AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 2 SEPTEMBER 201 ISSN 1979 5777



dokumen-dokumen yang mirip
PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai

PENGARUH PUPUK ORGANIK GRANUL DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) OKULASI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

PERKECAMBAHAN BENIH TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) YANG DISIMPAN PADA SUHU DAN PERIODE YANG BERBEDA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK ORGANIK CAIR

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

RESPON PERTUMBUHAN STUMPKARET

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

III. MATERI DAN METODE

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

LAJU PERTUMBUHAN DAN LAJU ASIMILASI BERSIH RUMPUT GAJAH DARI LETAK TUNAS STEK YANG BERBEDA DENGAN BEBERAPA DOSIS PUPUK NITROGEN SKRIPSI.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

PERTUMBUHAN BIBIT SAMBUNG PUCUK DINI KAKAO (Theobroma cacao L.) KLON SUL-1 DAN SUL-2 YANG DIBERI PUPUK ORGANIK CAIR BERBEDA KONSENTRASI

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

BAB 3 METODE PENELITIAN

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

SKRIPSI OLEH : MARIA MASELA S. SITANGGANG/ AGROEKOTEKNOLOGI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Heveea brasiliensis) STUM MATA TIDUR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN LAMA PENYIMPANAN PADA KERTAS KORAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

III. MATERI DAN METODE

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Transkripsi:

94 AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 2 SEPTEMBER 201 ISSN 1979 5777 PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK UREA DAN APLIKASI HERBISIDA PRA- TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) DAN GULMA DI PEMBIBITAN Yakup Parto, Yernelis Syawal dan Teguh Achadi Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir (OI) 30662, Sumatera Selatan, e-mail : yakup.parto@yahoo.com. ABSTRACT A Research was carried out at green house of Agriculture Faculty of Sriwijaya University from October 2010 to January 2011 using split-split plot design. Main plot were pre-emergence herbicides : H 0 = no preemergence herbicide treatment (control), H 1 = preemergence herbicide of methyl metsulfuron, and H 2 = preemergence herbicide of ametryn. Subplot were dose of urea fertilizers : U 0 = no urea fertilizer treatment (control), U 1 = 2 gram of urea fertilizer per plant, and U 2 = 4 gram of urea fertilizer per plant. Sub-sub plot were preemergence dosages : D 0 = 0 liter formulation per ha, D 1 = 1,5 liter formulation per ha, and D 2 = 3,0 liter formulation per ha. Parameters measured were diameter of sleep eye stum, time of bud emergence, height of bud, number of leaves, percentage of growth seedling, weed growth, and efficiency of weed control. Results showed that kind of preemergence herbicides, urea fertilizer dosages, and preemergence herbicide dosages were no significant effect to weed dry weight due to weed growing were relative small. This supposed because soil which used as growth media no enough contain weed propagule, so the following research are need conducted. Key words : Rubber seedling, urea fertilizers, preemergence herbicides. ABSTRAK Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya pada bulan Oktober 2010 sampai Januari 2011 dengan Rancangan Petak-Petak Terbagi. Petak utama adalah herbisida pratumbuh: H 0 = tanpa perlakuan herbisida pratumbuh (kontrol), H 1 = Herbisida pratumbuh metil metsulfuron, dan H 2 = Herbisida pratumbuh ametrin. Anak petak adalah dosis pupuk urea: U 0 = tanpa perlakuan pupuk urea (kontrol), U 1 = 2 gram pupuk urea per tanaman, dan U 2 = 4 gram pupuk urea per tanaman. Anak-anak petak adalah dosis herbisida pratumbuh: D 0 = 0 liter formulasi per ha, D 1 = 1,5 liter formulasi per ha, dan D 2 = 3,0 liter formulasi per ha. Peubah yang diamati: diameter stum mata tidur, waktu tumbuh tunas, tinggi tunas, jumlah daun, persentase bibit tumbuh, gulma yang tumbuh, dan efisiensi pengendalian gulma. Hasil peneltian menunjukkan bahwa jenis herbisida pratumbuh, dosis pupuk urea, dan dosis herbisida pratumbuh belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering gulma mengingat gulma yang tumbuh relatif sedikit. Hal ini diduga karena tanah yang digunakan sebagai media tanam tidak cukup banyak mengandung propagule gulma, sehingga penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Kata kunci : Bibit karet, pupuk urea, herbisida pratumbuh. PENDAHULUAN Tanaman karet (Havea brasiliensis Muell.Arg.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia, sebab selain menjadi penampung sekitar 1,4 juta tenaga kerja juga memberikan kontribusi sebagai umber devisa non-migas dan mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah pengembangan karet (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2003). Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari sebanyak 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan kemudian 1,9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa yang diperoleh dari

