BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. bidang, termasuk didalamnya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan berdasarkan perumusan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, usaha kecil dan menengah semakin

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

EKSISTENSI HOME INDUSTRI TAPE KETAN DI DESA TARIKOLOT KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perindustrian saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi yang penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, juga akan membantu tercapainya pertumbuhan ekonomi yang. Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai keunggulan-keunggulan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia dewasa ini kondisinya dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan adalah tercapainya

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat ditandai dengan adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Namun, di tanah subur yang mayoritas bergantung dari mata pencaharian

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Peranan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pergerakan perekonomian nasional. UMKM memiliki kontribusi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan didunia bisnis saat ini sangat pesat. Hampir disemua

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam perekonomian suatu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, SEGMENTASI PASAR DAN MODAL USAHA TERHADAP LABA USAHA INDUSTRI KERAJINAN MEUBEL DI SAMBI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dominan, dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai. pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan teknologi dari setiap zamannya berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dari lingkungan suatu usaha (Saparuddin, 2009, hlm. 121). Dalam hal ini, akan memunculkan perubahanperubahan yang menuntut suatu usaha tersebut untuk mempertahankan eksistensinya dari perubahan lingkungan yang cepat. Potensi sumber daya yang dimiliki suatu bangsa, harus mampu dimanfaatkan dan dikembangkan seoptimal mungkin untuk keberlangsungan penghidupan berkelanjutan sehingga menjadi peluang bahkan investasi usaha bagi masyarakat maupun negara itu sendiri. Industri kecil yang menjadi awal dari munculnya atau berkembangnya industri besar, berperan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat atau bagi pemilik usahanya sendiri yang mana mereka akan menjadi lebih produktif bahkan dapat menyerap sebagian besar tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya dari industri tersebut sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan dapat menunjang pembangunan daerah bahkan nasional. Menurut Suryana (2006, hlm. 77) mengemukakan tentang peranan usaha yaitu: pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti usaha pemasok, produksi, penyalur, dan pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor yang mepunyai kaitan ke depan dan ke belakang. Kedua, usaha kecil dapat meningkatkan efesiensi ekonomi, khususnya dalam menyerap tenaga kerja dan sumber daya lokal serta meningkatkan sumber daya manusia agar dapat menjadi wirausaha yang tanggung. Ketiga, usaha kecil dipandang sebagai sarana pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pendapatan, karena tersebar di perkotaan dan pedesaan. Kabupaten Indramayu merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang memiliki banyak industri kecil dan rumah tangga yang tersebar di setiap kecamatan bahkan desa. Salah satu industri kecil yang ada di Kabupaten Indramayu adalah home industri keripik tike yang merupakan produksi khas wilayah Indramayu sendiri. Home industri yang tergolong ke dalam industri kecil

2 ini bersifat informal yang pengelolaannya dikelola oleh perseorangan atau pada ruang lingkup rumah tangga. Selain itu, dalam home industri pada umumnya hanya menggunakan satu atau dua rumah untuk proses produksi, administrasi dan pemasaran dilakukan secara bersamaan, jika dilihat dari modal usaha yang dikeluarkan serta serapan tenaga kerja pastinya lebih sedikit dibandingkan dengan industri menengah atau perusahaan-perusahaan besar. Home industri keripik di Kabupaten Indramayu tersebar di dua kecamatan yaitu Kecamatan Karangampel dan Kecamatan Losarang. Berikut data home industri keripik di Kabupaten Indramayu pada Tahun 2011, dapat dilihat pada Tabel 1.1 : Tabel 1.1 Data Home Industri Keripik di Kabupaten Indramayu No Kecamatan Desa Jenis Industri Jumlah 1 Losarang Jumbleng Keripik Tike 143 2 Karangampel Benda dan Sendang Keripik Melinjo 79 Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2011 Berdasarkan Tabel 1.1 mengenai data jumlah home industri keripik di Kabupaten Indramayu diperoleh informasi bahwa home industri keripik tike yang berada di Kecamatan Losarang tepatnya yaitu di Desa Jumbleng memiliki jumlah 143 pengusaha home industri pada pencatatan terakhirnya di tahun 2011. Dalam hal ini kurang perhatiannya pemerintah setempat terkait sensus terhadap pemilik home industri dan mengingat pentingnya suatu keakuratan data pemilik usaha home industri setempat, oleh karena itu dilakukannya suatu peninjauan ulang ke lapangan yaitu ke tempat home industri keripik tike di Desa Jumbleng dan melakukan wawancara kepada Bapak Cari, Ibu Deni Rukmini serta Pa Amun yang merupakan pengepul bahan baku bagi pemilik usaha industri di Desa Jumbleng. Dan dari hasil wawancara tersebut didapatkan informasi bahwa jumlah pemilik usaha pada akhir ini (tahun 2014) yaitu sebanyak 51 pengusaha yang dapat dilihat pada tabel 1.2. Home industri keripik tike yang dikategorikan ke dalam skala kecil tetapi usaha ini memiliki prospek untuk terus bertahan bahkan berpeluang menuju unit usaha yang lebih besar lagi. Produksi keripik tike di Desa Jumbleng mencapai 100 ton (Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan perdagangan, 2011).

