Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

Deskripsi dan Analisis

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii

Dr. Ir. Sukardi, M.Si

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Dr. Ir. Sukardi, M.Si

BAB IV GAMBARAN UMUM

Deskripsi dan Analisis APBD 2010 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

C UN MURNI Tahun

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

BAB IV GAMBARAN UMUM

Monitoring Realisasi APBD Triwulan I

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

ISU STRATEGIS PROVINSI DALAM PENYUSUNAN RKP 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. INSENTIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Pelayanan Publik Daerah)

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

BERITA RESMI STATISTIK

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota)

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - TAHUN ANGGARAN TRIWULAN III

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Peta Nusa Tenggara Barat 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Daftar Isi Peta Nusa Tenggara Barat... 2 Daftar Isi... 3 Kata Pengantar... 4 Selayang Pandang... 5 Geografis dan Demografis... 6 Kondisi Pelayanan Publik... 8 Kondisi Perekonomian... 16 Kesejahteraan Masyarakat... 22 Gambaran Umum Keuangan Daerah... 27 Kondisi Keuangan Daerah... 40 Ucapan Terima Kasih... 46 Sumber Data... 47 Daftar Isi 3

Kata Pengantar Kondisi geografis, budaya, tipologi ekonomi yang sangat bervariasi antar-daerah menuntut adanya strategi kebijakan yang berbedabeda pula agar mampu mendorong akselerasi pembangunan daerah. Selaras dengan hal tersebut, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal telah pula membuka kesempatan bagi daerah untuk mengarahkan kebijakan publiknya menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi unggulan daerah yang dimilikinya. Inovasi, kreatifitas, sensitifitas dan kejelian pemerintah daerah dalam meramu kebijakan akan menjadi kunci keberhasilan pembangunan daerah. Setelah lebih dari satu dasawarsa pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, sudah banyak kemajuan dan peningkatan yang terjadi, baik dari sisi pelayanan publik, kondisi keuangan, maupun imbasnya pada perekonomian daerah. Untuk itulah, informasi dan gambaran mengenai kondisi pelayanan publik, kondisi keuangan daerah maupun profil perekonomian daerah menjadi penting untuk ditinjau lebih jauh dari berbagai sudut pandang. Buku Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Prov. Nusa Tenggara Barat ini diharapkan mampu memberikan informasi dan gambaran menyeluruh bagi para stakeholder mengenai profil keuangan daerah serta perekonomian daerah di Prov. Nusa Tenggara Barat. Kami berharap bahwa buku ini bisa dijadikan sebagai salah satu referensi yang informatif, komprehensif namun juga ringkas, dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Dr. Marwanto Harjowiryono. 4 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Selayang Pandang Beberapa tempat wisata alamnya mampu menjadi saingan provinsi lain, seperti Pantai Senggigi di sebelah barat Pulau Lombok, Pantai Kuta (pantai selatan Pulau Lombok), serta Gili (Pulau) Terawangan yang memiliki pasir putih yang sangat indah. Banyak hotel dan fasilitas akomodasi lain yang dibangun di tempat wisata tersebut yang memiliki standar internasional. Provinsi NTB juga memiliki destinasi wisata budaya yang cukup terkenal seperti Pura tertua di NTB, desa wisata, serta berbagai tempat lainnya. Berdirinya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki sejarah panjang. Pada Tahun 1958, Provinsi NTB mulai terbentuk berdasarkan UU 64/1958 tanggal 14 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Bali, NTB, dan NTT dengan AR. Moh. Ruslan Djakaningrat sebagai gubernur pertamanya. Berbagai program pembangunan dikembangkan di provinsi ini di berbagai sektor. Selain pertanian, sektor pariwisata menjadi salah satu andalan perekonomiannya. Dengan kondisi alam dan budaya yang memiliki banyak kemiripan dengan Provinsi Bali, Provinsi NTB memiliki tempat destinasi kunjungan wisata yang sangat potensial baik wisata alam maupun budaya. Selain itu, terdapat tradisi turun temurun secara tahunan yang kini dikembangkan menjadi atraksi wisata, yaitu Tradisi Bau Nyale. Tradisi Bau Nyale dilaksanakan oleh Suku Sasak di Kabupaten Lombok Tengah ini berupa pesta menangkap cacing laut (nyale). Tradisi ini berawal dari legenda Puteri Mandalika yang rela berkorbanagar tercipta perdamaian di Kerajaan Tanjung Beru dengan cara menceburkan diri ke laut. Tak lama setelah itu, munculah Nyale (cacing laut) yang berkilau indah menggantikan sang puteriu yang hilang. Sejak saat itu, setiap tahun diadakan pesta nyale yang dirayakan di Pantai Kuta Lombok Tengah. Selayang Pandang 5

Geografis dan Demografis Luas Daerah Nusa Tenggara Barat 2010 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan No Daerah Luas daerah (km) Persentase (%) No Nama Daerah Ibu Kota Jumlah Kecamatan Jumlah Kelurahan 1 Kab. Lombok Barat 1.053,92 5,23 1 Kab. Lombok Barat Gerung 10 123 2 Kab. Lombok Tengah 1.208,40 6,00 2 Kab. Lombok Tengah Praya 12 139 3 Kab. Lombok Timur 1.605,55 7,97 3 Kab. Lombok Timur Selong 20 215 4 Kab. Sumbawa 6.643,98 32,97 4 Kab. Sumbawa Sumbawa Besar 24 166 5 Kab. Dompu 2.324,60 11,53 5 Kab. Dompu Dompu 8 79 6 Kab. Bima 4.389,40 21,78 6 Kab. Bima Raba 18 178 7 Kab. Sumbawa Barat 1.849,02 9,17 7 Kab. Sumbawa Barat Taliwang 8 64 8 Kota Mataram 61,30 0,30 8 Kota Mataram Mataram 5 33 9 Kota Bima 207,50 1,03 9 Kota Bima Raba 6 50 10 Kab. Lombok Utara 809,53 4,02 10 Kab. Lombok Utara Tanjung 5 38 Prov. NTB 20.153,20 100,00 Prov. NTB 116 1.085 6 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Provinsi NTB terdiri atas 2 (dua) pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dan ratusan pulau kecil lainnya yang totalnya mencapai 280 pulau. Dari sejumlah itu, 32 pulau yang sudah dihuni. Luas NTB mencapai 20.153,15 km2 dan terletak antara 115 0 46' - 119 0 5' Bujur Timur dan 8 0 10' - 9 0 5' Lintang Selatan. Provinsi ini berbatasan dengan Laut Jawa dan Laut Flores di sebelah utara, Samudera Indonesia di sebelah selatan, Selat Lombok (Provinsi Bali) di sebelah barat, serta Selat Sape (Provinsi NTT. Pulau Sumbawa merupakan pulau terbesar dengan luas 15.414,5 km2 atau 2/3 dari luas Provinsi NTB dan Pulau Lombok sisanya. Ibu kota provinsi terletak di kota Mataram, Pulau Lombok. Daerah tertinggi di NTB adalah Selong yang terletak 166 meter di atas permukaan laut sementara Taliwang terendah dengan 11meter dpl. Terdapat tujuh gunung di Pulau Lombok dan sembilan gunung di Pulau Sumbawa. Dari gunung-gunung tersebut, Gunung Rinjani merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Lombok dengan ketinggian 3.726 mdpl, sedangkan Gunung Tambora merupakan yang tertinggi di Pulau Sumbawa dengan ketinggian 2.851 mdpl. Provinsi NTB terdiri dari 10 kabupaten / kota, 116 kecamatan, serta 1.085 desa/kelurahan. Kabupaten Sumbawa merupakan wilayah yang terluas dengan luas 6.643,98 km2, sedangkan Kota Mataram merupakan yang paling kecil dengan luas 61,3 km2. Kabupaten Sumbawa juga memiliki kecamatan terbanyak, yaitu 24 kecamatan, sedangkan Kota Mataram dan Kab. Lombok Utara memiliki jumlah kecamatan paling sedikit, yaitu sebanyak 5. Temperatur maksimum selama tahun 2010 berkisar antara 31,1 0 C - 33 0 C, dan temperatur minimum berkisar antara 22,8 0 C - 24,7 0. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan Maret, sedangkan yang terendah pada bulan Juli. Sementara itu, rata-rata kelembaban udara antara 79-85 persen dengan rata-rata kecepatan angin mencapai kisaran 6-7 knots dan kecepatan angin maksimum 20 knots. Curah hujan selama tahun 2010 termasuk tinggi dengan jumlah hari terendah pada bulan Juli sebanyak 12 hari dan yang tertinggi ppada bulan desember dengan jumlah hari hujan mencapai 25 hari. Berdasarkan survei ekonomi nasional, pada tahun 2010, Provinsi NTB memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.500.212 yang terdiri dari 2.183.646 laki-laki dan 2.316.566 perempuan. Wilayah yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah Kab. Lombok Timur dengan 1.105.582 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di wilayah Kab. Sumbawa Barat dengan jumlah 114.951 jiwa. Geografis dan Demografis 7

