BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sasaran tersebut. Rencana yang disusun secara kuantitatif umunya dituangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya.

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha yang berkembang akhir-akhir ini. Persaingan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian bank: Definisi bank menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

KUESIONER. Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan, yang saya harapkan Bapak/Ibu. bersedia untuk mengisinya. Bapak/Ibu cukup mengisikan data diri dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

Identitas Responden. 1. Jabatan di perusahaan ini sebagai. 5. Posisi di perusahaan :.. Manajer tingkat bawah ( manager lini)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

Kategori manakah dibawah ini yang menjelaskan dengan baik alasan yang diberikan oleh atasan Anda ketika revisi anggaran dibuat?alasannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini akan memaparkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI. Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodic

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada untuk tetap dapat bertahan agar dapat bersaing dengan

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 )

BAB I PENDAHULUAN. dipimpin oleh satu hierarki manajer, dengan chief exeutive officer (CEO) pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

KUESIONER. Pengaruh Tingkat Kesesuaian Antara Persepsi Tentang Suatu Keinginan Untuk

Perpustakaan Unika Lampiran - Lampiran

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak

Mohon Anda menjawab pertanyaan ini dengan memberi tanda ( v ) dari pilihan jawaban.

BAB II LANDASAN TEORI. disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Peranan Anggaran. dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan suatu perusahaan (Adrianto, 2008). Agar dapat bersaing, perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi diantara para pelaku bisnis juga semakin ketat. Menurut Hansen &

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KLATEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget pada tahun Piaget

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen mutu terpadu yang biasa dikenal dengan istilah Total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan rencana jangka panjang yang ditetapkan dalam proses

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. manusia, benda, situasi dan organisasi. Dalam organisasi pengendalian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. waktu yang akan datang dapat diukur (Handoko, 1997). berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam proses

Berikut ini terdapat sejunlah pertanyaan yang saya harap Bapak atau Ibu. bersedia untuk mengisinya. Bapak atau Ibu cukup memberikan tanda silang ( X )

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

KUESIONER PENELITIAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

CHRISTINE PRAMITA W.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penjelasan mengenai konsep budgetary slack dimulai dari pendekatan agency

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian anggaran menurut Munandar (2001:1) menyatakan bahwa :

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJER

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada saat ini diharapkan pada banyaknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan di abad 21 ini semakin ketat seiring dengan

Kuesioner. Dalam rangka penelitian ilmiah, saya memerlukan informasi untuk mendukung penelitian yang saya

Pratama Ilham Safitrie B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebgai suatu rencana kuantitatif dalam bentuk moneter maupun nonmoneter yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi anggaran merupakan salah satu pendekatan buttom-up dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam melaksanakan kegiatan operasional, setiap perusahaan harus

BABI PENDAHULUAN. Anggaran dalam dunia bisnis merupakan unsur utama dalam perencanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diketahuinya informasi tentang tujuan dari anggaran sebagai feed forward

DAFTAR KUESIONER Relatif sedikit sedang relatif banyak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. untuk beroperasi seefisien mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu

JURNAL PENELITIAN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan anggaran pendapatan dan belanja tahunan sesuai Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. akan dicapai, baik berupa laba yang maksimal, kelangsungan hidup, dan

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJER DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu. mempertahankan kelangsungan hidup serta mampu untuk maju dan terus

PENYUSUNAN ANGGARAN A. Hakikat Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis makin berkembang dan persaingan antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat mengharuskan bank-bank

TUGAS SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

LAMPIRAN KUESIONER. Sehubungan dengan penelitian yang saya lakukan untuk pembuatan skripsi, saya

ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi Anggaran 2.1.1 Pengertian Anggaran Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen akan membuat perencanaan untuk mencapai tujuannya. Komponen kunci dari perencanaan adalah anggaran. Mulyadi (2010:488) mendefinisikan anggaran sebagai suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran merupakan sebuah rencana keuangan, biasanya mencakup periode satu tahun dan merupakan alat-alat perencanaan untuk jangka pendek dan pengendalian dalam organisasi (Anthony dan Govindarajan, 2005:90). Anggaran merupakan rencana keuangan untuk masa depan yang mengidentifikasikan tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya (Hansen & Mowen, 2009:423). Dharmanegara (2010:2) mendefinisikan anggaran sebagai berikut: Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka panjang. Penulis dapat menyimpulkan berdasarkan beberapa definisi di atas bahwa anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secaa formal oleh manajemen dan diukur dalam satuan moneter yang biasanya mencakup jangka 7

