Pengaruh Preheat dan Thermal Tensioning Terhadap Sifat Fisis dan Mekanik pada Sambungan Las TIG Al 6061-T6

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

PENGARUH MASUKAN PANAS (HEAT INPUT) TERHADAP KETANGGUHAN IMPAK SAMBUNGAN LAS TIG Al-13,5Si

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

Studi Komparasi Sambungan Las Dissimilar AA5083- AA6061-T6 Antara TIG dan FSW

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KOROSI SAMBUNGAN LAS TAK SEJENIS ALUMINIUM PADUAN 5083 DAN 6061-T6 ABSTRAK POLBAN

Kajian Struktur Mikro Sambungan Las TIG Al-13,5Si

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

PENGARUH VISKOSITAS OLI SEBAGAI CAIRAN PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA PROSES QUENCHING BAJA ST 60

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

PENGARUH HEAT TREATMENT T6 PADA ALUMINIUM ALLOY 6061-O DAN PENGELASAN TRANSVERSAL TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMUNIUM DENGAN METODE SMAW

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

STUDI METODE STATIC TERMAL TENSIONING (STT) UNTUK MEMINIMALKAN DISTORSI LAS MIG ALUMINIUM AA5083 DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT MEKANIS

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Pengaruh Variasi Putaran Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Sambungan Las Tak Sejenis Paduan Aluminium 5083 dan 6061-T6 Pada Proses Las FSW

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

KAJIAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI MASUKAN ARUS LISTRIK

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

PENGARUH PUTARAN DAN KECEPATAN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN TUMPUL LAS FSW TAK SEJENIS ANTARA AL 2024-T3 DENGAN AL 1100

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )

BAB IV DATA DAN ANALISA

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

PENGARUH WAKTU PENGELASAN GMAW TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK SAMBUNGAN LAS LOGAM TAK SEJENIS ANTARA ALUMINIUM DAN BAJA KARBON RENDAH

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

PENGARUH PREHEAT DAN POST WELDING HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA AMUTIT K-460

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

ANALISA SIFAT MEKANIK PERMUKAAN BAJA ST 37 DENGAN PROSES PACK CARBURIZING, MENGGUNAKAN ARANG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA KARBON PADAT

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH PROFIL PIN DAN TEMPERATUR PREHEATING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN MATERIAL AA5052-H32 FRICTION STIR WELDING

Journal of Mechanical Engineering Learning

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110

PENGARUH PENGELASAN TIG FILLER ER 4043 DAN POST-WELD HEAT TREATMENT ALUMINIUM PADUAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

KUALITAS REPAIR WELDING MENGGUNAKAN METODE PENGELASAN TIG DENGAN PERLAKUAN PREHEATING DAN POST WELD HEAT TREATMENT PADA CAST WHEEL ALUMINIUM

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

MENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Q&T STEEL LOKAL DENGAN MGMAW TANPA PENERAPAN PH DAN PWHT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Aryo Cahyo T 1, Budi Agung K, ST, M.Sc 2, Ir Rochman Rochiem, M.Sc 2

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK LOGAM/NON-LOGAM TERHADAP KEKUATAN DAN PERILAKU RAMBAT RETAK PADA SAMBUNGAN LEM EPOXY

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN TERHADAP KEKERASAM DAN KERETAKAN PADA LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018

TUGAS AKHIR ANALISA KEKERASAN HARDFACING STELLITE-6 PADA MATERIAL BAJA SS 400

PENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS

Transkripsi:

Pengaruh Preheat dan Thermal Tensioning Terhadap Sifat Fisis dan Mekanik pada Sambungan Las TIG (1) Yunaidi (1). Mochammad Noer Ilman (2) Dosen Program Studi Teknik Mesin Politeknik LPP, Yogyakarta Email : joeneidi@yahoo.com (2) Dosen Jurusan Teknik Mesin dan Industri Email : noer_ilman@yahoo.com Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRACT Aluminum 6061-T6 is one the aluminum alloys which is widely used in engineering practice, such as automotive industry, piping, tanks, aircraft and shipping, because of many advantages including light weight, high tensile strength, corrosion resistant, able to shape and good weldability. Welding process is widely used today. The problem often encountered when using a welding method is the low strength of welded joints compared with the parent metal and the presence of distortion, especially for thin materials, due to residual stresses that arise during welding process. High tensile residual stress in welded joints can lead to brittle fracture, stress corrosion cracking, and accelerate the propagation rate of fatigue. This study aims to determine the effect of preheat, static thermal tensioning (STT), and transient thermal tensioning (TTT) on the quality of welding as indicated by the test of micro structure, hardness test, and tensile test of TIG welded joints of. The results showed that the preheat, STT, and TTT can change the size and shape of grains in the weld area and HAZ regions. Preheat, STT, and TTT can increase the tensile strength and yield stress in the weld area. The highest tensile strength occurs in the STT that is equal to 194 MPa, or increase by 4.5% compared to the tensile strength of the weld without treatment. The highest yield stress also occurs in the STT that is equal to 154 MPa, or increase by 104.4% compared to the yield stress in the weld without treatment. Key word : preheat, static, transient, thermal tensioning, TIG,, mechanical properties PENDAHULUAN merupakan salah satu jenis paduan aluminium Al-Mg-Si yang dapat diberi perlakuan panas (heat-treatable alloys), mempunyai kekuatan tarik sedang dan sifat mampu las (weldability) yang relatif baik. Paduan ini banyak digunakan pada struktur kapal, kendaraan, dan pesawat karena ringan dan kekuatan tarik (strength to weight ratio) tinggi. Dalam proses pabrikasi, metode penyambungan yang paling banyak dipakai saat ini adalah dengan proses pengelasan terutama las MIG dan TIG. Masalah yang sering dijumpai bila menggunakan metode pengelasan adalah kecenderungan bahan mengalami perubahan dimensi (distortion) terutama untuk bahan yang tipis, karena tegangan sisa yang muncul akibat proses pengelasan sehingga akan menurunkan sifat mekanik sambungan las. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi tegangan sisa dan distorsi pada proses pengelasan yaitu siklus termal las, sifat bahan, ketebalan plat, dan bentuk las. Dari beberapa faktor tersebut, siklus termal mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap terjadinya tegangan sisa dan distorsi pada struktur las. Siklus termal dan distribusi suhu sangat berhubungan dengan metode pengelasan, heat input, dan kondisi lingkungan (Masubuchi, 1980). Proses preheat dilakukan untuk memperlambat laju pendinginan, mengurangi tegangan penyusutan dan distorsi akibat pengelasan, meningkatkan penyatuan logam induk dengan lasan, dan menghilangkan kelembaban. Untuk paduan aluminium, preheat dapat dilakukan pada temperatur 80 o C o C tergantung pada ketebalan plat dan jenis paduannya. Paduan aluminium Al- Mg-Si termasuk paduan yang sensitif 1

terhadap retak (liquation cracking) bila mengalami overheating (www.bocworldofwelding.com.au). Beberapa metode telah dikembangkan untuk menghilangkan tegangan sisa dan distorsi ini sehingga dapat meningkatkan sifat mekanik sambungan las. Salah satu metode tersebut adalah thermal tensioning, yaitu dengan cara pemberian panas lokal di sekitar jalur las selama pengelasan. Metode thermal tensioning untuk mengontrol distorsi dan tegangan sisa telah dilakukan oleh (Burak dkk, 1977; Burak dkk, 1979) dengan membuat tegangan tarik di daerah las sebelum dan selama pengelasan dengan mengatur gradien suhu. Dalam proses ini digunakan kombinasi antara pemanasan dan pendinginan. Elemen pemanas harus diletakkan sedekat mungkin dengan elemen pendingin. Guo dan Li (1), dalam studinya tentang pengaruh static thermal tensioning terhadap distorsi akibat proses las TIG (Tungsten Inert Gas) pada plat tipis paduan aluminium 2024 menunjukkan bahwa metode pengelasan ini dapat mengurangi terjadinya tegangan sisa dan distorsi secara efektif. Mekanisme static thermal tensioning dapat mengurangi tegangan tekan plastik longitudinal yang terbentuk selama proses pemanasan di daerah las dan daerah sekitarnya. Perbedaan suhu merupakan parameter utama pada proses ini. Perbedaan suhu yang besar dapat mengurangi distorsi secara lebih baik. Barsanescu dkk (2011), dalam penelitiannya untuk mengurangi tegangan sisa pengelasan dengan pemanas gas paralel menunjukkan bahwa dengan metode tersebut tegangan sisa yang terjadi di jalur las dapat berkurang dibandingkan dengan tanpa pemanas gas paralel. Li dkk (4), dalam penelitiannya tentang karakteristik temperatur pengelasan dengan TIG menggunakan metode thermal tensioning dengan trailing heat sink menjelaskan bahwa dengan metode ini, temperatur maksimum pada spesimen las akan turun dan terjadi dalam waktu yang lebih pendek dibandingkan pada las konvensional. Tegangan sisa dan distorsi yang sering dijumpai dalam pengelasan plat secara konvensional dapat menjadi hampir datar bila menggunakan cara ini. Aa dan Murugaiyan (6), dalam penelitiannya tentang pengaruh pengelasan dengan trailing heat sink terhadap distribusi tegangan sisa menyatakan bahwa pengelasan plat tipis dengan metode ini dapat mengurangi tegangan sisa yang terjadi akibat proses pengelasan. Distorsi yang terjadi pada plat juga lebih kecil. Pengaruh pendinginanaktif (active cooling) yang diletakkan di bawah sambungan las selama pengelasan juga tampak jelas. Pengaruh active cooling pada kecepatan rendah lebih efektif bila dibandingkan pada kecepatan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh preheat dan thermal tensioning terhadap kualitas las yang ditunjukkan dengan uji struktur mikro, uji kekerasan, dan uji tarik sambungan las TIG. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan langkah-langkah seperti pada diagram gambar 1 di bawah ini. MULAI Persiapan Pengelasan Bahan : plat (00 x x mm) 6 buah Mesin Las : TIG Logam pengisi : ER556 Shielding Gas : Argon Pengelasan Tanpa Perlakuan Preheat C STT C TTT C Pembuatan spesimen uji tarik, uji kekerasan, uji struktur mikro, dan uji fatik dari masing-masing hasil pengelasan Uji struktur mikro Uji kekerasan Analisa Data Kesimpulan SELESAI Uji Tarik 2