Kondisi Pelayanan Publik 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Infrastruktur 4. Perusahaan Air Minum 5. Sumber Daya Listrik 8 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

No. Kab/Kota Sekolah Murid Guru Rasio Murid / Guru Rasio Murid / Sekolah 1 Kab. Lombok Barat 328 68.372 2.655 25,75 208,45 2 Kab. Lombok Tengah 579 97.148 4.130 23,52 167,79 3 Kab. Lombok Timur 663 131.725 5.443 24,20 198,68 4 Kab. Sumbawa 344 50.361 2.541 19,82 146,40 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Dasar (SD) se-prov. NTB Tahun 2010/2011 5 Kab. Dompu 210 34.620 1.508 22,96 164,86 6 Kab. Bima 403 63.018 3.024 20,84 156,37 7 Kab. Sumbawa Barat 89 13.970 735 19,01 156,97 8 Kota Mataram 133 25.481 868 29,36 191,59 9 Kota Bima 143 40.740 1.575 25,87 284,90 10 Kab. Lombok Utara 71 15.758 1.091 14,44 221,94 Provinsi NTB 2.963 541.193 23.570 22,96 182,65 Pada tahun ajaran 2010/2011, Provinsi NTB memiliki 2.963 sekolah, 541.193 murid, serta 23.570 guru. Kab. Lombok Timur memiliki sekolah, murid, serta guru yang terbanyak, yaitu masing-masing sebanyak 663 sekolah, 131.725 orang murid, serta 5.443 orang guru, sedangkan yang paling sedikit adalah Kab. Sumbawa Barat dengan masing-masing sebanyak 89 sekolah, 13.970 orang murid, 735 orang guru. Rasio murid/guru tingkat SD merupakan salah satu alat ukur kualitas pembelajaran yang diterima murid tingkat SD. Rasio murid/guru tingkat SD di provinsi NTB sebesar 22,96 yang artinya adalah seorang guru mengampu sebanyak 22,96 murid. Rasio murid/guru tertinggi berada Kota Mataram sebanyak 29,36, dan yang terendah berada di Kab. Lombok Utara dengan rasio 14,44. Semakin besar rasio menunjukkan semakin besar jumlah murid yang diampu dan semakin tinggi beban seorang guru. Sementara itu rasio murid/sekolah tingkat SD menunjukkan jumlah murid SD yang ditampung oleh sebuah sekolah. Rasio murid/sekolah untuk SD di Prov. NTB adalah 182,65 atau rata-rata 30,44 per kelas angkatan. Rasio tertinggi ada di Kota Bima dengan 284,90 sedangkan yang terendah ada di Kab. Sumbawa sebesar 146,4. Pelayanan Publik 9

No. Kab/Kota Sekolah Guru Murid Rasio Murid / Guru Rasio Murid / Sekolah 1 Kab. Lombok Barat 34 633 17.934 28,33 527,47 2 Kab. Lombok Tengah 59 687 22.855 33,27 387,37 3 Kab. Lombok Timur 65 962 29.241 30,40 449,86 4 Kab. Sumbawa 57 648 18.575 28,67 325,88 5 Kab. Dompu 30 411 12.370 30,10 412,33 6 Kab. Bima 61 744 22.375 30,07 366,80 7 Kab. Sumbawa Barat 25 198 5.703 28,80 228,12 8 Kota Mataram 16 246 6.671 27,12 416,94 9 Kota Bima 23 522 16.630 31,86 723,04 10 Kab. Lombok Utara 14 193 5.860 30,36 418,57 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) se-prov. NTB Tahun 2010/2011 Provinsi NTB 384 5.244 158.214 30,17 412,02 Jumlah sekolah, guru dan murid SLTP di Prov. NTB pada TA 2010/2011 adalah masing-masing sebesar 384 sekolah, 5.244 orang guru, serta 158.214 orang murid. Dari jumlah tersebut, yang paling besar berada di wilayah Kab. Lombok Timur dengan masing-masing sebanyak 65 sekolah, 962 orang guru, serta 29.241 orang murid, sedangkan yang paling sedikit ada di Kab. Lombok Utara yang masing-masing berjumlah 14 sekolah, 193 orang guru dan 5.860 sekolah. Rasio murid/guru Provinsi NTB sebanyak 30,17 dengan rasio tertinggi disumbangkan Kab. Lombok Tengah 33.27 dan rasio terendah adalah Kota Mataram dengan 27,12. Sementara itu, rasio murid/sekolah provinsi tersebut adalah 412,02 atau rata-rata sebanyak 137,34 untuk tiap tingkatan kelas. Rasio tertinggi berada di Kota Bima, yaitu sebesar 723,04 atau rata-rata 241,01 per tingkatan kelas, sedangkan yang terendah ada di Kab. Sumbawa Barat dengan rasio 228,12 atau rata-rata 76,04 per tingkatan kelas. 10 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Angka Melek Huruf (AMH) se-prov. NTB Tahun 2009-2010 Angka Melek Huruf (AMH) merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidikan yang menunjukkan jumlah penduduk melek huruf dari 100 orang penduduk. AMH di Provinsi NTB mengalami peningkatan dari 80,18% pada tahun 2009 menjadi 81,05% pada tahun 2010. Peningkatan juga dialami semua wilayah di provinsi tersebut. Kab. Lombok Utara memiliki AMH paling rendah, yaitu sebanyak 71,01% pada tahun 2009 dan 71,27% pada tahun 2010, sedangkan Kota Bima memiliki AMH tertinggi, yaitu 92,84% pada tahun 2009 dan 93,74% pada tahun 2010. No Daerah Angka Melek huruf (%) 2009 2010 1 Kab. Lombok Barat 76,41 76,42 2 Kab. Lombok Tengah 71,20 71,48 3 Kab. Lombok Timur 79,92 80,02 4 Kab. Sumbawa 89,75 89,78 5 Kab. Dompu 82,82 83,69 6 Kab. Bima 85,83 85,87 7 Kab. Sumbawa Barat 90,72 90,75 8 Kab. Lombok Utara 71,01 71,27 9 Kota Mataram 91,81 91,82 10 Kota Bima 92,84 93,74 Prov. NTB 80,18 81,05 Pelayanan Publik 11

Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) SD menurut Kab. /Kota, Tahun 2009/2010 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) SMP menurut Kab. /Kota, Tahun 2009/2010 No. Kabupaten / Kota Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) No. Kabupaten / Kota Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) 1 Kab. Bima 119,39 97,39 1 Kab. Bima 95,88 71,15 2 Kab. Dompu 119,58 97,54 2 Kab. Dompu 102,42 75,86 3 Kab. Lombok Barat 118,70 95,57 3 Kab. Lombok Barat 95,83 72,75 4 Kab. Lombok Tengah 111,77 91,17 4 Kab. Lombok Tengah 125,95 97,00 5 Kab. Lombok Timur 114,68 93,55 5 Kab. Lombok Timur 90,61 69,61 6 Kab. Lombok Utara 95,87 78,20 6 Kab. Lombok Utara 89,62 68,01 7 Kab. Sumbawa 95,74 78,10 7 Kab. Sumbawa 96,42 70,87 8 Kab. Sumbawa Barat 96,88 79,03 8 Kab. Sumbawa Barat 82,37 59,71 9 Kota Bima 114,86 96,45 9 Kota Bima 115,81 88,92 10 Kota Mataram 115,84 96,55 10 Kota Mataram 116,14 87,41 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan salah satu indikator keberhasilan pelayanan bidang pendidikan. Di tingkat SD, APK tertinggi terdapat pada Kab. Dompu dengan angka 119,58, sedangkan yang terendah adalah Kab. Sumbawa dengan 95,74. Sementara itu, Kab. Dompu juga memiliki APM tertinggi dengan angka sebesar 97,54, sedangkan yang terendah juga Kab. Sumbawa dengan angka sebesar 78,10. Untuk tingkat SMP, Kab. Lombok Tengah memiliki APK dan APM tertinggi sebesar masing-masing 125,95 dan 97,00. Sementara itu, Kab. sumbawa Barat memiliki APK dan APM terendah yaitu masing-masing sebesar 115,81 dan 59,71. 12 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Jumlah Sarana Kesehatan se-prov. NTB Tahun 2010 Jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah Provinsi NTB antara lain adalah 14 rumah sakit, 150 puskesmas, serta 527 puskesmas pembantu. Dari 10 kab/kota yang ada di provinsi tersebut, Kab. Sumbawa Barat dan Kab. Lombok Utara merupakan wilayah belum ada rumah sakitnya, sedangkan Kota Bima memiliki rumah sakit yang paling banyak, yaitu 4 buah. Kab. Lombok Timur memiliki puskesmas terbanyak, yaitu sebanyak 29 buah sedangkan Kota Bima dan Kab. Lombok Utara memiliki puskesmas yang paling sedikit, yaitu masingmasing sebanyak 5 buah. Sementara itu, Kab. sumbawa memiliki puskesmas pembantu terbanyak, yaitu sejumlah 92 buah, sedangkan Kab. Lombok Utara memiliki puskesmas pembantu yang paling sedikit, yaitu sejumlah 14 buah. No Kab/Kota Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu 1 Kab. Lombok Barat 1 15 58 2 Kab. Lombok Teng 2 25 90 3 Kab. Lombok Timu 1 29 85 4 Kab. Sumbawa 1 25 92 5 Kab. Dompu 2 9 44 6 Kab. Bima 2 20 84 7 Kab. Sumbawa Bar 0 8 29 8 Kota Mataram 1 9 16 9 Kota Bima 4 5 15 10 Kab. Lombok Utara 0 5 14 Prov. NTB 14 150 527 Pelayanan Publik 13

No Daerah Angka Harapan Hidup (tahun) 2009 2010 Angka Harapan Hidup (AHH) se-prov. NTB Tahun 2009-2010 1 Kab. Lombok Barat 60,4 60,84 2 Kab. Lombok Tengah 60,66 61,09 3 Kab. Lombok Timur 60,26 60,75 4 Kab. Sumbawa 60,61 60,72 5 Kab. Dompu 60,94 61,05 6 Kab. Bima 62,62 62,93 7 Kab. Sumbawa Barat 61,11 61,28 8 Kab. Lombok Utara 60,18 60,56 9 Kota Mataram 66,15 66,64 10 Kota Bima 62,86 62,98 Provinsi NTB 61,8 62,11 Angka Harapan Hidup (AHH) menunjukkan keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi suatu negara atau daerah. Meningkatnya perawatan kesehatan dan juga daya beli masyarakat akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta usia harapan hidup. AHH Provinsi NTB menunjukkan peningkatan dari angka 61,8 pada tahun 2009 menjadi 62,11 pada tahun 2010. Dari angka tersebut, Kota Mataram memiliki AHH tertinggi sedangkan Kab. Lombok Utara memiliki AHH terendah untuk kedua tahun tersebut. Secara keseluruhan, AHH disemua kabupaten mengalami peningkatan. 14 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Panjang Jalan Menurut Kondisi, Tahun 2010 (KM) Total panjang jalan yang berada di Provinsi NTB adalah 936,5 km. Dari panjang jalan tersebut, Kab. Sumbawa Barat memiliki jalan yang terpanjang yaitu sepanjang 174,39 km, sedangkan yang memiliki panjang jalan terpendek adalah Kab. Lombok Utara. Kab Lombok Barat dan Kab. Bima tidak tersedia datanya. Untuk jalan dengan kondisi baik, dari total sepanjang 313 km, Kab Sumbawa Barat memiliki jalan terpanjang, sedangkan Kota Mataram adalah yang terpendek. Untuk jalan dengan kondisi sedang, yang terpanjang ada di Kota Bima, sedangkan yang terpendek ada di Kab. Lombok Utara. Sementara itu, kondisi jalan yang rusak, dari total 112,04km, yang terpanjang ada di Kota Mataram, sedangkan yang terpendek ada di Kab. Lombok Tengah. No Kab/Kota Baik Sedang Rusak Tidak Terinci 1 Kab. Lombok Barat - - - - 2 Kab. Lombok Tengah 5,22 72,69 1,66-3 Kab. Lombok Timur 41,51 72,60 8,92 3,70 4 Kab. Sumbawa 21,56 90,25 28,66 3,84 5 Kab. Dompu 98,92 27,77 12,00 2,50 6 Kab. Bima - - - - 7 Kab. Sumbawa Barat 113,45 35,31 14,66 10,97 8 Kota Mataram 3,83 40,87 20,71 19,38 9 Kota Bima 9,24 101,74 6,99 1,24 10 Kab. Lombok Utara 19,27 21,00 18,44 7,60 Prov. NTB 313,00 462,23 112,04 49,23 Pelayanan Publik 15