8 waktu satu tahun untuk kegiatan operasional perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2.1.2 Fungsi Anggaran Anggaran merupakan bagian penting dari perencanaan yang berkelanjutan bagi sebuah organisasi dalam rangka mencapai tujuan jangka panjangnya. Dimana suatu organisasi ini menggunakan anggaran untuk mengkomunikasikan informasi, mengkoordinasikan kerja dan penggunaan sumber daya, memotivasi karyawan, mengevaluasi kinerja, mengatur dan mencatat kas, dan sebagai alat pengendalian yaitu dijadikan sebagai pembanding untuk menganalisa kinerja. Fungsi anggaran (Dharmanegara, 2010:4), adalah : 1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanan perusahaan. Sebagai hasil negosiasi antar anggota organisasi yang dominan, anggaran mencerminkan konsesus organisasional mengenai tujuan operasi untuk masa depan. 2. Aggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak, yang mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi. 3. Anggaran bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang menghubungkan beragam departemen atau divisi organisasi antara yang satu dengan yang lainnya dan dengan manajemen puncak. Arus informasi dari departemen ke departemen berfungsi untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi aktivitas organisasi secara keseluruhan. Arus informasi dari manajemen puncak ke tingkat organisasi yang lebih rendah mengandung penjelasan operasional mengenai pencapaian atau deviasi anggaran. 4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur, anggaran berfungsi sebagai standar terhadap mana hasil operasi aktual dapat dibandingkan. Hal ini merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja manajer pusat biaya dan laba. 5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan. Hal ini memungkinkan manajemen untuk menentukan tindakan korektif yang tepat. 6. Anggaran mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi manajer maupun karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi.

9 Mulyadi (2001:513) menjelaskan untuk menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan sekaligus sebagai alat pengendalian, penyusunan anggaran harus memenuhi sayarat sebagai berikut: 1. Partisipasi para manajer pusat pertangunggungjawaban dalam penyusunan anggaran 2. Organisasi anggaran 3. Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengirim peran dalam proses penyusunan anggaran dan sebagai pengukur kinerja dalam pelaksanaan anggaran. Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan tersebut, keputusan yang diambil oleh manajemen tingkat atas dan tingkat bawah dalam partisipasi anggaran harus menetapkan rencana kerja yang menjadi pedoman bagi anggota organisasi dalam bertindak, kemudian diarahkan sesuai dengan standar/tolak ukur manajemen yang baik untuk menjamin bahwa tujuan perusahaan dapat tercapai. 2.1.3 Pendekatan dalam Penyusunan Anggaran dengan cara : Harahap (2001) menjelaskan proses penyusunan anggaran dilakukan 1. Top-down Approach (Pendekatan dari Atas ke Bawah) Dalam top-down approach, penyusunan dan penetapan angaran dilakukan oleh pemimpin tertinggi perusahaan, dengan sedikit bahkan tanpa keterlibatanbawahan dalam penyusunannya. Keuntungannya adalah waktu penyusunan yang singkat dan terkoordinasinya antar bagian. Kelemahannya adalah tidak memperhitungkan kebutuhan bagian dengan tepat karena semuanya merupakan keputusan sepihak dari manajemen puncak.

10 2. Bottom-up Approach (Pendekatan dari Bawah ke Atas) Dalam bottom-up approach, prosedur penyusunan anggaran disiapkan oleh pihak yang melaksanakn anggaran tersebut, kemudian anggaran akan diberikan pada pihak yang lebih tinggi untuk mendapat persetujuan dan pengesahan. Keuntungannya adalah tingkat keakuratan dari kebutuhan tiap-tiap bagian dalam perusahaan yang tinggi. Kelemahannya adalah waktu penyusunan yang lama dan kurangnya koordinasi antar bagian. 3. Participative Budget (Gabungan dari Top-down Approach dan Bottom-up Approach) Participative budget merupakan pendekatan penganggaran yang melibatkan manajer level bawah dalam proses penyusunan anggaran. Keterlibatan yang dimaksud meliputi partisipasi dalam pemberian pendapat, pertimbangan, dan usulan dari bawah kepada pimpinan dalam mempersiapkan dan merevisi anggaran. Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran merupakan suatu proses kerja sama dalam pembuatan keputusan yang melibatkan dua kelompok atau lebih yang berpengaruh dalam pembuatan keputusan dimasa yang akan datang. Di sini partisipasi menjadi unsur yang sangat penting yang menekankan pada proses kerja sama dari berbagai pihak, baik manajer level bawah maupun manajer level atas. Penyusunan anggaran partisipatif merupakan pendekatan bottom-up yang melibatkan bawahan secara penuh untuk bertanggung jawab memenuhi target yang telah ditentukan anggaran. Adanya rasa tanggung jawab manajer level bawah dapat memperkuat kreativitas manajer yang bersangkutan.