3 Tabel 1.2 Nama dan Jumlah Pemilik Usaha Home Industri Keripik Tike di Desa Jumbleng No Pemilik Usaha No Pemilik Usaha No Pemilik Usaha 1 Taminah 18 Karsiti 35 Warkeni 2 Tasiah 19 Suneti 36 Taskem 3 Sini 20 Tuniyah 37 Ilem 4 Ida 21 Darinah 38 Lentuk 5 Taruna 22 Deni 39 Tasirah 6 Kotiah 23 Ilah 40 Rusmini 7 Juju 24 Casmi 41 Risman 8 Siti 25 Ratini 42 Kasinah 9 Kiki 26 Rastem 43 Sutiah 10 Sitem 27 Tuniah 44 Bapuk 11 Kusneni 28 Rasiah 45 Kaminah 12 Wati 29 Caswi 46 Wawas 13 Surinah 30 Cariwen 47 Wasrem 14 Titin 31 Daslem 48 Cawi 15 Salimah 32 Eli 49 Sida 16 Raskini 33 Cartini 50 Taryadi 17 Rasinah 34 Warsiti 51 Manis Sumber: Pengepul Bahan Baku 2014, diolah Dengan perhitungan harga jual keripik tike sebesar Rp. 80.000/kg untuk jenis keripik tike hitam dan 100.000/kg keripik tike putih, maka nilai ekonomi pada industri ini mencapai 8 milyar sampai 10 milyar setiap tahun atau per musimnya. Dan dari jumlah produksi tersebut, home industri keripik tike telah mampu memasarkan produksinya diluar wilayah Indramayu sendiri. Peranan usaha kecil tidak terlepas dalam berbagai kendala yang menghambat, seperti halnya yang dikemukakan oleh Tambunan (2002, hlm. 7) sebagai berikut : Masalah dalam usaha kecil adalah keterbatasan modal atau investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dengan harga yang terjangkau, keterbatasan teknologi, sumber daya manusia dengan kualitas yang baik serta kesulitan dalam pemasaran. Uraian di atas mengenai kendala yang menghambat usaha kecil, dimana home industri keripik tike yang berada di Desa Jumbleng menghadapi beberapa kendala dalam mejalankan usaha produksinya seperti mengalami kesulitan untuk memenuhi bahan baku yang berasal dari umbi rumput tike disetiap musimnya. Hal

