt. Rakutak, Basalt Dogdog, Pyrocxene andesite Mt. Cibeureum, Pyroclastic Mt. Sanggar, Pyroxene andesite Mt. Cibatuipis, Phorphiry andesite Mt. Katomas, Basaltic andesite Legokpulus dan Mt. Putri, Andesite lava Pasir Jawa dan Pyroxene andesite Mt. Kancing. Sedangkan Formasi Post- Caldera dari yang berumur tua ke yang berumur muda terdiri dari Basaltik Andesite Mt. Batususun dan Mt. Gamdapura, Andesite Lava Mt. Gajah, Basaltic Andesite Mt. Cakra-Masigit dan Guntur. Kelompok Formasi Post- Caldera menindih tidak selaras kelompok Formasi Pre-Caldera. Struktur geologi yang berkembang adalah sesar dan depresi melingkar, yang mengendalikan permeabilitas lapangan Kamojang. Arah sesar-sesar adalah Barat Daya-Timur Laut (BD- TL), Barat Laut-Tenggara (BL-TG), Barat Barat Laut Timur-Timur Laut 35

(BBL-TTL) dan Utara-Selatan (U-S). Berdasarkan umurnya sesar-sesar itu dapat diturunkan dari tua ke muda sebagai berikut (Tim Pokja Kamojang, 2000): A. Sesar BD-TL (arah N60 0 E) diperkirakan merupakan sesar tertua di daerah Kamojang di bagian Utara Danau Pangkalan merupakan sesar normal dengan Blok Tenggara relatif turun. Di bagian Selatan danau Pangkalan merupakan sesar mendatar. B. Sesar BL-TG (arah N140 0 E) merupakan kelompok sesar normal yang rumit. C. Sesar BBL-TTL (arah N110 0 E) muncul dibagian Timut Laut daerah Kamojang. Sesar ini merupakan sesar normal dengan Blok Selatan relatif turun. D. Sesar U-S (arah N15 0 E) muncul di bagian timur daerah Kamojang, yang diperkirakan merupakan sesar termuda. Sesar ini merupakan sesar normal dengan Blok Barat relatif turun. Gambar 2.1 Peta geologi Kamojang Bentuk depresi melingkar merupakan sisa kaldera atau kawah yang terdapat di sekitar Danau Pangkalan, Danau Ciharus, dan Gunung Rakutak. Pertemuan kedua pola distribusi struktur (BD-TL dan BL-TG) ini menyebabkan terbentuknya zone subsurface geology sangat lemah, sehingga manifestasi-manifestasi panasbumi berupa fomarole, hot springs, mud pool, silica residu dan lain-lain di sebelah Timur Laut Area Kamojang. III. TEORI DASAR Dasar dari metode gayaberat hukum Newton tentang gayaberat dan teori medan potensial. Newton bahwa besar gaya tarik menarik antara dua buah partikel yang mempunyai massa m 1 dan m 2 lapangan diduga muncul adalah menyatakan dengan jarak antaraa kedua titik 36

pusat partikel tersebut r adalah (Grant, m1m 1965): F G 2 r dimana : F = Gaya antara benda m 1 dan m 2 G = konstanta gayaberat = (6,672 x 10-11 m 3 /kg s 2 ) 2 terlihat bahwa karakteristik sesar naik memiliki nilai mutlak SVD maksimum lebih kecil dari nilai mutlak SVD minimum, sedangkan karakteristik sesar turun berlaku sebaliknya. r = jarak antara m 1 dan m 2 Dalam kenyataannya bentuk bumi tidak bulat sempurna, tetapi berbentuk elipsoid (agak pepat pada kutubnya). Dengan demikian variasi gayaberat di setiap titik permukaan bumi dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: 1 Lintang 2 Topografi 3 Pasangsurut 4 Variasi rapatmassa bawah permukaan Second Vertical Derivative (SVD) anomali Bouguer merupakan salah satu teknik filtering yang dapat memunculkan anomali residual (efek dangkal). Adanya struktur patahan disuatu daerah akan dapat diketahui dengan baik menggunakan teknik ini. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode second vertikal derivative (SVD) digunakan untuk menentukan jenis sesar berdasarkan data respon gayaberat model sintetik. Nilai perhitungan SVD secara praktis bisa didapatkan dengan nilai negatif dari SHD. Hasil perhitungan SVD Gambar 4.1. Peta anomali residual yang dilakukan teknik gradient Pada Gambar 4.1 di atas terlihat empat garis yang akan dilakukan teknik gradient untuk mengetahui bidang kontak sesar, jenis sesar serta arah kemiringan sesar tersebut. Keempat garis tersebut terletak tersebar mengelilingi rim structure yang mengontrol sistem panasbumi di lapangan Kamojang, masing-masing adalah garis A A yang terletak pada sebelah Barat Laut dan membentang dengan arah NW SE, garis B B terletak pada sebelah Timur Laut dan membentang dengan arah NE SW, garis C C terletak pada sebelah 37

