Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

Oleh: Septianita. Abstract PENDAHULUAN

Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHA TANI JAGUNG

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

KUISIONER RESPONDEN. 1. Pendidikan Terakhir (Berikan tanda ( ) pada jawaban) Berapa lama pengalaman yang Bapak/Ibu miliki dalam budidaya padi?

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

e-j. Agrotekbis 2 (2) : , April 2014 ISSN :

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

TINGKAT PENERAPAN DIVERSIFIKASI USAHATANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII ANALISIS PENDAPATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

SKALA USAHATANI PADI DI BEBERAPA LOKASI LUMBUNG PANGAN DI SUMATRA SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT EKONOMI PETANI PADI RAWA LEBAK SAAT MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU DI DESA PELABUHAN DALAM

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

Kata kunci: pendapatan, usahatani, jagung, hibrida Keywords: income, farm, maize, hybrid

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

KERAGAAN USAHATANI MINA PADI

DAFTAR PUSTAKA. Andri, K.B Perspektif Pembangunan Wilayah Pedesaan. Inovasi (XVIII): 1-8.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan 12 varietas yang akan dilakukan oleh 10 kabupaten yang sentra produksi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seminar Nasional PENINGKATAN DAYA SAING AGRIBISNIS BERORIENTASI KESEJAHTERAAN PETANI Bogor, 14 Oktober 2009

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

DIAGNOSIS POLA USAHA TANI DAN KINERJA DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN BERBASIS PADI DI KECAMATAN BUAYMADANG OGAN KOMERING ULU TIMUR Oleh : M u n a j a t ABSTRACT This research aim to identified the food plant farm cropping with paddy base, and to analyze the food plant with paddy base in Buay Madang East OKU region. The result shown that there re three farm cropping with paddy base in Buay Madang, (paddy-paddy-soy bean), (paddy-paddy-peanut) and (paddy, paddy, long bean). The best profit for the farmer from the diversification of the food plant with paddy base were fisrt type, paddy-paddy-soy bean, and then followed by the second type and the third type. Keywords: Farm cropping, Food plant, Paddy base, Diversification I. PENDAHULUAN Mengacu pada kebijakan pembangunan pertanian, pengembangan pola tanam dan diversifikasi usahatani di lahan sawah memiliki justifikasi yang kuat. Wacana diversifikasi usahatani sesungguhnya telah berkembang sejak pelita II (974 978), dalam rangka memantapkan program intensifikasi dan ekstensifikasi menuju swasembada pangan. Pengembangan intensifikasi palawija dan hortikultura perlu dilakukan secara simultan dan terpadu dengan budidaya tanaman padi ( Rusastra, et al.,2004) Diversifikasi usahatani dalam pertanian bukanlah hal yang baru bagi sebagian besar petani skala kecil Indonesia (Kasryno, 2003). Pada awalnya, alasan petani melakukan diversifikasiusahatani adalah untuk memenuhi keragaman kebutuhan konsumsi kelaurga. Dalam konteks ekonomi, diversifikasi pertanian diarahkan untuk Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Baturaja

memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan pendapatan petani dengan tingkat stabilitas yang lebih tinggi. Dengan demikian diversifikasi pertanian (demand driven farming system diversification) memerlukan instrumen kebijakan pembangunan pertanian yang berbeda dengan diversifikasi intensifikasi usahatani (supply driven} dengan sasaran utama memenuhi kebutuhan dan memperoleh surplus produksi (Timmer,992) Padi merupakan tanaman yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Selain beras merupakan komoditas penting tidak hanya di Indonesia, tapi juga di belahan dunia lainnya. Beras tidak hanya menjadi makanan pokok sekitar 3 miliar penduduk dunia atau sekitar separuh warga dunia, di banyak negara Asia beras menyediakan 30-80 persen kebutuhan konsumsi kalori per kapita, menjadi gantungan hidup sebagian besar penduduk bahkan menjadi penghasil devisa negara. Dalam upaya menyediakan kebutuhan pangan khususnya beras serta peningkatan kesejahteraan petani padi, dapat dilakukan dengan berbagai upaya peningkatan produksi usahatani dengan cara diversifikasi. Mengingat bahwa tantangan terbesar saat ini adalah menciptakan kecukupan pangan. Saat ini sedang terjadi peningkatan permintaan terhadap produk pangan yang luar biasa karena terjadi perebutan untuk konsumsi akibat peningkatan jumlah penduduk. Indonesia adalah produsen sekaligus konsumen penting beras. Sekitar 70 % dari 25,4 juta rumah tangga petani adalah petani pangan. Mereka menggantungkan hidupnya pada padi yang ditanam di lahan-lahan sempit, kurang lebih dari 0,25 hektar. Begitu pentingnya beras, maka persoalan beras tidak hanya berdimensi ekonomi, tapi juga sosial, politik, budaya dan sejarah (Khudori, 2008). Salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan sebagai pusat penghasil beras yakni Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur hal ini didukung oleh adanya bendungan perjaya dan jaringan irigasi yang memadai, dengan air yang mengalir sepanjang tahun dari saluran irigasi komering, sesungguhnya implkasi dari pengairan irigasi ini menyebabkan Kecamatan Buaymadang Kabupaten OKU Timur menjadi kawasan subur yang dapat ditanami sepanjang tahun. Dengan kondisi yang demikian