Kondisi Perekonomian 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2. Perhotelan 3. Produksi Tanaman Pangan 4. Produksi Perkebunan 5. Produksi Ternak 6. Produksi Perikanan 7. Industri 8. Tingkat Inflasi 16 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Perdagangan, Hotel dan Restoran 13% Jasa-Jasa 10% Bangunan dan Konstruksi 6% Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4% Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (2010) Pertanian 20% Pertambangan 36% Other 21% Sektor pertambangan memberikan sumbangan yang paling besar pada PDRB Provinsi NTB dibandingkan sektor lainnya, yaitu sebesar 36% diikuti oleh sektor pertanian (20%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13%), jasa-jasa (10%) serta lainnya (21%). Sektor lain-lain tersebut terdiri dari sektor pengangkutan dan komunikasi (7%), bangunan dan Konstruksi (6%), Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (4%), Industri Pengolahan (3%), dan Listrik, Gas dan Air Minum (1%). Hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Prov. NTB mayoritas masih tergantung dari alam, yaitu sektor pertambangan dan pertanian yang secara total mencapai 56% dari seluruh PDRB. Pengangkutan dan Komunikasi 7% Industri Pengolahan 3% Listrik, Gas dan Air Minum 1% Perekonomian 17

No Kab/Kota Padi Sawah Padi Ladang Padi Palawija Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar 1 Kab. Lombok Barat 27.350 1.637 28.987 7.466 2.613 3.037 1.223 189 326 78 2 Kab. Lombok Tengah 74.750 1.094 75.844 32.745 3.191 23.208 4.723 795 552 276 3 Kab. Lombok Timur 60.384 3.113 63.497 21.406 16.602 918 1.242 1.194 1.162 288 4 Kab. Sumbawa 63.828 9.531 73.359 60.154 14.528 9.823 1.423 33.880 447 53 5 Kab. Dompu 27.118 7.461 34.579 26.157 5.821 14.307 472 5.342 155 60 6 Kab. Bima 43.323 16.319 59.642 50.919 9.686 29.745 9.005 1.205 1.047 231 7 Kab. Sumbawa Barat 15.305 435 15.740 7.218 3.076 1.369 189 2.541 27 16 8 Kota Mataram 4.159-4.159 1.190-1.179 9 2 - - 9 Kota Bima 4.140 2.675 6.815 5.039 684 3.056 416 287 559 37 10 Kab. Lombok Utara 9.237 2.425 11.662 12.978 5.392 7 6.342 76 1.077 84 Prov. NTB 329.594,00 44.690,00 374.284,00 225.272,00 61.593,00 86.649,00 25.044,00 45.511,00 5.352,00 1.123,00 Luas Panen Tanaman Bahan Makanan Menurut Jenisnya dan Kab. /Kota, Tahun 2010 Dari sektor pertanian, padi masih menjadi tanaman komoditas terbesar dilihat dari luas panennya. Luas panen padi mencapai 374.284 ha. Tanaman palawija menduduki peringkat kedua dengan luas panen 225.272 ha, diikuti secara berurutan dari yang terluas adalah kedelai, jagung, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu, serta ubi jalar. Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa sangat dominan untuk produksi jagung. Kabupaten Lombok Tengah sangat dominan untuk produksi padi. Kabupaten Bima paling dominan untuk prosuksi kedelai dan kacang tanah, sedangkan Kabupaten Sumbawa paling dominan untuk produksi kacang hijau. 18 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Jumlah Ternak menurut Jenisnya dan Kabupaten/ Kota di Provinsi NTB tahun 2010 Ternak Besar Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat kota Mataram Kota Bima Lombok Utara 1 Kuda 4.226 2.196 5.045 37.436 6.735 10.198 6.582 816 2.831 557 76.622 2 Sapi 72.861 94.759 80.162 156.797 74.889 91.725 41.536 1.282 16.781 65.159 695.951 3 Kerbau 8.294 17.299 5.860 54.535 17.399 36.216 13.085 40 2.170 1.006 155.904 4 Kambing 35.535 54.872 63.211 38.462 50.285 179.399 23.156 2.477 19.472 23.961 490.830 5 Domba 2.116 423 5.962 1.270 161 17.452 1.266 314 565-29.529 6 Babi 33.753 1.419 23 6.850 2.991 - - 2.182-6.848 54.066 Jumlah 156.785 170.968 160.263 295.350 152.460 334.990 85.625 7.111 41.819 97.531 1.502.902 Ternak Kecil Jenis Ternak Produksi ternak di NTB memiliki daerah penghasil utama yang berbeda untuk jenis ternak yang berbeda. Untuk ternak besar, daerah penghasil lebih banyak di kabupaten yang ada di Pulau Sumbawa, sedangkan produksi ternak kecil didominasi oleh kabupaten yang ada di Pulau Lombok. 7 Ayam Petelur 102.414 41.571 4.589 - - - - 8.946 6.898 21 164.439 8 Ayam Pedaging 327.489 439.068 1.126.845 192.118 35.400 486.845 950 104.800 329.713 1.965 3.045.193 9 Ayam Buras 698.567 1.204.138 949.484 607.698 147.587 419.255 100.055 45.378 166.456 154.670 4.493.288 10 Itik 82.601 226.330 106.719 7.539 25.656 81.050 6.189 10.087 15.467 6.484 568.122 11 Kelinci 203 928 182 - - 771-70 134 69 2.357 12 Puyuh 837 441 665 - - 12-79 234 119 2.387 13 Merpati 36.643 63.128 47.735 1.944-883 321 4.929 587 18.864 175.034 Jumlah 1.248.754 1.975.604 2.236.219 809.299 208.643 988.816 107.515 174.289 519.489 182.192 8.450.820 Jumlah 1.405.539 2.146.572 2.396.482 1.104.649 Semua kabupaten di P. Sumbawa memiliki produksi kuda dan kerbau melebihi produksi di daearh lain, sedangkan produksi sapi merata di semua kabupaten di NTB serta sebagian kecil di kota. Kabupaten Sumbawa menjadi penghasil terbesar untuk ternak kuda, sapi dan kerbau, Kab. Bima menjadi penghasil terbesar untuk kambing dan domba, serta Kab. Lombok Barat yang terbesar untuk produksi babi. Kabupaten/Kota 361.103 1.323.806 193.140 181.400 561.308 Total 279.723 9.953.722 Untuk ternak kecil, Kab. Lombok Barat paling dominan dalam menghasilkan ayam petelur, sedangkan Kab. Lombok Tengah sangat dominan dalam menghasilkan itik. Kab. Lombok Tengah dan Kab. Lombok Timur sangat dominan dalam menghasilkan ayam pedaging. Kab. Lombok Tengah dan Kab. Bima cukup dominan dalam menghasilkan kelinci. Kab. Lombok Barat, Lombok Timur dan Kab. Lombok Tengah cukup dominan dalam menghasilkan burung puyuh dan merpati. Perekonomian 19

