Ringkasan : I. Pokok-Pokok Isi II. Peraturan Terkait

dokumen-dokumen yang mirip
: 05/SE/M/2006 : Mekanisme Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBN Dilingkungan Departemen Pekerjaan Umu Ditetapkan : Diberlakukan :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-66/PB/2005 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

MEKANISME PENCAIRAN APBN DAN SYARAT ADMINISTRASI PEMBEBANAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-66/PB/2005 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR). Dalam pelaksanaan kerja praktek

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 37370/UN4.1/KU.21/2016 TENTANG

BUPATI BINTAN. PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 16 Tahun 2009 TENTANG

REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan pada Puslitbang tekmira

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran IPB Tahun Anggaran 2009 Nomor : / /XII/2009. MEMUTUSKAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 9 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH

Peraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-31/PB/2008 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA SATUAN KERJA DI LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA,

Metode Pembayaran Tagihan Negara

SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN ANGGARAN dan permasalahan pencairan dana. Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Pelaksanaan Anggaran

REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGELOLAAN UANG PERSEDIAAN SUMBER DANA PNBP

PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PELAKSANAAN PENGELOLAAN UANG PERSEDIAAN SUMBER DANA PNBP

DEPARTEMAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-34/PB/2007 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERSYARATAN ADMINISTRASI PEMBAYARAN BELANJA PNBP DAN BLU

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN

MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH REPUBLIK INDONESIA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYIAPAN DOKUMEN PENGGANTIAN UANG PERSEDIAAN REVOLVING

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67/PMK.05/2013 NOMOR 15 TAHUN 2013

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BELANJA PEGAWAI

AZAS UMUM PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH; KEUANGAN DAERAH; PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN PENATAUSAHAAN PENGELUARAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

SOP PERENCANAAN ANGGARAN

2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepoli

2015, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No dari Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/ /2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG

2011, No.8 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambaha

Arsip Nasional Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA SERTA PENYAMPAIANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.77/MENHUT-II/2014 TENTANG

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Kantor Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa Barat. Di

MEKANISME PENCAIRAN DANA DAN CONTOH FORMAT ADMINISTRASI KSD

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Struktur Kepegawaian Kementerian Pemuda dan Olahraga

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BARANG DAN JASA

KETENTUAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PELAKSANA KEGIATAN SKPD-KSD

BUPATI BINTAN PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

PENCAIRAN DANA. B. Standar Kompetensi Memahami tata cara pelaksanaan pencairan dana melalaui KPPN.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Tim Penyusun, Direktorat Jenderal Perbendaharaan

PENERAPAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER 66/PB/2005 PADA PROSEDUR PENCAIRAN DANA DI KPPN SURAKARTA (STUDI KASUS PADA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KOTA TASIKMALAYA SKPD. SURAT PERNYATAAN PENGAJUAN SPP-LS

PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prosedur Pencairan Dana Langsung pada Kantor Pelayanan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 170/PMK.05/2010 TENTANG PENYELESAIAN TAGIHAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PADA SATUAN KERJA

Transkripsi:

Ringkasan : 1. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan 2. Nomor : 66/PB/2005 3. Tentang : Mekanisme Pembayaran Atas Beban APBN 4. Ditetapkan : 28-12 - 2005 5. Diberlakukan : 28 12-2005 6. Status : berjalan 7. Keterangan Penggantian dari : a. Perdirjen Perbendaharaan No. PER-02/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban APBN tanggal 9 Mei 2005 dan b. Perdirjen Perbendaharaan No. PER-24/PB/2005 tentang Perubahan Atas Perdirjen Perbendaharaan No. PER-02/PB/2005 I. Pokok-Pokok Isi 1. Umum 2. Pejabat Pengguna Anggaran 3. Pengajauan SPP 4. Penerbitan SPM 5. Penerbitan SP2D 6. Pelaporan Realisasi Anggaran 7. Lain-lain II. Peraturan Terkait 1. UU No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak 2. UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara 3. UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 4. UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara 5. PP RI No. 22 tahun 1997 tentang Jenis Penyetoran PNBP 6. PP RI o. 73 tahun 1999 tentang Tata Cara Penyusunan PNBP 7. PP RI No. 1 tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi PNBP 8. PP RI No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) 9. PP RI No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) 1