00 00 00 00 Secara umum penelitian dapat dibagi ke dalam 4 langkah, yaitu proses pembuatan spesimen las, proses pembuatan sampel uji, proses pengujian sampel uji, dan terakhir analisis hasil pengujian sampel. Proses pembuatan spesimen las dilaksanakan di Laboratorium Pengelasan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Bandung, sedangkan proses pembuatan sampel uji dan proses pengujian sampel dilaksanakan di Laboratorium Bahan Teknik Jurusan Teknik Mesin UGM. Proses pengelasan menggunakan las TIG yang pada plat dengan ukuran 00xx mm dengan elektroda ER 556. Komposisi kimia bahan plat aluninium berdasarkan hasil pengujian spektrometer dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : 15 (a) (b) Tabel 1. Komposisi kimia bahan (% berat) Al : 97,11 Cr : 0,277 Ca : *0,05 Si : 0,77 Ni : <0,02 Sr : <0,0005 Fe : 0,7 Zn : 0,01 V : 0,017 Cu : 0,70 Sn : <0,05 Zr : 0,022 Mn : 0,09 Ti : 0,024 Lain-lain Mg : 1,110 Pb : <0,00 Parameter dan peralatan pengelasan yang digunakan adalah arus listrik AC dengan (I) : 14 amper, tegangan (E) : 15 volt, aliran gas argon : 10 liter/menit, kecepatan pengelasan (v) : 175 mm/menit masukan panas : 689 J/mm., diameter elektroda : 2,4 mm, diameter tungsten : mm, dan posisi pengelasan mendatar. Terdapat empat metode atau variasi pengelasan yang digunakan yaitu pengelasan konvensional/tanpa perlakuan, pengelasan dengan preheat o C, pengelasan STT suhu o C, dan pengelasan TTT suhu o C. Proses dan prosedur pengelasan dapat dilihat pada Gambar 2. di bawah ini : COOLER 0 (c) 25 0 COOLER (d) Gambar 2. Proses dan prosedur pengelasan : (a) tanpa perlakuan, (b) preheat o C, (c) STT suhu o C, (d) TTT suhu o C. Pengujian/Pengamatan Struktur Mikro dan Makro Pengujian struktur mikro dan makro dilakukan dengan mengamati daerah las pada arah transversal dengan melakukan foto mikro. Untuk mengetahui bentuk struktur mikro dilakukan dengan mengambil empat penampang permukaan spesimen untuk dipoles dan dietsa dengan larutan Hydroflourid Acid (HF).