Yakup P, Yernelis S, Teguh A : Pengaruh pengunaan Pupuk Urea dan aplikasi. 95 komoditas ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2,25 milyar, yang merupakan 5 % dari pendapatan devisa non-migas (Anwar, 2006). Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet khususnya di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas areal perkebunan karet tahun 2005 mencapai lebih dari 3,2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari luasan tersebut maka 85 % diantaranya merupakan perkebunan karet rakyat, dan hamya 7 % yang merupakan perkebunan besar negara serta 8 % perkebunan besar swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai sekitar 2,2 juta ton (Anwar, 2006). Sementara itu luas areal perkebunan karet di Sumatera Selatan mencapai 928.075 ha dengan produksi 675.837 ton. Komoditas karet dalam kelompok ekspor non-migas Sumatera Selatan periode Januari April 2007 berhasil menyumbang devisa terbesar mencapai 610,577 juta US$ dollar dengan volume tercatat 243,8 ribu ton (Dinas Perkebunan Prov. Sumsel, 2007). Menurut Indraty (2005), dengan semakin meningkat pembangunan dalam sub sektor perkebunan khususnya di bidang karet maka kebutuhan akan bibit semakin meningkat. Bibit stum mata tidur masih menjadi pilihan dan banyak digunakan sebagai bahan tanaman. Amypalupy et al., (1992), menyebutkan bahwa bibit okulasi stum mata tidur banyak digunakan karena persiapannya lebih mudah dan harganya lebih murah, tetapi penggunaan stum mata tidur mempunyai beberapa kelemahan yaitu berupa tingginya angka kematian (15-20%), ada kemungkinan tumbuhnya tunas palsu dan pertumbuhan bibit tidak seragam. Dijelaskan oleh Soemomarto (1979), kematian bibit pada stum karet akibat kekeringan terjadi karena dalam waktu yang lama akarnya belum keluar atau belum berfungsi, sehingga penyerapan air dalam tanah bila dibandingkan dengan banyaknya penguapan air dari bagian stum karet yang ada dipermukaan tanah dalam keadaan yang tidak seimbang. Untuk mengatasi keadaan tersebut diatas maka perlu dilakukan perwatan khususnya dengan pemupukan, sebab pemupukan merupakan upaya pokok yang dapat memacu pertumbuhan (Balai Penelitian Perkebunan Sembawa, 1996). Pupuk-pupuk ini biasanya diberikan sebagai pupuk tunggal atau majemuk. Salah satu jenis pupuk tunggal yang banyak digunakan adalah Urea (Radjagukguk, 1984). Urea termasuk pupuk yang mudah menarik uap air dari udara sehingga urea mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Keuntungan dari penggunaan pupuk urea adalah kadar hara nitrogennya tinggi (Radjagukguk, 1984). Selain itu keberhasilan tumbuh bibit tidak terlepas dari upaya pengendalian terhadap tumbuhan pengganggu (gulma) yang dapat menghambat pertumbuhannya (Tjitrosoedirjo et al., 1984). Menurut Mangoensoekardjo dan Nurdin (1979), pengendalian gulma secara manual merupakan cara yang paling lama dan paling banyak digunakan di perkebunan karet khususnya karet rakyat. Namun teknik pembibitan di dalam kantong pelastik atau polibeg membawa perubahan dalam praktek penyiangan. Tanah yang digunakan sebagai media biasanya mengandung biji gulma yang cukup banyak. Basuki dan Buana (1989) menemukan sebanyak 44 biji gulma yang mampu tumbuh dari 100 gram tanah kering lapisan atas. Sementara Everaats (1987) mendapatkan bahwa dalam 1,5 kg pupuk kandang basah dari beberapa ternak ruminansia dijumpai sebanyak 267 biji gulma. Penggunaan kored dalam teknik ini tidak dapat dilakukan, sehingga bila secara manual dengan mencabut gulma harus dilakukan maka dapat mengakibatkan membengkaknya biaya pemeliharaan. Sehubungan dengan hal itu maka pemakaian hebisida pratumbuh pada media pembibitan di dalam polibeg merupaka alternatif yang dapat dilakukan (Yakup dan Sodikin, 1997). Herbisida pratumbuh dapat mematikan kecambah gulma yang baru tumbuh, dan dapat tetap aktif didalam tanah selama periode tertentu, sehingga tanah akan dapat relatif terbebas dari gulma selama periode waktu tersebut (Basuki dan Sumaryono, 1990). Metafuron 20 WP merupakan herbisida pratumbuh yang mengandung bahan aktif metil metsulfuron 20.05 %, termasuk