10. PP RI No. 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum 11. Permen Keu No. 96/PMK.06/2005 tentant Petunjuk Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Revisi DIPA tahun Anggaran 2006 12. Permen Keu No. 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBN 13. Permen Keu No. 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar 14. SE Men PU No. 05/SE/M/2005 Perihal Mekanisme Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBN Dilingkungan Dep. PU III. Ringkasan Uraian 1. Umum 1.1 Jenis Pembayaran 1.1.1 Pembayaran Melalui Uang Persedian (UP) 1.1.1.1Pengertian UP Uang Persedian (UP) adalah uang muka kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving) diberikan kepada bendahara pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung (Pasal 1 angka 14) 1.1.1.2 Penggunaan UP Untuk Pembayaran Jenis Belanja 5211 : Belanja barang operasional 5212 : Belanja barang non operasional 5221 : Belanja jasa 5231 : Belanja Pemeliharaan 5241 : Belanja Perjalanan 5811 : Belanja lain-lain (Pasal 7 ayat (7)) 1.1.1.3 Pengelola UP Bendahara pengeluaran adalah pengelola UP (Pasal 6 ayat (1)) Peraturan Terkait Kepmen Keu No. 134/PMK.06/2005 pasal 1 angka 9 SE Men PU No-05/SE/M/ 2005 angka romawi III, huruf a SE Men PU No. 05/SE/M/ 2006 angka romawi III.1 huruf a 2

1.1.1.4 Pemegang Uang Muka (PUM) Untuk membantu pengelolaan UP, 2006 angka romawi III.1 kepala Satker dapat menunjuk PUM huruf a yang bertanggung jawab kepada Bendahara Pengeluaran (Pasal 6 ayat (2)) 1.1.1.5 Tanggung Jawab UP Penggunaan UP menjadi tanggung jawab Bendahara Pengeluaran (Pasal 7 ayat (3)) 1.1.1.6 Pengisian Kembali UP Bendahara Pengeluaran mengisi 2006 angka romawi III.1 kembali UP setelah UP digunakan huruf a (revolving) sepanjang masih tersedia dana dalam DIPA (Pasal 7 ayat (4)) 1.1.1.7 Sisa UP akhir tahun Sisa UP disetor kembali ke Rekening Kas Negara selambat-lambatnya tanggal 31 Desember (Pasal 7 ayat (6)) 1.1.1.8Pembayaran oleh Bendahara Kepmen Keu No.134/ Pengeluaran PMK.06/2005 pasal 11 Tidak boleh melebihi Rp. 100 juta ayat (2) kepada satu rekanan kecuali untuk pembiayaan honor (Pasal 7 ayat (12)) 1.1.2 Pembayaran Langsung (LS) 1.1.2.1 Pengertian Pembayaran Langsung (LS) Pembayaran Langsung adalah pembayaran yang dilakukan oleh KPPN kepada pihak yang berhak/rekanan berdasarkan SPM-LS yang diterbitkan ole PA/Kuasa PA atas nama pihak yang berhak sesuai bukti pengeluaran yang sah 1.1.2.2 Penggunaan LS a. Pembayaran Belanja Pegawai (gaji/ 3

lembur/honor/vakasi) (pasal 4 angka 5) b. Pembayaran Pengadaan Barang dan Jasa (Pasal 4 angka 64) c. Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (logistik, telepon, air) (pasal 4 angka 6b) d. Pembayaran Pengadaan Tanah, kecuali tidak dimungkin melalui LS dapat dibayar dengan UP/TUP (pasal 4 angka 4) 1.2 Penyimpanan Lampiran SPP Asli Bukti asli lampiran SPP merupakan arsip yang disimpan oleh PA/Kuasa PA (pasal 10) 1.3 Pembukuan tanda bukti pembayaran Bendahara Pengeluaran wajib membuat pembukuan seluruh transaksi keuangan yang dilaksanakan pada Satker (pasal 16 ayat (7)) 1.4 Pembayaran berasal dari dana PHLN Pembayaran kegiatan dari dana PHLN dilaksanakan sesuai peraturan Dirjen Perbendaharaan yang berlaku dalam pelaksanaan PHLN (pasal 18 ayat (1)) 1.5 Tanda tangan pada kuitansi UP Kuitansi UP ditandatangani setuju dan lunas bayar oleh Bendahara Pengeluaran (lampiran 3) 2. Pejabat Pengguna Anggaran (BAB II) 2.1 Pejabat Pengguna Anggaran 2.1.1 Pengguna Anggaran (PA) Menteri/Pimpinan Lembaga adalah Pengguna Anggaran (PA) 2.1.2 Kuasa Pengguna Anggaran (Kuasa PA) 2006 angka romawi III.2 angka 1, 2, 3 Kepmen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 11 ayat (5) Kepmen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 15 a. UU No.1/2004 pasal 4 ayat (1) b. Kepmen PU No.192/ KPTS/M/2006 c. Perdirjen Perbend No. 66/PB/2006 pasal 4 ayat (1) 4

