II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Eropa, Asia, dan Australia. Sebagian besar puyuh tersebut hidupnya masih liar dan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. puyuh memiliki karakter yang unik sehingga menyebabkan dapat diadu satu

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

Tabel 1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina Dewasa Kelamin. Morfologi Jantan Betina Kepala (Muka) Berwarna coklat gelap dan rahang bawah gelap

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Burung puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail,

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

Sifat Sifat Kualitatif Burung Puyuh Tegalan Loreng Chrisna Mardhani Anugrah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

SECARA UMUM CIRI-CIRI TERNAK UNGGAS ADALAH :

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

ANALISIS MORFOMETRIK DAN SIFAT KUALITATIF WARNA BULU PADA PUYUH LIAR

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Ayam Kampung

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF PUYUH MALON BETINA DEWASA

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatif Burung Puyuh...Listiana

Oleh: Suhardi, SPt.,MP

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan nama Bob White Quail dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA. pantai, di rawa-rawa dan juga di daerah sekitar danau yang terdekat di

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

I. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

Tilatang Kamang Kabupaten Agam meliputi Nagari Koto Tangah sebanyak , Gadut dan Kapau dengan total keseluruhan sebanyak 36.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAHAN AJAR. ILMU PRODUKSI UNGGAS OLEH : GERMAN YOHANES SOLA, SPt, S.Pd,MM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail di Indonesia terus mengalami peningkatan, pada

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 360/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PELEPASAN GALUR ITIK ALABIMASTER-1 AGRINAK

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

Burung Kakaktua. Kakatua

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Hutan dan Ayam Kampung Asal usul ayam Klasifikasi dan tingkah laku ayam hutan merah

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

KAJIAN KEPUSTAKAAN. yang sebenarnya telah dikonsumsi sehari-hari suku indian. Dalam klasifikasinya

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

114 Warna dasar, pola bulu dan corak bulu burung merpati balap sama dengan burung merpati lokal, kecuali warna dasar putih tidak ditemukan pada balap

Transkripsi:

II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Puyuh Bangsa-bangsa puyuh terdapat di seluruh dunia yaitu di benua Amerika, Eropa, Asia, dan Australia. Sebagian besar puyuh tersebut hidupnya masih liar dan hanya sebagian besar puyuh sudah dijinakkan dan dimanfaatkan oleh manusia (Woodard dkk, 1973). Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, memiliki ukuran tubuh relatif kecil, dengan potongan kaki yang pendek, puyuhjuga memiliki karakter yang unik sehingga menyebabkan dapat diadu satu dengan yang lain (Suprapto Agus,dkk., 1993). Puyuh merupakan bangsa atau jenis burung liar yang untuk pertama kalinya berhasil diternakan di Amerika Serikat, yaitu disekitar kisaran Tahun 1870. Kemudian terus dikembangkan dan menyebar sebagai unggas peternakan ke penjuru dunia. Sedangkan di wilayah Indonesia sendiri puyuh baru mulai dikenal dan dijadikan unggas peternakan semenjak penghujung tahun 1979 yang mana dalam perjalanannya sampai sekarang puyuh telah menjadi unggas peternakan yang mudah dijumpai di seluruh Indonesia. Sentra puyuh di Indonesia adalah di wilayah Sumatera, kemudian Jawa barat, Jawa timur, dan Jawa tengah (Marhiyanto, dkk., 1999). 2.2 Jenis-Jenis Puyuh Secara ilmiah burung puyuh dikelompokan dalam kelas dan taksonomi sebagai berikut Nugroho dan Mayun (1986) : Kingdom : Animalia Filum Class : Chordata : Aves

7 Familia Ordo Genus Spesies : Phanasianidae : Galliformes : Coturnix : Coturnix coturnix japonica Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah mengalami domestikasi. Puyuh terdiri atas beberapa jenis diantaranya adalah Coturnix coturnix japonica (Cooper,1976). Jenis puyuh ini yang paling popular diternakkan oleh masyarakat sebagai penghasil telur dan daging. Kemampuan tumbuh dan berkembang biak puyuh sangat cepat, dalam waktu sekitar 42 hari puyuh telah mampu berproduksi dan dalam waktu satu tahun dapat menghasilkan tiga sampai empat keturunan. Dalam setahun puyuh mampu menghasilkan 250 300 butir telur per ekorper tahun. Konsumsi pakan puyuh relatif sedikit (sekitar 20 gram per ekor per hari). Hal ini sangat menguntungkan peternak karena dapat menghemat biaya pakan (Listiyowati dan Roospitasari, 2009). Menurut (Lerner,1937) disitasi (Mansjoer,1985), panjang shank merupakan sifat yang menurun bagi setiap bangsa ayam dan saat digunakan sebagai penduga bobot badan. Pernyataan yang telah diperkuat dengan pertumbuhan metatarsus akan lambat, maka kakinya akan berbentuk ramping (Mansjoer, 1985). 2.2.1. Coturnix-Coturnix Japonica Puyuh jenis ini dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir/ekor/tahun. Kelebihan lainnya adalah suaranya yang cukup keras dan agak berirama, karena itu dulu unggas ini dipelihara sebagai song bird (burung kelangenan). Hidupnya sering berpindah-pindah tempat (Rospitasari,dkk.,1992). Kemampuannya yang dapat menghasilkan 3-4 generasi pertahun, membuat unggas ini menarik perhatian sebagai ternak percobaan dalam penelitian. Telurnya

