ADSORPSI ZAT WARNA DAN ZAT PADAT TERSUSPENSI DALAM LIMBAH CAIR BAIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PENCUCIAN MOBIL DENGAN REAKTOR SARINGAN PASIR LAMBAT DAN KARBON AKTIF

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN POLYALUMUNIUM CHLORIDE(PAC) DAN FILTER KARBON AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

BAB I PENDAHULUAN. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, air juga dibutuhkan. keberlangsungan kehidupan makhluk hidup.

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. limbah yang apabila tanpa pengolahan lebih lanjut akan sangat berbahaya bagi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

ANALISIS PENGOLAHAN HASIL SAMPING N₂O DENGAN KARBON AKTIF DAN SEDIMENTASI UNTUK MENURUNKAN NILAI TDS DAN TSS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

IRWNS Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

telah melakukan pengujian untuk mengetahui konsentrasi bahan-bahan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

Mengapa Air Sangat Penting?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

Adsorpsi Logam Cu (II) Menggunakan Perlit Yang Teraktifasi Dengan Asam Clorida (HCl)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak bermanfaat lagi (Sri Moertinah, 2010:104). Limbah dapat dihasilkan dari

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMANFAATAN SLAJ (SLUDGE) RUMAH SAKIT SEBAGAI ALTERNATIF PENCAMPUR PEMBUATAN BATU BATA MERAH

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DESAIN PROTOTIPE INSTALASI KOAGULASI DAN KOLAM FAKULTATIF UNTUK PENGOLAHAN AIR LINDI (STUDI KASUS TPA BAKUNG BANDAR LAMPUNG)

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1. PENDAHULUAN. yang disebabkan limbah yang belum diolah secara maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

Transkripsi:

ADSORPSI ZAT WARNA DAN ZAT PADAT TERSUSPENSI DALAM LIMBAH CAIR BAIK Sumarni Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri IST AKPRIND Yogyakarta E-mail: marni_tekim@yahoo.com INTISARI Dalam proses pembuatan batik digunakan bahan kimia sebagai bahan tambahan. Air limbah industri batik tersebut sebagian besar berasal dari cairan bekas pencelupan, yang mengandung zat warna dan penguat warna serta air pengkanjian. Pengolahan limbah pada umumnya dimaksudkan untuk memperkecil dampak negatif yang mungkin terjadi akibat pembuangan limbah tersebut ke lingkungan. Pasir aktif dan karbon aktif, masing-masing dimasukkan ke dalam kolom. Proses adsorpsi dilakukan dengan mengalirkan air limbah ke dalam kolom, sehingga terjadi kontak antara adsorben dengan air limbah. Setelah waktu perendaman terpenuhi, dilakukan pemeriksaan COD, BOD, TSS, dan warna. Percobaan diulangi untuk berbagai macam media adsorben (karbon aktif, pasir aktif, kombinasi arbon aktif dan pasir aktif) dan berbagai variasi tinggi tumpukan maupun waktu perendaman. Analisa kadar zat warna, TSS, COD, dan BOD dilakukan terhadap air limbah maupun air hasil pengolahan. Dari hasil analisa tersebut dapat ditentukan efisiensinya dengan cara membandingkan nilai (COD, BOD, TSS, dan warna). Untuk menurunkan kadar zat warna, TSS, COD, serta BOD yang terkandung dalam limbah cair industri batik cukup efisien bila digunakan adsorben berupa kombinasi karbon aktif dan pasir aktif. Pada penggunaan adsorben karbon aktif dengan tinggi tumpukan 80 cm dan waktu perendaman selama 45 menit, diperoleh hasil pengolahan limbah yang memenuhi persyaratan baku mutu. Sedangkan pada penggunaan pasir aktif dengan tinggi tumpukan 80 cm dan waktu perendaman selama 75 menit, kadar BOD dalam hasil pengolahan limbah belum dapat memenuhi persyaratan baku mutu. Dengan mengkombinasikan karbon aktif dan pasir aktif (perbandingan volume sama) dengan tinggi tumpukan 80 cm dan waktu perendaman 45 menit, diperoleh hasil pengolahan limbah yang memenuhi persyaratan baku mutu. Dari hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa, karbon aktif cukup efisien dalam menurunkan kadar zat warna,tss, COD, dan BOD. Sedangkan pasir aktif lebih efisien dalam menurunkan kadar zat warna dan TSS, sehingga kedua media adsorben tersebut lebih baik dikombinasikan untuk pengolahan air limbah batik. Kata kunci : adsorpsi, zat warna, TSS, COD, dan BOD PENDAHULUAN Unit usaha industri batik dalam prosesnya juga menghasilkan limbah cair yang dibuang ke lingkungan sekitarnya. Dalam proses pembuatannya, terutama proses basah industri batik menggunakan bahan kimia sebagai bahan tambahan yang berupa zat warna, kanji, minyak, lilin, soda api (NaOH), deterjen dan lain lain; kebanyakan dari bahan tersebut bersifat non-biodegradeble. Air limbah industri batik tersebut berasal dari cairan bekas pencelupan, yang cukup banyak mengandung zat warna dan penguat warna serta air pengkanjian (Anonim, 1985). Pengolahan limbah pada umumnya dan limbah cair pada khususnya dimaksudkan untuk memperkecil dampak negatif yang mungkin terjadi akibat pembuangan limbah cair tersebut ke lingkungan sekitar (Tjokrokusumo, 1995). Adanya zat warna dan zat padat tersuspensi di dalam air terlihat sangat keruh dan akan mengurangi penetrasi sinar matahari atau cahaya ke dalam air. Hal ini dapat mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis dan akan mengganggu aktivitas biologi dari mikroba yang ada di dalam air tersebut. Air limbah dengan yang mengandung bahan pencemar zat warna dan zat padat tersuspensi pada kenyataannya dapat menyebabkan gangguan estetika lingkungan. Apabila kondisi tersebut berlangsung secara terus menerus dapat mengakibatkan terputusnya siklus pendukung lingkungan hidup (Fardiaz, 1993). Oleh karena itu penyusun mencoba melakukan penelitian untuk menurunkan zat warna dan zat padat tersuspensi dalam air limbah industri batik dengan proses adsorpsi menggunakan adsorben berupa pasir aktif dan karbon aktif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pasir aktif maupun karbon aktif dalam menurunkan kadar zat warna dan zat padat teruspensi dalam air limbah, serta menentukan seberapa besar efisiensi penurunan zat warna maupun zat padat tersuspensi air limbah industri batik tersebut. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi A-263