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA menunjuk Pejabat Kuasa PA pada setiap awal tahun anggaran (pasal 2 ayat (1)) 2.1.3 Pejabat Pembuat Komitmen (PK) Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibat kan pengeluaran anggaran belanja/ penanggung jawab kegiatan (pasal 2 ayat (2) huruf a) 2.1.4 Pejabat Penguji dan Penerbit SPM Pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara dan menandatangani SPM (pasal 2 ayat (2) huruf b) 2.1.5 Bendahara Pengeluaran Untuk melaksanakan tugas kebendahara an dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja (pasal 2 ayat (2) huruf c) 2.2 Kewenangan penunjukan pejabat pengguna anggaran 2.2.1 Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA menunjuk Kuasa PA untuk Satker/SKS dilingkungan instansi PA bersangkutan dengan surat keputusan pada setiap awal tahun anggaran (pasal 2 ayat (1)) a. UU No.1/2004 pasal 4 ayat (2) huruf b b. Kepmen PU No.192/ KPTS/M/2006 c. Perdirjen Perbend No. 66/PB/2006 pasal 4 ayat (2) huruf a a. UU No.1/2004 pasal 4 ayat (2) huruf e b. Kepmen PU No.192/ KPTS/M/2006 c. Perdirjen Perbend No. 66/PB/2006 pasal 4 ayat (2) huruf c a. UU No.1/2004 pasal 4 ayat (2) huruf f b. Kepmen PU No.192/ KPTS/M/2006 c. Perdirjen Perbend No. 66/PB/2006 pasal 4 ayat (2) huruf d a. UU No.1/2004 pasal 4 ayat (2) b. Kepmen PU No.192/ KPTS/M/2006 c. Perdirjen Perbend No. 66/PB/2006 pasal 4 ayat (2) huruf f a. UU No.1/2004 pasal 4 ayat (2) huruf b b. Kepmen PU No.192/ KPTS/M/2006 c. Perdirjen Perbend No. 66/PB/2006 pasal 4 5

ayat (2) 2.2.2 Pendelegasian Kewenangan Penunjukan Pejabat 2.2.2.1Menteri/Pimpinan Lembaga dapat a. UU No.1/2004 pasal 4 mengelegasikan kewenangan kepada ayat (2) Kuasa PU untuk menunjuk : a. Pejabat Pembuat Komitmen b. Kepmen PU No.192/ KPTS/M/2006 b. Pejabat Penguji dan Penandatangan c. Perdirjen Perbend No. SPM 66/PB/2006 pasal 4 c. Bendahara Pengeluaran ayat (2) (pasal 2 ayat (2)) d. SE Men PU No.5/SE/M/ 2006 angka romawi II huruf e 2.2.2.2Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA UU No.1/2004 pasal 5 mendelegasikan kewenangan kepada dan pasal 10 Gubernur sebagai pelaksana dikonsentrasi untuk menunjuk : a. Pejabata Pembuat Komitmen b. Pejabat Penguji dan Penandatanganan SPM c. Bendahara Pengeluaran (pasal 2 ayat 3)) 2.2.2.3Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA UU No.1/2004 pasal 5 mendelegasikan kewenangan kepada dan pasal 10 Gubernur/Bupati/Walikota/Kepala Desa yang ditunjuk sebagai pelaksana tugas pembantuan untuk menunjuk : a. Pejabata Pembuat Komitmen b. Pejabat Penguji dan Penanda tanganan SPM c. Bendahara Pengeluaran (pasal 2 ayat 4)) 2.3 Perangkapan Jabatan 2.3.1 Larangan Perangkapan Jabatan 2.3.1.1Pejabat Pembuat Komitmen tidak Permen Keu No.134/ boleh merangkap sebagai Bendahara PMK.06/2006 pasal 4 Pengeluaran (pasal 2 ayat (5)) ayat (3) 2.3.1.2Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Permen Keu No.134/ 6

Penguji dan Pendantanganan SPM dan Bendahara Pengeluaran tidak boleh saling merangkap (pasal 2 ayat (6)) 2.3.2 Perangkapan Jabatan Diperbolehkan 2.3.2.1Dalam hal pejabat/pegawai pada satker tidak memungkinkan pemisahan fungsi, maka pejabat-pejabat Kuasa PA dapat merangkap jabatan Pejabat Pembuat Komitmen, atau Pejabat Penguji dan Penandatanganan SPM (pasal 2 ayat (7)) 2.3.3 Surat Keputusan Para Pejabat 2.3.3.1Tembusan Surat Keputusan para Pejabat Satker disampaikan kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN (pasal 2 ayat (8)) 3. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) 3.1 Kelengkapan Persyaratan SPP 3.1.1 SPP UP (Uang Persediaan) Surat Pernyataan Kuasa PA/pejabat yang ditunjuk menyatakan bahwa UP tersebut tidak untuk membiayai pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS (langsung) (pasal 4 angka 1) 3.1.2 SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan) a. Rincian rencana penggunaan dana TUP dari Kuasa PA/pejabat yang ditunjuk b. Surat Pernyataan dari Kuasa PA/ pejabat yang ditunjuk bahwa : 1) Dana TUP tersebut akan digunakan untuk keperluan mendesak dan akan habis digunakan dalam waktu satu bulan sejak tanggal SP2D 2) Sisa Dana TUP disetor ke Rekening Kas Negara 3) Tidak untuk membiayai PMK.06/2006 pasal 4 ayat (3) Permen Keu No.134/ PMK.06/2006 pasal 4 ayat (5) angka 1 huruf a angka 2 7

pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secara langsung c. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir (Pasal 4 huruf 2) 3.1.3 SPP-GUP (Ganti Uang Persediaan) a. Kuitansi/tanda bukti pembayaran b. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) c. Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh Kuasa PA/Pejabat yang ditunjuk (pasal 4 huruf 3) 3.1.4 SPP Pengadaan Tanah 3.1.4.1 Ketentuan Umum - Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan melalui mekanisme pembayaran langsung (LS) - Apabila tidak mungkin dilaksanakan melalui mekanisme LS dapat dilakukan melalui UP/TUP (pasal 4 angka 4) 3.1.4.2SPP-LS (Pembayaran Langsung)-Tanah a. Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah (PPT) untuk tanah dengan luas lebih dari 1 (satu) hektar di kabupaten/kota b. Foto copy bukti kepemilikan tanah c. Kuitansi d. SPPT PPB tahun transaksi e. Surat persetujuan harga f. Pernyataan penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tiadk dalam agunan g. Pelepasan/Penyerahan hak atas tanah /akte jual beli dihadapan PPAT h. SSP PPh final atas pelepasan hak i. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan) angka 3 angka 1 huruf b angka 1 huruf a 8

(pasal 4 angka 4 huruf a) 3.1.4.3 SPP-UP/TUP Untuk Tanah a. Daftar nominatif pemilik tanah yang ditandatangani kuasa PA, untuk pengadaan tanah dengan luas kurang dari 1 (satu) hektar b. Daftar nominatif pemilik tanah dan besaran harga tanah yang ditanda tangani Kuasa PA dan diketahui Panitia Pengadaan Tanah (PPT) untuk pengadaan tanah dengan luas lebih dari 1 (satu) hektar dilakukan dengan bantuan PPT c. Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melalui UP/TUP harus lebih dulu mendapat izin dispensasi dari Kantor Pusat Ditjen APBN/Kanwil Ditjen PBN, sedangkan besaran uangnya harus mendapat dispensasi UP/TUP sesuai ketentuan berlaku (pasal 4 angka 4 huruf b) 3.1.5 SPM-LS (Pembayaran Langsung) 3.1.5.1SPP-LS untuk Belanja Pegawai (gaji, lembur, honor/vakasi) a. Pembayaran gaji induk/gaji susulan/ kekurangan gaji/gaji terusan/uang duka wafat/tewas - Daftar gaji induk/gaji susulan/ kekurangan gaji/uang duka wafat/ tewas - Surat keputusan (CPNS, PNS, Kenaikan Pangkat, Jabatan, Kenaikan Gaji Berkala) - Surat Pernyataan (Pelantikan, Masih Menduduki Jabatan, Melaksanakan Tugas) - Daftar Keluarga (KP4) angka 1 huruf b huruf c angka 1 9

- Foto copy Akte Kelahiran - SKPP - Daftar Potongan Sewa Rumah Dinas - Surat Keterangan Masih Sekolah/ Kuliah - Surat Pindah - Surat Kematian - SSP PPh Pasal 21 Kelengkapan tersebut diatas digunakan sesuai peruntukannya (pasal 4 angka 5 huruf a) b. Pembayaran Lembur, dilengkapi : - Daftar pembayaran perhitungan lembur (ditandatangani Kuasa PA/ pejabat ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran) - Surat Perintah Kerja (SPK) Lembur - Daftar Hadir Kerja - Daftar Hadir Lembur - SSP PPh Pasal 21 (Pasal 4 angka 5 huruf b) c. Pembayaran Honor/Vakasi dilengkapi - Surat Keputusan (SK) Pemberian Honor/Vakasi - Daftar Perhitungan Honor/vakasi/ ditandatangani Kuasa PA/Pejabat ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran) - SSP PPh Pasal 21 (pasal 4 angka 5 huruf c) 3.1.5.2 SPP-LS Non Belanja Pegawai a.pembayaran Pengadaan Barang dan Jasa - Kontrak/SPK (tercantum No. Rekening Rekanan) - Surat Pernyataan Kuasa PA tentang penetapan rekanan - Berita Acara (BA) Penyelesaian 2006 angka romawi III angka 2 huruf a 10

Pekerjaan - Berita Acara Serah Terima Pekerjaan - Berita Acara Pembayaran - Kuitansi (disetujui kuasa PA/ pejabat ditunjuk) - Faktur pajak dan SSP (ditanda tangani wajib pajak) - Jaminan Bank - Dokumen lain yang dipersyaratkan kontrak yang dananya sebagian/ seluruhnya dari pinjaman/hibah luar negeri - Ringkasan kontrak (pasal 4 angka 6 huruf a) b. Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (listrik, telepon, air) - Bukti tagihan - No. Rekening Pihak Ketiga (PLN, Telkom, PDAM) Dalam hal pembayaran langsung (LS) belum dapat dilakukan, dapat dilakukan dengan UP (pasal 4 angka 6 huruf b) c. Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas - Daftar nominatif pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas yang ditandatangani pejabat berwenang memerintahkan perjalanan dinas dan disahkan pejabat berwenang di KPPN - Pembyaran dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada para pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas (pasal 4 angka 6 huruf c) 3.1.6 SPP Untuk PNBP 3.1.6.1Ketentuan Umum angka 2 huruf b angka 2 huruf c 11

