Pembangunan Partisipatif

dokumen-dokumen yang mirip
Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pembangunan Partisipatif

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

Kerangka Kerja PRA dalam Program Pengembangan Masyarakat

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

Pokok-Pokok Pikiran Robert Chambers

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

PRINSIP-PRINSIP PRA MENURUT ROBERT CHAMBERS. . Prinsip-Prinsip PRA

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Pelaku dan Praktek Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PB 2. Undang-undang Desa dan Promosi Inklusi Sosial

Modul 10. POD dan Metode Pelatihan Partisipatif

60 menit tahun. Misi: Kesetaraan Gender. Subjek. Hasil Belajar. Persiapan. Total waktu:

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

Membelajarkan dan Memberdayakan Masyarakat

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

Pelatihan. Fasilitator Masyarakat. untuk. Tahun Oleh: Rianingsih Djohani. Ria Djohani. 1

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

Review Pelaksanaan Siklus

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis

PRA untuk Pendampingan Masyarakat

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

BLOK I PEMBERDAYAAN PASIEN di Rumah Sakit BUDI WAHYUNI

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

ACCESS. Profil Masyarakat Petunjuk. 5 Sesi :

Oleh : Cahyono Susetyo

Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif

Modul 1 Topik: Orientasi Belajar

PENDAHULUAN. Manjilala

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

Manajemen Organisasi Nirlaba

PRA untuk Penjajakan Kebutuhan

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

Demokrasi & Partisipasi Publik 1 Oleh: Dwi Harsono

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

Panduan untuk Fasilitator

PEMBELAJARAN AKTIF DALAM TUTORIAL

PB 6. Demokratisasi Tata Kelola Desa dan Ruang Publik

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BUDAYA POLITIK. 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia

GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi

MENGEMBANGKAN DEMOKRATISASI DESA. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia

Catatan Informasi mengenai Proses Multi-Stakeholder

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

Transkripsi:

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL DASAR Konsultan dan Pemda 05 Pembangunan Partisipatif PNPM Mandiri Perkotaan

Modul 1 Partrisipasi,Pemberdayaan dan Demokrasi 1 Kegiatan 1 Diskusi Kelompok Konsep Partisipasi: Membuat Menara dari Sedotan 2 Kegiatan 2 Diskusi Kelompok: Partisipasi,Pemberdayaan dan Demokrasi 3 Modul 2 Partisipasi Perempuan 17 Kegiatan 1 Jajak Pendapat Gender dan Ketimpangan 18 Kegiatan 2 Diskusi Kelompok Permasalahan Partisipasi Perempuan 20 Kegiatan 3 Diskusi Kelompok Strategi Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Nangkis 21 Modul 3 Daur Program Pembangunan dan Siklus PNPMM-Perkotaan 43 Kegiatan 1 Kegiatan 2 Diskusi Kelompok Daur Program: Permainan Mengumpulkan Barang Penjelasan dan Tanya jawab siklus PNPMM Perkotaan sebagai daur program 46 Modul 4 Metodologi Pembangunan Partisipatif 65 Kegiatan 1 Diskusi Kelompok dan Pleno Kelas 66

Pembangunan partisipatif,sebagai model pembangunan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola pembangunan yang melibatkan semua pihak (pelaku) dalam proses pengambilan keputusan yang langsung mempengaruhi mereka yang terkena pembangunan. Artinya pembangunan yang melibatkan semua pemainnya dalam posisi yang setara untuk merumuskan kebutuhan, tujuan dan sasaran, langkah-langkah dan peran serta tanggung jawab masing-masing dalam pembangunan. Pelibatan masyarakat, merupakan wujud dari (1)penghargaan terhadap keberadaan manusia yang merdeka yang berhak untuk menetapkan sendiri nasibnya tanpa ditentukan oleh pihak lain (2) kesempatan untuk menjalankan tanggung jawab sosial sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia (3) kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang sama. Dari pengalaman masa lalu, tidak dilibatkannya manusia menapikan keadilan dan kesetaraan dan tanggung jawab sosial semua pihak telah menghancurkan aspek manusiawinya manusia. Apabila proses ini terus berlangsung semakin lama masyarakat akan menjadi semakin tidak berdaya. Di sisi lain perumusan program yang dilaksanakan hanya oleh kelompok tertentu banyak yang tidak berarti karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan tidak terpelihara. Artinya masyarakat tidak pernah benar-benar menerima manfaat dari pembangunan yang dilaksanakan, sehingga program tidak menjawab permasalahan yang sebenarnya, tetapi hanya menguntungkan orang atau kelompok tertentu saja. Dalam proses pembangunan, masyarakat semestinya terlibat dalam keseluruhan proses mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring evaluasi secara menerus sebagi satu daur. Oleh karena itu daur ini biasa disebut daur pembangunan partisipatif. Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, daur program tersebut dikejawantahkan dalam siklus PNPM Mandiri Perkotaan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pelibatan masyarakat, banyak pihak telah mengembangkan pendekatan/metodologi pembangunan partisipatif yang salah satu di antaranya adalah PRA (Participatory Rural Appraisal). Pendekatan ini menekankan kepada perubahan sikap dan perilaku sehingga dapat menjadi alternatif metodologi bagi PNPM Mandiri Perkotaan untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat.