11 Apabila manajer level bawah diberi kesempatan untuk menyusun anggaran maka tujuan anggaran dapat menjadi tujuan personal dan akan menghasilkan goal congruence yang lebih besar. Partisipasi anggaran memerlukan kerjasama dari berbagai tingkat manajemen untuk mengembangkan rencana anggaran. Garrison dan Nooren (2000) menyebutkan bahwa setiap tingkatan tanggungjawab dalam suatu organisasi harus memberikan masukan terbaik sesuai dengan bidangnya dalam suatu sistem kerjasama penyusunan anggaran. Hal ini karena manajer puncak biasanya tidak mengetahui mengenai kegiatan sehari-hari pada level bawah, sehingga membutuhkan informasi yang lebih handal dari bawahannya. Adanya partisipasi anggaran, akan meningkatkan tanggung jawab serta kinerja dari manajer level bawah dan menengah. Manajer dapat menyampaikan ideide kreatif yang dimilikinya kepada manajer atas, yang mana ide tersebut mempunyai tujuan untuk mencapai tujuan perusahaan. Keikutsertaaan para manajer level menengah dan bawah dalam penentuan anggaran akan mendapatkan keputusan yang lebih realistis sehingga tercipta kesesuaian tujuan perusahaan yang lebih besar (Octavia, 2009). 2.1.4 Partisipasi Anggaran Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran merupakan keterlibatan yang meliputi pemberian pendapat dan usulan dari bawahan kepada pimpinan pada saat penyusunan anggaran. Pengertian partisipasi menurut Mulyadi (2010:513) :

12 Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua pihak atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pembuat keputusan tersebut. Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan operating managers dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan di masa yang datang yang akan ditempuh oleh operating managers tersebut dalam pencapaian sasaran anggaran. Dharmanegara (2010:19) menjelaskan partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Partisipasi anggaran menurut Kenis (1979) adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh manajer dalam proses penganggaran. Manfaat yang diperoleh dari partisipasi anggaran adalah membuat para pelaksana anggaran diharapkan menimbulkan efisiensi. Brownell (1982) menjelaskan partisipasi anggaran adalah suatu proses dimana individu terlibat didalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian target anggaran mereka. Adapun karakteristik pengganggaran partisipatif menurut Milani dalam Supriyono (2005:46) terdiri dari: 1. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran. 2. Kepuasan dalam penyusunan anggaran. 3. Kebutuhan memberikan pendapat. 4. Kerelaan dalam memberikan pendapat. 5. Besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran akhir.

13 6. Seringnya atasan meminta pendapat atau usulan saat anggaran sedang disusun. Kesimpulan dari uraian tersebut adalah partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan pendekatan yang secara umum dapat menigkatkan kinerja yang pada akhirnya dapat menigkatkan efektifitas organisasi. Partisipasi dalam penyusunan anggaran diperlukan untuk menyelaraskan tujuan setiap bagian dalam organisasi secara keseluruhan, dengan harapan kinerja yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi. 2.1.5 Manfaat Partisipasi Anggaran Salah satu aspek penting dari penganggaran adalah dimasukkannya pertimbangan perilaku. Bagaimana wujud dan gambaran manusia dalam suatu organisasi bisnis merupakan inti dari proses penganggaran. Anggaran adalah suatu rencana tertulis, karenanya selintas anggran tidak memiliki unsur manusia dan sedikit otomatis. Hal itu jauh berbeda dari kenyataan, anggaran adalah alat utama yang digunakan manajer untuk menilai bawahannya. Anggaran digunakan sebagai suatu standar untuk mengukur kinerja seseorang (Sadeli dan Siswanto, 2010:136). A.Ikhsan dan M. Ishak (2005:175), menguraikan manfaat partisipasi anggaran, sebagai berikut: 1. Partisipasi dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebihbesar pada semua tingkat manajemen. 2. Meningkatkan rasa kesatuan kelompok, yang pada gilirannya cenderung untuk meningkatkan kerjasama antaranggota kelompok dalam penetapan tujuan. 3. Menurunkan tekanan dan kegelisahan yang berkaitan dengan anggaran.