25 15 25 d2 Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode Vickers untuk mengetahui distribusi kekerasan didaerah unaffected, HAZ, dan daerah las dari hasil proses pengelasan, seperti pada Gambar dan Gambar 4 berikut ini : HASIL PENELITIAN Hasil Pengamatan Struktur Makro dan Mikro Gambar 6 di bawah ini menunjukkan hasil foto makro sambungan las TIG yang terdiri dari logam las (WM), HAZ, dan logam induk (BM). P d1 WM HAZ BM 16 Gambar 6. Kampuh las. Gambar. Skema pengujian Vickers. Gambar 4. Posisi Pengujian kekerasan. Pengujian Tarik Proses pengujian tarik dilakukan pada arah transversal dan spesimen dibuat sesuai dengan standar JIS Z2201 no. 6 (JIS, 197) seperti terlihat pada Gambar 5. Pengujian dilakukan untuk melihat perbandingan antara kekuatan tarik dari material dasar dan material setelah proses pengelasan TIG sehingga dapat mengetahui sifat mekanis dari benda uji yaitu kekuatan tarik (tensile strength), kekuatan luluh (yield strength) dan perpanjangan (elongation). Struktur mikro daerah las secara umum berbentuk dendrit dengan warna gelap yang menunjukkan fasa silikon-magnesium (Mg 2 Si) dan atau silikon (Si), sedangkan warna terang merupakan fasa α aluminium seperti telah disampaikan oleh Chakrabarti dan Laughlin (4). Ukuran dendrit semakin besar dengan adanya perlakuan STT atau TTT seperti terlihat pada Gambar 7. (a) (c) (b) (d) R15 5.5 6.5 140 Gambar 5. Spesimen uji tarik berdasarkan JIS Z2201 no. 6. Gambar 7. Struktur mikro daerah las : (a) tanpa perlakuan, (b) preheat o C, (c) STT o C, (d) TTT o C. Struktur mikro daerah HAZ menunjukkan terjadinya pertumbuhan butir pada saat pengelasan. Butir-butir pada daerah HAZ mengalami pengasaran dan berbentuk poligonal. Munculnya partikel halus pada daerah ini kemungkinan merupakan presipitat seperti terlihat pada Gambar 8 di bawah ini : 4

Kekerasan (kg/mm²) (a) (c) (b) (d) Di daerah HAZ kasar terjadi kenaikan kekerasan dan di daerah HAZ halus terjadi penurunan kekerasan. Hal ini disebabkan terjadinya proses rekristalisasi pada daerah HAZ halus. Proses STT/TTT juga menurunkan kekerasan di daerah logam induk, seperti ditunjukkan pada Gambar 10 di bawah ini : Gambar 8. Struktur mikro daerah HAZ : (a) tanpa perlakuan, (b) preheat o C, (c) STT o C, (d) TTT o C. Struktur mikro daerah logam induk menunjukkan tidak adanya perbedaan yang terjadi baik pada metode las konvensional maupun dengan STT atau TTT. Hal ini dapat terjadi karena daerah logam induk tidak terkena proses pemanasan selama proses pengelasan. Struktur mikro pada daerah ini berupa butir halus memanjang dengan orientasi searah rol seperti yang terlihat pada Gambar 9 di bawah ini. Butir halus pada logam induk menyebabkan kekerasannya menjadi lebih tinggi. HASIL UJI KEKERASAN VICKERS 90 80 70 60 40 0 20 BM HAZ WM 10 HAZ BM 0-25 -20-15 -10-5 0 5 10 15 20 25 Jarak dari pusat las (mm) TANPA STT/TTT PREHEAT C STT C Gambar 10. Hasil pengujian kekerasan Vickers. Hasil Pengujian Tarik Hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa patah tarik terjadi di daerah batas antara HAZ kasar dan HAZ halus, hal ini disebabkan daerah batas ini mempunyai kekerasan yang relatif rendah sehingga merupakan daerah yang paling lemah. Permukaan patah berbentuk tegak lurus dan membentuk sudut 45 o dengan arah gaya tariknya, hal ini menunjukkan terjadinya patah getas dan ulet pada spesimen uji. Gambar 9. Struktur mikro daerah logam induk (base metal). Hasil Pengujian Kekerasan Vickers Hasil uji kekerasan memperlihatkan bahwa kekerasan di daerah las memberikan hasil yang relatif sama baik yang tanpa STT/TTT maupun yang menggunakan STT/TTT, sedangkan bila dibandingkan dengan daerah HAZ maupun logam induk kekerasan di daerah las relatif lebih rendah. Gambar 11. Hasil uji tarik : (1) tanpa perlakuan, (2) preheat o C, () STT o C, (4) TTT o C. Proses STT/TTT dapat meningkatkan kekuatan tarik bila dibandingkan dengan las 5