tidaklah mengherankan bila kemudian di kecamatan ini menjadi sentral produksi padi di Kabupaten OKU Timur, bahkan di Daerah Sumatra Selatan pun Kecamatan Buaymadang yang memiliki sawah beririgasi teknis cukup luas yakni lebih dari 26.000 hektar. Namun pada sisi yang lain, permasalahan dalam usahatani tanaman pangan berbasis padi adalah masalah lahan dimana sesungguhnya telah terjadi fragmentasi lahan akibat pewarisan, penjualan atau adanya dampak dari pembangunanotonomi daerah. Oleh karena itu, dengan lahan yang terbatas tersebut jalan keluar yang sering dilakukan petani adalah dengan melakukan diversifikasi berupa pola tanam sehingga para petani berharap dengan menggunakan lahan yang demikian dapat menghasilkan hasil yang maksimum atau memuaskan dengan mengoptimalisasikan lahan dengan cara diversifikasi usahatani berbasis padi dengan memperhatikan keanekaragaman potensi sumber daya pertanian yang ada. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tanam usahatani tanaman pangan berbasis padi serta menganalisis kinerja diversifikasi tanaman pangan berbasis padi di Kecamatan Buaymadang Ogan Komering Ulu Timur. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Buay Madang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini merupakan salah satu pusat dari produksi padi irigasi teknis dan banyak petani yang melakukan diversifikasi dilahan usahataninya di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Pengumpulan data dilapangan dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Oktober 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Sementara Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi di lapangan dan wawancara langsung pada petani contoh dengan menggunakan daftar pertanyaan. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah metode acak berlapis berimbang (Proportionate stratified random sampling), terhadap pola usahatani berbasis padi

yang ada terhadap masing-masing 0 petani sehinga jumlah petani contoh sebanyak 30 petani dari 5 petani yang ada. Tabel. Jumlah petani contoh pada masing-masing pola usahatani Pola Usahatani Populasi (Orang) Jumlah Petani Contoh (Orang) I II III 35 42 38 0 0 0 Total 5 30 Data yang diperoleh dilapangan diolah secara tabulasi dan matematik. Untuk melihat pola usahatani berbasis tanaman padi dilakukan dengan identifikasi seluruh petani sampel terhadap tanaman yang di budidayakan, sementara untuk melihat kinerja diversifikasi usahatani dilakukan dengan pendekatan matematis terhadap biaya usahatani, penerimaan dan pendapatan dari setiap strata usahatani. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pola Usahatani Berdasarkan hasil kajian diagnosis terhadap pola usahatani padi di Kecamatan Buaymadang secara dominan didapat tiga pola usahatani, pola usahatani yang paling banyak di usahakan petani adalah pola usahatani padi padi kacang tanah. Adapun ketiga kombinasi pola usahatani tersebut adalah :. kombinasi padi, padi, kedelai 2. kombinasi padi, padi, kacang tanah 3. kombinasi padi, padi, kacang panjang B. Kinerja Diversifikasi Usahatani Tanaman Pangan Berbasis Padi Dalam menganalisis kinerja diversifikasi usahatani tanaman pangan berbasis padi di Kecamatan Bauymadang Kabupaten OKU Timur di lakukan dengan