96 Yakup P, Yernelis S, Teguh A : Pengaruh pengunaan Pupuk Urea dan aplikasi. golongan herbisida sulfonylurea serta efektif terhadap gulma daun lebar, semak dan pakis. Dosis herbisida relatif ini rendah dibanding dengan jenis herbisida lain. Secara umum dosis yang dianjurkan 0,8-1,4 kg/ha (Siregar et al., 1990). Sementara Amtrak 80 WP yang mengandung bahan aktif ametrin 80 % merupakan herbisida sistemik pra tumbuh yang berbentuk tepung berwarna putih dan dapat membentuk suspensi dalam air untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan berdaun sempit. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengkaji efektivitas jenis herbisida pratumbuh, dosis pupuk urea, dan dosis herbisida pratumbuh yang mampu memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet stum mata tidur di pembibitan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Univ. Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir (OI), Sumsel. Waktu pelaksanaan dimulai pada awal bulan November 2010 dan telah sampai bulan Januari 2011. Bahan yang digunakan : Bibit karet stum mata tidur klon PB 260, pupuk urea, herbisida pra-tumbuh terdiri dari Metafuron 20 WP (dengan bahan aktif metil metsulfuron 20,05 %), Amtrak 80 WP (dengan bahan aktif ametrin 80%), tanah podsolik (Ultisol), air, dan pestisida (Furadan 3 G dan Dithane M-45). Alat-alat yang dipakai : cangkul, parang, karung plastik, tali rafia, ayakan 2 mmhos, ember plastik, polibeg berdiameter 15 cm, meteran, jangka sorong, tugal, hand sprayer, gelas ukur, pipet, timbangan analitik, kantong kertas, oven pengering, kamera, dan alat-alat tulis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak-Petak Terbagi (RPPT)/Split- Split Plot Design yang terdiri 3 faktor, yaitu jenis herbisida pra-tumbuh sebagai petak utama, dosis pupuk urea sebagai anak petak, dan dosis herbisida pra-tumbuh sebagai anakanak petak. Perlakuan herbisida pra-tumbuh terdiri dari 3 macam : H 0 = tanpa perlakuakn herbisida pra-tumbuh (kontrol), H 1 = Herbisida pratumbuh metil metsulfuron, dan H 2 = Herbisida pratumbuh ametrin. Dosis pupuk urea terdiri dari 3 taraf : U 0 = tanpa perlakuan pupuk urea (kontrol), U 1 = 2 gram pupuk urea per tanaman, dan U 2 = 4 gram pupuk urea per tanaman. Dosis herbisida pratumbuh juga terdiri 3 taraf : D 0 = 0 liter formulasi per ha, D 1 = 1,5 liter formulasi per ha, dan D 2 = 3,0 liter formulasi per ha. Pelaksanaan penelitian meliputi penyiapan media tanam, penyiapan bahan tanam, penanaman bibit karet stum mata tidur, pemberian pupuk urea (sesuai perlakuan), aplikasi herbisida pratumbuh (sesuai perlakuan), dan pemeliharaan. Peubah yang diamati terdiri dari diameter awal stum mata tidur (cm), waktu tumbuh tunas (hari), tinggi tunas (cm), diameter tunas (cm), jumlah daun (helai), persentase bibit tumbuh (%), bobot kering akar (gr), gulma yang tumbuh, tingkat keracunan tanaman/fitotoksisitas, dan efisiensi pengendalian gulma. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada bibit karet stum mata tidur klon PB 260 yang ditanam di polibeg maka berturut-turut didapatkan data diameter awal stum mata tidur, bobot kering gulma bulan pertama, dan bobot kering gulma bulan kedua. Hasil pengamatan selengkapnya masing-masing disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.

