Hubungan Antara Kadar Yodium Garam Dengan Kejadian Gondok Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa Wonosobo Lestari Mutiara Kasih*) Puji Pranowowati**) Sigit Ambar Widyawati**) STIKES NGUDI WALUYO *) Mahasiswa PSKM STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen Pembimbing STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan karena tubuh kekurangan yodium. Wanita Usia Subur (WUS) merupakan kelompok yang rentan mengalami gondok. Penyebab gondok salah satunya adalah karena kadar yodium dalam garam yang dikonsumsi rendah. Fortifikasi yodium pada semua garam konsumsi merupakan upaya untuk menanggulangi gondok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar yodium garam dengan kejadian gondok pada WUS di Desa Wonosobo. Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh rumah tangga yang mempunyai WUS di Desa Purbosono Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo dengan sampel sebanyak 246 responden yang diambil secara simple random sampling. Alat pengumpulan data menggunakan check list dan Iodine test, dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Mann Whitney (α= 0,05). Hasil penelitian menunjukkan sebagian responden menggunakan garam dengan kadar yodium kurang dari 30 ppm (54,5%) dan sebagian besar responden tidak mengalami gondok (78,0%). Hasil uji Mann Whitney menunjukkan ada hubungan antara kadar yodium garam dengan kejadian gondok pada WUS di Desa Wonosobo (p-value = 0,0001). WUS yang mengalami gondok diharapkan dapat meningkatkan asupan yodium melalui konsumsi garam cukup yodium sebagai alternatif sumber yodium sehingga asupan yodium diharapkan dapat terpenuhi. Kata Kunci : Kadar yodium garam, kejadian gondok ABSTRACT Goitre is an enlarged thyroid gland caused by iodine deficiency in the body. Reproductive age women is a group that is susceptible to goitre. One of the causes of goitre is low consumption of iodised salt. Iodised fortification of consumed salt is an attempt to cope with goitre. This study aims to determine the correlation between iodised salt levels with goitre in reproductive age women at Purbosono village, Kertek, Wonosobo regency. (WUS) di Desa Wonosobo 1
The study design used analytic survey with cross sectional approach. The population in this study was all households that have reproductive age women in the village with the samples of 246 respondents got by simple random sampling. The tool of data collecting used check list and Iodine test analyzed by univariate and bivariate with the Mann Whitney test (α = 0.05). The results showed that the respondents used salt with iodine levels less than 30 ppm (54,5%) and on reproductive age women, most of them did not experience goitre (78,0%). Mann Whitney test results showed a correlation between iodised salt levels with goitre in reproductive age women in the Purbosono village, Kertek, Wonosobo regency (p-value = 0,0001). Reproductive age women who have goitre are expected to increase iodine intake through consuming adequate iodised salt as an alternative source of iodine so that the iodine intake is expected to be met. Key words : Iodised salt levels, Goitre PENDAHULUAN Secara global, GAKY telah menjadi masalah di lebih kurang 118 negara yang mencederai 1,572 juta orang, sekitar 12% penduduk dunia (sekitar 655 juta orang) menderita gondok, 11,2 juta mengalami kretin, dan 43 juta menderita gangguan mental dengan berbagai tingkatan (1). Hasil survei nasional evaluasi Intensifikasi Penanggulangan GAKY (IP-GAKY) di Indonesia tahun 2003, menunjukkan bahwa 35,8% kabupaten endemis ringan, 13,1% kabupaten endemis sedang, dan 8,2% kabupaten endemis berat (2). Kabupaten Wonosobo merupakan daerah yang dikategorikan sebagai daerah gondok endemis sedang pada tahun 2004, yaitu angka TGR sebanyak 24,93% (3). Pembesaran kelenjar tiroid atau gondok merupakan salah satu manifestasi yang timbul akibat kekurangan yodium. Pada tahap ringan, gondok tidak dianggap sebagai permasalahan yang memerlukan penanganan secara serius dan mendesak, namun apabila tidak mendapat perhatian yang serius gondok dapat mengakibatkan timbulnya kretin dengan kelainan yang menyertainya seperti adanya gangguan perkembangan saraf, mental, fisik serta psikis (4). Salah satu penyebab langsung terjadinya gondok adalah akibat kekurangan zat yodium (5). Kurangnya zat yodium tersebut disebabkan oleh kandungan yodium dalam bahan makanan yang rendah dan atau kandungan yodium dalam garam yang dikonsumsi rendah (6). Yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan komponen dari hormon thyroxin. Yodium dikonsentrasikan dalam kelenjar gondok (glandula thyroidea) yang dipergunakan dalam pembentukan hormon thyroxin (7). Wanita Usia Subur (WUS) merupakan salah satu kelompok yang beresiko terkena gondok. Kebutuhan yodium pada WUS meningkat ketika memasuki periode kehamilan. WUS yang mengalami (WUS) di Desa Wonosobo 2
