BAB 1 PENGANTAR MANAJEMEN LALU LINTAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 14 tahun 2006,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Transportasi Perkotaan. Permasalahan transportasi perkotaan kemacetan lalulintas parkir angkutan umum tertib lalulintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

BAB 2 TINJAUAN TEORI

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu dirinci dan dicatat ciri khasnya, termasuk tingkat pelayanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPOR ENGEMBANGAN SISTEM

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Kendaraan di DKI Panjang Jalan/ Luas Wilayah, km/km2. Kend/Panjang Jalan Sepeda Motor, , 61% 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

yaitu apabila bangkitan parkir tidak dapat tertampung oleh fasilitas parkir di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

MODA/ANGKUTAN DI PERKOTAAN

GREEN TRANSPORTATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transportasi merupakan bagian integral dari suatu fungsi masyarakat. pelayanan yang tersedia untuk konsumsi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PERHUBUNGAN RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PENGANTAR TRANSPORTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

KENAPA TRANSPORTASI PERLU DIRENCANAKAN?

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KABUPATEN PANDEGLANG ( Suatu Tinjauan Teknis )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN RAYA DARMO SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). menginginkan kendaraannya parkir ditempat, dimana tempat tersebut mudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Transkripsi:

BAB 1 PENGANTAR MANAJEMEN LALU LINTAS Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu mengaplikasikan strategi dasar manajemen lalu lintas dalam perancangan sesuai acuan teknis yang berlaku Tujuan Pembelajaran Khusus : 1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep strategi manajemen lalu lintas 2 Mahasiswa mampu menentukan strategi dasar manajemen lalu lintas yang tepat 3 Mahasiswa mampu mengaplikasikan strategi dasar manajemen lalu lintas 1.1 PENGANTAR Dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun ini, dicanangkan gerakan transportasi perkotaan yang berupa kebijaksanaan mengembangkan sistem transportasi massal yang tertib, aman, nyaman dan efisien. Selain itu penggunaan sistem transportasi harus dapat dijangkau oleh semua pengguna fasilitas atau jasa transportasi. Kenyataan yang ada sekarang adalah terjadinya masalah transportasi khususnya lalu lintas yang cukup pelik terjadi di beberapa kota-kota besar, bahkan sudah mulai merembet ke kota-kota kecil pendukungnya. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, bentuk fenomena kemacetan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi warga kota tersebut. Mau tidak mau mereka dipaksa harus beradaptasi dan mengalami transformasi terhadap dampak yang ditimbulkan. Seperti kita ketahui dari materi kuliah sebelumnya, Lalu lintas dalam pelaksanaannya akan membentuk suatu sistem dalam tatanan terstruktur yang memiliki kaitan yang sangat erat antara komponen satu sama lain. Sumber : Dokumentasi Pribadi, Area Terminal Cicaheum, 2008 Gambar 1.1 Situasi Kemacetan dan Kesemrawutan Di Area Cicaheum, Bandung Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-1