Yakup P, Yernelis S, Teguh A : Pengaruh pengunaan Pupuk Urea dan aplikasi. 97 Tabel 1. Diameter batang stum mata tidur (cm). Herbisida Urea Dosis ULANGAN I II III Jumlah Rerata D 0 1.6506 1.2850 1.4431 4.3788 1.4596 U 0 D 1 1.6506 1.2850 1.4431 4.3788 1.4596 D 2 1.6506 1.2850 1.4431 4.3788 1.4596 D 0 1.4925 1.2644 1.4875 4.2444 1.4148 H 0 U 1 D 1 1.4925 1.2644 1.4875 4.2444 1.4148 D 2 1.4925 1.2644 1.4875 4.2444 1.4148 D 0 1.3938 1.4506 1.2869 4.1313 1.3771 U 2 D 1 1.3938 1.4506 1.2869 4.1313 1.3771 D 2 1.3938 1.4506 1.2869 4.1313 1.3771 U 0 D 1 1.3775 1.6475 1.6406 4.6656 1.5552 D 2 1.6431 1.3688 1.4194 4.4313 1.4771 H 1 U 1 D 1 1.2819 1.4231 1.5494 4.2544 1.4181 D 2 2.0906 1.3763 1.2038 4.6706 1.5569 D 0 1.6506 1.2850 1.4431 4.3787 1.4771 U 2 D 1 1.1006 1.5575 1.1994 3.8575 1.2858 D 2 1.4744 1.4238 1.2169 4.1150 1.3717 U 0 D 1 1.6975 1.2613 1.4613 4.4200 1.4733 D 2 1.4475 1.5556 1.3869 4.3900 1.4633 H 2 U 1 D 1 1.5725 1.4475 1.3800 4.4000 1.4667 D 2 1.1519 1.3900 1.4281 3.9700 1.3233 U 2 D 1 1.4275 1.4850 1.4188 4.3313 1.4438 D 2 1.3569 1.1713 1.8006 4.3288 1.4429 TOTAL 41.1363 36.8175 38.4161 116.3699 1.4367 Tabel 2. Data bobot kering gulma bulan pertama (g). Herbisida Urea Dosis ULANGAN I II III Jumlah Rerata U 0 D 1 0.300 0.300 0.500 1.100 0.3667 D 2 0.300 0.300 0.500 1.100 0.3667 D 0 0.400 0.200 0.300 0.900 0.3000 H 0 U 1 D 1 0.400 0.200 0.300 0.900 0.3000 D 2 0.400 0.200 0.300 0.900 0.3000 D 0 0.100 0.100 0.100 0.300 0.1000 U 2 D 1 0.100 0.100 0.100 0.300 0.1000 D 2 0.100 0.100 0.100 0.300 0.1000 H 1 U 0 D 1 0.500 0.200 0.400 1.100 0.3667 D 2 0.120 0.200 0.200 0.520 0.1733 U 1