Tenggara dan membentang dengan arah NW SE, dan garis D D yang terletak di sebelah Barat Daya terbentang dengan arah NE SW. bernilai nol, namun tidak dapat dikatakan sebagai bidang kontak sesar karena jika ditarik garis lurus, kurva FHD tidak tepat pada puncak. Ketiga bidang kontak tersebut memiliki arah sesar yang sama, yaitu ke arah kanan bawah. Gambar 4.2. Respon kurva SVD A A Pada Gambar 4.2 terlihat ada tiga kurva, yaitu kurva anomali gaya berat, FHD dan SVD dengan tiga garis merah yang memotong ketiga kurva. Pada garis merah yang pertama nilai kurva maksimum lebih besar dari nilai kurva minimum, ini menunjukan bahwa pada garis tersebut terdapat sesar turun. Pada garis merah kedua, dimana nilai kurva minimum memiliki nilai yang lebih besar dari nilai kurva maksimum, yang artinya pada daerah tersebut juga terdapat sesar naik. Garis ketiga sama dengan garis kedua, yang diinterpretasikan sebagai sesar naik. Antara bidang kontak kedua dan ketiga terlihat pada kurva SVD terdapat kurva Gambar 4.3. Respon kurva SVD B B Pada Gambar 4.3 diatas, garis B B didapat respon kurva SVD yang menghasilkan satu bidang kontak yang mengindikasikan adanya sesar. Dari titik tersebut, hasil respon yang ditunjukkan yaitu nilai kurva maksimum lebih besar dibandingkan dengan nilai kurva minimumnya. Hal ini berarti bahwa sesar pada titik tersebut adalah sesar turun. Pada kurva SVD sebenarnya terlihat 2 bidang kontak yang bernilai nol, namun pada kurva FHD tidak tepat pada nilai puncak maksimum atau minimum, jadi belom bisa 38

dikatakan sebagai adanya sesar. Arah kemiringan sesar dari bidang kontak yang ditampilkan pada Gambar 35 ke arah kiri bawah dilihat dari kurva SVD dan anomali gayaberatnya. Gambar 4.4 Respon kurva SVD C C Pada Gambar 4.4, terdapat dua bidang kontak yang diperlihatkan dengan garis merah yang memotong ketiga kurva, anomali gayaberat, FHD dan SVD. Kedua bidang kontak tersebut memiliki nilai puncak maksimum lebih besar dari nilai puncak minimum, yang artinya adalah sesar normal. Pada bidang kontak pertama, arah kemiringan sesar ke arah kiri bawah, dan bidang kontak kedua kemiringan sesar ke arah kanan bawah, hal ini dilihat dari kurva anomali gayaberat dan kurva SVD. Gambar 4.5 Respon kurva SVD D D Dari garis D D pada Gambar 4.5, didapat respon kurva yang menghasilkan empat titik yang mengindikasikan adanya sesar. Namun dari keempat titik tersebut hanya dua yang merupakan bidang kontak sesar, yaitu pada titik kedua dan ketiga yang ditandai garis merah, karena hanya kedua titik tersebutlah yang memenuhi syarat dapat dikatakan sebagai sesar. Pada bidang kontak pertama nilai maksimum lebih besar daripada nilai minimum, yang artinya pada bidang kontak tersebut merupakan sesar turun. Sedangkan untuk arah kemiringan sesar bidang kontak pertama ke arah kanan bawah mengikuti 39

kurva anomali gayaberat dan kurva SVD. Pada bidang kontak kedua nilai maksimum lebih kecil dari nilai minimum, artinya pada bidang kontak tersebut merupakan sesar naik. Sedangkan arah kemiringan sesar berarah ke kiri bawah, mengikuti kurva anomali gayaberat dan kurva SVD. Dari model distribusi densitas bawah permukaan dapat dilihat bahwa struktur geologi bawah pemukaaan terdapat adanya pola lapisan yang ditandai dengan perubahan pola warna antara merah, kuning dan biru yang mengindikasikan perlapisan batuan, lapisan kedua (berwarna hijau) dan lapisan ketiga (berwarna merah) yang memiliki densitas tinggi. Pada lapisan pertama yang berwarna biru dimana mengindikasikan nilai densitas rendah, terlihat dua model seperti cekungan. Pada Gambar 4.6 merupakan model reservoir panas bumi hasil inversi 3D dengan hanya menampilkan densitas total 2,5 gr/cm 3 sampai dengan 2,7 gr/cm 3, dapat dilihat bahwa reservoir panas bumi berada pada kedalaman antara 1500 m sampai dengan 500 m DBMTS, dan berdasarkan hasil analisis kedalaman anomali residual dengan menggunakan metode numeri dan dicocokan dengan model 3D anomali residual diperkirakan reservoir berada pada kedalaman 700 m. Di dalam area produksi, satuan batuan penyusun terdiri dari produk G. Cakra di sebelah Timur menyebar ke Utara, andesit lava Pasir Jawa di sebelah Barat menyebar ke Utara dan piroksin andesit G. Cibatuipis menempati sebelah Tenggara. Pola distribusi batuan dan formasi agaknya mengikuti pola distribusi struktur geologi regional Area Kamojang. Pada Gambar 40 tersebut ditampilkan terdapat dua blok reservoir yang berada pada bagian Utara Gambar 4.6 Model inversi 3D anomali Bouguer lengkap dengan pola perlapisan dan Selatan daerah penelitian. Reservoir 40