menganlisis tahapan-tahapan usahatani mulai dari pengadaan sarana produksi usahatani, biaya usahatani, produksi usahatani dari diversifikasi itu sendiri, penerimaan dan pendapatan dari masing-masing ketiga pola usahatani yang ada.. Pengadaan Sarana Produksi Usahatani Petani di Kecamatan Buay Madang umumnya mendapatkan benih yang akan ditanam berasal dari bantuan pemerintah atau membuat benih sendiri yang berasal dari tanaman sebelumnya. Benih tersebut berupa padi varietas ciliwung, kedelai varietas lokal (wilis), kacang tanah dan kacang panjang. Pupuk yang diberikan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik berupa pupuk kandang. Pengadaan pupuk kandang dilakukan petani dengan cara membuatnya sendiri dengan menggunakan kotoran hewan. Sedangkan pupuk anorganik berupa pupuk Urea, SP-8 dan Ponska. Pupuk anorganik dibeli petani melalui kios pertanian yang ada di kios pertanian desa-desa Kecamatan Buay Madang. Harga masing-masing pupuk adalah ; Urea Rp 200, SP-8 Rp 2500 dan Ponska Rp 2600 per kilogram. Petani didaerah Kecamatan Buay Madang sangat jarang menggunakan pupuk NPK untuk tanamannya dikarenakan harga yang relatif tinggi dan keberadaan pupuk tersebut jarang ada. Sedangkan untuk penggunaan pestisida, yang digunakan petani contoh Kecamatan Buay Madang yaitu terdiri dari insektisida dengan jumlah liter per hektar seharga Rp 25.000, fungisida dengan 0,25 liter per hektar seharga Rp 35.000, herbisida dengan liter per hektar seharga Rp 26.000 dan ZPT/PPC dengan 0,5 liter per hektar seharga Rp 0.000. berikut merupakan tabel penggunaan pestisida. Tabel 2. Jenis Penggunaan Pestisida No 2 3 4 Jenis Penggunaan Pestisida Insektisida Fungisida Herbisida ZPT/PPC Jumlah (liter/ha) 0,25 0,5 Harga satuan (Rp/Liter) 25.000 40.000 26.000 20.000 Biaya pembelian pestisida (Rp) 25.000 35.000 26.000 0.000

Sedangkan peralatan yang pada umumnya digunakan petani contoh Kecamatan Buay Madang yaitu berupa sabit dengan harga berkisar antara Rp 20.000 sampai dengan Rp 50.000, cangkul dengan harga berkisar antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 75.000 dan hand sprayer dengan harga berkisar antara Rp 200.000 sampai dengan Rp 350.000. Berikut merupakan tabel dari penggunaan peralatan usahatani petani contoh Kecamatan Buay Madang. Tabel 3. Harga dan Jenis Peralatan yang Digunakan Dalam Setiap Pola Usahatani No Peralatan Harga ( Rp/unit) 2 3 Sabit Cangkul Hand sprayer 20.000 sampai 50.000 50.000 sampai 75.000 200.000 sampai 350.000 2. Biaya Usahatani a. Lahan Luasan rata-rata petani contoh pola usahatani yaitu 0,67 hektar. Luasan pola usahatani I lebih luas dibanding dengan pola usahatani II dan pola usahatani III. Pada lampiran tersebut terlihat luas garapan petani contoh bervariasi untuk masing-masing pola usahatani. Status lahan yang dimiliki petani contoh di daerah ini sebagian adalah sewa sebesar 56,67 persen kemudian milik sendiri 43,33 persen. b. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam setiap pola usahatani di Kecamatan Buay Madang ini berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga luar keluarga digunakan pada waktu-waktu tertentu saja dan sebagian besar pada tanaman padi khususnya pada waktu penanaman dan pemanenan, pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor yang disewa oleh petani dengan harga Rp 500.000 yang dilakukan oleh 2 orang dalam hari per hektar begitu pula pada tanaman kedelai dan