98 Yakup P, Yernelis S, Teguh A : Pengaruh pengunaan Pupuk Urea dan aplikasi. H 2 D 1 0.300 0.200 0.100 0.600 0.2000 D 2 0.120 0.100 0.200 0.420 0.1400 D 0 0.300 0.300 5.000 5.600 1.8667 U 2 D 1 0.200 0.200 0.000 0.400 0.1333 D 2 0.070 0.200 0.100 0.370 0.1233 U 0 D 1 0.100 0.000 0.100 0.200 0.0667 D 2 0.000 0.100 0.000 0.100 0.0333 U 1 D 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.0000 D 2 0.100 0.000 0.100 0.200 0.0667 U 2 D 1 0.200 0.100 0.000 0.300 0.1000 D 2 0.000 0.100 0.000 0.100 0.3667 TOTAL 5.9100 5.0000 11.4000 22.3100 0.2754 Tabel 3. Data bobot kering gulma bulan kedua (g). Herbisida Urea Dosis ULANGAN I II III Jumlah Rerata U 0 D 1 0.320 0.440 0.840 1.600 0.5333 D 2 0.320 0.440 0.840 1.600 0.5333 D 0 0.230 0.460 0.420 1.110 0.3700 H 0 U 1 D 1 0.230 0.460 0.420 1.110 0.3700 D 2 0.230 0.460 0.420 1.110 0.3700 D 0 0.420 0.390 0.320 1.130 0.3767 U 2 D 1 0.420 0.390 0.320 1.130 0.3767 D 2 0.420 0.390 0.320 1.130 0.3767 U 0 D 1 0.080 0.050 0.060 0.190 0.0633 D 2 0.060 0.227 0.012 0.299 0.0997 H 1 U 1 D 1 1.210 1.200 0.010 2.420 0.8067 D 2 0.120 0.900 0.015 1.035 0.3450 U 2 D 1 0.390 0.070 0.130 0.590 0.1967 D 2 0.070 0.175 0.115 0.360 0.1200 U 0 D 1 0.020 0.070 0.040 0.130 0.0433 D 2 0.100 0.120 0.170 0.390 0.1300 H 2 U 1 D 1 0.230 0.100 0.040 0.370 0.1233 D 2 0.100 0.200 0.230 0.530 0.1767 U 2 D 1 0.100 0.225 0.060 0.385 0.1283 D 2 0.000 0.100 0.070 0.170 0.0567 TOTAL 7.3100 9.9470 10.7320 27.9890 0.3455

Yakup P, Yernelis S, Teguh A : Pengaruh pengunaan Pupuk Urea dan aplikasi... 99 Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat bahwa diameter bibit karet stum mata tidur yang digunakan untuk perlakuan jenis herbisida pratumbuh, dosis pupuk urea, maupun dosis herbisida pratumbuh meskipun bervariasi (Gambar 1), tetapi relatif seragam. Hal ini terbukti dari hasil analisis keragaman yang tidak menunjukkan perbedaan nyata. Dari hasil analisis keragaman didapatkan pula bahwa perlakuan jenis herbisida pratumbuh, dosis pupuk urea, maupun dosis herbisida pratumbuh belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering gulma bulan pertama maupun bobot kering gulma bulan kedua (Tabel 2 dan Tabel 3), tetapi terdapat variasi sebagaimana terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Gabar 1. Diameter batang bibit karet stum mata tidur (cm). Gambar 2. Bobot kering gulma bulan pertama (g).