sebelah selatan lebih besar menyebar dibagian selatan daerah penelitian. V. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisis model adalah sebagai berikut: 1. Peta anomali Bouguer tinggi berada pada bagian Tengah sedangkan Anomali Bouguer rendah berada mulai dari bagian Barat Laut menyebar hingga ke bagian Tenggara daerah penelitian. 2. Dari pemodelan inversi 3D menunjukkan bahwa ; a) Reservoar panas bumi terdapat pada bagian Utara dan Selatan daerah penelitian yang memiliki densitas antara 2,5 2,7 gr/cm 3 berupa batuan piroklastik gunungapi pada kedalaman antara 700 m. b) Sumber panas (heat source) daerah prospek panas bumi berada pada bagian Tengah daerah penelitian, dengan nilai densitas total 2.8 gr/cm 3, berada pada kedalaman antara 4000 m DBMTS. 3. Pola struktur sesar yang dihasilkan dengan analisa SVD lebih kompleks dibanding dengan pola sesar dari peta geologi daerah penelitian. 4. Pola kemiringan sesar dapat ditentukan dengan melihat arah kemiringan dari kurva anomali gaya beratnya dan kurva SVD. Adapun saran dari penelitian ini yaitu perlu adanya kajian lanjut antara model dengan letak manifestasi dan struktur data geologi dan distribusi sumur produksi, untuk lebih menguatkan antara hasil yang telah dibuat terkait keberadaan reservoir, alur patahan dan produktivitas, sehingga dari hasil yang telah dilakukan dapat menjadi lebih baik lagi. Untuk penambahan sumur produksi, akan lebih baik dilakukan pada bagian Utara dan Selatan atau tepat di atas reservoir, guna menghemat biaya pengeboran. DAFTAR PUSTAKA Andre. 2007. Interpretasi struktur lapangan s berdasarkan data anomali gayaberat dengan menggunakan teknik gradient (Skripsi). ITB Bandung Blakely, R. J. 1996 potential theory in gravity and magnetic Applications. Cambridge University Press. Cambridge Distamben Kabupaten Pasaman, 2006. Potensi Energi Panas Bumi (Geothermal) Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Handayani, F. 2009. Interpretasi Struktur Dan Pemodelan 2 ½ D Daerah Panasbumi Bonjol Berdasarkan Data Gayaberat.(Skripsi). Universitas Lampung 41

Kholid, M., Lim, D., dan Widodo, S. 2010. Penyelidikan Terpadu (Geologi, Geokomia Dan Geofisika) Daerah Panas Bumi Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics, John Wiley and Sons Inc., England Robinson, E. S and Coruh C. 1988. Basic exploration geophysics. John Wiley and Sons Inc. Canada Rock, N. M. S., Dkk. 1983. Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping, Sumatera, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung Sarkowi, M 2009. Modul praktikum metode gayaberat. Universitas Lampung. Bandar lampung Suhadiyanto. 2008. Pemodelan Metode Gravitasi 3D Dengan Menggunakan Matlab. FMIPA. Universitas Indonesia. Jakarta Sunaryo. 2010. Analisis Struktur dan Reservoar Sistem Panas bumi Ulubelu Brdasarkan Pemodelan Anomali Bouguer. (Skripsi). Univesitas Lampung. Telford, W. M., Goldrat, L. P and sheriff, R. P. 1990. Applied Geophysics -2 nd ed. Cambridge University Press. Cambridge. Wood, R and Wooward, D. 2002. Sediment thickness and Crustal structure Offshore western New Zelaland from 3D gravity modeling. New Zealend journal of geology and geophysics. Vol.45 hal. 342-255. Zhou X., Zhong B., and Li X., 1990, Gravimetric Terrain Correction by Triangular-Element Method, Geophysics, vol. 55, pp. 232-238 42