Di kota-kota besar diatas, tanpa disadari jumlah kendaraan bermotor mengalami peningkatan yang sangat pesat. Kenyataan yang dihadapi adalah penambahan jumlah kendaraan tersebut tidak disertai dengan penambahan jumlah panjang jalan. Dampak nyata dari kondisi tersebut adalah terjadinya bentuk kemacetan (kongesti) yang mulai berarti. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan khusus terhadap jaringan jalan, arus kendaraan, strategi-strategi manajemen lalu lintas yang tepat. Dari kenyataan tersebut tampak bahwa masalah transportasi perkotaan (urban) dan rural menjadi masalah utama dan merupakan masalah besar yang sulit dipecahkan. Sumber : Dokumentasi Pribadi, Area Simpang A.Yani - Cimuncang, Bandung, 2009 Gambar 1.2 Kondisi Konflik Pergerakan Kendaraan Di Area Cimuncang, Bandung Dampak negatif yang harus diterima oleh masyarakat baik pengguna maupun masyarakat sekitar fasilitas jalan tersebut amatlah besar. Bagi pemakai kendaraan, berbagai bentuk kehilangan waktu dan ekonomi yang diakibatkan oleh waktu perjalanan yang bertambah. Dan diikuti oleh konsumsi bahan bakar yang meningkat yang akhirnya biaya perawatan mesin dan kendaraan akan bertambah pula. Dampak lainnya yang mengikuti adalah munculnya ketegangan yang akan merangsang perubahan perilaku sehari-hari (yang bukan tidak mungkin cenderung ke arah kebrutalan berkendaraan di jalan). Dampak lalu lintas terhadap lingkungan juga tidak kalah nyata. Dapat kita lihat pada papan penunjuk kondisi udara di beberapa titik di kota Bandung ( di Jalan Setiabudi depan BCA misalnya), peningkatan polusi udara yang berupa Carbon Monoxide (CO x ), Nitrogen Dioxide (Co x ), Non Methane Hydrocarbon (HC) dan lain-lain juga mulai selalu menunjuk ke rate sedang. Polusi kebisingan (noise) yang ditimbulkan oleh suara mesin, knalpot dan klakson kendaraan juga turut menambah beban dampak akibat lalu lintas. Masalah lainnya yang tidak kalah penting untuk transportasi perkotaan adalah pengaturan parkir baik on street maupun off street, khususnya untuk light vehicle (mobil penumpang). Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-2

Kecenderungan yang terjadi saat ini, justru masalah parkir lebih banyak timbul di kota-kota kecil pendukung (satellite city). Hal ini disebabkan oleh jumlah kendaraan yang meningkat dan prasarana jalan yang terbatas (kondisi geometrik, lebar dan panjang jalan) dan hal ini akan tampak nyata di lokasi perbelanjaan dan terminalterminal. Diatas telah sedikit dipaparkan tentang masalah akibat lalu lintas yang terjadi. Hal ini masih ditambah dengan kenyataan bahwa ketertiban dan kedisplinan para pemakai jalan masih sangat rendah. Hasil nyata adalah peningkatan kecelakaan yang cukup tinggi dan tidak kurang dari 10.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan di jalan yang disebabkan oleh berbagai faktor penyebab. Perhatikan se buah gambaran kecelakaan di kota Bandung tahun 1995 pada tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Gambaran Kecelakaan di Kota Bandung tahun 1995 TAHUN POLWILTABES BANDUNG TOTAL BANDUNG BARAT TENGAH TIMUR JML. LAKA 185 109 95 72 461 MD 29 20 26 20 95 LB 25 20 35 8 88 LR 27 67 18 7 119 Kerg. Materiil 327.665.000 71.340.000 62.350.000 52.185.000 513.540.000 Sumber : Data Laka-Satlakalantas Polwiltabes Bandung Dari penjelasan diatas, tampak bahwa masalah-masalah tersebut akan menjadi pokok utama masalah transportasi khususnya di perkotaan dan akan dibahas dalam Bab-Bab berikutnya Sumber : 123 Langkah, Masyakat Transportasi Indonesia, hal.8 Gambar 1.3 Bukti Ketidak-tertiban Pengguna Sepeda Motor Di Indonesia Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-3

1.2 MANAJEMEN LALU LINTAS Manajemen bila dilihat secara umum adalah sistim pengaturan, oleh karena itu secara mudah dapat dikatakan bahwa Manajemen Lalu Lintas berarti pengaturan lalu lintas. Ciri khas dari pengaturan lalu lintas adalah objek yang diatur adalah komponen yang bergerak, yang selalu berkembang (developing) dan dalam mengatur manusia jelas dibutuhkan cara yang khusus. Sumber : Dokumentasi Pribadi, Cimahi, Jawa Barat Gambar 1.4 Wajah Mix Traffic Di Kota Bandung, Jawa Barat Dalam usaha mengatur lalu lintas, pekerjaan membangun fasilitas jalan yang lebar, membuat jalan layang, membuat jalan tembus dan lain sebagainya akan menjadi tidak berarti jika tidak disertai dengan membangun dan mengatur pola edukasi dan tingkat pemahaman dari pengguna jalan tersebut, yaitu manusia. Manajemen lalu lintas merupakan salah satu bagian dari Teknik Lalu Lintas yang dikhususkan dalam menangani operasi lalu lintas dari bagian jalan dan atau jaringan jalan yang sudah ada maupun yang akan dibangun. Dalam hal ini pengoperasian lalu lintas mencakup pengaturan dan penggunaan sistem jalan yang sudah ada (eksisting) dengan tujuan utama mencapai tingkat keamanan, kenyamanan dan nilai efisiensi dalam melakukan pergerakan berlalu lintas, tanpa penambahan atau pembangunan infrastruktur baru. Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-4