100 Yakup P, Yernelis S, Teguh A : Pengaruh Pengunaan Pupuk Urea dan Aplikasi. Gambar 3. Bobot kering gulma bulan kedua (gr). Pembahasan Bibit yang digunakan adalah bibit karet stum mata tidur klon PB 260. Bibit berasal dari Balai Penelitian Sembawa dengan batang bawah yaitu klon GT1 yang ditanam dari biji. Dalam siklus berbuah dan dihasilkannya biji pada tanaman karet maka biji tanaman karet akan masak fisiologis dan dapat diunduh serta dapat ditanam untuk digunakan sebagai batang bawah pada bulan Januari Februari. Oleh karena ketersediaan biji baru diperoleh pada bulan-bulan tersebut maka penanaman biji untuk batang bawah dilakukan pada bulan Februari Maret. Dari hasil penanaman biji untuk batang bawah pada bulan Februari Maret tersebut kemudian okulasi dilakukan pada awal bulan Oktober dengan entres PB 260. Dengan demikian penanaman bibit tanaman karet pada penelitian ini tidak dapat dipercepat dikarenakan ketersediaan stum mata tidur baru diperoleh pada akhir bulan Oktober. Oleh karena itu penanaman bibit karet stum mata tidur baru dapat dilakukan pada awal November, sehingga umur stum mata tidur pada saat penanaman adalah tujuh bulan. Setelah dilakukan penanaman di rumah kaca ternyata bibit karet stum mata tidur yang tumbuh cukup sedikit dan kurang sesuai dengan pertumbuhan yang diharapkan. Tidak cukup banyaknya bibit karet stum mata tidur yang tumbuh dapat terjadi karena okulasi yang dilakukan kualitasnya kurang baik, sehingga tidak terjadi pertautan dan pertumbuhan sebagaimana mestinya (Amypalupy et al., 1992). Disamping itu dapat juga terjadi karena kondisi suhu udara di dalam rumah kaca yang relatif panas, sehingga meskipun dilakukan penyiraman pada media tanam tetapi nampaknya tidak cukup banyak membantu. Hal itu mengakibatkan bibit karet stum mata tidur yang ditanam mengalami kekeringan, sehingga banyak yang tidak tumbuh (Soemomarto, 1979). Diakibatkan oleh kondisi yang demikian maka data yang sudah diperoleh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah baru data diameter batang bibit karet stum mata tidur (Tabel 1), bobot kering gulma bulan pertama (Tabel 2), dan bobot kering gulma bulan kedua (Tabel 3). Diameter batang bibit karet stum mata tidur pada penelitian ini sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan variasi, tetapi variasi tersebut tidak begitu besar dan tidak berbeda nyata, sehingga relatif seragam. Oleh karena itu