elongation (%) Tegangan Tarik (MPa) konvensional seperti terlihat pada Gambar 12 di bawah ini. 400 00 2 1 0 Tensile Strength (MPa) 15 75 Tanpa Perlakuan 179 108 Yield Stress (MPa) 194 154 175 96 4 274 Preheat STT TTT Logam Induk Gambar 12. Diagram perbandingan hasil uji tarik. Kekuatan tarik maksimal (σ max ) tertinggi terjadi pada spesimen STT yaitu 194 MPa sedangkan yang terendah terjadi pada las tanpa perlakuan yaitu 15 MPa. Tegangan luluh ( y ) tertinggi terjadi pada spesimen STT yaitu 154 MPa sedangkan yang terendah terjadi pada las tanpa perlakuan yaitu 75 MPa. Peningkatan kekuatan tarik ini terjadi akibat munculnya presipitat selama proses pengelasan. Tabel 2 di bawah ini menunjukkan perbandingan prosentasi kenaikan kekuatan tarik dan tegangan luluh antara spesimen las tanpa perlakuan dibandingkan dengan proses yang lainnya. Spec. Tanpa perlaku an Tabel 2. Perbandingan kekuatan tarik dan tegangan luluh spesimen las. Kekuatan tarik (MPa) % peningkat an Tegangan luluh (MPa) % peningka tan 15-75 - Preheat 179 2,5% 108 4,8% STT 194 4,5% 154 104,4% TTT 175 29,5% 96 27,8% Logam induk 4-274 - Keuletan spesimen uji atau yang sering dinyatakan dengan % elongation atau % perpanjangan setiap spesimen terlihat pada Gambar 1 di bawah ini. Persen perpanjangan baik pengelasan dengan preheat, STT, dan TTT mengalami peningkatan dibandingkan dengan pengelasan tanpa perlakuan. 25,0% 20,0% 15,0% 10,0% 5,0% 0,0% 5,4% Tanpa Perlakuan 8,2% 10,7% 10,7% 19,5% Preheat STT TTT Logam Induk Gambar 1. Diagram perbandingan % elongation. 1. Kesimpulan Dari penelitian di atas dapat disimpulkan : 1. Proses preheat dan STT/TTT dapat mengurangi distorsi yang terjadi akibat proses pengelasan. 2. Proses preheat dan STT/TTT dapat mengubah ukuran dan bentuk butiran pada daerah las dan daerah HAZ.. Kekerasan pada daerah las menunjukkan hasil yang relatif sama baik yang menggunakan las konvensional/tanpa perlakuan maupun yang menggunakan preheat dan STT/TTT. Kekerasan pada logam induk akan menurun bila diberi perlakuan preheat dan STT/TTT bila dibandingkan dengan yang tanpa perlakuan, kekerasan akan meningkat pada daerah HAZ kasar dan menurun pada daerah HAZ halus. 4. Penggunaan metode preheat dan STT/TTT selama proses pengelasan dapat meningkatkan kekuatan tarik di daerah las. Kekuatan tarik tertinggi terjadi pada proses STT o C. 6

DAFTAR PUSTAKA Aa, E.M., Murugaiyan, A., 6, Influence of Trailing Heat Sink on the Welding Residual Stress Distribution, ESRF. Barsanescu, P.D., Leitoiu, B., Goanta, V., Cantemir, D., Gherasim, S., 2011, Reduction of Residual Stresses Induced by Welding in Monel Alloy Using Parallel Heat Welding, International Journal of Academic Research vol. no.1. part II, Baku, Azerbaijan. Burak, Ya.I., Besedina, L.P., Romanchuk, Ya.P., Kazimirov, A.A. and Morgun, V.P., 1977, Controlling the Longitudinal Plastic Shrinkage of Metal During Welding, Avt. Svarka. Burak, Ya.I., Romanchuk, Ya.P., Kazimirov, A.A. and Morgun, V.P., 1979, Selection of the Optimum Fields for Preheating Plates Before Welding, Avt. Svarka. Chakrabarti, D.J., Laughlin, D.E., 4, Phase Relation and Precipitation in Al- Mg-Si Alloys with Cu Additions, Progress in Materials Science Guo, S., Li, X., 1, Welding Distortion Control of Thin Al Alloy Plate by Static Thermal Tensioning, Journal Materials and Science Technology vol. 17 no. 1. JIS, 197, Non Ferrous Metal, Japanese International Standar. Li, J., Q Guan, Q., Shi, Y., Guo, D., Du, Y., Sun, Y., 4, Studies on Characteristics of Temperature Field During GTAW with a Trailing Heat Sink for Titanium Sheet, Journal of Materials Processing Technology, vol. 147, pages 28-5. Masubuchi, K., 1980, Analysis of Welded Structures : Residual Stresses, Distortion, and their Consequences, Pergamon Press. Preheating of Material, www.bocworldofwelding.com.au 7