BAB I PENDAHULUAN. memasukkan Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya akan disebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang harus mengejar ketertinggalan dan terkadang memaksakan diri

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk baru atau pengembangan dari produk-produk. penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai salah satu subjek hukum Internasional membawa

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan World Trade Organization (selanjutnya disebut WTO) melalui

BAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar produsen terjadi hampir di semua sektor industri. Salah satu

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

BAB I PENDAHULUAN. Pengelompokkan manusia yang seperti ini biasanya disebut dengan masyarakat,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang cukup pesat.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai isu internasional, HKI (Hak Kekayaan Intelektual) berkembang

SILABUS 1. LEVEL KOMPETENSI I: PENDAHULUAN. a. Konsep dasar HKI. b. Teori pembenar perlindungan HKI 2. LEVEL KOMPETENSI II: SEJARAH HKI

SILABUS 1. LEVEL KOMPETENSI I: PENDAHULUAN 2. LEVEL KOMPETENSI II: SEJARAH HKI

BAB I PENDAHULUAN. satu kondisi yang tidak mengenal lagi batas-batas wilayah. Aspek ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta (UUHC) memberikan perlindungan hukum yang lebih baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. kini diatur secara jelas dalam hukum, termasuk soal kepemilikan. Hak Kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. para pemilik bisnis baik kecil, menengah, maupun besar, benar-benar harus

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah uang setiap waktu yang ditentukan. Maka dari itu, HKI akan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 memasuki era pasar bebas. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana tidak setiap usaha baik dalam skala kecil, menengah, meupun

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keanekaragaman budaya yang dipadukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjanjian internasional tentang aspek-aspek perdagangan dari HKI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan

BAB II KRITERIA INVENSI PATEN SEDERHANA DI BIDANG TEKNOLOGI ALAT-ALAT PERTANIAN. A. Paten Sebagai Benda Immateril dan Bagian Hak Kekayaan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

SEJARAH HKI DI INDONESIA Sejarah Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

Pengenalan Kekayaan Intelektual Oleh : dr. Gita Sekar Prihanti, M Pd Ked SENTRA KI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian baru dalam forum Nasional maupun Internasional.

PENGATURAN HASIL KARYA INTELEKTUAL ATAS LAYANGAN JANGGAN SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL KE DALAM HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Lex Crimen Vol. VI/No. 10/Des/2017. PENEGAKAN HUKUM HAK PATEN MENURUT TRIPS AGREEMENT DAN PELAKSANAANYA DI INDONESIA 1 Oleh: Rignaldo Ricky Wowiling 2

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah


kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. paparkan sebelumnya, dengan uraian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu tidak lepas dari kebutuhan komunikasi dengan sesamanya,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini teknologi merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. telah mengalami banyak perubahan pola hidup dan pola konsumsi mereka,

PATEN. Disusun oleh : Dr. Henny Medyawati, SKom,MM. Sumber: UU NO. 14 tahun 2001, tentang Paten,2010, New Merah Putih, Yogyakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pelanggan yang merasa puas akan layanan suatu produk atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EFEKTIFITAS PERJANJIAN TRIPS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang mempunyai jumlah kendaraan yang tinggi.

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

BAB I PENDAHULUAN UKDW. konsumen. Kebutuhan akan gadget yang bisa mengerjakan segala hal menggantikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam upayanya memperbaiki nasib atau membangun segala

BAB I PENDAHULUAN. pula hasrat dan keinginan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya

BAB I PENDAHULUAN. adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini peranan pemerintah sangatlah penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan untuk berkomunikasi menjadi suatu hal yang sangat

Tanya Jawab Tentang Paten

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perlindungan hukum terhadap rahasia dagang sebagai bagian. perdagangan dari HKI (The TRIPs Agreement) tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau disebut juga dengan property rights

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka,

PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK TIDAK BERITIKAD BAIK DALAM TEORI DAN PRAKTEK DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

SKRIPSI. KENDALA IMPLEMENTASI RATIFIKASI TRIPS ( Trade Related Intellectual Property Rights ) di INDONESIA

E UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan hukum hak cipta terhadap produk digital. Hak cipta terhadap

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk sebelumnya, yang dimana produk yang dihasilkan banyak. handphone atau smartphone jenis tertentu sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan isu yang sangat

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

Adiharsa Winahyu Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kesempatan bagi konsumen untuk berpindah dari satu merek ke