Modul 1 Topik: Partisipasi, Pemberdayaan dan Demokrasi Peserta memahami dan menyadari: 1. Konsep, ciri-ciri dan jenjang partisipasi 2. Hubungan partisipasi, pemberdayaan dan demokrasi 3. Perlunya partisipasi, pemberdayaan dan demokrasi dalam pembanngunan Kegiatan 1: Diskusi kelompok konsep partisipasi Kegiatan 2: Diskusi kelompok partisipasi, pemberdayaan dan demokrasi 2 Jpl (90 ) Bahan Bacaan: 1. Konsep Partisipasi 2. Partisipasi dan Pemberdayaan 3. Partisipasi dan Demokrasi Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar 1

Diskusi Konsep Partisipasi Permainan Membuat Menara dari Sedotan 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memulai Modul Daur Program Pembangunan Partisipatif. Kemudian uriakan apa tujuan modul ini yaitu: Peserta memahami: Konsep, ciri-ciri dan jenjang partisipasi Peserta menyadari: Perlunya pendekatan partisipatif dalam keseluruhan pembangunan 2) Jelaskan kepada peserta, kita akan membahas modul pembangunan partisipatif, untuk lebih meningkatkan pemahaman maka kita akan mencoba untuk membuat benda dari sedotan. 3) Bagilah peserta ke dalam 2 kelompok, kemudian setiap kelompok diminta untuk membuat benda dari sedotan, dengan peralatan yang telah disediakan oleh panitia (petunjuk lihat LK). 4) Setelah benda dari sedotan jadi, kemudian analisis hasilnya dalam pleno kelas, dengan pertanyaan kunci sebagai berikut: Mengapa memutuskan membuat benda tersebut? Siapa yang memimpin? Siapa yang memutuskan? Adakah pembagian tugas? Bagaimana tahapan pembuatannya? Bagaimana perasaan pemimpin? Bagaimana perasaan anggota kelompok? Siapakah yang terlibat dalam pembuatannya? Hanya laki-laki ataukah perempuan? Apakah puas dengan hasilnya? Apakah hal dia atas dapat terjadi dalam program pembangunan? 5) Berikan pencerahan, gunakan MB yang telah disediakan apabila diperlukan. 2

Diskusi Kelompok: Partisipasi, Pemberdayaan dan Demokrasi 1. Jelaskan bahwa kita akan memasuki kegiatan 2, yaitu membahas partisipasi, pemberdayaan dan demokrasi. Kemudian uriakan apa tujuan kegiatan ini yaitu: Peserta memahami: 7. hubungan partisipasi dan pemberdayaan 8. hubungan partisipasi dan demokrasi Peserta menyadari: perlunya partisipasi, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan 2. Bagilah peserta ke dalam 3 kelompok, kemudian bagi tugas setiap kelompok sebagai berikut: Kelompok 1 & 2: Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan? Bagaimana partisipasi yang memberdayakan? Siapakah yang harus diberdayakan? Kaum elite, orang kaya, orang miskin, laki-laki atau perempuan? Jelaskan mengapa demikian Kelompok 3 & 4: Apa yang dimaksud dengan demokrasi? Apakah mungkin partisipasi tanpa demokrasi atau sebaliknya? 3. Setelah diskusi kelompok selesai bahas dalam pleno kelas. Mintalah kelompok 1 & 2 mempresentasikan hasil diskusinya, beri kesempatan kelompok lain untuk bertanya dan memeberikan masukan. Setelah selesai lanjutkan presentasi dengan kelompok 3 & 4, berikan kesempatan kelompok lain untuk bertanya dan memberikan masukkan. 4. Berikan pencerahan (pelajari bahan bacaan). Dalam memberikan pencerahan ulas secara mendalam mengapa perlu partisipasi dan pemberdayaan perempuan. 3

