Fleur
Menjalani Hukuman 85
K eesokan paginya, Ames baru sadar kalau semalam ada yang sudah memasukkan tumpukan baju baru yang mengisi ruang kosong di sebelah kiri lemari besarnya. Dia tahu ada tumpukantumpukan itu ketika dia baru saja datang dari kamar mandi yang berada di luar ruangan, berlilit handuk yang kebesaran, dan membuka lemari itu untuk berganti pakaian. 86
Saat kedua daun pintu lemarinya ditutup, Ames melihat ada papan nama baru yang menggelantung berdampingan dengan papan nama Ames. Fleur. Nama itu masih ditulis di secarik kertas dengan menggunakan spidol dan lalu ditempel memakai lem nasi di belakangnya. Beda dengan papan nama Ames yang ditempeli huruf-huruf besar yang lucu yang terbuat dari kain warna-warni dan disumpali kapas lalu dijahit ujung-ujung kainnya sehingga mirip seperti bantal-bantal kecil. Setelah itu, bantalbantal kecil yang membentuk huruf A, M, E, dan S, dijahit lagi pada sehelai kain warna cerah, lalu dipasang di sebuah papan nama kecil dari kayu yang kemudian digantungkan pada daun pintu sebelah kanan lemari pakaian milik Ames. Setelah selesai memakai pakaian, menyisir rambutnya dan turun ke bawah, Ames memerhatikan gadis kecil itu sedang diganti perbannya oleh Nyonya Pigi di sudut ruangan. Nah, Fleur, Nyonya Pigi berkata kepada gadis kecil itu, sekarang bergabunglah dengan teman- 87
teman barumu di meja makan itu. Kita sarapan pagi bersama. Suara langkah kaki Nyonya Pigi dan Fleur kemudian menggema sampai ke telinga Ames sewaktu Ames terlebih dahulu melangkah masuk ke ruang makan. Saat Ames tiba di bangkunya, anak-anak lain masih ribut dengan pembicaraan pagi mereka. Maria tampak ngotot mempertahankan pendapat di meja makan. Dia percaya kalau kota Paris itu berada di Planet Mars. Sementara Miguette, dengan rambut keritingnya yang mengembang seperti brokoli serta bintik-bintik hitam yang mewarnai sekujur pipinya, meyakinkan Maria kalau pendapat itu salah. Tidak, Maria! Tidak mungkin ada orang di planet Mars! Kenapa kamu bisa yakin begitu? Miguette mendongak ke atas, berpikir. Kalau aku sedang menonton televisi, aku tidak pernah 88
melihat ada oksigen di planet Mars! Jadi aku yakin sekali kalau Paris tidak mungkin berada di situ! Lalu, di mana Paris? pita suara Maria mengencang. Dia meminta dukungan Ames yang duduk tepat di sebelahnya. Kamu pasti tahu di mana itu Paris, kan, Ames? Kamu kan yang paling pintar di sini. Kamu pasti tahu sesuatu! Ames membenarkan cara duduknya. Dia diam sebentar seraya mengingat-ingat ilmu yang sudah dia dapatkan selama ini dan lalu ilmu itu dihubungkan dengan topik yang sedang dibicarakan teman-temannya sedari tadi. Setahuku sih kita ke sananya harus naik pesawat dulu, baru sampai di tempat tujuan. Berarti kita juga harus membawa tabung oksigen ya kalau nanti sampai di Mars? Sisil menyela. Selamat pagi, anak-anak! sapa Nyonya Pigi. Anak-anak menoleh dan lalu berlomba untuk segera duduk di tempatnya masing-masing. 89
Selamat pagi, Nyonya Pigi! sapa seisi ruangan, kompak. Para asisten juru masak terlihat berkelebatan ke sana kemari, sibuk menuangkan sarapan ke atas piring anak anak asuh. Ames mengamati mereka semua sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang belum sampai ke lantai. Sesaat, dia membayangkan kembali tentang sebuah keluarga. Kali ini keluarga yang lebih besar lagi. Jadi dia bisa menyebut salah satu pelayan-pelayan itu dengan sebutan paman, atau bibi, atau kakek, lalu Juan menjadi kakaknya, dan Nyonya Pigi, mama kandungnya. Sebelum kita semua berdoa bersama dan memulai sarapan, Nyonya Pigi menatap wajah anak-anak asuhnya, pagi ini ada satu teman baru yang ingin sekali berkenalan dengan kalian semua. Nyonya Pigi lalu mengajak Fleur untuk berdiri di depannya. Ayo, Fleur. Sapa teman-teman barumu.. 90
Teman-teman di meja makan itu seketika diam semua. Fleur menjadi pusat perhatian. Itu membuatnya gugup sekali. Selama beberapa detik Fleur mencoba menatap mata mereka semua. Tapi tak kuat. Akhirnya kelopak matanya menunduk lagi. Hai..semua.. Hai.. balas teman-teman yang lain. Itu anak yang kemarin itu yah? bisik Maria kepada Ames. Ames mengangguk saja. Anak kecil itu mencoba menyudahi pembicaraan. Tetapi Nyonya Pigi mencegahnya. Ayo..coba perkenalkan namamu kepada mereka semua. Dia kembali membalikkan tubuhnya dan menatap mereka, meski tetap tidak berhasil bertahan lama. Namaku Fleur.. katanya kemudian. 91
Ingin membaca novel ini lebih lanjut? Kirim saja email ke : admin@nulisbuku.com, cc:9lights.production@gmail.com dengan Subject : Order [spasi] [nama buku] [spasi] Karangan [ nama pengarang] Isi body halaman email dengan: Nama lengkap : Alamat Rumah Pengiriman Pesanan : Alamat Email : No.Handphone : Twitter/Multiply/FB ID : Pesan untuk : [sebut angka] buku Info lebih lanjut mengenai pemesanan ini silahkan follow twitter :@nulisbuku atau add ym:nulisbukudotcom 92