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jill McKeough dan Andrew Steward menyatakan bahwa HKI merupakan sekumpulan hak yang diberikan oleh hukum untuk melindungi investasi ekonomi dari usaha-usaha kreatif. 1 HKI adalah hak yang timbul karena hasil olah pikir manusia untuk menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna bagi manusia. 2 Perkembangan HKI dalam hampir satu dekade terakhir tidak dapat dipisahkan dari hasil-hasil Perjanjian Putaran Uruguay 1994, yang memasukkan Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya akan disebut dengan HKI) sebagai salah satu isu baru yang terangkum dalam TRIPs (Trade Related Aspects on Intellectual Property Rihgts) dalam perjanjian GATT (General Agreement on Trade and Tariffs), yang merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization). Dengan ditandatanganinya WTO agreement dan lampiran-lampiran di dalamnya, perlindungan HKI secara internasional semakin ketat dan 1 Tomi Suryo Utomo, 2010, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, Yogyakarta: Graha Ilmu 2 Sudarmanto, 2012, KI & HKI Serta Implementasinya Bagi Indonesia, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

penegakan hukumnya dapat dilaksanakan melalui suatu badan yang bernaung di dalam sistem WTO yang disebut dengan Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body/DSB). 3 Negara-negara penandatangan WTO secara tidak langsung telah meratifikasi TRIPs dan diharuskan mengimplementasikan ketentuan-ketentuan di dalam agreement tersebut ke dalam peraturan perundangan negara tersebut. Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara-negara yang melaksanakan ratifikasi tersebut, sehingga kedua negara tersebut diwajibkan untuk mengimplementasikan ketentuan-ketentuan dalam TRIPs ke dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perlindungan HKI di negara mereka masing-masing dan disesuaikan dengan sistem hukum yang berlaku di masing-masing negara karena Amerika Serikat merupakan negara common law dan Indonesia merupakan negara civil law. Hukum paten merupakan salah satu bagian dari (HKI). Sesuai dengan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Hak Paten, dituliskan bahwa paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Hak paten merupakan salah satu jenis HKI yang baru akan mendapatkan perlindungan ketika invensi atau hasil perwujudan ide tersebut didaftarkan. Untuk mendapatkan paten, sebuah invensi haruslah memiliki beberapa syarat subtantif tertentu yaitu kebaruan (novelty), bisa dipraktekkan dalam industri 3 Tim Lindsey, 2011, Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar, Bandung: PT. Alumni 2

(industrial applicability), mempunyai nilai langkah inventif (inventive step), dan memenuhi syarat formal. Perkembangan teknologi yang pesat belakangan ini dapat ditandai dengan semakin banyaknya jenis dan tipe handphone atau smartphone yang bermunculan dan menawarkan keunggulan-keunggulan tersendiri. Persaingan antara para produsen handphone atau smartphone ini tidak dapat dielakkan lagi. Para produsen selalu mencari inovasi teknologi atau bahkan menemukan teknologi baru untuk dapat menarik minat konsumen untuk membeli produknya. Dengan ditemukannya beberapa teknologi terbaru, para produsen mulai mendaftarkan inovasi teknologi tersebut pada lembaga perlindungan paten agar inovasi-inovasi teknologi tersebut mendapatkan perlindungan hukum sehingga rival sesama produsen smartphone tidak akan menduplikasi invensi tersebut tanpa izin. Salah satu kasus paten internasional yang menarik untuk dikaji adalah kasus perebutan hak paten antara Apple, inc dan Samsung Electronics Co. Kasus perebutan hak paten yang terjadi antara Apple, inc dan Samsung Electronics co mencakup 7 (tujuh) invensi terkait teknologi dalam produksi smartphone mereka. Apple Inc mengklaim bahwa pihaknya telah mengajukan paten di kantor paten Amerika Serikat (USPTO) tetapi pihak Samsung Electronics co memproduksi smartphone dengan menggunakan beberapa paten Apple Inc tanpa mengajukan permohonan izin (lisensi) terlebih dahulu kepada pihak Apple Inc. Pihak Apple Inc maupun Samsung Electronic co mengajukan tuntutan di Northern District of California, United States District 3