kacang tanah pada saat pengolahan tanah, sedangkan dalam pemberian pupuk dan pestisida dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Biaya produksi usahatani adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi yaitu mulai dari persiapan tanaman hingga produksi setiap jenis tanaman pada setiap pola usahatani. Biaya usahatani terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam usahatani ini adalah biaya penyusutan alat yang meliputi penyusutan alat cangkul, sabit, dan hand sprayer. Biaya variabel dalam usahatani sayuran ini adalah biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Biaya sarana produksi meliputi biaya benih, pupuk dan pestisida. Tabel 4. Rerata Biaya Produksi Pola Usahatani I Perluasan Garapan Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008 / Agustus 2009. (0,67 ha) No Jenis Per Luas Garapan (Rp) Persentase (%) 2 3 Biaya penyusutan alat Biaya tenaga kerja Biaya sarana produksi.732,80 4.485.00.973.000 0,8 69,32 30,50 Jumlah 6.469.823,80 00 Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa, pada pola usahatani I biaya produksi ratarata terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja yakni sebesar Rp 4.485.00 per luas garapan atau 69,32 persen. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja ini digunakan untuk upah tenaga kerja luar keluarga pada saat pengolahan tanah, penanaman dan pada saat pemanenan setiap tanaman selama 3 kali penanaman. Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa, biaya tenaga kerja untuk tanaman padi I lebih tinggi dari pada tanaman padi ke II dan tanaman kedelai, kacang tanah dan kacang panjang. Tingginya biaya tenaga kerja pada pola usahatani I pada tanaman padi I ini di karenakan pengolahan lahan yang dilakukan pada luasan lahan rata-rata 0,67 hektar pada saat penanaman dan pemanenan yang memerlukan tenaga lebih intensif dari pada penanaman selanjutnya.

Tabel 5. Rerata Biaya Produksi Pola Usahatani II Perluasan Garapan Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008 / Agustus 2009. (0,67 ha) No Jenis Per Luas Garapan (Rp) Persentase (%) 2 3 Biaya penyusutan alat Biaya tenaga kerja Biaya sarana produksi 6.54,7 4.276.600.574.600 0,28 72.88 26,84 Jumlah 5.867.354,7 00 Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa, pada pola usahatani II, biaya produksi ratarata terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja yakni sebesar Rp 4.276.600 per luas garapan atau 72,49 persen. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja ini digunakan untuk upah tenaga kerja luar keluarga pada saat pengolahan tanah, penanaman dan pada saat pemanenan tanaman. Tabel 6. Rerata Biaya Produksi Pola Usahatani III Perluasan Garapan Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008 / Agustus 2009 (0,67 ha). No Jenis Per Luas Garapan (Rp) Persentase (%) 2 3 Biaya penyusutan alat Biaya tenaga kerja Biaya sarana produksi 6.000 3.73.300.464.00 0,30 7,59 28, Jumlah 5.2.400 00 Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa, pada pola usahatani III, biaya produksi rata-rata terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja yakni sebesar Rp 3.73.300 per luas garapan atau 7,6 persen. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja ini digunakan untuk upah tenaga kerja luar keluarga pada saat pengolahan tanah, penanaman dan pada saat pemanenan. 3. Produksi Produksi adalah hasil yang diperoleh petani pada saat panen (Mubyarto dalam Munajat, 998). Setiap petani mengusahakan usahataninya selalu mengharapkan agar tanaman dan ternak dan lain-lainnya yang mereka usahakan meningkat hasilnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai usaha yang mereka lakukan untuk meningkatkan