No Kab/Kota Ikan Kolam Ikan Keramba Ikan Sawah Ikan Tambak Ikan Penangkapan Lainnya Total 1 Kab. Lombok Barat 805,49 100,69 72,24 576,61 184,6 19,26 1.758,89 2 Kab. Lombok Tengah 699,00 109,70 39,20 34,30 0 0 882,20 3 Kab. Lombok Timur 1.263,80 2,10 4,30 1.796,80 1831,63 0 4.898,63 4 Kab. Sumbawa 372,14 2,26 0,00 32.902,69 0 0 33.277,09 5 Kab. Dompu 78,74 0,00 0,00 1.228,07 0 0 1.306,81 6 Kab. Bima 35,40 0,00 0,00 3.484,20 27,3 0 3.546,90 7 Kab. Sumbawa Barat 293,60 58,50 0,00 202,70 0 0 554,80 8 Kota Mataram 159,50 32,51 12,06 0,00 0 0 204,07 9 Kota Bima 51,87 0,00 0,00 381,43 94,28 0 527,58 10 Kab. Lombok Utara 2,27 0,00 0,00 2,50 799,14 0 803,91 Produksi Ikan Menurut Asal Tangkapan & Kab. /Kota, Tahun 2010 (Ton) Prov. NTB 3.762 306 128 40.609 2.937 19 47.761 Total ikan yang dihasilkan oleh Provinsi NTB adalah seberat 47.761 ton yang didominasi oleh produksi ikan tambak dengan produksi mencapai 85,03% dari totalnya dan sisanya dihasilkan oleh jenis perikanan lainnya. Untuk total produksi ikan, Kab. Sumbawa menghasilkan sebagian besar produksi ikan di Prov. NTB yaitu mencapai 69,67%. Dari tabel di samping, terlihat juga bahwa Kab. Sumbawa sangat dominan dalam menghasilkan ikan tambak. Kab. Lombok Timur sangat dominan dalam menghasilkan ikan kolam dan ikan penangkapan, sedangkan Kab. Lombok Barat dan Kab. Lombok Tengah sangat dominan dalam mengahsilkan ikan keramba dan ikan sawah. 20 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya Kab. /Kota, Tahun 2010 Ketersediaan hotel dan akomodasi lainnya di Provinsi NTB sangat mendukung pariwisata yang dikembangkan di beberapa daerah di provinsi tersebut. Terdapat sebanyak 39 hotel dengan total kamar tersedia sebanyak 2.162 buah. Hotel dan kamar lebih banyak terdapat di Pulau Lombok yang lebih banyak memiliki daerah destinasi wisata dibandingkan daerah di P. Sumbawa. Kab. Lombok Barat memiliki paling banyak hotel dan kamar dengan masing-masing 22 dan 1.330 buah diikuti Kota Mataram dengan 8 hotel dan 523 kamar, serta Kab. Lombok Utara dengan 5 hotel dan 149 kamar. No Kabupaten/Kota Hotel Kamar 1 Kab. Lombok Barat 22 1.330 2 Kab. Lombok Tengah 1 108 3 Kab. Lombok Timur - - 4 Kab. Sumbawa 3 52 5 Kab. Dompu - - 6 Kab. Bima - - 7 Kab. Sumbawa Barat - - 8 Kota Mataram 8 523 9 Kota Bima - - 10 Kab. Lombok Utara 5 149 Prov. NTB 39 2.162 Perekonomian 21

Kesejahteraan Masyarakat 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2. Tingkat Pengangguran Terbuka 3. Jumlah Penduduk Miskin & Garis Kemiskinan 22 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) se-prov. NTB Tahun 2009-2010 Terdapat peningkatan IPM di Provinsi NTB dari 64,66 pada tahun 2009 menjadi 65,20 pada tahun 2010. Daerah yang memiliki IPM tertinggi pada tahun 2010 adalah Kota Mataram dengan 72,32 dan yang terendah ada di Kab. Lombok Utara dengan angka 58,96. Dari 10 daerah yang ada di provinsi tersebut setengahnya berada di atas ratarata provinsi dan sisanya ada di bawahnya. Seluruh kabupaten/kota yang ada di P Sumbawa memiliki IPM di atas rata-rata provinsi kecuali Kab. Bima, sedangkan yang ada di P Lombok berada di bawah rata-rata provinsi kecuali Kota Mataram. No. Daerah IPM 2009 2010 1 Kab. Lombok Barat 61,27 61,71 2 Kab. Lombok Tengah 60,26 60,73 3 Kab. Lombok Timur 62,21 62,68 4 Kab. Sumbawa 65,72 66,07 5 Kab. Dompu 64,93 65,51 6 Kab. Bima 64,81 65,18 7 Kab. Sumbawa Barat 66,16 66,47 8 Kab. Lombok Utara 58,40 58,96 9 Kota Mataram 71,82 72,32 10 Kota Bima 68,02 68,56 Provinsi NTB 64,66 65,20 Kesejahteraan Masyarakat 23

No DAERAH 2009 2010 Desember Tahunan Desember Tahunan 1 KOTA MAKASSAR 0,49 3,21 1,15 6,64 2 WATAMPONE 0,61 6,67 0,65 6,59 3 KOTA PALU 0,88 5,6 1,73 6,3 4 KOTA MANADO 0,38 2,34 1,5 6,15 5 KOTA TARAKAN 1,76 7,01 1,79 7,74 6 KOTA SAMARINDA 0,26 3,99 0,46 6,79 7 KOTA BALIKPAPAN 0,31 3,54 0,72 7,16 8 KOTA BANJARMASIN 0,26 3,8 1,17 8,71 9 KOTA PALANGKA RAYA 0,34 1,38 1,2 9,15 10 SAMPIT -0,43 2,83 1,2 9,15 11 KOTA SINGKAWANG 1,29 1,2 0,11 6,96 12 KOTA PONTIANAK 0,66 4,86 0,9 8,26 13 KOTA KUPANG 1,01 6,33 0,91 9,6 14 MAUMERE -0,83 5,16 1,09 8,25 15 KOTA BIMA 0,24 4,03 1,36 6,2 16 KOTA MATARAM 0,65 3,14 1,61 10,61 17 KOTA DENPASAR 0,57 4,29 0,94 7,84 Inflasi 66 Kota Tahun 2007-2011 (Desember & Tahunan) Berdasarkan data BPS tahun 2009 dan 2010, dari 2 kota di Provinsi NTB yang dipantau inflasinya, Kota Mataram memiliki laju inflasi tahunan lebih rendah dibandingkan Kota Bima pada tahun 2009, namun memiliki tingkat inflasi bulan Desember yang lebih tinggi dibandingkan Kota Bima. Kota Mataram memiliki tingkat inflasi tahunan sebesar 3,14%, sedangkan tingkat inflasi tahunan di Kota Bima adalah 4,03%. Sementara itu, laju inflasi di Kota Mataram pada bulan Desember sebesar 0,65%, sedangkan di Kota Bima adalah 0,24%. Untuk tahun 2010, Kota Mataram memiliki laju inflasi lebih tinggi dibandingkan Kota Bima baik untuk bulan Desember maupun tahunan. Laju inflasi pada bulan Desember 2010 di Kota Mataram adalah sebesar 1,61%, sedangkan laju inflasi di Kota Bima adalah 1,36%. Sementara itu, laju inflasi tahunan di Kota Mataram adalah 10,61, sedangkan di Kota Bima adalah 6,2%. 24 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