kepada masyarakat khususnya industri batik tentang pengolahan air limbah dengan menggunaan pasir aktif dan karbon aktif sebagai bahan penjerap atau adsorben. Air limbah adalah bahan cair yang tidak atau belum mempunyai arti ekonomis, yang ditimbulkan oleh suatu proses pengolahan yang dilakukan atau hal lain yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan harus dibuang keluar dari unit proses yang ada (Anonim,1991). Kualitas limbah cair industri batik sangat tergantung jenis proses yang dilakukan, pada umumnya limbah cair bersifat basa dengan kadar zat organik tinggi, yang disebabkan oleh sisa-sisa proses pembatikan. Proses pencelupan atau pewarnaan pada umumnya menyumbang sebagian kecil limbah organik, namun menyumbang zat warna yang kuat. Pada proses persiapan dalam pembuatan kain batik yaitu menganji (nganji) menyumbangkan banyak zat padat tersuspensi yang berupa zat organik, air limbah yang dihasilkan apabila tidak segera diolah akan menimbulkan bau tidak sedap yang dapat dideteksi dari nilai COD dan BOD (Sugiharto, 1987). Dalam industri batik pada umumnya digunakan bahan pencelup organik dengan struktur molekul yang amat stabil dan sulit dihancurkan secara biologi (non-biodegradeble). Dalam penggunaan zat warna di sini diduga ada pewarna tertentu yang mengandung logam logam berat. Penghilangan zat warna yang terkandung dalam limbah tersebut lebih efektif dilakukan dengan proses kimia (Datye, 1984). Proses adsorpsi yang terjadi dalam pengolahan air limbah merupakan gabungan adsorpsi fisika dan kimia yang sangat sulit dibedakan, namun hal ini tidak mempengaruhi analisa dan perencanaan proses adsorpsi yang berlangsung (Reynold, 1982). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi antara lain: struktur molekul, ionitas, solubilitas, suhu, ph, waktu kontak, ukuran partikel, luas permukaan dan distribusi ukuran pori (Perrich, 1981). Adsorpsi adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan oleh permukaan zat atau benda penjerap, dalam hal ini terjadi ikatan kimia-fisik antara substansi dengan bahan penjerapnya (Huisman, 1974). Arang aktif yang dibuat dari tempurung kelapa merupakan bahan adsorben yang baik digunakan dalam proses adsorpsi. Pemanasan tempurung kelapa pada suhu 700 O C 900 O C menghasilkan arang aktif yang dihasilkan akan mempunyai ukuran rata-rata pori sebesar 20 Ǻ. Dengan demikian dapat dicapai luas permukaan maksimum, sehingga menjadikan permukaan arang aktif tersebut bersifat hidrofobik dan mudah menyerap air (Chereminisoff, 1987). Air limbah yang baru biasanya berwarna abu-abu, apabila senyawa-senyawa organik mulai dipecah oleh bakteri, maka oksigen terlarut direduksi sampai habis dan warnanya menjadi hitam (gelap). Air limbah yang telah diproses (adsorpsi) diharapkan dapat memenuhi standar baku mutu limbah, yaitu nilai standar maksimal (ambang batas) yang telah ditetapkan oleh instansi terkait. Dalam hal ini digunakan Surat Keputusan Gubernur No: 281/KPTS/1998 tentang baku mutu limbah cair industri batik yang menyatakan bahwa kadar maksimum TSS sebesar 200 mg/l, BOD 50 mg/l, dan COD 100 mg/l. METODE Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini berupa limbah cair industri batik yang diperoleh dari salah satu industri batik di Yogyakarta, dengan bahan penjerap (adsorben) berupa karbon aktif dan pasir aktif. Proses adsorpsi dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang dirangkai seperti pada Gambar 1. Pasir aktif (dalam bentuk butiran) dan karbon atif dengan ukuran tertentu (20 mesh), setelah dicuci dengan air bersih dipanaskan (di oven) pada suhu 70 O C selama 2 jam. Setelah kering, masingmasing bahan tersebut dimasukkan ke dalam kolom. Proses adsorpsi dilakukan dengan mengalirkan air limbah (1 liter) ke dalam kolom, sehingga terjadi kontak antara adsorben dengan air limbah. Setelah waktu perendaman terpenuhi, kran pengeluaran pada kolom dibuka dan air hasil proses ditampung dalam botol sebanyak 600 ml (untuk pemeriksaan COD, BOD, TSS) dan sebagian ditampung dalam botol berwarna gelap sebanyak 150 ml (untuk pemeriksaan warna). Percobaan diulangi untuk masing masing variasi media adsorben (karbon aktif, pasir aktif, kombinasi arbon aktif dan pasir aktif, dan berbagai variasi tinggi tumpukan maupun waktu perendaman. A-264

Analisa kadar zat warna, TSS, COD, dan BOD dilakukan terhadap air limbah maupun air hasil pengolahan, yang dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan. Dari hasil analisa tersebut dapat ditentukan efisiensinya dengan cara membandingkan nilai (COD, BOD, TSS, dan warna) hasil analisa air limbah (bahan baku) dengan air hasil olahan berdasar persamaan: Nilai air limbah nilai air hasil olahan Efisiensi x100%... (1) Nilai air limbah Keterangan : 1. Bak penampung limbah cair batik 2. Kran 3. Pipa aliran proses 4. Penyangga 5a. Kolom adsorpsi (karbon aktif) 5b. Kolom adsorpsi (pasir aktif) 5c. Kolom adsorpsi (kombinasi karbon aktif dan pasir aktif) 6a. Botol air hasil adsorpsi (karbon aktif) 6b. Botol airhasil adsorpsi (pasir aktif) 6c. Botol airhasil adsorpsi (kombinasi karbon aktif dan pasir aktif) Gambar 1. Rangkaian Alat Proses Adsorpsi PEMBAHASAN Hasil analisa kadar COD,BOD,TSS dan warna dengan adsorben karbon aktif dengan berbagai variasi tinggi tumpukan tercantum dalam Gambar 2. Sedangkan tingkat efisiensi karbon aktif dalam penurunan kadar COD, BOD, TSS dan warna tercantum pada Gambar 3. Gambar 2. Grafik Hubungan Tinggi Tumpukan Karbon Aktif dan COD, BOD, TSS, Warna Hasil analisa kadar COD,BOD,TSS dan warna dengan adsorben pasir aktif dengan berbagai variasi tinggi tumpukan seperti tercantum dalam Gambar 4, sedangkan tingkat efisiensi pasir aktif dalam penurunan kadar COD, BOD, TSS dan warna seperti pada Gambar 5. A-265