4 ini dikarenakan pengaruh alam menentukan kelayakan umbi tike untuk dijadikan sebagai bahan baku yang kemudian akan menyebabkan adanya keterbatasan dalam mendapatkan jumlah umbi tike pada musim tertentu seperti saat memasuki musim hujan dengan perolehan bahan bakunya bermula dari yang sedikit sampai habis atau tidak ada sehingga memaksa pengusaha untuk menghentikan produksinya dan melatarbelakangi status home industri keripik tike ini menjadi home industri musiman di Desa Jumbleng. Pada mulanya masyarakat Desa Jumbleng memanfaatkan rumput tike yang tumbuh secara liar dirawa-rawa sebagai bahan baku untuk konsumsi pribadi dan berkembang dalam pembuatan atau pengolahan keripik tike sendiri yang kemudian menjadi cikal bakal keberadaan atau berdirinya home industri keripik tike di Desa Jumbleng. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dari hasil wawancara dengan pemerintah desa yaitu Bapak Muhadi, yaitu pada tahun 1988- an keberadaan lahan rawa-rawa di Desa Jumbleng yang di tumbuhi rumput tike beralih fungsi lahan menjadi lahan empang ikan dan udang yaitu dengan luas 150 Ha. Sehingga dalam hal ini, untuk memenuhi ketersedian bahan baku yang sudah tidak tersedia lagi di Desa Jumbleng, para pengusaha mengambil bahan bakunya berasal dari daerah lain atau diluar daerah Indramayu sebagai wilayah pamasok bahan baku home industri keripik tike sekarang. Perkembangan industri kecil juga tidak terlepas dari dukungan sistem pemasaran yang dilakukan. Dalam hal ini meskipun home industri ini sudah mampu memasarkan produksinya diluar wilayah Kabupaten Indramayu, akan tetapi pengusaha keripik tike menyalurkan hasil produksinya tidak menyertakan label atau cap sebagai promosi mereka dalam mengenalkan keripik khas wilayahnya yang kemudian akan berpeluang pada pengklaiaman asal produksi keripik tike tersebut. Sehingga akan mempengaruhi kebertahanan maupun perkembangan dari home industri keripik tike di desa Jumbleng. Permasalahan lain diantaranya yaitu terkait belum terkondisikannya usaha industri setempat dikarenakan tidak ada lembaga hukum seperti koperasi atau badan usaha yang mengatur kebijakan usaha ditempat yang kemudian menyebabkan terjadinya persaingan antar pengusaha yang tidak sehat dalam penentuan harga jual dan pendistribusian produksi ke lokasi pasar. Selain itu,

5 usaha musiman home industri keripik tike yang menjadi usaha sampingan masyarakat Desa Jumbleng pada musim kemarau dan disaat mengalami perhentian produksi di musim hujan, maka para pelaku usaha keripik tike akan beralih profesi menjadi petani yaitu dengan menggarap lahan pertanian sawah atau sebagai buruh tani dengan pekerjaan yang lebih berat bahkan tidak jarang menjadi pengangguran. Penelitian ini begitu penting dilakukan untuk mengetahui potensi yang dapat dikembangkan dari home industri keripik tike di wilayah setempat. Seperti yang telah disebutkan, meskipun usaha ini memiliki beberapa kendala pada keterbatasan bahan baku dalam produksi, sistem pemasaran maupun persaingan yang terjadi diantara pengusaha setempat, nyatanya home industri keripik tike terus bertahan di Desa Jumbleng dan produksinya sendiri memiliki peluang usaha yang cukup besar bagi para pelaku ekonomi dikarenakan pengolahannya yang sederhana dan didukung dengan permintaan konsumen yang tidak sedikit tetapi memiliki harga jual terbilang tinggi yang kemudian dapat menambah penghasilan dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi pengusaha keripik tike dalam memenuhi kebutuhan hidup. Keripik tike merupakan salah satu keripik khas Kabupaten Indramayu yang dikategorikan kedalam sektor industri rumah tangga (home industri) merupakan aset penting yang harus dikembangkan kerena telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal dan menjadi salah satu penggerak perekonomian Kabupaten Indramayu khususnya di Desa jumbleng. Berdasarkan gambaran di atas, hal tersebut menjadi dasar pemikiran untuk mengangkat permasalahan yang ada menjadi suatu karya tulis dalam penelitian tentang home industri keripik tike di Desa Jumbleng. Oleh karena itu judul dalam penelitian ini adalah Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah merupakan pengenalan masalah penelitian dengan menentukan batasan permasalahnnya