kekurangan yodium akan berdampak pada kehamilannya dan janin yang akan dilahirkan. Dampak yang ditimbulkan yaitu dapat menyebabkan keguguran, anak lahir kretin, lahir mati, perkembangan otak terganggu, dan cacat lahir (8). Untuk memenuhi kecukupan asupan yodium pada masyarakat yang tinggal di daerah endemis, diperlukan cara-cara penambahan yodium dalam berbagai cara baik jangka pendek maupun jangka panjang. Secara universal fortifikasi yodium pada garam telah dapat diterima dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai alternatif jangka panjang (9). Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan persentase cakupan garam cukup yodium di Jawa Tengah sebanyak 80,1%. Survey Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo tahun 2013 menunjukkan masih terdapat desa atau kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Kertek II dengan cakupan garam cukup yodium kurang dari 90%, yaitu Desa Purbosono (87,3%) dan Desa Pagerejo (83,3%). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada 10 WUS di wilayah kerja Puskesmas Kertek II, dari hasil pemeriksaan palpasi terdapat 6 WUS (60%) teridentifikasi gondok grade 1 dan 1 WUS (10%) teridentifikasi gondok grade 2, dan dari hasil pengujian garam beryodium menggunakan Iodine Test, 30% garam yang dikonsusmi mengandung kadar yodium kurang dari 30 ppm dan 10% garam tidak mengandung yodium. Dari 7 WUS yang mengalami gondok, 3 diantaranya menggunakan garam tidak cukup yodium yaitu kadar yodium kurang dari 30 ppm. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan kadar yodium garam dengan kejadian gondok pada WUS di Desa Purbosono Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu pengambilan data yang dilakukan sekali dalam suatu periode tertentu, artinya observasi dan pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini dilakukan satu kali saja (10). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mempunyai WUS di Desa Wonosobo pada tahun 2013 yang berjumlah 684. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan simple random sampling yaitu sebanyak 246 sampel, dengan kriteria inklusi yaitu WUS yang berusia 40-49 tahun dan kriteria eksklusi yaitu WUS yang tinggal dalam satu rumah tangga berjumlah lebih dari 1. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mengisi check list. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan program SPSS 16. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (kadar yodium garam) dengan variabel terikat (kejadian gondok) dengan menggunakan uji Mann Whitney. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat Pada penelitian ini, analisis univariat digunakan untuk memberikan (WUS) di Desa Wonosobo 3
gambaran tentang kadar yodium garam dan kejadian gondok pada WUS di Desa Wonosobo. 1. Kadar Yodium Garam Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kadar Yodium Garam yang Dikonsumsi Rumah Tangga yang Mempunyai WUS Kadar Yodium Garam Frekuensi Persentase (%) Kurang (<30 134 54,5 ppm) Cukup (30-80 112 45,5 ppm) Total 246 100,0 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa dari 246 rumah tangga yang mempunyai WUS, yang menggunakan garam dengan kadar yodium kurang dari 30 ppm sebesar 134 rumah tangga (54,5%), sedangkan yang menggunakan garam dengan kadar yodium cukup (30-80 ppm) sebesar 112 rumah tangga (45,5%). Adapun distribusi frekuensi responden yang menggunakan garam berdasarkan satuan kadar yodium garam (ppm) dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Kadar Yodium Garam yang Menggunakan Garam Berdasarkan Satuan Kadar Yodium Garam (ppm) Frekuensi Persentase (%) 0 27 11,0 15 107 43,5 30 87 35,4 80 25 10,2 Total 246 100,0 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui kadar yodium garam 0 ppm sebesar 27 responden (11,0%), kadar yodium 15 ppm sebesar 107 responden (43,5%), kadar yodium 30 ppm sebesar 87 responden (35,4%), dan kadar yodium 80 ppm sebesar 25 responden (10,2%). 