14 4. Menurunkan ketidakadilan yang dipandang ada dalam alokasi sumber daya organisasi antar subunit organisasi, serta reaksi negatif yang dihasilkan dari persepsi semacam itu. Sedangkan berkaitan dengan penilaian kinerja, Schiff dan Lewin (1970) menyatakan beberapa peranan partisipasi anggaran antara lain : 1. Sebagai perencanaan, yaitu bahwa anggaran tersebut berisi tentang ringkasan rencana-rencana keuangan organisasi masa yang akan datang. 2. Sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai sistem untuk mengukur kinerja manajerial. Partisipasi penyusunan anggaran sangat menguntungkan untuk pusat tanggung jawab yang beroperasi dalam lingkungan yang dinamis dan tidak pasti karena manajer yang bertanggung jawab atas pusat tanggung jawab semacam itu kemungkinan besar memiliki informasi terbaik mengenai variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban. 2.1.6 Keunggulan Partisipasi Anggaran Anthony dan Govindarajan (2005:93) menyatakan bahwa penganggaran partisipasi memiliki dua keunggulan yaitu: 1. Tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila anggaran tersebut berada di bawah pengawasan manajer. 2. Penganggaran partisipasi menghasilkan pertukaran informasi yang efektif antara pembuat anggaran dan pelaksana anggaran yang dekat dengan produk dan pasar. Garrison (2000:381) menyatakan keunggulan anggaran partisipatif sebagai berikut: 1. Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak.

15 2. Perkiraan anggaran disiapkan oleh manajer level bawah yang lebih akurat dan dapat diandalkan dari perkiraan yang disiapkan oleh manajer level atas yang memiliki pengetahuan kurang detail mengenai pasar dan operasi sehari-hari. 3. Motivasi pada umumnya lebih tinggi ketika individu berpartisipasi dalam menetapkan tujuan mereka sendiri dari pada ketika tujuan yang dipakai dipaksakan dari atasan. 4. Manajer yang tidak mampu memenuhi anggaran yang dipaksakan oleh atasan akan selalu mengatakan bahwa anggaran tidak realistis dan mustahil untuk dicapai. Partisipasi anggaran memiliki peran yang sangat penting untuk menaikkan kinerja perusahaan serta dapat menghasilkan keputusan dengan kualitas yang tinggi. Setiap anggota dalam sebuah organisasi diberikan tanggungjawab terhadap keputusan yang dihasilkan bersama. Keputusan yang dihasilkan bersama tersebut akan menimbulkan komitmen yang kuat bagi manajer terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan akhirnya mampu menaikkan kinerja. 2.1.7 Kelemahan Partisipasi Anggaran Dalam partisipasi penyusunan anggaran, dalam pengambilan keputusan biasanya selalu terjadi konflik permasalahan atasan dan bawahan. Hansen dan Mowen (2009:48) menjabarkan permasalahan yang timbul dari partisipasi anggaran, antara lain : 1. Menetapkan standar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah Target yang dicapai pada anggaran cenderung menjadi tujuan manajer saat ikut berpartisipasi dalam pembuatan anggaran. Penetapan tujuan yang terlalu rendah bisa mengakibatkan penurunan tingkat kinerja manajer, namun penetapan tujuan anggaran yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kegagalan untuk mencapai standar dan membuat frustasi manajer yang bisa mengarah pula pada penurunan tingkat manajer. 2. Membuat kelonggaran dalam anggaran ( sering disebut sebagai menutupi anggaran) Partisipasi anggaran dapat menciptakan kesempatan bagi para manajer untuk membuat kelonggaran dalam anggaran (budgetery slack) atau