Court. Pada tanggal 25 Agustus 2012, para juri memutuskan bahwa pihak Samsung Electronic co telah melanggar 6 dari 7 paten Apple Inc untuk 21 perangkat smartphone-nya. Berdasarkan analisis lembaga intelijen Amerika Serikat CIA, disebutkan bahwa terdapat 236,8 juta pengguna ponsel dan angka ini termasuk jumlah yang cukup tinggi. 4 Dari data tersebut, belum tercatat berapa orang yang memiliki ponsel lebih dari 1 (satu) buah. Indonesia merupakan negara yang menempati posisi kelima dengan jumlah pengguna ponsel terbanyak di dunia. Bahkan lembaga riset AC Nielsen menuliskan bahwa 95 persen pengguna ponsel di Indonesia memanfaatkan ponselnya pada fitur internetnya. 5 Menurut riset dari Growth for Knowledge (GFK) pada tahun 2012, terdapat 13 juta unit smartphone terjual di Indonesia. Tetapi apabila dibandingkan antara data yang diberikan GFK dan CIA, maka hanya sekitar 20 persen dari mangsa pasar ponsel di Indonesia yang menggunakan smartphone. Namun, GFK juga menyatakan bahwa Indonesia merupakan pasar smartphone terbesar di Asia tenggara dengan jumlah penjualan smartphone diatas 50%. 6 Sampai tahun 2012, jumlah pengguna iphone di Indonesia mencapai angka 10,06 persen dari total penduduk. Bila dibandingkan dengan negaranegara lain di Asia Tenggara seperti Thailand, Singapura dan Malaysia, 4 Fino Yurio Kristo, 2013, Posisi Indonesia di Percaturan Teknologi Dunia, https://m.detik.com/inet/read/2013/08/21/112207/2336008/398/3/posisi-indonesia-di-percaturanteknologi-dunia, diakses pada 12 Februari 2014 5 ibid 6 ibid 4

jumlah penduduknya yang memiliki iphone adalah 50 persen. 7 Pada tahun 2013, dari jumlah keseluruhan penjualan smartphone di Indonesia, penjualan iphone mencapai 40 persen dari jumlah tersebut, sementara Samsung sendiri mencapai angka 30 persen. 8 Sehingga Apple, Inc berniat menaikkan angka penjualan iphone di Indonesia. Hal ini telah ditunjukkan dengan jumlah kerjasama antara Apple Inc dengan beberapa operator seluler di Indonesia yang semakin meningkat. Selain itu, Apple Inc telah memiliki anak perusahaan berupa beberapa retail stores yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia untuk membantu perusahaan induk untuk mendistributorkan barangnya ke Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Selain itu, kondisi perekonomian Indonesia yang terus membaik dan berkembang membuat masyarakat kelas menengah ke atas terus meningkat. Hal ini menyebabkan kedua perusahaan telekomunikasi besar seperti Apple, Inc dan Samsung, Co ingin meningkatkan jumlah penjualan produk mereka di pasar Indonesia. Apabila Samsung telah memiliki pabrik cabang di Indonesia, maka Apple sedang berusaha untuk mendirikan pabrik di Indonesia melalui Foxconn yang sedang bernegosiasi dengan pemerintah Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah penjualan produknya, Apple ingin menyalurkan iphone ke masyarakat Indonesia dengan harga yang tidak 7 Aditya Wardana, 2012, 10 Persen Pengguna iphone di Indonesia, https://beritagar.com/p/10- persen-pengguna-iphone-di-indonesia, 12 Februari 2014 8 Yudha Manggala P. Putra, 2013, Tiga Merek Masih Dominasi Penjualan Gadget Indonesia, https://m.republika.co.id/berita/trendtek/gadget/13/06/20/mop2bq-tiga-merek-masih-dominasipenjualan-gadget-indonesia, 12 Februari 2014 5

setinggi saat ini dengan mendirikan pabriknya sendiri di Indonesia. Apple selaku pemilik sistem operasi ios sadar bahwa posisinya tengah bersaing dengan produk yang menggunakan sistem operasi android terutama Samsung, dalam menghadirkan teknologi smartphone di masyarakat. sehingga Apple ingin segera melaksanakan pembangunan pabriknya di Indonesia untuk meningkatkan angka penjualannya. Atas dasar latar belakang inilah maka penulis mengangkat penulisan tesis yang ingin meneliti atau menelaah lebih lanjut apakah ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam memutuskan putusan Northern District of California, United States District Court, terhadap Case no. 11-CV-01846-LHK mengenai kasus perebutan paten antara Apple Inc dan Samsung Electronic co, dapat diterapkan pada hukum paten Indonesia apabila Peradilan Indonesia dihadapkan pada kasus yang sama. Hasil penelitian atau penelaahan akan penulis tuliskan dalam tesis yang berjudul: IMPLEMENTASI TERHADAP PUTUSAN NORTHERN DISTRICT OF CALIFORNIA, UNITED STATES DISTRICT COURT, MENGENAI PELANGGARAN HAK PATEN ANTARA APPLE, INC DAN SAMSUNG ELECTRONIC, CO DI INDONESIA 6