produksi seperti penggunaan pupuk, pestisida dan sarana produksi lainnya. Pada Tabel 7 tertera rerata produksi per luas garapan untuk masing-masing pola usahatani. Tabel 7. Rerata Produksi Pola Usahatani Per Luas Garapan Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008/ Agustus 2009 Pola Usahatani Total (Kg) I. Padi, Padi, Kedelai 5.340 II. Padi, Padi, Kacang Tanah 4.603 III. Padi, Padi, Kacang Panjang 4.26 Berdasarkan Tabel 7, rerata produksi yang paling tinggi terdapat pada pola usahatani I sebesar 5.340 kg untuk periode dengan 3 kali penanaman. Dan pola usahatani ke III dengan rerata terendah yaitu 4.26 kg. Komoditi yang dihasilkan di Kecamatan Buay Madang ini sebagian besar dijual langsung kepada pemborong yang datang ke lahan petani, sehingga petani tidak lagi mengeluarkan biaya transportasi. Sebagian besar pembeli berasal dari kota Bandar Lampung. 4. Penerimaan Secara umum penerimaan dalam usahatani adalah jumlah dari hasil produksi riil persatuan waktu dan luas dikalikan harga per satuan produksi. Berikut merupakan tabel penerimaan dari pola usahatani di Kecamatan Buay Madang. Tabel. 8. Rerata Penerimaan Pola Usahatani Per Luas Garapan Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008/ Agustus 2009 Pola Usahatani I. Padi, Padi, Kedelai II. Padi, Padi, Kacang Tanah III. Padi, Padi, Kacang Panjang Total (Rp) 24.92.500 23.700.900 7.578.200 Dari Tabel 8. diketahui bahwa, rerata penerimaan yang paling tinggi terdapat pada pola usahatani I yaitu sebesar Rp 24.92.500 untuk tiap 3 kali penanaman selama tahun dengan jumlah rerata luas garapan lahan 0,8 hektar. Penerimaan ini

pola usahatani ini berasal dari pola penanaman padi, padi dan kedelai. Tingginya penerimaan ini dikarenakan adanya pengaruh luasan garapan petani contoh. Sedangkan rerata terendah yaitu pada pola usahatani III yaitu sebesar Rp 7.578.200 untuk tiap 3 kali penanaman selama tahun dengan pola tanam padi, padi dan kacang panjang hal ini disebabkan luasan garapan tanah yang reratanya 0,5 hektar. Berbeda dengan pola tanaman padi, padi, kacang tanah dengan luasan lahan yang reratanya 0,7 hektar. Pola tanaman ini menghasilkan keuntungan yang tidak jauh berbeda dengan pola tanam padi, padi, kedelai hal ini di karenakan kacang tanah memberikan kontribusi yang lebih besar di banding dengan tanaman kedelai dan kacang panjang. Dengan rerata penerimaan petani contoh sebesar Rp 23.700.900. 5. Pendapatan Berhasilnya suatu usahatani, apabila petani mendapatkan pendapatan yang tinggi dari usahatani yang dilakukannya. Tingkat pendapatan petani dapat dilihat dengan cara mengurangkan antara penerimaan dengan biaya total usahatani. Dari Tabel 9 di dapat bahwa pendapatan yang paling tinggi terdapat pada pola usahatani satu sebesar Rp. 8.704.596,20 per ha per tahun, disusul masing-masing oleh pola usahatani ke dua dan pola usahatani ke tiga Tabel 9. Rekapitulasi Pola I Per Hektar Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008/ Agustus 2009 No 2 3 Pola Usahatani I II III Penerimaan (Rp/ha) Total biaya (Rp/ha) Pendapatan 24.92.500 23.700.900 7.578.200 6.469.823,80 5.867.354,7 5.2.400 8.704.596,20 7.833.545,83 2.366.800

V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian diagnosis pola usahatani dan kinerja diversifikasi tanaman pangan berbasis padi di Kecamatan Buaymadang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, didapat kesimpulan sebagai berikut:. Pola usahatani yang pada tanaman pangan berbasis padi di Kecamatan Buaymadang terdapat tiga pola usahatani yakni (padi-padi-kedelai), (padi-padikacang tanah) dan (padi-padi-kacang panjang). 2. Kinerja diversifikasi usahatani tanaman pangan berbasis padi yang paling menguntungkan bagi etani adalah kinerja diversifikasi pola usahatani I yakni padi padi kedelai baru diikuti masing masing kinerja diversifikasi pola usahatani II dan III. DAFTAR PUSTAKA Kasryno, F. 2003. Produksi Padi an Diversifikasi Tanaman Pangan: Mencari Suatu Solus. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertania. Bogor Munajat. 998. Analisis Keuntungan Komperatif Struktur Usahatani Sayuran. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang (tidak dipublikasikan). Rusastra, I. W. Handewi, P. Saliem, Supriati dan Saptana. 2004. Prospek Pengembangan Pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman Pangan Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. 22 (), Juli 2004: 37 53 Timmer, C. P. 992. Agricultural Diversification in Asia : Lesson From The 980 s and Issues for The 990 s. Trend in Agricultural Diversification: Regional Perpective. World Bank Technical Papaer No. 80. Washington D.C. USA