2. Kejadian Gondok Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kejadian Gondok Pada WUS Kejadian Gondok Frekuensi Persentase (%) Gondok 54 22,0 Tidak gondok 192 78,0 Total 246 100,0 Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa dari 246 WUS, yang mengalami gondok sebesar 54 WUS (22,0%), sedangkan yang tidak mengalami gondok sebesar 192 WUS (78%). Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pembesaran kelenjar gondok dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Tingkat Pembesaran Gondok Berdasarkan Tingkat Pembesaran Kelenjar Gondok Frekuensi Persentas e (%) 0 192 78,0 1 52 21,1 2 2 0,8 Total 246 100,0 Berdasakan tabel 4 dapat diketahui tingkat pembesaran gondok grade 0 sebesar 192 responden (78,0%), grade 1 sebesar 52 responden (21,1%), dan grade 2 sebesar 2 responden (0,8%). (WUS) di Desa Wonosobo 4
B. Analisis Bivariat Pada penelitian ini, analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara kadar yodium garam dengan kejadian gondok pada WUS di Desa Purbosono Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Tabel 5 Hubungan Antara Kadar Yodium Garam dengan Kejadian Gondok Pada WUS Variabel Kejadian Gondok N Kadar yodium garam Gondok 54 (ppm) Tidak gondok 192 Total 246 p-value 0,0001 Hasil analisis berdasarkan tabel 5 mengenai hubungan kadar yodium garam dengan kejadian gondok pada WUS di Desa Wonosobo, dari uji statistik didapatkan nilai p = 0,0001. Oleh karena p < α (0,05) maka Ho ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kadar yodium garam dengan kejadian gondok pada WUS di Desa Purbosono Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Adapun kejadian gondok pada WUS berdasarkan kadar yodium garam dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6 Kejadian Gondok pada WUS berdasarkan Kadar Yodium Garam Kejadian Gondok Kadar Yodium Total Gondok Tidak Gondok Garam F % f % f % Kurang 40 29,9 94 70,1 134 54,5 Cukup 14 12,5 98 87,5 112 45,5 Total 54 22,0 192 78,0 246 100,0 Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 134 responden yang menggunakan garam dengan kadar yodium kurang, 40 responden (29,9%) mengalami gondok, sedangkan 94 responden lainnya (70,1%) tidak mengalami gondok. Dari 112 responden yang menggunakan garam dengan kadar yodium cukup, 14 responden (12,5%) mengalami gondok, sedangkan 98 responden lainnya (87,5%) tidak mengalami gondok. PEMBAHASAN A. Kadar Yodium Garam yang Dikonsumsi Rumah Tangga yang Mempunyai WUS di Desa Purbosono Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 246 rumah tangga yang mempunyai WUS, yang menggunakan garam dengan kadar yodium kurang dari 30 ppm sebesar 134 rumah tangga (54,5%), dimana sebesar 107 WUS (43,5%) menggunakan garam dengan kadar yodium 15 ppm dan 27 WUS (11,0%) menggunakan garam dengan kadar yodium 0 ppm. Sedangkan WUS yang menggunakan garam dengan kadar yodium cukup (30-80 ppm) sebesar 112 rumah tangga (45,5%). (WUS) di Desa Wonosobo 5
Dari hasil penelitian, hampir semua garam yang diuji pada kemasannya menunjukkan kandungan yodium 30-80 ppm, namun dari hasil uji menggunakan cairan Iodine test hanya 45,5% garam yang mengandung yodium 30-80 ppm. Banyaknya garam dengan kandungan yodium kurang dari 30 ppm bisa saja dipengaruhi oleh faktor cara penyimpanan garam yang buruk. Hal tersebut terlihat pada saat dilakukan survey kerumah responden, semuanya menyimpan garam di wadah yang tembus cahaya dan diletakkan berdekatan dengan perapian atau tungku untuk memasak. Responden mengatakan bahwa mereka belum mengetahui tentang cara penyimpanan garam yang baik dan manfaat dari garam beryodium. Selain cara penyimpanan, lama penyimpanan juga dapat mempengaruhi kestabilan yodium dalam garam. Apabila garam terlalu lama disimpan dengan cara penyimpanan yang buruk, maka kadar yodium dalam garam akan berkurang atau bahkan menghilang. Faktor lain yang juga menyebabkan banyaknya garam dengan kadar yodium kurang pada penelitian ini mungkin saja karena kurangnya monitoring terhadap setiap garam yang diproduksi, sehinga cukup atau tidaknya kadar yodium garam tidak