Gambar 3. Grafik Hubungan Tinggi Tumpukan Karbon Aktif dan Efisiensi Gambar 4. Grafik Hubungan Tinggi Tumpukan Pasir Aktif dan COD, BOD, TSS, Warna Gambar 5. Grafik Hubungan Tinggi Tumpukan Pasir Aktif terhadap Efisiensi Gambar 6. Grafik Hubungan Tinggi Tumpukan Kombinasi Pasir Aktif dan Karbon Aktif terhadap COD, BOD, TSS, dan Warna Hasil analisa kadar COD,BOD,TSS dan warna dengan adsorben kombinasi karbon aktif dan pasir aktif (dengan perbandingan volume sama) dengan berbagai variasi tinggi tumpukan seperti tercantum pada Gambar 6. Sedangkan, tingkat efisiensi pada penggunaan adsorben berupa kombinasi karbon aktif dan pasir aktif dengan penurunan kadar COD, BOD, TSS dan warna, dan hasilnya dicantumkan pada Gambar 7. Untuk memenuhi standar baku mutu, maka dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memberikan berbagai variasi waktu perendaman. Hasil analisa kadar COD,BOD,TSS dan warna dengan adsorben karbon aktif dengan tinggi tumpukan 80 cm pada berbagai variasi waktu perendaman terdapat pada Gambar 8 dan Gambar 9. A-266

Gambar 7. Grafik Hubungan Tinggi Tumpukan Kombinasi Pasir Aktif dan Karbon Aktif terhadap Efisiensi Gambar 8. Grafik Hubungan Waktu Tinggal Karbon Aktif terhadap COD, BOD, dan TSS Gambar 9. Grafik Hubungan Waktu Tinggal Karbon Aktif terhadap Warna Tingkat efisiensi karbon aktif dalam penurunan kadar COD, BOD, TSS dan warna seperti tercantum pada tabel 8. Tabel 8. Tingkat Efisiensi Karbon Aktif dalam Penurunan Kadar COD, BOD, TSS dan Warna No Waktu Tinggal COD BOD TSS Warna 1. 0 menit 0 0 0 0 2. 15 menit 64,2 64,7 71,9 77,6 3. 30 menit 74,3 77,9 79,2 81 4. 45 menit 80,7 80,9 84,4 86,8 5. 60 menit 81,7 80,9 86,5 87,6 6. 75 menit 81,7 82,3 86,5 87,9 Hasil analisa kadar COD,BOD,TSS dan warna dengan adsorben pasir aktif dengan tinggi tumpukan 80 cm dengan berbagai variasi waktu perendaman dapat dibuat grafik hubungan antara waktu perendaman dengan COD, BOD, TSS dan warna seperti tercantum pada Gambar 10 dan Gambar 11. Sedangkan tingkat efisiensi pasir aktif dalam penurunan kadar COD, BOD, TSS dan warna yang diperoleh seperti yang tercantum pada Tabel 10. Hasil analisa kadar COD,BOD,TSS dan warna dengan adsorben kombinasi karbon aktif dan pasir aktif (perbandingan volume sama, 1:1) dengan tinggi tumpukan 80 cm pada berbagai variasi waktu perendaman dapat dinyatakan dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara tinggi tumpukan kombinasi karbon aktif dan pasir aktif dengan kadar COD, BOD, TSS dan warna seperti tercantum dalam Gambar 12 dan Gambar 13. A-267