Yakup P, Yernelis S, Teguh A : Pengaruh Pengunaan Pupuk Urea dan Aplikasi... 101 bibit karet stum mata tidur di sini memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan tanam dalam pelaksanaan penelitian. Dengan bahan tanam yang relatif seragam maka data hasil pengamatan yang akan diperoleh diharapkan benar-benar merupakan akibat dari perlakuan yang dicobakan, sehingga mencerminkan pengaruh faktor yang diteliti. Namun demikian ternyata faktor-faktor yang diteliti yaitu jenis herbisida pratumbuh, dosis pupuk urea, dan dosis herbisida pratumbuh belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering gulma bulan pertama (Tabel 2, Gambar 2) maupun bobot kering gulma bulan kedua (Tabel 3, Gambar 3). Hal ini dapat terjadi karena gulma yang tumbuh pada media tanam relatif sedikit, sehingga bobot kering yang dihasilkan tidak cukup berbeda. Relatif sedikitnya gulma yang tumbuh diduga akibat tanah yang digunakan sebagai media tanam tidak cukup banyak mengandung propagule (biji atau bagian vegetatif yang dapat tumbuh menjadi individu) gulma. Meskipun terdapat beberapa faktor lain yang berpengaruh tetapi propagule merupakan unsur pokok yang menentukan banyak/sedikitnya gulma yang tumbuh, sehingga akan berpengaruh terhadap populasi gulma yang ada (Akobundu, 1987; Basuki dan Sumaryono, 1990). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pelaksanaan penelitian dipengaruhi oleh siklus masak fisiologis biji tanaman karet yang akan ditanam untuk batang bawah pada bibit karet stum mata tidur. Diameter batang bibit relatif seragam, sehingga memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian. Tidak cukup banyaknya bibit karet stum mata tidur yang tumbuh dapat terjadi karena okulasi yang dilakukan kualitasnya kurang baik dan juga karena kondisi suhu udara di dalam rumah kaca yang relatif panas. Jenis herbisida pratumbuh, dosis pupuk urea, dan dosis herbisida pratumbuh belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering gulma mengingat gulma yang tumbuh relatif sedikit karena diduga tanah yang digunakan sebagai media tanam tidak cukup banyak mengandung propagule gulma. Dengan demikian jenis herbisida pratumbuh, dosis pupuk urea, dan dosis herbisida pratumbuh yang memberikan pengaruh terbaik terhadap bibit karet stum mata tidur dalam penelitian ini belum didapatkan. Saran Penelitian seperti ini perlu memperhitungkan ketersediaan bahan tanam agar pelaksanaan penelitian dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Penggunaan tanah yang baik sebagai media tanam perlu dilakukan untuk menunjang pertumbuhan bibit karet stum mata tidur yang ditanam meskipun juga mengandung resiko tumbuhnya gulma. Pelaksanaan dan pengamatan secara cermat perlu dilakukan sampai akhir penelitian untuk memperoleh data yang representatif, sehingga dapat dilakukan analisis dan pembahasan secara komprehensif serta penarikan kesimpulan yang tepat sebagaimana diharapkan. DAFTAR PUSTAKA Akobundu, I.O. 1987. Wed Science in The tropics, principles and practices. John Wiley and Sons. New York. 522 p. Anwar, C. 2006. Managemen dan Teknologi Budidaya Karet. Makalah pada Pelatihan Tekno Ekonomi Agribisnis Karet, Jakarta, 18 Mei 2006. 24 h. Amypalupy, K, Kuswanhandhi, dan I. Boerhendhy. 1992. Polibeg Mini untuk Mendukung Pengembangan Karet Rakyat. Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa. Sembawa, Palembang. Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. 1996. Pengelolaan Perkebunan. Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa. Palembang. Basuki dan Sumaryono. 1990. Pengaruh herbisida Pratumbuh dan Penutup Plastik Terhadap Pertumbuhan Gulma Pada Media Tanah. Prosiding Konferensi X Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI), Malang 13 15 Maret 1990. h. 1-9.

102 Yakup P, Yernelis S, Teguh A : Pengaruh Pengunaan Pupuk Urea dan Aplikasi. Basuki dan L, Buana. 1989. Metode Perkecambahan Biji Gulma Untuk Populasi Biji Gulma di Dalam Tanah. Menara Perkebunan 57 (3). h. 61-64. Dinas Perkebunan Prov. Sumsel. 2007. Statistik Perkebunan Sumatera Selatan. Dinas Perkebuan Provinsi Sumatera Selatan. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2003. Bahan Tanaman Karet untuk Peremajaan Karet Rakyat. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. Indraty, I. S. 2005. Bibit Karet Klonal dalam Polibeg Cocok untuk Lahan Bekas Hutan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27 (6) : 16 17. Mangoensoekardjo, S. dan Nurdin. 1979. Pengaruh Herbisida Pra-Tumbuh terhadap Bibit Tanaman Coklat. Bull. BPP Medan 10 (4) : 177 182. Radjagukguk. 1984. Pupuk, Karakteeristik karakteristiknya dan Cara Pemberiannya. Khursus Pengolahan Tanah dan Nutrisi, LPP Yogyakarta 4 18 April 1984. Siregar,H., T.L Tobing, A. Sipayung, dan R. Sukarji., 1990. Ally 20WDG sebagai Pengendali Gulma Kelapa Sawit pada Perkebunan. Pusat Penelitian Marihat. Soemomarto, S. 1979. Penanaman Setum Karet dengan Hormon Akar. Risalah Penelitian Reseacrh Center Getas, Salatiga. H. 1-13. Tjitrosoedirdjo, S,. I.H. Utomo., J. Wiroatmojo. 1984. Pengelolahan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta. 225 h. Yakup dan E. Sodikin. 1997. Fitotoksisitas herbisida pada tanaman karet muda. Prosiding Seminar Ilmiah Bidang Ilmu Pertanian dalam Rangka Dies Universitas Sriwijaya Ke 36. Indralaya. h. 247 250.