Sumber : Munawar, UGM, 2009 Gambar 1.5 Rencana Over Pass Di Area Simpang Kentungan, Sleman, Yogyakarta 1.3 CAKUPAN MANAJEMEN LALU LINTAS Secara umum kegiatan Manajemen Lalu Lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengawasan, pengaturan serta pengendalian lalu lintas. Dari arah pengembangan Transportasi Perkotaan dalam Repelita VII yang lalu terdapat beberapa hal penting yaitu : 1. kualitas lingkungan perlu dipertahankan 2. perlu dikembangkan manajemen lalu lintas untuk mencapai tingkat efisiensi dan kualitas pelayanan yang tinggi. Oleh karena itu manajemen lalu lintas memiliki cakupan sebagai berikut : 1. Perencanaan, yaitu : a. inventory, evaluasi dari kapasitas dan tingkat layan yang ada b. merencanakan tingkat pelayanan yang diinginkan c. menentukan analisis pemecahan masalah lalu lintas yang terjadi d. menyusun rencana serta program pelaksanaan pemecahan 2. Pengaturan, yaitu : a. Identifikasi masalah yang ada pada jaringan atau ruas jalan b. Penetapan kebijakan lalu lintas pada jaringan atau ruas jalan tertentu dengan menggunakan kontrol lalu lintas (rambu, marka, sinyal) 3. Pengendalian, yaitu : a. Memberikan petunjuk dan arahan dalam policy pelaksanaan kebijakan lalu lintas b. Memberikan bimbingan, penyuluhan kepada masyarakat pemakai jalan tentang hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan kebijakan lalu lintas 4. Pengawasan, yaitu : Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-5

a. Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan pengaturan lalu lintas b. Melakukan koreksi terhadap penyimpangan kebijakan pengaturan lalu lintas Berikut ini contoh ilustrasi penyediaan layanan angkutan umum yang dilakukan oleh Pustral UGM dalam melakukan manajemen lalu lintas dengan strategi meningkatkan pelayanan angkutan umum dengan menggunakan Trans Yogya (moda bus): Sumber : Munawar, UGM, 2009 Gambar 1.6 Rencana Konsep Pelayanan Angkutan Umum Yogyakarta Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-6

1.4 TUJUAN MANAJEMEN LALU LINTAS Dari paparan sebelumnya dapat diambil sebuah hipotesa bahwa tujuan manajemen lalu lintas secara umum adalah untuk mencapai keamanan, kenyamanan serta efsiiensi (baik waktu perjalanan maupun aspek ekonomi) dalam kegiatan berlalu lintas. Akan tetapi bila dikaji lebih jauh maka tujuan manajemen lalu lintas adalah : 1. Meningkatkan keselamatan dengan mengurangi terjadinya kecelakaan di ruas jalan atau jaringan jalan tertentu 2. Meningkatkan aksesibilitas atau kemudahan pencapaian pergerakan manusia dan atau barang dengan atau tanpa moda kendaraan 3. Meningkatkan kelancaran arus lalu lintas di jalan-jalan utama dan jalan distribusi 4. Meningkatkan kualitas lingkungan atau nilai efisiensi pemakaian jalan 5. Mendorong penggunaan energi secara efisien dan mendorong penggunaan energi lain yang terbarukan dalam berlalu lintas Sumber : 123 Langkah, Masyakat Transportasi Indonesia, hal.65 Gambar 1.7 Bentuk Pemahaman dan Kedisiplinan Pengguna Jalan di Yogyakarta 1.5 KLASIFIKASI MANAJEMEN LALU LINTAS Hal penting yang perlu diperhatikan dalam Manajemen Lalu Lintas adalah kemungkinan terjadinya benturan antara kepentingan yang satu dengan lainnya dalam mencapai tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu diperhatikan pemilihan keputusan dengan mencermati keseimbangan antar kepentingan tadi. Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-7