8 berwarna cokelat tua, biru, putih dengan bintik-bintik hitam, cokelat, dan biru (Rasyaf,dkk., 1985). 2.2.2. Coturnix Chinensis (Blue Brested Quail) Bertubuh sangat mungil, panjangnya hanya 15 cm (Rospitasari,dkk.,1992). Biasa dijumpai di padang rumput terbuka, sawah yang baru dipanen, semak alangalang, dan tanah pertanian yang belum ditanami. Hidupnya dalam kelompokkelompok kecildi areal dataran rendah. Makanannya berupa biji-bijian kecil dan serangga. Telurnya berwarna kuning tua mengkilap dan bertotol-totol hitam (Rasyaf, dkk., 1985). 2.2.3. Arborophila Javanica (Chesnut Bellied Partridge) Di Indonesia disebut puyuh gonggong Jawa. Puyuh ini berukuran sedang, panjang badan mencapai 25 cm. Ciri-cirinya mempunyai bulu kemerah-merahan, pada kepalanya terdapat tanda berbentuk cincin yang berwarna hitam.ekornya melengkung kebawah berwarna keabu-abuan.sayapnyaberwarna kecoklatan dengan totol-totol hitam (Roospitasari, 2009). 2.2.4. Puyuh Mahkota (Rollulus Roulroul) Badannya bulat dengan panjang mencapai 25 cm. Puyuh ini bentuknya paling indah jika dibandingkan dengan puyuh lainnya. Sehingga puyuh ini dapat di pelihara sebagai burung hias. Puyuh ini hidup di hutan-hutan dan hanya terdapat di daerah seperti Kalimantan, Sumatera, Malaysia dan Thailand. Unggas ini dapat hidup pada ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut (Nugroho, 1986). 2.2.5. Turnix Syvatica Panjang tubuh Turnix syvatica sekitar 14 cm sehingga terlihat mungil.puyuh ini masuk kedalam family Turnicidae dan ordo Gruiformes. Di alamturnix ditemukan di tanah lapang terbuka dan semak-semak serta tersebar di beberapa

9 daerah seperrti Spanyol bagian selatan, Afrika Selatan, dan Asia. Makanan Turnix berupa serangga dan biji-bijian. Bersarang diatas tanah ditengahtengah lembah. Jumlah telurnya kira-kira 4 butir. Betina aktif bermain-main dan telur-telur dierami oleh puyuh jantan setelah 18-19 hari dierami telur-telur pun menetas (Listyowati dan Roospitasari, 2009). 2.2.6. Turnix Suscitator (Puyuh Tegalan Loreng) Turnix succiator di kenal puyuh tegalan loreng. Tersebar di India, Cina, Jepangdan Asia Tenggara. Sementara di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Dengan karakteristik berukuran kecil, panjang 16 cm, Bertelur sebanyak 3-4 butir, betina gemar berpoliandri, warna bulu keseluruhan burung puyuh Tegalan Loreng betina bertotol kuning hitam, warna bulu bagian kepala pada betina berbintik putih dan hitam, betina berwarna kuning, warna bulu bagian leher pada betina bertotol hitam, warna bulu pada bagian dada baik jantan maupun betina bertotol cokelat dan hitam, warna bulu betina berwarna kuning, warna bulu bagian sayap betina bertotol kuning dan hitam, warna bulu bagian ekor betina cokelat tua, shank pada betina berwarna kuning (Chrisna, 2015). 2.3. Sifat Kualitatif Sifat kualitatif adalah suatu sifat individu yang dapat di klasifikasikan ke dalam satu dari dua kelompok atau lebih dan pengelompokkan itu berbeda jelas satu sama lain. Sifat kualitatif juga dapat diartikan sebagai sifat luar yang tampak dengan sedikit atau bahkan tak ada hubungannya dengan kemampuan produksi. Sifat sifat seperti warna, bentuk ekor, warna bulu, bentuk paruh, dan sebagainya ini digunakan trademarks yang menjadi pertimbangan dalam setiap program pemuliaan dilapangan (Warwick dkk., 1995). Sifat kualitatif biasanya hanya dikontrol oleh