diketahui. Dengan demikian, garam yang beredar kemungkinan kurang mengandung yodium atau bahkan tidak mengandung yodium. Yodium merupakan zat yang reaktif dan mudah menguap. Dalam kemasan industri (kantong plastik), kadar yodium dalam garam akan menurun seiring dengan lamanya penyimpanan (11). Cara penyimpanan garam beryodium yang baik yaitu dengan di letakkan pada wadah yang tertutup dan tidak tembus cahaya mengingat bahwa sifat yodium yang mudah menguap akibat terikat oleh udara,hal tersebut untuk menghindari penurunan kadar yodium dan meningkatkan kadar air, karena kadar yodium menurun bila terkena panas dan kadar air yang tinggal akan melekatkan yodium, penurunan kadar yodium dalam garam juga bisa dipercepat karena adanya intensitas sinar ultra violet dari matahari (12). B. Kejadian Gondok pada WUS di Desa Purbosono Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo Hasil penelitian dengan metode palpasi menunjukkan bahwa WUS yang mengalami gondok sebesar 54 WUS (22,0%), dimana sebesar 52 WUS teridentifikasi gondok grade 1 dan 2 WUS teridentifikasi gondok grade 2. Sedangkan WUS yang tidak mengalami gondok sebesar 192 WUS (78,0%). WUS yang dalam keadaan gondok grade 1 akan sulit teridentifikasi, karena pada kondisi ini tidak terlihat adanya pembesaran kelenjar tiroid sehingga seringkali seseorang yang mengalami gondok tidak mengetahui kodisinya tanpa dilakukan pemeriksaan. Jumlah WUS yang mengalami gondok dalam penelitian ini berbeda jauh dari hasil yang didapatkan pada saat studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah (WUS) di Desa Wonosobo 6
Kerja Puskesmas Kertek II, dimana WUS yang mengalami gondok sebesar 70%. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena ada perbedaan lokasi antara lokasi penelitian dengan lokasi pada saat studi pendahuluan. Banyaknya WUS yang tidak mengalami gondok mungkin dipengaruhi oleh faktor lain seperti konsumsi ikan laut dan sumber protein. Dari 192 WUS yang tidak mengalami gondok, sebanyak 80 WUS sering mengkonsumsi ikan laut dan sebanyak 138 WUS sering mengkonsumsi sumber protein seperti telur, tempe, dan tahu. WUS yang sering mengkonsumsi ikan laut maka kebutuhan yodiumnya akan terpenuhi, karena ikan laut merupakan sumber yodium paling baik dibandingkan sumber yodium yang berasal dari darat. Seringnya mengkonsumsi sumber protein (telur, tempe, tahu) juga dapat membantu dalam proses metabolisme yodium dalam memproduksi hormon tiroid. Kekurangan zat yodium yang merupakan salah satu faktor penyebab langsung terjadinya gondok dapat disebabkan karena kandungan yodium dalam bahan makanan rendah ataupun kandungan yodium dalam garam rendah. Kandungan yodium dalam bahan makanan sangat bervariasi, tetapi sumber bahan makanan yang berasal dari laut merupakan sumber yodium yang terbaik. (6). Apabila konsumsi bahan makanan sumber yodium rendah, maka tubuh akan kekurangan yodium dan kadar tiroksin dalam darah menjadi rendah. Kadar tiroksin yang rendah akan merangsang kelenjar pituitary untuk memproduksi lebih banyak hormon yang disebut TSH (thyroid stimulating hormone). Hormon TSH menyebabkan kelenjar tiroid membesar karena jumlah dan ukuran sel-sel epitel membesar (5). C. Hubungan Antara Kadar Yodium Garam Dengan Kejadian Gondok Pada WUS di Desa Purbosono Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo Hasil analisis untuk mengetahui hubungan antara kadar yodium garam dengan kejadian gondok pada WUS menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan p-value = 0,0001 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kadar yodium garam dengan kejadian gondok pada WUS di Desa Wonosobo. Adanya hubungan antara kadar yodium garam dengan kejadian gondok pada WUS dikarenakan sebagian besar WUS yang menggunakan garam dengan kadar yodium kurang dari 30 ppm mengalami gondok. Hal tersebut terlihat dari 54 WUS yang mengalami gondok, 40 diantaranya menggunakan garam dengan kadar yodium kurang dari 30 ppm, sedangkan 14 WUS lainnya menggunakan garam dengan kadar yodium cukup. Meskipun konsumsi garam cukup yodium yang dianjurkan tiap harinya hanya 6 mg atau setara satu sendok teh, namun hal tersebut dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan yodium yang kemungkinan tidak (WUS) di Desa Wonosobo 7