UP/TUP PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP lainnya (pasal 4 angka 7 huruf a) 3.1.6.2 Besaran UP a. 20% dari pagu dana PNBP pada DIPA b. Maksimal UP sebesar RP. 500 juta (pasal 4 angka 7 huruf b) 3.1.6.3Lampiran SPP-PNBP Daftar Realisasi Pendapatan dan Penggunaan Dana PNBP tahun anggaran sebelumnya (pasal 4 angka 7 huruf b) 3.1.6.4 SPP-TUP PNBP TUP sebesar kebutuhan riil satu bulan dapat diajukan dengan memperhatikan maksimum pencairan (MP) apabila UP tidak mencukupi (pasal 4 angka 7 huruf b) 3.1.6.5 Maksimal Pencairan (MP) dana PNBP DIP = (PPP x JS) JPS MP = maksimum pencairan dana PNBP PPP = proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan JS = jumlah setoran JPS = jumlah pencairan dana sebelum nya s/d SPM terakhir diterbit kan (pasal 4 angka 7 huruf c) 4. Penerbitan SPM 4.1 Mekanisme Penerbitan SPM 4.1.1 Penerimaan dan pengujian SPP - Pemeriksaan kelengkapan SPP oleh petugas penerima SPP - Pengisian check list kelengkapan SPD - Pencatatan dalam Buku Pengawasan Penerimaan SPP - Pembuatan/penandatanganan tanda huruf d huruf d huruf d angka 2.1 12

terima SPP - Penyampaian SPP ke penerbit SPM (pasal 5 angka 1) 4.1.2 Pengujian SPP oleh Pejabat Penerbit SPM - Pemeriksaan kelengkapan dokumen pendukung SPP - Pemeriksaan ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA - Pemeriksaan kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerja dicapai dengan indikator keluaran Pemeriksaan kebenaran hak tagih yang menyangkut : Pihak yang menerima pembayaran (nama orang/perusahaan, alamat, no. Rekening, nama bank, NPWP) Nilai tagihan (kesesuaian/ kelayakannya dengan prestasi kerja dicapai sesuai spesifikasi teknis tercantum dalam kontrak Jadwal waktu pembayaran - Pemeriksaan pencapaian tujuan/ sasaran kegiatan sesuai indikator keluaran tercantum dalam DIPA atau spesifikasi teknis dalam kontrak 4.1.3 Penerbitan SPM 4.1.3.1 SPM-UP/TUP/GUP/LS SPM diterbitkan dalam rangkap 3 - lembar ke satu dan kedua : untuk KPPN - lembar ketiga : sebagai pertinggal di Satker (pasal 5 angka 3) 4.1.3.2 SPM-UP a. PA/Kuasa PA menerbitkan SPM-UP berdasarkan DIPA atas permintaan Bendahara Pengeluaran yang angka 2.2 angka 2.5 13

dibebankan pada MAK transit (pasal 7 ayat (1)) b. Pemegang Uang Muka (PUM) Pengajuan SPM-UP bendahara yang dibantu oleh beberapa PUM, dilampiri daftar rician jumlah yang dikelola oleh masing-masing PUM (pasal 7 ayat (5)) c. Klasifikasi Belanja dengan UP - UP dapat diberikan untuk pengelua ran-pengeluaran Belanja Barang pada klasifikasi belanja : 5211, 5212, 5213, 5241 dan 5811 (pasal 7 ayat (7) huruf a) - Pengecualian Pengecualian untuk DIPA Pusat oleh Dirjen Perbendaharaan Pengecualian untuk DIPA Pusat yang kegiatannya berlokasi di daerah serta DIPA yang ditetap kan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan oleh Kepala Kanwil Perbendaharaan setempat (pasal 7 ayat (7) huruf b) d. Besaran UP UP dapat diberikan setinggi-tingginya - ½ pagu DIPA menurut klasifikasi yang diijinkan diberikan UP, maksimal Rp. 50 juta, untuk pagu s/d Rp. 900 juta - 1/18 pagu DIPA menurut klasifikasi yang diijinkan diberikan UP, maksimal Rp. 100 juta untuk pagu diatas Rp. 900 juta s/d 2,4 milyar - 1/24 pagu DIPA menurut klasifikasi yang diijinkan diberikan UP, maksimal Rp. 200 juta untuk pagu 2006 angka romawi III 1 huruf a 2006 angka romawi III 1 huruf a 14