Kenyataan yang ada di lapangan sudah banyak jalan-jalan dan simpang yang tidak dapat menampung volume lalu lintas seperti yang direncanakan. Kenyataan terjadinya delay (tundaan), congestion (kemacetan) dan roads accident (kecelakaan lalu lintas) diharapkan dapat dimimalisasi secara bertahap dengan cara atau strategi sebagai berikut : 1. menetapkan strategi yang tepat guna 2. melakukan pengaturan arus lalu lintas yang benar 3. melakukan teknik manajemen yang membuat jalan menjadi ekonomis dalam penggunaannya dilapangan Oleh karena itu. secara umum bentuk-bentuk Manajemen Lalu Lintas dapat dikelompokkan menjadi : 1. Manajemen lalu lintas dengan perubahan sistem jalan secara fisik 2. Manajemen lalu lintas dengan penanganan sistem pengaturan lalu lintas 3. Manajemen lalu lintas yang menangani sistim informasi kepada pemakai jalan 4. Manajemen lalu lintas dengan menerapkan sistim manajemen tarif kepada pengguna jalan (road pricing) 5. Manajemen lalu lintas penanganan perubahan sistim operasional angkutan umum 6. Manajemen lalu lintas yang menangani perubahan pola pemakai jalan 7. Manajemen lalu lintas yang menangani keselamatan lalu lintas Berikut ini bentuk nyata yang dilakukan oleh Departemen Perhubungan dalam rangka Program Pembangunan Transportasi Darat yang bertujuan untguk mendukung pengembangan transportasi darat yang lancar, terpadu, aman dan nyaman sehingga mampu meningkatkan efisiensi pergerakan orang dan barang, memperkecil kesenjangan pelayanan angkutan antar wilayah sera mendorong ekonomi nasional. Contoh program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas lalu lintas angkutan jalan sebagai berikut : Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-8

Tabel 1.2 Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas LLAJ Sumber : Rencana Kerja Departemen Perhubungan 2010, hal, IV-16 1.6 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH MANAJEMEN LALU LINTAS Dalam penerapan strategi manajemen lalu lintas, pada prinsipnya sedapat mungkin mempertahankan pola jalan yang sudah ada, tetapi diusahakan mengatur pola gerakan kendaraan atau lalu lintas dengan mempertimbangkan adanya peningkatan efisiensi dengan merancang sistem baru. Secara umum masalah yang dihadapi dalam manajemen lalu lintas digolongkan dalam dua hal penting, yaitu : 1. Masalah yang berhubungan dengan kemudahan mobilitas (mobility accesibility) a. Pengguna kendaraan pribadi (private car users), menimbulkan masalah : Tundaan (delays) Penyediaan fasilitas parkir yang kurang memadai b. Pemakaian kendaraan umum (public transport users), menimbulkan masalah : Sistem operasi yang tidak dapat diandalkan atau dipercaya Headway yang lama, kelambatan, kemacetan dan hentian yang tidak layak Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-9