No. Kabupaten/Kota Agustus 2009 Agustus 2010 Agustus 2011 Pengangguran (Orang) TPT (%) Pengangguran (Orang) TPT (%) Pengangguran (Orang) TPT (%) 1 Kab. Lombok Barat 19.096 4,93 14.282 5,12 13.551 4,89 2 Kab. Lombok Tengah 21.928 5,22 25.481 5,69 24.037 5,94 3 Kab. Lombok Timur 30.479 5,80 21.415 3,93 22.514 4,59 4 Kab. Sumbawa 13.719 6,95 12.327 5,88 10.412 5,17 5 Kab. Dompu 6.067 6,94 5.359 5,31 5.716 5,87 6 Kab. Bima 8.705 4,71 7.141 3,14 10.114 5,13 7 Kab. Sumbawa Barat 3.617 8,32 3.731 6,54 2.731 4,99 8 Kab. Lombok Utara - - 3.156 3,29 4.535 4,85 9 Kota Mataram 20.095 10,78 19.126 8,96 12.760 6,70 10 Kota Bima 7.552 11,27 7.125 9,39 4.172 6,36 Prov. NTB 131.258 6,25 119.143 5,29 110.542 5,33 Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Tahun 2009-2011 Berdasarkan data BPS tahun 2009-2011, jumlah kemudian menurun menjadi 5,29% namun kembali naik pengangguran berkurang setiap tahunnya. Sedangkan menjadi 5,33%. tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun naik. Pada tahun 2009, jumlah pengangguran adalah 131.258 Pada tahun 2011, jumlah pengangguran tertinggi ada orang yang kemudian menurun pada tahun 2010 di Kab. Lombok Tengah dan terendah ada di Kab. sebesar 119.143 dan terus menurun lagi menjadi Sumbawa Barat. Untuk TPT, angka tertinggi ada di 110.542. Sementara itu, TPT tahun 2009 adalah 6,25% Kota Mataram, sedangkan yang terendah ada di Kab. Lombok Timur. Kesejahteraan Masyarakat 25

No. Kabupaten/Kota Jumlah (000 jiwa) Persentase 2009 2010 2009 2010 1 Kab. Bima 89,70 85,20 20,42 19,41 2 Kab. Dompu 49,52 43,60 21,76 19,90 3 Kab. Lombok Barat 208,49 129,70 24,02 21,59 4 Kab. Lombok Tengah 187,59 171,40 20,94 19,92 5 Kab. Lombok Timur 270,61 263,60 23,96 23,82 6 Kab. Sumbawa 104,98 90,40 23,85 21,75 7 Kota Mataram 60,64 58,20 15,41 14,44 8 Kota Bima 18,89 18,30 13,65 12,80 9 Kab. Sumbawa Barat 24,34 25,10 23,01 21,82 10 Kab. Lombok Utara - 86,30-43,14 Prov. NTB 1.014,75 971,70 21,88 21,58 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin se-prov. NTB Tahun 2009-2010 Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin berkurangnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah perekonomian tertentu. Berdasarkan data jumlah dan persentase kemiskinan tahun 2009 dan 2010, diketahui bahwa terdapat penurunan baik jumlah penduduk miskin dan persentase kemiskinan di Provinsi NTB. Jumlah penduduk miskin menurun dari 1.014.000 orang pada tahun 2009 menjadi 971.700 orang pada tahun 2010, sedangkan persentase nya menurun dari 21,88% pada tahun 2009 menjadi 21,58% pada tahun 2010. Kabupaten Lombok Timur memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi tahun 2010, sedangkan Kota Bima adalah yang terendah. Sementara itu, angka persentase penduduk miskin tertinggi ada di Kabupaten Lombok Utara, sedangkan yang terendah ada di Kota Bima juga. 26 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Gambaran Umum Keuangan Daerah Keuangan Daerah 27

Komposisi APBD Prov. Nusa Tenggara Barat Agregat Prov., Kab., dan Kota 12.000,00 10.000,00 Miliar Rupiah 8.000,00 6.000,00 4.000,00 2.000,00 - (2.000,00) 2008 2009 2010 2011 2012 Pendapatan 5.605,86 6.070,16 6.960,59 8.586,04 9.380,18 Belanja 5.572,09 5.992,15 6.915,50 8.463,27 9.688,62 Surplus/Defisit 33,76 78,01 45,09 122,77 (308,44) Pembiayaan 379,81 355,08 324,28 286,48 13,00 Keterangan: 2008-2011 Realisasi; 2012 Anggaran 28 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Komposisi Pendapatan APBD Prov. Nusa Tenggara Barat Agregat Prov., Kab.,dan Kota Miliar Rupiah 8.000,00 7.000,00 6.000,00 5.000,00 4.000,00 3.000,00 2.000,00 1.000,00-2008 2009 2010 2011 2012 PAD 629,42 719,04 825,21 1.377,76 1.324,27 Daper 4.842,89 5.079,47 5.563,28 6.020,86 7.191,20 L2PyS 133,55 271,65 572,10 1.187,42 864,71 Keterangan: 2008-2011 Realisasi; 2012 Anggaran Keuangan Daerah 29

Komposisi Belanja APBD Prov. Nusa Tenggara Barat Agregat Prov., Kab.,dan Kota 6.000,00 5.000,00 Miliar Rupiah 4.000,00 3.000,00 2.000,00 1.000,00-2008 2009 2010 2011 2012 B. Pegawai 2.997,21 3.403,87 4.111,33 4.499,58 5.087,83 B. Barang Jasa 842,95 828,85 919,60 1.325,14 1.441,85 B. Modal 1.180,13 1.111,36 1.104,47 1.835,90 1.950,22 B. Lain2 551,79 648,07 780,11 802,65 1.208,72 Keterangan: 2008-2011 Realisasi; 2012 Anggaran 30 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Komposisi Pendapatan Asli Daerah APBD Prov. Nusa Tenggara Barat Agregat Prov., Kab., dan Kota (Rata-Rata Realisasi APBD 2008-2011) Komposisi PAD Kab/Kota Komposisi PAD Prov. Pajak daerah 9,4% 5,8% 23,2% 25,4% Retribusi daerah 9,3% 22,5% 28,9% Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 75,5% Lain-lain PAD yang sah (Dalam Juta Rupiah) Uraian PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Kabupaten/Kota 352.411 89.536 101.684 79.422 81.769 Provinsi 535.446 404.085 49.680 50.467 31.213 Keuangan Daerah 31

