COST OF MEDICAL ERROR PADA PELAYANAN BEDAH SESAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SILABUS MATA KULIAH. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Februari Kompetensi dasar Indikator Materi Pokok Strategi Pembelajaran pengertian dan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

Hospital Public Training Schedule

Hospital Public Training Schedule

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB II LANDASAN TEORI. Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000) Clinical pathway merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

DAFTAR KEPUSTAKAAN. Carter, William K. and Milton F. Usry Cost Accounting. Thirteenth Edition. Ohio : South Western Publishing Co.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang, penyakit ini disebabkan oleh kuman. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, dari 20 negara di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

Pendahuluan Pemahaman Biaya Unit Cost Biaya dan kaitannya dengan subsidi Tarif berdasarkan Unit Cost

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Hal ini memunculkan secercah harapan akan peluang (opportunity)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

JCI - HEALTHCARE ORGANIZATION MANAGEMENT STANDARDS

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

Kompetensi, Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DAN KEJADIAN INFEKSI POST OPERASI MAYOR

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai perhitungan biaya produksi dengan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

I.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya)

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA KLINIK PKU MUHAMMADIYAH KANIGORO KRAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nyata yang sedang dihadapi farmasi klinik saat ini terutama karena adanya

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH LAB. PENGANTAR AKUNTANSI 3 (ED) KODE / SKS : KD / 2 SKS

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan bahwa kelahiran caesar darurat menyebabkan risiko kematian

ANALISIS PENERAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. ARTA MAKMUR INDUSTRI DI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak dan dewasa muda. Penyakit ini mencapai lebih dari 13 juta kematian per

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/Menkes/per/IX/ 2010 tentang standar pelayanan kedokteran Bab V pasal 10 ayat 4 berbunyi:

PENDAHULUAN. merupakan peringkat ke-3 tertinggi di Asia Tenggara. Tahun 2007 AKI Indonesia 228 per

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Biaya Satuan dan Pemulihan Biaya (Cost Recovery Rate) Layanan Pasien Acute Coronary Syndrome dengan Rawat Inap di Rumah Sakit X Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

Transkripsi:

1 COST OF MEDICAL ERROR PADA PELAYANAN BEDAH SESAR Nuning Nurvita Rahayu Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Bandung. ABSTRAK Pada tahun 2012, 6,9 % dari seluruh pelayanan bedah sesar di RS X mengalami komplikasi infeksi luka operasi (ILO) dan memerlukan tindakan rehecting. Hal ini mengakibatkan perpanjangan average length of stay (ALOS) pasca bedah sesar dari 3 hari menjadi 11 hari. Perpanjangan ALOS menyebabkan penambahan biaya pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung cost of error akibat adanya ILO yang memerlukan tindakan re-hecting pada pelayanan bedah sesar, menghitung biaya satuan bedah sesar tanpa komplikasi dan dengan komplikasi ILO yang memerlukan tindakan re-hecting, serta besaran subsidi yang telah dikeluarkan rumah sakit akibat adanya ILO dan tindakan re-hecting. Besaran cost of error dapat diketahui dengan menghitung selisih biaya satuan bedah sesar tanpa komplikasi dan dengan komplikasi ILO. Biaya satuan dihitung dengan metode activity based costing (ABC) didasarkan pada clinical pathway pelayanan bedah sesar, dilakukan dengan dan tanpa memperhitungkan gaji PNS/PTT, kemudian diambil nilai minimal dan maksimal dari kedua jenis perhitungan tersebut. Besaran biaya subsidi yang dikeluarkan oleh rumah sakit dapat dihitung dengan mengalikan cost of error terhadap jumlah sampel yang mengalami ILO dengan cara pembayaran Jamkesmas atau Jampersal. Penghitungan besaran cost of error merupakan suatu metode evaluasi untuk kendali mutu dan kendali biaya, dalam pelayanan bedah sesar. Cost of error seharusnya tidak boleh ada, dan sebenarnya dapat dialokasikan untuk kegiatan lainnya, misalnya pelatihan atau program peningkatan mutu rumah sakit, dan kesejahteraan karyawan. Kata kunci: biaya satuan, clinical pathway, cost of error, infeksi luka operasi