6 sehingga terjadinya pemfokusan terhadap teori dan variabel serta kaitan antar variabel yang akan diteliti. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Keberadaan home industri keripik tike di Desa Jumbleng berasal dari umbi rumpu tike (Cyperus articulatus) dan merupakan skala usaha yang masih relatif kecil tetapi memiliki prospek atau peluang menuju usaha yang lebih besar mengingat harga jual produksi terbilang tinggi yang kemudian akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat atau pelaku usaha yang terlibat didalamnya. 2. Usaha home industri keripik tike sangat terkendala pada sulitnya ketersedian bahan baku semenjak adanya pengalihan fungsi lahan rawa yang merupakan tempat tumbuhnya rumput tike di Desa Jumbleng yang kemudian memaksa pengusaha harus mencari sumber daerah pemasok bahan baku di luar wilayah setempat. Selain itu, adanya keterbatasan bahan baku yang dipengruhi oleh alam pula mengakibatkan perolehan baku baku tidak tetap sehingga terjadinya perhentian produksi pada musim hujan dengan perolehanya yang bermula sedikit sampai tidak ada. 3. Kendala lain pada usaha ini pun terlihat pada pengemasan produk yang tidak menggunakan cap/label dan berpeluang terhadap pengklaiman atas produksi yang dihasilkan serta persaingan harga jual antar pengusaha setempat. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini terkait identifikasi masalah di atas adalah faktor-faktor produksi yang mempengaruhi home industri keripik tike dilihat dari bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran serta hubunganya dengan kondisi sosial ekonomi pengusaha mencakup pendapatan, pendidikan, kesehatan, kondisi rumah dan kepemilikan faslitas hidup. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :

7 1. Faktor-faktor produksi apa yang mempengaruhi usaha home industri keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupten Indramayu? 2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pengusaha keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu? 3. Bagaimana hubungan faktor-faktor produksi dengan kondisi sosial ekonomi pengusaha keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu? 4. Bagaimana upaya pengusaha dalam mengatasi permasalahan home industri keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupten Indramayu? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usaha home industri keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupten Indramayu. 2. Mengidetiifikasi kondisi sosial ekonomi pengusaha keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu? 3. Menganalisis hubungan faktor-faktor produksi dengan kondisi sosial ekonomi pengusaha keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. 4. Mengidentfikasi upaya pengusaha dalam mengatasi permasalahan home industri keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berguna bagi semua pihak yang terkait, ada beberapa manfaat yang diharapkan penulis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanafaat untuk menjadi referensi dan masukan bagi perkembangan ilmu geografi khususnya geografi pada bidang industri dan ekonomi.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi pemerintah terkait khususnya Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keberadaan dan kondisi usaha home industri keripik tike serta menjadi masukan atau rekomendasi dalam mengembangkan usaha keripik tike. b. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman konsep tentang industri dan ekonomi yang berkaitan dengan cabang ilmu geografi yaitu geografi industri dan ekonomi serta mengenai masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuain fakta dilapangan dengan teori yang dipelajari dibangku kuliah. c. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi atau referensi dan pengembangan teori bagi peneliti mengenai pengaruh kegiatan produksi home industri terhadap kondisi sosial ekonomi. F. Struktur Organisasi Skripsi Untuk memudahkan dalam memahami isi penulisan ini, maka pembahasan akan diuraikan dalam lima bab, dengan struktur organisasi sebagai berikut : BAB I PENDAHUULUAN Bab I berisi penjabaran masalah tentang home industri di Kabupaten Indramayu dan juga tentang pengusaha atau pemilik usaha keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang. Pada Bab I ini mempunyai sub bab latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II kajian pustaka berisi tentang penjelasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini, pembaca akan lebih mudah memahami isi dari skripisi atau hasil penelitian.

9 BAB III METODE PENELITIAN Bab III metode penelitian berisi tentang bagian yang bersifat prosedural yaitu mengarahkan peneliti dalam merancang alur penelitiannya dari mulai desain penelitian yang digunakan, pengambilan populasi dan sampel, variabel penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasional, instrumen, teknik dan alat pengumpulan data, teknik pengolahan data serta langkah-langkah analisis data yang dijalankan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV hasil penelitian dan pembahasan menyampaikan hasil temuan penelitian di lapangan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai bentuk penyajiannya yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian dan melakukan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab V simpulan dan rekomendasi menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis dan temuan peneliti. Dalam bab ini terdapat rekomendasi dari peneliti untuk instansi yang bersangkutan dan juga pengguna skripsi untuk penelitian selanjutnya.

10