16 senjangan anggaran. Senjangan anggaran dalam jumlah yang cukup besar dapat merugikan perusahaan, karena sumber daya yang seharusnya bisa dimanfaatkan secara produktif tidak dapat dilakukan karena telah terikat pada bagian lain yang sebenarnya tidak membutuhkan sumber daya tersebut. 3. Partisipasi semu Partisipasi semu akan terjadi apabila manajemen puncak menerapkan pengendalian total atas proses penganggaran, sehingga hanya mencari partisipasi semu dari manajer tingkat bawah. Partisipasi semacam ini tidak akan mendatangkan mafaat dari anggaran partisipasif sesungguhnya karena manajemen puncak hanya mendapatkan persetujuan formal dari manajer tingkat bawah, bukan untuk mencari input yang sebenarnya. Kelemahan-kelemahan tersebut harus menjadi perhatian bagi manajemen di dalam organisasi agar kemungkinan untuk terjadi dapat di minimalisir sejak dini. Penetapan standar yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat di atasi dengan mengajak manajer untuk berpartisipasi dalam menentukan target anggaran yang tinggi atau rendah tersebut sehingga realistis untuk dicapai. Manajer puncak harus memeriksa kembali dengan seksama anggaran yang telah disusun tersebut sehingga tidak terdapat slack anggaran. Partisipasi semu sedapat mungkin harus dihindarkan oleh organisasi karena akan berdampak negatif bagi organisasi. 2.2 Kinerja Manajerial 2.2.1 Pengertian Kinerja Arti performance atau kinerja menurut Prawirosentono (1999:2) adalah sebagai berikut: Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

17 Menurut Mangkunegara (2000:67), istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesugguhnya) yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah sebagai berikut: Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas seseorang dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya. Hal ini seiring dengan pendapat dengan Simamora (2004:327) yang mengatakan bahwa: Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan. Kinerja secara sederhana adalah apa yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh karyawan. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu, kemampuan dan minat seseorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor tersebut, maka semakin besarlah kinerja karyawan yang bersangkutan (Hasibuan, 2004). 2.2.2 Pengertian Manajer Stonner, Gilbert dan Freeman (1996:7) yang dialihbahasakan oleh Alexander Sindoro mendefinisikan manajer sebagai berikut:

18 Manajer adalah orang yang bertanggungjawab mengarahkan usaha yang bertujuan membantu organisasi dalam mencapai sasarannya. Menurut Robbins (2001:2): Manager get things done through other people, they make decisions, allocate resource, and direct the activities of other attain goals. Managers do their work in an organization. Penulis dapat menjelaskan dari beberapa pengertian diatas bahwa manajer adalah seseorang yang bekerja mengelola dan menata usahakan perusahaan melalui sumber daya manusia yang ada pada perusahaan tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka mempunyai tanggungjawab dan wewenang sebagai pengambil keputusan. 2.2.3 Tingkat Manajer Salah satu cara untuk memahami kompleksitas manajemen adalah memandang bahwa manajer dapat berada diberbagai tingkatan dan cakupan berbagai macam manajer. Griffin dan Ronald (2007:169) mengemukakan tingkatan manajer adalah sebagai berikut: 1) Manajer Puncak (Top Manager) 2) Manajer Menengah (Middle Manager) 3) Manajer Lini Pertama (Low Manager) Menurut Griffin dan Ronald (2007) yang dialihbahasakan oleh Sita Wardhani, manajer puncak bertanggung jawab atas keseluruhan kinerja dan

19 efektivitas yang berada diperusahaan. Jabatan manajer puncak meliputi presiden, wakil presiden, treasurer, CEO (Chief Excecutive Officer), CFO (Chief Financial Officer). Manajer menengah bertugas memecahkan masalah dan mencari metodemetode baru untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Manajer tingkat menengah meliputi posisi-posisi seperti manajer regional dan manajer pabrik (Madur, 2007). Menururt Umar (2000), manajer lini pertama ini tidak membawahi manajer lain, hanya membawahi pekerja operasioal. Manajer ini biasanya disebut supervisor. 2.2.4 Pengertian Kinerja Manajerial Mahoney, et al dalam Handoko (1996:34) mendefinisikan kinerja manajerial sebagai kinerja para individu dalam kegiatan manajerial. Kinerja personel meliputi delapan dimensi yaitu: Perencanaan, Investigasi, Pengkoordinasian, Evaluasi, Pengawasan (supervisi), Pengaturan staf (staffing), Negosiasi, dan Perwakilan (representatif). Menurut Mulyadi dan Johny dalam Mardiyah dan Listiyaningsih (2005) kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatankegiatan manajerial. Kinerja manajerial merupakan hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan pertanggung jawaban, pembinaan, dan pengawasan. Stoner (1992) berpendapat bahwa kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Mulyadi dan Johny dalam Mertina (2009) seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja

20 manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan umumnya bersifat konkrit, kinerja manajerial bersifat abstark dan kompleks. Kinerja manajerial merupakan seberapa jauh manajer melaksanakan fungsifungsi manajemen, Kinerja manajerial dalam penelitian ini diukur dengan mempergunakan instrumen self rating yang dikembangkan oleh Mahoney (1963) yaitu: 1. Perencanaan Menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang prosedur, dan pemrograman. 2. Investigasi Mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan, dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisis pekerjaan. 3. Pengkoordinasian Kemampuan melakukan tukar menukar binformasi dengan orang lain dibagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan meyesuaikan problem, memberitahukan bagian lain, dan hubungan dengan manajer lain. 4. Evaluasi Menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan, pemeriksaan produk.

21 5. Pengawasan Mengarahkan, memimpin, dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih, dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan. 6. Pemilihan staf Mempertahankan angkatan kerja dibagian anda, merekrut, mewawancarai, dan memilih pegawai baru, menempatkan, mempromosikan, dan mutasi pegawai. 7. Negosiasi Melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual, tawar menawar secara kelompok 8. Perwakilan Menghidari pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan. 2.2.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Setiap manajer dalam menjalankan pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang selalu menyertai. Mulyadi ( 2001:78) menyebutkan kinerja manajerial dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

22 1. Kemampuan 2. Minat menjalankan pekerjaan 3. Peluang untuk tumbuh dan maju 4. Tujuan terdefinisikan dnegan jelas 5. Kepastian tentang apa yang diharapkan 6. Umpan balik mengenai seberapa baik mereka menjalankan tugasnya 7. Imbalan bagi mereka yang berkinerja baik 8. Hukuman bagi mereka yang berkinerja buruk Faktor-faktor yang digunakan dalam kinerja menurut Mangkunegara (2009:67) antara lain : 1. Kualitas kerja, adalah menunjukan hasil kerja yang dicapai dari segi ketepatan, ketelitian dan keterampilan. 2. Kuantitas kerja, adlaah menunjukan hasil kerja yang dicapai dari segi keluaran atau hasil tugas-tugas rutinitas dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas itu sendiri. 3. Kerjasama, adalah menyatakan kemampuan karyawan dalam berpartisipasi dan bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas. 4. Tanggung jawab, adalah menyatakan seberapa besar karyawan dalam menerima dan melaksanakanpekerjaannya. 5. Inisiatif, yakni bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, serta kemampuan dalam membuat suatu keputusan yang baik tanpa adanya pengarahan terlebih dahulu. Anthony dan Govindarajan (2005) menyatakan hasil penelitian tentang partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial memiliki pengaruh karena : 1. Kemungkinan ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran jika annggaran dipandang berada dalam kendali pribadi manajer, dibandingkan jika dipaksakan secara eksternal, hal ini mengarah kepada komitmen pribadi yang meningkat untuk mencapai cita-cita tersebut. 2. Hasil partisipasi penyusunan anggaran adalah pertukaran informasi yang efektif. Besaran anggaran yang telah disetujui merupakan hasil dari keahlian

23 dan pengetahuan pribadi dari pembuatan anggaran yang paling dekat dengan lingkungan produk atau pasar. Lebih lanjut lagi, pembuatan anggaran mempunyai pemahaman yang lebih jelas mengenai pekerjaan mereka melalui interaksi dengan atasan selama fase peninjauan dan persetujuan. Kesimpualan dari penjelasan-penjelasan tersebut, pada umumnya faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial merupakan kemampuan seseorang dalam berpartisipasi untuk melaksanakan pekerjaannya sehingga akan terciptanya pencapaian prestasi kerja. 2.3 Kerangka Pemikiran 2.3.1 Hubungan Partisipasi Anggaran dengan Kinerja Manajerial Anggaran disusun oleh manajemen dalam jangka waktu satu tahun membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya tertentu yang diperhitungkan (Mulyadi, 2001:489). Karena sangat pentingnya anggaran bagi organisasi maka dibutuhkan penyusunan anggaran yang baik. Anggaran dapat tersusun dengan baik apabaila suatu organisasi menerapkan partisipasi di dalam penyusunan anggarannya. Partisipasi dalam penyusunan anggaran umumnya dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi. Para bawahan yang merasa aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang disusun akan lebih mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi moral yang akan meningkatkan kinerja sesuai yang ditargetkan dalam anggaran (Supomo 1998).