2 PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) melalui World Alliance for Patient Safety menyatakan bahwa ILO terjadi pada 2% hingga 5% pada pasien yang melakukan pembedahan setiap tahun, dan merupakan 25% dari jumlah infeksi yang terjadi pada fasilitas pelayanan kesehatan. 1 Sebuah penelitian di Australia mendapatkan bahwa angka kejadian ILO pasca bedah sesar di Royal Darwin Hospital adalah 6,9%. 2 Infeksi pada luka operasi berpotensi menimbulkan luka terbuka (wound dehiscence). Risiko terjadinya sepsis dan kematian pada luka operasi terbuka adalah 10 35%. 3 Pada suatu penelitian di RS Dr. Kariadi Semarang, didapatkan bahwa angka kejadian luka terbuka pada pasien pasca bedah sesar adalah 1,36%. 4 Banyaknya kejadian infeksi luka operasi (ILO) di suatu rumah sakit dapat mencerminkan mutu pelayanan rumah sakit tersebut. Berdasarkan klasifikasi Centre for Disease Control and Prevention (CDC), kejadian ILO (infeksi luka operasi) pasca bedah sesar di suatu rumah sakit tidak boleh melebihi 2%. Hal ini disebabkan karena luka pada bedah sesar termasuk dalam klasifikasi luka operasi kelas I (luka bersih). 5,6 Artinya, apabila kejadian ILO pasca bedah sesar di suatu rumah sakit melebihi 2%, maka mutu pelayanan operasi di rumah sakit tersebut masih dibawah standar. Standar mutu lainnya, menurut Phillips Crosby, untuk mendapatkan mutu layanan yang baik, tidak boleh ada satu kekurangan/kesalahan pun yang dilakukan oleh pihak pemberi pelayanan (zero defect). Pemegang kunci untuk menjamin zero defect atas layanan yang diberikan adalah pihak manajemen,

3 yaitu dengan menetapkan standar pelayanan dan mendukungnya dengan sumber daya yang sesuai dengan mutu layanan yang diharapkan. 7 Kejadian ILO pasca bedah sesar termasuk kategori kejadian tidak diharapkan dalam program keselamatan pasien. 8 Kejadian tidak diharapkan akibat ILO pasca bedah sesar ini menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pasien dan rumah sakit. Bagi pasien, ILO menimbulkan kerugian fisik, psikis, dan materiil. Cost of medical error timbul sebagai akibat dari tindakan medik yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan, atau akibat rencana pengelolaan yang kurang sesuai dengan kebutuhan pasien. Cost of error akibat adanya komplikasi ILO yang memerlukan tindakan re-hecting, pada pelayanan bedah sesar, dapat diketahui dengan melakukan penghitungan biaya satuan pelayanan bedah sesar tanpa komplikasi, dan bedah sesar dengan komplikasi ILO yang memerlukan tindakan re-hecting. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Biaya Biaya adalah nilai dari sejumlah input yang dipakai untuk menghasilkan suatu produk (output). 9 Biaya adalah nilai sumber daya yang telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu. 10 Literatur lain menyebutkan bahwa biaya merupakan jumlah yang dibayarkan untuk sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. 11 Biaya juga sering diartikan sebagai nilai dari suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu output tertentu. 12 Biaya adalah semua

4 pengorbanan yang diperlukan untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang, menurut harga pasar yang berlaku. 13 Menurut Islahuzzaman, biaya adalah sumber daya moneter (misalnya, rupiah) yang dikorbankan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan tertentu, atau sumber daya moneter yang harus dibayarkan atas barang atau jasa yang diperoleh. 14 Biaya adalah pengorbanan sumber-sumber ekonomi yang sudah terjadi atau akan terjadi yang dinyatakan dalam satuan uang untuk tujuan tertentu. 15 Dalam referensi lain dinyatakan pula bahwa biaya adalah suatu nilai tukar yang dikeluarkan atau suatu pengorbanan sumber daya yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat dimasa datang. Pengorbanan tersebut dapat berupa uang atau materi lainnya yang setara nilainya kalau diukur dengan uang. 16 Metode Analisis Biaya Ada beberapa metode analisis biaya, yaitu: 9,17 a. Simple Distribustion Method Merupakan metode yang paling sederhana. Dilakukan dengan membagi habis biaya yang berasal dari unit penunjang ke unit produksi berdasarkan bobot tertentu. b. Step Down Method Merupakan cara mengalokasikan biaya di pusat biaya (cost centre) ke pusat pendapatan (revenue centre) melalui 2 tahap, yaitu mula-mula dilakukan alokasi antara pusat biaya (diurutkan mulai dari unit yang paling