Kurangnya fasilitas parkir, kesulitan berpindah angkutan umum (trayek), biaya tinggi, jaringan jalan yang jarang (sparse network) yang mengakibatkan pengguna harus berjalan jauh terlebih dahulu c. Pejalan kaki dan pengendara non motor, menimbulkan masalah : Tundaan, ancaman terhadap kendaraan yang berbelok, kurang aman untuk menyeberang ruas maupun simpang Kurang disiplin dan pemahaman akan aturan para pejalan kaki dan pengendara non motor d. Tempat-tempat belanja, hotel serta fasilitas di depannya yang dapat menimbulkan masalah : Kondisi ruang yang kurang untuk bongkar muat barang Kelambatan gerakan angkutan barang Kurangnya kemudahan sehubungan dengan jalur bis kota dan bis pariwisata e. Operator kendaraan umum (public transport operators) yang menimbulkan masalah : Biaya operasi kendaraan yang tinggi Perlu armada bis yang banyak untuk mengurangi tingkat kelambatan Gangguan terhadap arus lalu lintas karena kecenderungan berhenti di tempat-tempat terlarang atau tidak pada tempatnya (halte, bus bay, lay bus) 2. Masalah yang berhubungan dengan lingkungan sekitar a. Masalah polusi suara (kebisingan), getaran yang terjadi (noise and vibration) di pusat-pusat kota, daerah perumahan, rumah sakit, tempat ibadah yang bukan tidak mungkin mengakibatkan ketidak tenangan pada masyarakat. b. Masalah polusi udara (air pollution) yang disebabkan oleh gas buang kendaraan bermotor yang mengakibatkan bau, asap bahkan kandungan kimia beracun di dalamnya (So x, No x, P b, dlsb) c. Masalah naiknya kadar debu dan kotoran (dust and dirt) yang diakibatkan oleh percepatan dan gerakan arus lalu lintas di jalan yang mencemari udara dan akhirnya menimbulkan gangguan kesehatan. d. Masalah pemisahan area (severance) yang dilakukan akibat pengaturan arus lalu lintas atau akibat adanya pemisahan jalan secara fisik (struktur pemisah) yang mengakibatkan terpisahnya hubungan langsung dari masingmasing daerah tersebut, contoh Lingkar Selatan (South Ring Road) di Bandung. Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-10

Sumber : Munawar, UGM, 2009 Gambar 1.8 Rencana Lokasi Park and Ride Di Area Yogyakarta Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-11

Ringkasan Dalam perkembangan sebuah kota yang bermula dari kota kecil, sedang, besar, metropolitan sampai megapolitan secara nyata mendorong tingkat pergerakan lalu lintas yang membentuk hubungan linier dengan jumlah penduduknya dan tingkat pendapatan perkapitanya. Dalam usaha membangun sistem manajemen lalu lintas yang handal dan berkesimbungan, pekerjaan membangun fasilitas jalan yang lebar sesuai klasifikasi jalan dan demand lalu lintas, membuat jalan layang, membuat jalan tembus dan lain sebagainya akan menjadi tidak berarti jika tidak disertai dengan membangun dan mengatur pola edukasi serta tingkat pemahaman dari pengguna jalan tersebut, yaitu manusia. Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-12

Tugas (1) Individu (dikumpulkan TM minggu berikutnya, dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja di depan kelas, waktu presentasi 15 menit, sesi klarifikasi 15 menit). Masing-masing mahasiswa membuat tulisan dan pemetaan singkat, tentang bentuk hubungan permasalahan antara prarasana vs sarana vs perilaku pengguna jalan saat ini di kota asal anda Ambil / temukan lokasi di jaringan jalan kota Anda yang mewakili kondisi yang diterangkan pada poin diatas Materi harus dibuat singkat, jelas dan padat, lengkap dengan foto/sketsa geometrik/pola pergerakan kendaraan dan informasi lain yang dibutuhkan untuk menguatkan informasi yang diberikan Sertakan perkiraan dampak terhadap tingkat keselamatan lalu lintas di masa 5 tahun ke depan. Catatan : 1. WAKTU PENYELESAIAN TUGAS ADALAH 1 (SATU) MINGGU 2. tiap mahasiswa wajib membuat Resume Tulisan dalam Bentuk POSTER (full colour) ukuran 40 x 60 cm untuk dipresentasikan di depan kelas, 3. poster dikumpulkan beserta materi tulisan 4. bobot penilaian : 60% makalah : 40% resume Poster Buku Ajar Manajemen Lalu Lintas -D4 TPJJ Hal 1-13