24 Penelitian mengenai partisipasi anggaran dan pengaruhnya terhadap kinerja manajerial merupakan salah satu bidang penelitian yang mengalami ketidakkonsistenan. Frisilia Wihasfina Hafiz (2007) melakukan penelitian mengenai Pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial pada PT Cakra Compact Alumunium Industries Medan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran memberikan pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Sedangkan Ekha Yunora Sinaga (2009) melakukan penelitian mengenai Pengaruh partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial pada PTPN III Sei Sikambing Medan. Hasil penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Paparan di atas didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu sebagai berikut : No Peneliti (Tahun) 1. Supriyono (2004) Pengaruh Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Hasil Penelitian Komitmen Organisasi dan Keinginan Social Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran X=Partisipasi Anggaran Y=Kinerja Manajerial Z=Komitmen Organisasi Dan Keinginan Sosial Bahwa partisipasi penganggaran mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan kinerja manajer, dan menyatakan hubungan antara partisipasi penganggaran dengan

25 dengan Kinerja kinerja dipengaruhi Manajer. secara positif dan signifikan oleh komitmen organisasi. 2. J.Sumarno Pengaruh X=Partisipasi Hasil penelitian adalah (2005) Komitmen Anggaran terdapat pengaruh dan Organisasi dan Y=Kinerja hubungan yang negatif Gaya Manajerial yang signifikan, dan Kepemiminan Z=Komitmen pengaruh gaya Terhadap Organisasi dan kepemimpinan kerhadap Hubungan Gaya hubungan antara Antara Kepemimpinan partisipasi Partisipasi anggaran dan kinerja Anggaran Dan manajerial adalah tidak Kinerja signifikan. Manajerial (Studi Empiris Pada Kantor Cabang Perbankan Indonesia Di Jakarta) 3. Octavia (2009) Pengaruh Partisipasi X1=Partisipasi Anggaran bahwa partisipasi anggaran Anggaran, Gaya Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi X2=Komitmen Organisasi Y=Kinerja Manajerial dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial. terhadap kinerja manajerial.

26 Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Pos Indonesia. 4. Ekha Pengaruh X1=Partisipasi hasil penelitian ini Yunora Partisipasi Anggaran menunjukkan bahwa Sinaga Anggaran dan X2=Komitmen partisipasi anggaran (2009) Komitmen Organisasi tidak Organisasi Y=Kinerja berpengaruh terhadap Terhadap Manajerial kinerja manajerial, Kinerja sedangkan komitmen Manajerial organisasi berpengaruh Pada PT. positif dan signifikan Perkebunan terhadap kinerja Nusantara III manajerial. Sei Sikambing Medan 5. Nanda Pengaruh X=Partisipasi Hasil penelitian (2010) Partisipasi Anggaran menunjukkan bahwa Penyusunan Y=Kinerja partisipasi dalam Anggaran Manajerial penyusunan Terhadap Z=Komitmen anggaranberpengaruh Kinerja Organisasi positif dan signifikan Manajerial Dan terhadap kinerja Dengan Locus of manajerial. Hasil Komitmen Control interaksi komitmen Organisasi dan organisasi dan locus of Locus of control juga positif dan Control signifikan

27 Sebagai mempengaruhi Variabel hubungan antara Moderating partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial. 6. Fittry Pengaruh X1=Partisipasi Hasil penelitian ini Andriany Partisipasi Anggaran menunjukkan bahwa (2011) Anggaran dan X2=Komitmen partisipasi anggaran Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap Organisasi Y=Kinerja kinerja manajerial, Terhadap Manajerial sedangkan komitmen Kinerja organisasi berpengaruh Manajerial positif dan signifikan Pada Koperasi terhadap kinerja Karyawan manajerial Tirtanadi Medan Berdasarkan penemuan para peneliti tersebut, maka bentuk hubungan kedua variabel dapat digambarkan sebagai berikut: PARTISIPASI ANGGARAN KINERJA MANAJERIAL Gambar 2.1 Hubungan Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial

28 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian hubungan partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hipotesis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.