Komposisi Pajak Daerah APBD Prov. Nusa Tenggara Barat (Perbandingan Rata-Rata Realisasi APBD 2008-2010 dengan Realisasi APBD 2011) 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 % 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Air Bawah Tanah Pajak Air Permukaan Bea Balik Nama Kendaraan di atas air rata-rata 2008-2010 2011 (Dalam Juta Rupiah) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Air Bawah Tanah Pajak Air Permukaan Bea Balik Nama Kendaraan di atas air rata-rata 2008-2010 35,801 34,346 29,543 0,299 0,011 0,000 2011 28,354 43,858 27,712 0,000 0,076 0,000 32 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Komposisi Pajak Daerah APBD Kab./Kota Prov. Nusa Tenggara Barat (Perbandingan Rata-Rata Realisasi APBD 2008-2010 dengan Realisasi APBD 2011) % 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 rata-rata 2008-2010 2011 (Dalam Juta Rupiah) rata-rata 2008-2010 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BPHTB Pajak Penerangan Jalan Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C lainlain Pajak Reklame Pajak Hiburan Pajak Air Bawah Tanah Pajak Sarang Burung Walet Pajak Parkir Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 0,00 36,73 29,38 18,40 8,31 1,39 3,10 1,75 0,00 0,43 0,50 0,00 2011 23,59 23,10 19,92 19,33 4,20 3,29 2,46 1,82 1,70 0,59 0,29 0,00 Keuangan Daerah 33

Tren Simpanan Pemda se-provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan Agregat Prov., Kab., dan Kota Miliar Rupiah 2.000 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 Jan feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt sep Okt Nov Des 2009 2010 2011 2012 34 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Potret Dana Simpanan Pemda di Perbankan Prov. Nusa Tenggara Barat Dalam bentuk Tabungan, Simpanan Berjangka dan Giro Agregat Prov., Kab., dan Kota 90.000.000 70.000.000 50.000.000 30.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 0 2008 2009 2010 2011 NTB Nasional 2008 2009 2010 2011 NTB 408.381 425.501 383.674 440.152 Nasional 71.601.901 59.812.944 62.088.098 80.445.845 Keuangan Daerah 35

Trend Persentase Dana Idle Terhadap Realisasi Belanja Daerah Prov. Nusa Tenggara Barat Agregat Prov., Kab., dan Kota 18,00% 16,00% 14,00% 12,00% 10,00% 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% 16,15% 15,35% 14,64% 7,10% 5,55% 5,20% 2009 2010 2011 + Trend persentase dana idle terhadap realisasi belanja daerah di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami trend menurun dari tahun anggaran 2010 dan 2011 + Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan belanja semakin baik di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat NTB Nasional 2009 2010 2011 NAS NTB NAS NTB NAS NTB Belanja 389,7 5,99 424 6,92 498,1 8,46 Idle 59,8,43 62,1,38 80,5,44 % Idle/Blj 15,35% 7,10% 14,65% 5,55% 16,16% 5,20% 36 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Estimasi Realisasi Belanja Daerah Agregat Prov., Kab. dan Kota Sampai Dengan Bulan September 2012 (Persentase) % 100 98.840 90 80 76.116 70 67.065 60 58.753 57.773 54.399 50 50.794 40 42.448 42.777 33.085 34.541 30 26.774 26.240 20 14.016 20.283 20.141 10 8.450 13.265 4.766 8.247 4.890 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 2011 4.766 8.450 14.016 20.283 26.774 33.085 42.448 54.399 58.753 67.065 76.116 98.840 2012 4.890 8.247 13.265 20.141 26.240 34.541 42.777 50.794 57.773 2011 2012 Secara persentase, estimasi realisasi belanja daerah sampai dengan bulan September 2012 adalah sebesar 57,8%, lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2011. Keuangan Daerah 37

Estimasi Realisasi Belanja Daerah Agregat Prov. Nusa Tenggara Barat Sampai Dengan Bulan September 2012 (Persentase) 80 70 60 57,8 50 40 30 20 10 00 Kaltim Riau DKI Babel Papua Papbar Kalsel Bali Banten Bengkulu Kalbar Sumut Jambi Sumbar Jabar DIY Kalteng Sumsel Kepri Aceh Jateng Sultra NTT Sulbar NTB Sulteng Maluku Jatim Lampung Gorontalo Sulsel Sulut Malut + Rata-rata realisasi APBD 2012 sampai dengan bulan September 2012 agregat per prov. adalah sebesar 57,8%. + Terdapat 12 daerah yang mempunyai realisasi belanja di bawah rata-rata sedangkan 21 daerah mempunyai realisasi belanja di atas rata-rata. + Realisasi belanja terendah adalah Prov. Kalimantan Timur yaitu sebesar 41,6% sedangkan yang tertinggi adalah Prov. Maluku Utara sebesar 71,2%. 38 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Opini BPK atas LKPD Pemda Se-Provinsi Nusa Tenggara Barat Nama Daerah OPINI BPK 2008 2009 2010 Prov. Nusa Tenggara Barat WDP WDP TMP Kab. Bima WDP WDP WDP Kab. Dompu TMP TMP TMP Kab. Lombok Barat WDP WDP WDP Kab. LombokTengah WDP WDP WDP Kab. LombokTimur WDP WDP WDP Kab. Lombok Utara WDP WDP Kab. Sumbawa WDP WDP WDP Kab. Sumbawa Barat WDP WDP WDP Kota Bima TMP TMP TMP Kota Mataram WDP WDP WDP Keuangan Daerah 39

Kondisi Keuangan Daerah Indikator Kondisi Keuangan Daerah 1. Rasio Pendapatan Daerah / Jumlah Penduduk 2. Rasio PAD/ Total Pendapatan Daerah 3. Rasio Ruang Fiskal / Total Pendapatan Daerah 4. Rasio Pajak Daerah dan Retribusi Daerah/ PDRB 5. Rasio Belanja Modal / Total Belanja Daerah 6. Rasio Total Pendapatan Daerah / Total Belanja Daerah 7. Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung / Total Belanja Daerah 8. Rasio SiLPA tahun sebelumnya / Belanja Daerah 9. Rasio Pembayaran Pokok Hutang dan Bunga / Total Pendapatan Daerah 40 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Kondisi Keuangan Daerah Prov. Nusa Tenggara Barat Agregat Prov., Kab., dan Kota Pendapatan Daerah / Jumlah Penduduk PAD / Total Pendapatan Daerah 2.500 2.217,44 0,25 Ribuan 2.000 1.500 1.000 500 0 1.823,58 1.601,20 1.640,40 1.462,69 1.907,92 1.546,73 1.194,13 1.284,64 1.369,00 2007 2008 2009 2010 2011 Nasional prov. Nusa Tenggara Barat 0,20 0,15 0,10 0,05-0,21 0,18 0,18 0,19 0,16 0,16 0,10 0,11 0,12 0,12 2007 2008 2009 2010 2011 Nasional prov. Nusa Tenggara Barat + Rasio ini mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melayani per satu orang penduduknya + Rasio pendapatan daerah per kapita provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki tren meningkat seperti tren pendapatan per kapita nasional. Namun demikian, pendapatan per kapita Provinsi Nusa Tenggara Barat lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan per kapita nasional + Rasio ini mengukur tingkat kemandirian daerah yaitu kemampuan daerah dalam mendanai belanjanya dengan pendapatan asli daerah (PAD) + Rasio PAD Per Total Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki tren yang meningkat seperti tren secara nasional. Namun demikian, rasio PAD per total Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat lebih rendah dibandingkan rasio secara nasional Kondisi Keuangan Daerah 41