diatas Rp. 2,4 milyar (pasal 7 ayat (7) huruf c) e. Perubahan besaran UP Perubahan besaran UP ditetapkan oleh Dirjen Perbendaharaan (pasal 7 ayat (7) huruf d) f. Pengisian kembali UP Dapat diberikan bila dana UP telah digunakan sekurang-kurangnya 75% dari dana UP diterima (pasal 7 ayat (7) huruf e) g. Kode kegiatan SPM UP - Rupiah Murni : 0000.0000.825111 - PLN : 9999.9999.825112 - PNBP : 0000.0000.825113 (pasal 7 ayat (10)) h. Penggantian UP Penggantian UP diajukan ke KPPN dengan SPM-GUP (pasal 7 ayat (11)) 4.1.3.3SPM-TUP (Tambahan Uang Persediaan) a. Pengajuan TUP (Tambahan Uang Persediaan) TUP dapat diajukan bila Satker/SKS memerlukan dana melebihi sisa dana UP tersedia (pasal 7 ayat (7) huruf f) b. Besaran TUP - TUP sebesar Rp. 200 juta untuk klasifikasi belanja diperbolehkan diberi UP, diberikan oleh Kepala KPPN - TUP diatas Rp. 200 juta untuk klasifikasi belanja diperbolehkan diberi UP, harus mendapat dispensasi Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan (pasal 7 ayat (7) huruf g) 2006 angka romawi III 1 huruf a Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 10 ayat (4) 15

c. Persyaratan TUP - Kebutuhan mendesak/tidak dapat ditunda - Digunakan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D - Sisa dana TUP tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan disetor ke Rekening Kas Negara - Bila tidak disetor, satker tidak diberi TUP sepanjang sisa tahun anggaran - Pengecualian diputuskan oleh kepala Kanwil Ditjen Perbendahara an atas usul Kepala KPPN (pasal 7 ayat (8) d. Lampiran TUP - Rincian Rencana Penggunaan Dana Kebutuhan mendesak dan riil serta rincian sisa dana MAK yang diminta kan TUP - Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir - Surat Pernyataan bahwa kegiatan tidak dapat dilaksanakan/dibayar melalui penerbitan SPM-LS (pasal 7 ayat (9)) e. Kode Kegiatan TUP - Rupiah Murni : 0000.0000.825111 - PLN : 9999.9999.82512 - PNBP : 0000.0000.82513 (pasal 7 ayat (10)) 4.1.3.4 SPM-GUP (Ganti Uang Persediaan) a. Penggantian UP Penggantian UP diajukan ke KPPN dengan SPM-GUP (pasal 7 ayat (11)) b. Lampiran/kelengkapan SPM-GUP - Surat Pernyataan Tanggung Jawab huruf a angka 2 Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 10 ayat (3) 16

(SPTB) - Fotocopy Surat Setoran Pajak (SSP) yang dilegalisir Kuasa PA/pejabat yang ditunjuk (pasal 7 ayat (11)) c. SPM-GUP bagi PUM - Bendahara pengeluaran dapat membagi UP kepada beberapa UP - SPM-GUP bagi PUM yang realisasi penggunaan UP nya sekurangkurangnya 75% dapat dilakukan tanpa menunggu realisasi PUM lain yang belum mencapai 75% (pasal 6 ayat (3)) 5. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) 5.1 Prosedur Penerbitan SP2D 5.1.1 Penyampaian SPM ke KPPN 5.1.1.1PA/Kuasa PA/Pejabat yang ditunjuk menyampaikan SPM beserta dokumen pendukung dilengkapi Arsip Data Komputer (ADK) berupa soft copy (disket) melalui loket penerimaan SPM pada KPPN melalui Kantor Pos, kecuali bagi satker yang masih menerbitkan SPM secara manual tida perlu ADK (pasal 8 angka 1) 5.1.1.2 SPM Gaji Induk sudah diterima paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran (pasal 8 angka 2) 5.1.1.3 Petugas KPPN pada loket penerimaan SPM - Memeriksa kelengkapan SPM - Mengisi check list kelengkapan SPM - Mencatat Daftar Pengawas Penyelesai an SPM - Meneruskan check list ke Seksi Perbendaharaan untuk diproses lebih lanjut (pasal 8 angka 3) huruf b angka 4 angka 1 huruf a Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 11 ayat (7) angka 4 huruf a 17

5.1.2 Lampiran SPM 5.1.2.1SPM-LS Belanja Pegawai a. Daftar gaji/gaji susulan/kekurangan gaji/lembur/honor dan vakasi ditandatangani kuasa PA/pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran b. Surat-surat Keputusan Kepegawaian (bila terjadi perubahan pada daftar gaji) c. Surat Keputusan Pemberian Honor/ Vakasi dan SPK lembur d. Surat Setoran Pajak (SSP) (pasal 9 angka 2 huruf a) 5.1.2.2 SPM-LS Non Belanja Pegawai - Resume Kontrak/SPK atas Daftar Nominatif Perjalanan Dinas - SPTB - Faktur Pajak dan SSP (pasal 9 angka 2 huruf b) 5.1.2.3 SPM-TUP - Rincian Rencana Penggunaan Dana - Surat Dispensasi Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk TUP diatas Rp. 200 juta - Surat Pernyataan dari Kuasa PA/ Pejabat yang ditunjuk yang menyata kan Dana TUP digunakan untuk keperluan mendesak dan akan habis digunakan dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D Sisa dana TUP disetor ke Rekening Kas Negara Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayar secara langsung (pasal 9 angka 2 huruf c) angka 4 huruf b butir 1 angka 4 huruf b butir 2 angka 4 huruf b butir 3 18