10 sepasang gen dan bersifat tidak aditif, pada populasi yang cukup besar variasi sifat kualitatif bersifat tidak kontinu ( Noor, 2000). 2.3.1 Warna Paruh Mulut puyuh tidak memiliki bibir dan gigi. Peranan gigi dan bibir pada ayam digantikan oleh rahang yang menanduk dan membentuk paruh. Paruh pada unggas darat terdapat lidah yang runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju esophagus (Rasyaf,2008). Menurut Tanudimadja (1974) paruh merupakan salah satu penutup badan atau exoskeleton yang berfungsi untuk mematuk makanan. 2.3.2 Warna Bulu Bulu merupakan pelindung tubuh bangsa unggas dari luka fisik dan membantu dalam menjaga kehangatannya(winter dan Funk, 1960). Hutt (1949) menyatakan variasi warna bulu pada unggas dibagi menjadi dua kelompok yaitu warna yang dihasilkan oleh pigmen dengan ukuran granul yang menyusunnya dan warna struktural pola warna bulu pada unggas dibagi menjadi dua kelompok yaitu warna yang dihasilkan oleh pigmen dengan ukuran granul yang menyusunnya dan warna struktural. Pola warna bulu ditentukan oleh gen dalam sel bulu yang kemudian dimodifikasi oleh kelenjar endokrin. Wallence (1977) menyatakan bahwa pewarisan warna bulu dapat digunakan sebagai indikator produksi daging dan penentuan jenis kelamin. Menurut Tanudimadja (1974) bentuk dan warna bulu dipergunakan untuk menentukan suatu bangsa (breed). 2.3.3 Warna Shank Warna shank mengindikasikan kehadiran beberapa pigmen tertentu pada lapisan epidermis dan dermis. Warna kuning pada shank, pada ayam bangsa Amerika dan bangsa-bangsa yang lain adalah karena adanya lemak atau pigmen

11 lipokrom (lypocrome) pada lapisan epidermis dan pigmen hitam atau melanin tidak terdapat pada epidermis dan dermis. Shank yang berwarna hitam disebabkan oleh adanya pigmen melanin pada epidermis. Shank berwarna putih pada beberapa ayam bangsa inggris muncul karena tidak adanya kedua pigmen pada epidermis dan dermis. Shank biru pada bangsa ayam kulit putih terdapat karena adanya pigmen melanin pada dermis tetapi melanin dan lipokrom tidak terdapat pada epidermis. Adanya pigmen lipokrom pada epidermis dan pigmen melanin pada dermis menyebabkan shank berwarna hijau (Jull,1951). 2.4. Sifat Kuantitatif Sifat kuantitatif sangat dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan dalam bidang peternakan unggas. Sifat-sifat yang penting adalah yang ada hubungan dengan produksi misalnya bobot badan, bobot tetas, produksi telur dan umur bertelur pertama sifat-sifat kuantitatif selain dipengaruhi oleh genotipnya juga dipengaruhi oleh lingkungan. Beberapa sifat kuantitatif yang bernilai ekonomis adalah bobot badan, panjang paha(femur), panjang betis (tibia), panjang ceker(shank dan tarsometatarsus) dan lingkar kaki (shank) (Mansjoer, 1985). Pengukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternaksebagai sifat kuantitatif untuk mengetahui perbedaan dalam populasi ternak ataupun digunakan dalam seleksi. Penggunaan ukurantubuh selain untuk menaksir bobot badan dan karkas, dapat digunakan juga dalam memberi gambaran bentuk tubuh ternak sebagai ciri khas bangsa ternak tertentu (Diwyanto dan Inounu, 2001). Pertumbuhan puyuh dapat diukur dengan menimbang berat badan. Kecepatan pertumbuhan puyuh jantan dan betina dari umur 1 hari sampai 5 minggu tidak berbeda. Pertumbuhan dari 5 6 minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada puyuh jantan dan betina. Rataan berat badan puyuh betina relatif lebih besar

12 dari jantan dan dapat dilihat secara nyata pada umur 6 minggu (Woodard, dkk., 1973).Burung puyuh mencapai masak kelamin (dewasa kelamin) pada umur 41-42 hari atau enam minggu, dimana pada Coturnix coturnix japonica bobot tubuh betina dewasa mencapai 143 gram per ekor lebih besar dibandingkan bobot tubuh puyuh jantan yang hanya mencapai 117 gram per ekor (Evitadewi, 2001). Mulyono dan Pangestu (1996) menyatakan bahwa keragaman fisik unggas dapat dijelaskan berdasarkan perbedaan-perbedaan ukuran tubuhnya.