5 banyak memberikan kontribusi biaya ke pusat biaya lain), kemudian biaya yang diterima pusat biaya di bawahnya digabung dengan biaya asli pusat biaya tersebut, kemudian di alokasikan ke pusat pendapatan berdasarkan bobot tertentu. c. Double Distribution Method Merupakan cara mengalokasikan biaya dari pusat biaya ke pusat pendapatan melalui 2 tahap, yaitu mula-mula dilakukan penghitungan besar biaya pada pusat biaya dan mengalokasikannya ke pusat biaya lain dan pusat pendapatan, kemudian pada langkah ke dua seluruh biaya yang ada di pusat biaya direalokasikan keseluruh unit yang merupakan pusat pendapatan. d. Multiple Distribution Method Merupakan cara membagi biaya dengan mengalokasikan biaya secara berulang, termasuk alokasi di antara sesama unit produksi. Metode ini sangat kompleks, karena ternyata setelah empat kali sebaran distribusi, perbedaan yang terjadi tidak banyak, sehingga metode ini jarang digunakan. e. Activity Based Costing Method ABC adalah sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. 14 Menurut Mulyadi (2003), ABC adalah sistem informasi biaya berdasarkan aktivitas yang dirancang untuk memotivasi sumber daya manusia untuk melakukan pengelolaan aktivitas sehingga dapat menyebabkan terjadinya pengurangan biaya 18

6 Cost of Medical Error Cost of error adalah biaya akibat adanya suatu kesalahan. Cost of medical error adalah biaya yang timbul akibat kesalahan dalam suatu pelayanan kesehatan. Biaya ini menjadi beban masyarakat dan rumah sakit itu sendiri. 19 Cost of medical error di United State of America (USA) pada tahun 2008 adalah sebesar US $ 19,5 juta, yang mana 87,5% disebabkan karena additional cost (biaya tambahan) yang berhubungan dengan tindakan operasi, penegakan diagnosa, terapi, obat-obatan, dan penyebab lainnya. Karena USA menjamin kesehatan seluruh warganya, maka nilai ini merupakan beban yang ditanggung oleh pemerintah. 19 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Inggris pada tahun 2006, pencairan asuransi yang tidak mengandung unsur medical error hanyalah 13% sampai 16%, dan pertambahan biaya akibat medical error adalah sebesar 67% dari biaya yang seharusnya. 20 Cost of medical error dapat terjadi pada 3 tahap, yaitu: 21 1. Diagnostik Medical error yang terjadi karena kesalahan atau keterlambatan dalam menegakkan diagnosa, termasuk tidak melakukan suatu pemeriksaan penunjang padahal terdapat indikasi untuk melakukan pemeriksaan tersebut. 2. Penatalaksanaan Medical error yang terjadi karena kesalahan dalam pemberian obat, baik jenis, dosis, ataupun cara pemakaian. Termasuk pemberian obat-obatan tanpa indikasi yang sesuai.

7 3. Pencegahan Medical error yang terjadi karena tidak melakukan tindakan pencegahan secara adekuat, termasuk kegagalan dalam melakukan tindakan pencegahan infeksi. Medical error dapat disebabkan oleh individu dokter atau perawat yang mengelola pasien, dan dapat juga disebabkan oleh sistem atau fasilitas yang kurang mendukung untuk mencegah terjadinya error tersebut. Medical error dapat disebabkan oleh individu dokter atau perawat, misalnya karena kurangnya kompetensi, tidak mengikuti prosedur pencegahan infeksi, kelalaian dalam memberikan obat-obatan baik dosis, cara pemberian, maupun jumlahnya. Medical error yang disebabkan oleh sistem atau fasilitas yang kurang mendukung, misalnya sarana fisik ruang operasi tidak memenuhi syarat, alat-alat medik kurang berfungsi, sanitasi lingkungan kurang baik, prosedur penyimpanan atau pendistribusian obat atau darah tidak mengikuti standard operational procedure (SOP). Selain itu, medical error dapat terjadi karena komunikasi yang tidak terjalin dengan baik antara dokter, perawat, dan pasien. 22 Partisipasi pasien secara aktif dalam perawatan pasien di rumah sakit, dapat mengurangi risiko medical error. Bentuk partisipasi tersebut misalnya pasien bertanya secara aktif mengenai kondisi kesehatannya dan rencana pengelolaan yang akan diterimanya, mencatat berbagai obat yang diterimanya, baik yang diresepkan maupun tidak diresepkan, memastikan bahwa resep yang diterima pasien dapat dibaca oleh pasien itu sendiri, memberitahukan kepada dokter mengenai alergi obat atau reaksi obat yang pernah dialaminya, serta