Gambar 10. Grafik Hubungan Waktu Tinggal Pasir Aktif terhadap COD, BOD, dan TSS Gambar 11. Grafik Hubungan Waktu Tinggal Pasir Aktif terhadap Warna Tabel 10. Tingkat Efisiensi Pasir Aktif dalam Penurunan Kadar COD, BOD, TSS dan Warna No Tinggi Tumpukan COD BOD TSS Warna 1. 0 menit 0 0 0 0 2. 15 menit 35 35 56,5 50,5 3. 30 menit 41,7 45 64,1 55,7 4. 45 menit 51 51,7 71,7 65,7 5. 60 menit 56,7 53,3 75 69,5 6. 75 menit 58,8 53,3 77,2 71,3 Gambar 12. Grafik Hubungan Waktu Tinggal Kombinasi Karbon Aktif dan Pasir Aktif terhadap COD, BOD, dan TSS Gambar 13. Grafik Hubungan Waktu Tinggal Kombinasi Karbon Aktif dan Pasir Aktif terhadap Warna A-268

Tingkat efisiensi kombinasi karbon aktif dan pasir aktif seperti dapat dinyatakan dalam bentuk grafik yang menyatakan hubungan antara lama perendaman dengan efisiensi penurunan COD, BOD, TSS dan warna seperti tercantum pada Gambar 14. Gambar 14. Grafik Hubungan Waktu Tinggal Kombinasi Karbon Aktif dan Pasir Aktif terhadap Efisiensi KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1). Semakin tinggi kadar sorbitol yang ditambahkan ke dalam larutan kitosan dalam asam asetat untuk jumlah plastisizer antara 0 0,04 g/ml larutan diperoleh film dengan adsorptivitas uap air semakin besar. 2). Kadar air kesetimbangan pada film kitosan (yang diukur pada a w antara 0,075 0,925) dengan kadar plastisizer antara 0 0,04 g/ml berkisar antara 9,18 67,24%. 3). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa lembaran film kitosan dengan konsentrasi 1% (berat kitosan/ ml asam asetat) dengan suhu pengeringan 70 0 C, diperoleh sifatwater sorption isotherm lembaran kitosan tanpa tanpa penambahan plastisizer maupun dengan penambahan sorbitol dengan konsentrasi antara 0 0,04 gram/ml larutan kitosan relatif stabil selama penyimpanan dengan rentang waktu sampai dengan 4 minggu. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (1985-1986). Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Industri Batik. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan Batik. Yogyakarta. Anonim. (1987). Buku Petunjuk Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Limbah Padat dan Cair Industri. Dinas Perindustrian. Jakarta. Anonim. (1991). Pengetahuan Zat-zat warna Batik. Dinas Perindustrian. Yogyakarta. Chereminishoff, P.N. and Busch, F.E. (1987). Carbon Adsorption Handbook, Ann Arbor Science Publisher. Inc Michigan. Dayte, K.V. (1984). Chemical Processing of Synthetic Fiber and Blend. A Wiley. Interscience Publication John Wiley & Sons. New York. Degremont. (1991). Water Treatment Handbook, Sixth Edition. Volume I. Lavoisier Publishing. Paris. Fardiaz, (1987). Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Perrich, J.R. (1981). Activated Carbon Adsorption for Waste Water Treatment. Press Inc. Boca. Raton. Florida. Reynold, T.D., (1981). Unit Operations and Process in Environmental Engineering. University Wadswort Inc. A & M Texas. Rustiaman. (1978). Pasir Aktif. Teknologi Lingkungan. ITB. Bandung. Soeparman. (1967). Teknologi Kimia Tekstil. ITT. Bandung. Sugiharto. (1987). Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta. Susanto. (1980). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Balai Penelitian Batik dan Kerajinan. Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri. Dept. Perindustrian R.I. Tjokrokusumo. (1995). Pengantar Konsep Teknologi Bersih Khusus Pengelolaan dan Pengolahan Air. STTL, Yogyakarta. A-269