5.1.2.4 SPM-GUP - SPTB - Faktur Pajak dan SSP (pasal 9 angka 2 huruf d) 5.1.3 Pengujian SPM oleh KPPN 5.1.3.1Jenis pengujian SPM Pengujian SPM oleh KPPN meliputi pengujian substantif dan formal (pasal 11 ayat (1)) 5.1.3.2 Pengujian Substantif - Menguji kebenaran perhitungan tagihan tercantum dalam SPM - Menguji ketersediaan dana pada kegiatan/sub kegiatan/mak dalam DIPA yang ditunjuk dalam SPM tersebut - Menguji kelengkapan dokumentasi dasar penagihan Ringkasan Kontrak/SPK Surat keputusan Daftar Nominatif Perjalanan Dinas - Menguji SPTB - Menguji Faktur Pajak dan SSP nya (pasal 11 ayat (2)) 5.1.3.3 Pengujian Formal - Mencocokkan tanda tangan pejabat penandatangan SPM dengan spesimen tanda tangan - Memeriksa cara penulisan/pengisian/ jumlah uang dalam angka dan huruf - Memeriksa kebenaran penulisan (tidak boleh ada cacat) (pasal 11 ayat (3)) 5.1.4 Keputusan Hasil Pengujian SPM 5.1.4.1 Penerbitan SP2D Penerbitan SP2D bilamana SPM memenuhi persyaratan untuk diterbitkan SP2D (pasal 12 ayat (1) huruf a) angka 4 huruf b butir 4 huruf c huruf c huruf c Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 12 ayat (1) 19

5.1.4.2 Pengembalian SPM - Bila SPM tida memenuhi syarat (pasal 12 ayat (1) huruf b) 5.1.5 Pengaturan Pengembalian SPM 5.1.5.1 SPM Belanja Pegawai Non Gaji Induk Dikembalikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah SPM diterima (pasal 12 ayat (2) huruf a) 5.1.5.2 SPM UP/TUP/GUP/LS Dikembalikan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah SPM diterima (pasal 12 ayat (2) huruf b) 5.1.6 Penerbitan SP2D 5.1.6.1Batas Waktu Penerbitan SP2D oleh KPPN a. SP2D Gaji Induk Paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum awal bulan pembayaran gaji (pasal 13 ayat (2) huruf a) b. SP2D Non Gaji Paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah SPM diterima dengan lengkap (pasal 13 ayat (2) huruf b) c. SP2D UP/TUP/GUP/LS Paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterimanya SPM secara lengkap (pasal 12 ayat (2) huruf c) 5.1.6.2Cara Penerbitan SP2D oleh KPPN a. Penandatangan SP2D SP2D ditandatangani oleh Seksi Perbendaharaan dan Seksi Bank/Giro Pos atau Seksi Bendum (pasal 12 ayat (3) huruf a) b. Penerbitan SP2D - SP2D diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga) - Dibubuhi stempel timbul Seksi Bank Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 12 ayat (2) Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 12 ayat (3) huruf c dan d Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 12 ayat (3) huruf a dan d Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 12 ayat (3) huruf b Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 12 ayat (3) huruf c Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 12 ayat (3) huruf a Permen Keu No.134/ PMK.06/2005 pasal 12 ayat (1) 20

/Giro Pos/Bendum - Disampaikan kepada : Lembar 1 : ke Bank Operasional Lembar 2 : ke Penerbit SPM dilampiri SPM yang telah dibubuhi cap, telah diterbitkan SP2D tanggal... nomor... Lembar 3 : pertinggal di KPPN (Seksi Verifikasi dan Akuntansi) dilengkapi lembar ke-1 SPM dan dokumen pendukung (pasal 13 ayat (3) huruf b) 5.1.7 Daftar Penguji untuk Pengantar SP2D 5.1.7.1Pembuatan Daftar Penguji - Ditandatangani Kepala Seksi-Bank/ Giro Pos/Seksi Bendum, diketahui kepala KPPN dan dibubuhi stempel timbul kepala KPPN - Dibuat rangkap 3 (tiga) Lembar ke 1 dan ke 2 dilampiri asli SP2D dikirimkan melalui petugas kurir KPPN ke BI/Bank Operasional/Sentral Giro Lembar ke 2 ditandatangani oleh BI/Bank Operasional/Sentral Giro dikembalikan ke KPPN melalui petugas kuris yang sama Lembar ke 3 : pertinggal di KPPN (pasal 14) 6. Pelaporan Realisasi Anggaran 6.1 Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN 6.1.1 Jenis Laporan a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) b. Laporan Arus Kas c. Neraca d. Catatan atas Laporan Keuangan (pasal 15) a. PP RI No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) b. UU No.1/2004 pasal 55 21