8 menginformasikan kepada dokter mengenai kondisi atau perubahan yang dialaminya selama mendapat perawatan di rumah sakit, misalnya luka opereasi menjadi basah, mengeluarkan nanah atau bahkan terbuka. 22 Selain itu, medical error juga dapat ditekan dengan adanya kebijakan dari pihak manajemen, dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh seluruh praktisi di bidang kesehatan. DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Waorld alliance for patient safety. Forward programme 2005 [manuscript on internet]. Geneve, Switzerland: World Health Organization; 2004 [diunduh 17 Agustus 2013].Available from: www.who.int/patientsafety 2. Henman K, Gordon CL, Gardiner T, Thorn J, Spain B, Davies J, et al. Surgical site infection following caesarean section at Royal Darwin Hospital, Northern Territory. Healthcare Infection. 2012; 17: 47-51. 3. Cunningham FG, Gilstrap LC, Van Dorsten JP. Anatomy incision and closures. In: Operative Obstetrics. 2nd edition. McGraw-Hill Medical Publishing Division, New York 2002: 59-61 4. Muhammad Yadi. Wound Dehiscence Pasca Bedah Sesar Pada Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Health and Sport 2011; 3(1): 199-206 5. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC; 2011. hal 182-195 6. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 7. Jakarta: EGC; 2007. hal 367-378 7. Kate Mc Cormick. Quality. Oxford, United Kingdom: MPG Book Ltd; 2002. hal 224-227. 8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit Bab I Pasal 1. 9. Sharon Gondodiputro. Penghitungan Unit Cost di Pelayanan Kesehatan Primer. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2007. hal 4-8.

9 10. Mulyadi. Activity Based Cost System. Edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN; 2003. hal 1-5. 11. Edward J. Blocher KHC, Thomas W. Lin. Cost Management A strategic Emphasis. New York: Mc. Graw Hill; 1999. hal 58-60 12. Ascobat Gani, Pembiayaan Rumah Sakit dan Prospek Perkembangan Asuransi Kesehatan Selama PJP II. Jurnal Administrasi Rumah Sakit. 1993;2(1):15-22. 13. Drs. T. Gilarso, SJ. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius; 2003. hal 166. 14. Dr. Islahuzzaman S, MSi., Akuntan. Activity Based Costing Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Bandung: Alfabeta; Oktober 2011. hal 32-44 15. R.A Supriyono S.U. Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE; November 1999. 16. Bambang Hariadi d, M.Ec., Akuntan. Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang. Yogyakarta: BPFE; Desember 2002. 17. Sjaaf AC. Pengawasan Biaya Di Rumah Sakit; Keputusan Manajerial Dalam Lingkup Akuntansi Biaya. Jurnal Administrasi Rumah Sakit No 3. 1994;1(3):18-24. 18. Judith J. Baker. Activity Based Costing and Activity Based Management for Health Care. USA: Aspen Publisher Inc.; 1998. hal 1-6 19. Charles. The Economics of Health Care Quality and Medical Errors. Journal of Health Care Finance. 2012; 39(1): 690-4 20. Studdert DM, Mello MM, Phil MJD, Ph.D., Gawande AA, MD., MPH., Gandhi TK, MD., MPH., Kachalia A, MD., et all. Claims, Errors, and Compensation Payments in Medical Malpractice Litigation.The New England Journal of Medicine, 2006; 354:2024-2033. 21. Institute of Medicine Committee on the Quality of Health Care in America. To Err is Human: Building a Safer Health System. Washington; 1999 [diunduh 10 Desember 2013]; Tersedia dari http://www.iom.edu/~/media/files/report%20files/1999/to-err-is- Human/To%20Err%20is%20Human%201999%20%20report%20brief.pdf 22. National Committee For Quality Assurance. The essential guide to health care quality. Washington, DC; 2012, hal 18-23

10

11