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah seperti tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah putusan Northern District of California, United States District Court, terhadap Case no. 11-CV-01846-LHK dapat dipergunakan oleh Hukum Indonesia apabila dihadapkan pada kasus yang sama? 2. Apa sajakah kendala-kendala yang mungkin timbul pada saat penerapan ketentuan-ketentuan putusan Northern District of California, United States District Court, terhadap Case no. 11-CV-01846-LHK, di Indonesia? C. Tujuan Penelitian Penelitian merupakan bagian pokok dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. Tujuan penelitian seyogyanya dirumuskan sebagai kalimat pernyataan yang konkret dan jelas tentang apa yang akan diuji, dikonfirmasikan, dibandingkan dan dikoordinasikan dalam penelitian. Dalam hal ini tujuan yang hendak dicapai oleh Penulis melalui penelitian tesis terdiri atas dua hal, yaitu : 1. Tujuan obyektif a. Untuk mengetahui kemungkinan putusan Northern District of California, United States District Court, terhadap Case no. 11-CV- 7

01846-LHK dapat dipergunakan oleh Hukum Indonesia apabila dihadapkan pada kasus sengketa paten yang sama. b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang mungkin timbul pada saat penerapan ketentuan-ketentuan putusan Northern District of California, United States District Court, terhadap Case no. 11-CV- 01846-LHK, di Indonesia. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi Penulis mengenai berbagai hal berkaitan dengan HKI bidang paten terutama terkait kasus sengketa hak paten dalam perdagangan internasional. b. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data dan bahan-bahan yang lengkap serta akurat dalam rangka penyusunan penulisan tesis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program S2 Magister Hukum, di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat, baik secara akademis maupun secara praktis. Manfaat akademis dari penelitian ini, yaitu : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengembangan ilmu hukum terutama mengenai paten internasional pada khususnya. 8

2. Menambah kekayaan referensi dan khasanah hasil penelitian pada bidang hukum khususnya mengenai semua hal yang bersangkutan dengan terutama paten. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu : 1. Memberikan masukan dan umpan balik bagi para pihak yang berkompeten dalam pengembangan hukum HKI internasional khususnya paten. 2. Memberikan penjelasan secara lebih detail bagi semua pihak yang membutuhkan informasi mengenai ketentuan, proses serta pelaksanaan peraturan perundangan dan kebijakan-kebijakan terkait hukum HKI internasional khususnya paten terkait dengan kasus sengketa paten internasional. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, dengan melakukan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum UGM, IMPLEMENTASI TERHADAP PUTUSAN NORTHERN DISTRICT OF CALIFORNIA, UNITED STATES DISTRICT COURT, MENGENAI PELANGGARAN HAK PATEN ANTARA APPLE, INC DAN SAMSUNG ELECTRONIC, CO DI INDONESIA belum pernah dilakukan, namun berdasarkan penelusuran kepustakaan tersebut terdapat beberapa hasil penelitian yang terkait dengan judul penelitian ini, yaitu: 9

Penyelesaian Sengketa Perdata Internasional Secara Litigasi Terkait Hak Kekayaan Intelektual (Analisis Kasus Apple, Inc dan Samsung Electronics. Ltd. Co), yang dilakukan oleh Avelyn Pingkan Komuna selaku mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar pada tahun 2013. Adapun perbedaan dari penelitian di atas dengan penelitian yang disusun oleh penulis adalah bahwa penulisan yang penulis susun mengkaji mengenai penggunaan putusan Northern District of California, United States District Court, terhadap Case no. 11-CV-01846-LHK oleh Hukum Indonesia apabila dihadapkan pada kasus persengketaan paten yang terjadi antara Apple, Inc dan Samsung, Co serta kendala-kendala yang terjadi. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian lapangan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam baik kepada Hakim Pengadilan Niaga, Ahli Acara Perdata dan juga kepada Ahli HKI. Apabila ternyata terdapat penelitian yang serupa, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapi, mengembangkan dan menyempurnakan penelitian yang telah ada. 10