Kondisi Keuangan Daerah Prov. Nusa Tenggara Barat Agregat Prov., Kab., dan Kota Ruang Fiskal / Total Pendapatan Daerah Pajak Daerah + Retribusi Daerah / PDRB 0,60 0,40 0,20 0,55 0,42 0,49 0,36 0,44 0,32 0,41 0,40 0,28 0,30 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 1,34% 1,19% 1,46% 1,42% 1,36% 1,27% 1,33% 1,28% 1,58% 1,53% - 2007 2008 2009 2010 2011 0,00% 2007 2008 2009 2010 2011 Nasional prov. Nusa Tenggara Barat Nasional prov. Nusa Tenggara Barat + Rasio ini mengukur seberapa besar ruang fiskal atau keleluasaan yang dimiliki daerah dalam menggunakan dananya secara bebas dalam menentukan prioritas belanja yang akan didanai + Tren rasio ruang fiskal per total pendapatan daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki kecenderungan menurun seperti halnya rasio secara nasional, walaupun sedikit naik di tahun anggaran 2011. Rasio ruang fiskal per total pendapatan daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat lebih rendah dibandingkan dengan rasio secara nasional + Rasio ini mengukur tingkat kemampuan daerah dalam menggali potensi pajak dan retribusi daerahnya + Tren rasio pajak daerah dan retribusi daerah per PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki tren yang meningkat seperti halnya tren nasional. Pada tahun 2011, rasio pajak daerah dan retribusi daerah per PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan rasio secara nasional 42 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Kondisi Keuangan Daerah Prov. Nusa Tenggara Barat Agregat Prov., Kab., dan Kota 35,00% Belanja Modal / Total Belanja Rasio Total Pendapatan Daerah / Total Belanja Daerah 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% 28,95% 27,46% 26,19% 21,18% 22,17% 21,69% 18,55% 24,32% 15,97% 21,67% 2007 2008 2009 2010 2011 108,00% 106,00% 104,00% 102,00% 100,00% 98,00% 96,00% 94,00% 92,00% 104,68% 105,70% 102,66% 101,30% 102,22% 103,64% 100,61% 97,04% 100,65% 101,45% 2007 2008 2009 2010 2011 Nasional prov. Nusa Tenggara Barat Nasional prov. Nusa Tenggara Barat + Rasio ini mengukur seberapa besar daerah mengalokasikan belanja modal terhadap total belanjanya + Tren rasio belanja modal per total belanja Provinsi Nusa Tenggara Barat cenderung menurun seperti tren rasio secara nasional, namun pada tahun 2011 mengalami kenaikan yang besar. Pada tahun 2011 tersebut, rasio belanja modal per total belanja Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif sama dengan rasio secara nasional + Rasio ini mengukur tingkat kemampuan keuangan daerah dalam mendanai belanja daerah + Tren rasio total pendapatan daerah per total belanja daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki tren meningkat terutama pada tahun anggaran 2009 yang lebih tinggi daripada rasio secara nasional. Pada tahun 2011, rasio total pendapatan daerah per total belanja daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan rasio secara nasional. Kondisi Keuangan Daerah 43

Kondisi Keuangan Daerah Prov. Nusa Tenggara Barat Agregat Prov., Kab., dan Kota Rasio Belanja Pegawai Tidak Langsung / Total Belanja Daerah Rasio SiLPA Tahun Sebelumnya / Belanja Daerah 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 39,5% 28,4% 35,9% 34,7% 44,7% 45,4% 43,3% 39,4% 40,6% 40,2% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 20,06% 17,07% 8,57% 17,56% 12,29% 11,47% 10,0% 0,0% 2007 2008 2009 2010 2011 Nasional prov. Nusa Tenggara Barat 5,00% 0,00% 7,89% 7,13% 5,92% 4,34% 2007 2008 2009 2010 2011 Nasional prov. Nusa Tenggara Barat + Rasio ini mengukur seberapa besar daerah mengalokasikan belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanjanya + Rasio belanja pegawai tidak langsung per total belanja daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat cenderung meningkat pada tahun 2009 dan 2010 kemudian menurun pada tahun 2011. Pada tahun 2011, rasio belanja pegawai tidak langsung per total belanja daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat lebih tinggi dibandingkan dengan rasio secara nasional. + Rasio ini mengukur proporsi SiLPA tahun sebelumnya terhadap belanja daerah tahun berjalan + Rasio SiLPA terhadap belanja daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat cenderung menurun sama dengan rasio secara nasional yang juga cenderung turun. Namun demikian, pada tahun 2011 rasio SiLPA terhadap belanja Provinsi Nusa Tenggara Barat lebih rendah dibandingkan rasio secara nasional. 44 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Kondisi Keuangan Daerah Prov. Nusa Tenggara Barat Agregat Prov., Kab., dan Kota Rasio Pembayaran Pokok Hutang dan Bunga / Total Pendapatan Daerah 1,00% 0,80% 0,60% 0,40% 0,20% 0,00% 0,88% 0,78% 0,65% 0,68% 0,70% 0,45% 0,59% 0,39% 0,62% 0,30% 2007 2008 2009 2010 2011 + Rasio ini mengukur proporsi pembayaran pokok utang dan bunga yang harus dibayar dari pendapatan daerah dalam satu periode. + Rasio pembayaran pokok utang dan bunga per total pendapatan daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki tren yang fluktuatif. Pada tahun 2011, rasio pembayaran pokok utang dan bunga per total pendapatan daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat lebih rendah dibandingkan rasio secara nasional. Nasional prov. Nusa Tenggara Barat Kondisi Keuangan Daerah 45

Ucapan Terima Kasih Penyusunan buku Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah dilaksanakan dengan kerjasama yang solid dan tidak akan dapat terselesaikan tanpa kontribusi dari seluruh pihak di lingkungan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Oleh karena itu apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan dalam rangkaian kata berikut ini: + Ucapan terima kasih ditujukan kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan DR. Marwanto Harjowiryono dan Direktur Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah Drs. Yusrizal Ilyas, MPA yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga terselesaikannya penyusunan buku ini. + Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Subdirektorat Data Keuangan Daerah, Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah yang telah menyediakan data ringkasan APBD 2012 dan Realisasi APBD 2011 melalui Sistem Informasi Keuangan Daerah dan kepada Bagian Umum, Sekretariat Jenderal Perimbangan Keuangan yang telah menyediakan data Daerah Dalam Angka dan memfasilitasi hingga tersedianya buku ini. + Selanjutnya terima kasih kepada tim dari Subdirektorat Evaluasi Dana Desentralisasi dan Perekonomian Daerah yang terdiri dari Putut Hari Satyaka, SE. MPP; Krisnandar, SE; Prasetyo Indro S.,SE, ME; Aris Soedjatmiko, S.Sos, MM; Wahyu Widjayanto, SE, MM; Edi Soeprijono, S.Sos; Arif Zainuddin Fansyuri, Ak., ME; Femmy Ferdiansyah, SH; Chrisliana Tri Ferayanti, SE, ME; Lukman Adi Santoso, SE., ME.; Mauliate H. Silitonga, SE; Nanag Garendra Timur, S.Si; Rizki Anggunani, S.Si; Shinta Theresia Purba; Virgin Marthalia yang telah melakukan input dan pengolahan data sekaligus mendukung penulisan dan melakukan editing buku ini. Terima kasih atas kerja kerasnya. 46 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT

Sumber Data SIKD, Kementerian Keuangan Prov. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2007 2010, BPS www.ntbprov.go.id Sumber Data 47

48 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA BARAT