terpenuhi dari sumber makanan lain, karena penggunaan garam dengan kadar yodium cukup merupakan alternatif dari pemenuhan kebutuhan yodium. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Aeny (2010) yaitu tentang hubungan kadar yodium garam dan air yang dikonsumsi rumah tangga dengan kejadian gondok pada anak sekolah dasar di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes, bahwa ada hubungan antara kadar yodium garam dengan kejadian gondok yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,022 < α. WUS yang menngunakan garam dengan kadar yodium cukup namun mengalami gondok mungkin karena dipengaruhi oleh faktor lain, seperti konsumsi makanan sumber yodium yang rendah dan konsumsi goitrogenik. Dari 14 WUS yang menggunakan garam dengan kadar yodium cukup, sebanyak 5 WUS jarang mengkonsumsi ikan laut. Kemudian untuk konsumsi goitrogenik, sebanyak 8 WUS sering mengkonsumsi goitrogenik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar yodium dalam garam yang dikonsumsi rumah tangga yang mempunyai WUS di Desa Wonosobo, sebagian besar mangandung kadar yodium kurang dari 30 ppm (54,5%). Kejadian gondok pada WUS di Desa Purbosono Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo sebagian besar tidak mengalami gondok (78,0%). Ada hubungan antara kadar yodium garam dengan kejadian gondok pada WUS di Desa Wonosobo (p-value = 0,0001). Saran pada penelitian ini adalah bagi WUS yang mengalami gondok diharapkan dapat meningkatkan asupan yodium dengan mengkonsumsi makanan sumber yodium seperti ikan laut dan menggunakan garam yang sudah difortifikasi dengan yodium, serta meningkatkan konsumsi protein (telur, tempe, tahu) dan mengurangi konsumsi goitrogenik (kol/kubis). Bagi Puskesmas Kertek II diharapkan meningkatkan program surveilans garam beryodium yaitu dengan melakukan uji kandungan yodium terhadap garam konsumsi di tingkat rumah tangga, serta meningkatkan informasi dan promosi pada masyarakat tentang pentingnya garam beryodium. Bagi institusi pendidikan diharapkan dalam kurikulum pendidikan memberikan informasi-informasi yang lengkap dan bermanfaat tentang cara pengujian kadar yodium garam dan cara melakukan palpasi. Bagi peneliti berikutnya diharapkan akan ada penelitian lanjutan tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian gondok, seperti bahan goitrogenik, defisiensi protein, trace element, genetik, faktor geografis, dan faktor non geografis. DAFTAR PUSTAKA (1) Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi : Gizi Dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Jakarta: EGC (2) Tim Penanggulangan GAKY Pusat. 2006. Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program Penanggulangan (WUS) di Desa Wonosobo 8
GAKY.http://kgm. bappenas.go.id/document/makalah/23mak alah/pdf (Diakses tanggal 7 Oktober 2013) (3) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. www.dinkes jatengprov.go.id/dokumen/2013/sdk/mib angkes/profil2012/babivi_2012_fix.pdf+ &cd=2&hl=en&ct=clnk. (Diakses tanggal 26 Februari 2014) (4) Supariasa, I.D.N dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC (5) Adriani, Merryana & Bambang Wirjatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana (6) Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2012. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers (7) Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta (8) Hartini, Eko. 2011. Dampak Pajanan Plumbum (Pb) dalam Darah Terhadap Fungsi Tiroid Pada Wanita Usia Subur di Daerah Pertanian. http:// journal.unsil.ac.id/jurnal/prosiding/9/9eko %2520hartini_17.pdf.pdf+&cd=10&hl=en &ct=clnk. (Diakses tanggal 15 November 2013) (9) Mutalazimah & Setya Asyanti. 2009. Status Yodium dan Fungsi Kognitif Anak Sekolah Dasar di SDN Kiyaran 1 Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi Vol.10 No.1:50-60 Tahun 2009.http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstr eam/handle/123456789/431/6%20muta LAZIMAH.pdf?sequence=1 (Diakses tanggal 3 Oktober 2013) (10) Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta (11) Badan POM RI. 2008. Penentuan Kadar Spesi Iodium Dalam Garam Beriodium Dan Makanan Dengan Metode Hplc Pasangan Ion. (12) Purnomo, Hari. 2008. Tempat Penyimpanan Garam Yang Baik. http://kgm.bappenas.go.id/document/maka lah/23makalah/pdf (Diakses tanggal 7 Oktober 2011) (WUS) di Desa Wonosobo 9