6.1.2 Penyusunan Laporan a. Kepala Kantor/Satker selaku Unit Akuntansi Pengguna Anngaran (UAKPA) b. Kepala KPPN selaku kuasa Bendahara Umum Negara (pasal 15 huruf a, b, c) 6.1.3 Kewajiban Penyusunan Laporan 6.1.3.1Kepala Kantor/Satker selaku UAKPA - Wajib membuat Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Neraca Arsip Data Komputer (ADK) - Laporan disampaikan ke : Menteri/Pimpinan Lembaga secara berjenjang melalui Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Tingkat Wilayah (UAPPAN) dan KPPN setempat 6.1.3.2 Kepala KPPN selaku Kuasa BUN : - Wajib membuat Laporan Kas Posisi (LKP) harian dan mingguan - Disampaikan ke : Dirjen Perbendaharaan up Direktur Pengelolaan Kas Negara - Tembusan ke : Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan (Pasal 15 huruf b) 6.1.3.3 Kepala KPPN selaku BUN - Wajib membuat lapora bulanan Laporan Realisasi Anggaran Laporan Arus Kas Neraca - Disampaikan ke Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk diproses a. PP RI No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) b. UU No.1/2004 pasal 55 ayat (2) a. UU No.1/2004 pasal 55 ayat (2) huruf c 22

- Diteruskan ke Dirjen Perbendaharaan u.p Direktur Informasi dan AKuntansi (pasal 15 huruf c) 6.2 Laporan Realisasi APBN lainnya Laporan yang menyangkut realisasi APBN lainnya sepanjang belum dicabut dan masih diperlukan tetap dilaksanakan (pasal 1 huruf d) 7. Lain-lain 7.1 Pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas/UDW/+) - Dibebankan pada MAK uang duka wafat/ tewas - Tanpa memperhatikan pagu dana tersedia pada MAK berkenan (pasal 16 ayat (1) 7.2 SKPP pegawai pindah - Diterbitkan oleh Kepala Satker - Dalam rangkap 4 (emapat) - Disampaikan ke KPPN - Disahkan Kepala Seksi Perbendaharaan - Surat Pengantar ditandatangani Kepala KPPN - Distribusi laporan : a. Lembar ke 1 dan ke 3 Dikembalikan ke Satker, selanjutnya Lembar ke 1 diteruskan ke pegawai yang bersangkutan Lembar ke 3 ke Satker yang baru b. Lembar ke 2 : dikirim oleh KPPN asal ke KPN/Kantor Pembayar berikutnya c. Lembar ke 4 : arsip KPPN asa (pasal 16 ayat (4) 7.3 SKPP Pegawai Pensiun - Diterbitkan dalam rangkap 6 (enam) Lembar ke 1 dan ke 2 : ke PT. Taspen (Perserso)/PT. ASABRI (Persero) Lembar ke 3 : pegawai yang bersangkutan 23

Lembar ke 4 : ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang mewilayahkan PT. Taspen/PT. ASABRI pembayar pensiun Lembar ke 5 : arsip Bendahara Pengeluaran Lembar ke 6 : arsip KPPN (pasal 16 ayat (5) 7.4 Kewajiban Bendahara Pengeluaran - Wajib membuat pembukuan seluruh transaksi keuangan yang dilaksanakan pada satker (pasal 16 ayat (6) 7.5 Pembuat Daftar Gaji (PDG) - Penujukkan PDG Tiap awal tahun anggaran kuasa PA menunjuk PDG - Tugas PDG Membuat dan menatausahakan daftar gaji dan lembur satker (pasal 16 ayat (7)) 7.6 Dana PHLN Pembayaran kegiatan berasal dari dana PHLN dilaksanakan sesuai peraturan Dirjen Perbendaharaan yang berlaku dalam pelaksanaan PHLN (pasal 18 ayat (1)) 7.7 Peraturan yang digantikan Dengan berlakunya Peraturan Dirjen Perbendaharaan ini - Peraturan Dirjen Perbendaharaan tanggal 9 Mei 2005 No. PER-02/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban APBN dan - Peraturan Dirjen Perbendaharaan tanggal 1 September 2005 No. PER-24/PB/2005 tentang perubahan Atas Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. PER-02/PB/2005 dan - Semua peraturan yang mengatur mekanisme 24

pembayaran dalam pelaksanaan APBN yang ditetapkan Dirjen Anggaran dan Dirjen Perbendaharaan Yang tidak sesuai dinyatakan tidak berlaku (pasal 18 ayat (2)) 25