Pemberdayaan (empowerment) adalah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power). Robert Chambers, mengartikan kekuasaan sebagai kontrol terhadap berbagai sumber kekuasaan, termasuk ilmu pengetahuan dan informasi. Karena itu Chambers mengartikan pemberdayaan masyarakat sebagai pengambilalihan penguasaan terhadap pengetahuan dan informasi, sebagai salah satu sumber kekuasaan yang penting. Oleh karena itu pemberdayaan merupakan upaya power sharing antara masyarakat yang selama ini memiliki akses dan kontrol terhadap sumber-sumber kekuasaan (kaum elite/dominan) dengan kelompok yang terpinggirkan. Kaum miskin dan perempuan dalam hal ini termasuk ke dalam kelompok yang terpinggirkan, tidak pernah terlibat dalam sektor publik dan menjadi penerima informasi kedua. Proses power sharing dilakukan dengan cara memperbesar daya (empowerment) kepada pihak yang tidak/kurang berdaya, dan mengurangi daya pihak yang terlalu berkuasa (disempower). Power sharing bukanlah hal yang mudah, seringkali ketika sekelompok masyarakat berhasil diberdayakan, mereka memiliki akses dan kontrol terhadap sumber kekuasaan, bila tidak hati-hati akan menjadi kelompok elite baru. Sedangkan kelompok yang selama ini berkuasa akan sangat sulit membagikan sumber kekuasaannya kepada pihak lain. Pendekatan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan dengan penyadaran kritis terhadap nilai-nilai kemanusiaan sebagai kontrol sikap dan perilaku, menjadi satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut. Untuk mewujudkan hal di atas, tentu saja partisipasi masyarakat menjadi penting. Partisipasi dalam proses pembangunan memungkinkan kelompok marginal termasuk kaum miskin dan perempuan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan informasi dan diperlakukan dengan adil dan setara. Sedangkan bagi kelompok elite dengan berpartisipasi merupakan salah satu upaya membagikan sumber kekuasaan (pengetahuan, informasi, dll) kepada kelompok lainnya. Demokrasi adalah sistem pemerittahan yang didasarkan pada kedaulatan rakyat (demos artinya rakyat, cratos artinya kewenangan). Artinya, rakyat mempunyai kewenangan dalam pembuatan keputusan dan mengontrol pelaksanaan yang dilakukan oleh wakil-wakil (pemimpin) mereka. Sebagai salah satu prinsip demokrasi, partisipasi warga merupakan keharusan untuk mengontrol penyalahgunaan kekuasaan oleh para pemimpin, menyampaikan aspirasi dan memberikan masukkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan warga (publik). Bentuk-bentuk partisipasi warga yaitu keterlibatan masyarakat dalam organisasi sosial kemasyarakatan (organisasi sipil), kesediaan masyarakat untuk memberikan opini yang menyangkut kepentingan publik, dalam program pembangunan, dalam proses pengambilan keputusan publik,dalam pemilihan kepemimpinan lokal,dsb. 4

Membuat Benda dari Sedotan Tujuan: Peserta memahami daur program pembangunan dengan pendekatan partisipatif. Peserta memahami dan menyadari efektivitas pendekatan partisipatif. Waktu: 60 menit Peralatan: 4 set sedotan 2 kotak jarum pentul 2 gulung tali rafia Langkah-langkah 1. Penjelasan singkat tentang tujuan dan materi pokok kegiatan ini 2. Bagi seluruh peserta ke dalam 2 kelompok sama besar, minta mereka duduk melingkari meja terpisah antar kelompok. 3. Minta setiap kelompok memilih pemimpin, dan kepad ketiga pemimpin terpilih minta untuk menemui anda di ruangan lain. Anggota kelompok diminta untuk menunggu ( pemandu lain bisa mengajak anggota kelompok untuk mengisi waktu dengan kegiatan lain). 4. Jelaskan kepada ketiga pemimpin: Bahwa mereka akan bertugas untuk memimpin kelompoknya masing-masing untuk membuat benda dari bahan sedotan minuman, dengan bantuan jarum pentul dan benag rafia. (berikan masing-amsing satu set kepada pemimpin ) Dalam melaksanakan tugas ini, ketiga calon pemimpin akan menjalankan tugas yang berbedabeda, yaitu: Seorang berperan sebagai pemimpin dengan pendekatan yang top down (semua diatur oleh pemimpin), akan memimpin kelompoknya dengan cara keras dan tegas ( segalanya ditentukan oleh pemimpin, sejak identifikasi benda yanga akan dibuat, pembagian tugsa anggota sampai penentuan selesainya pekerjaan). Seorang berperan sebagai pemimpin yang demokratis dengan pendekatan dari bawah ( bottom up), yang akan memimpin kelompoknya atas dasar musyawarah an mufakat ( dari mulai identifikasi benda apa yang akan dibuat, membuat rencana, pembagian tugas, penentuan cara, pengawasan kerja, dan penentuan hasil, semuanya ditetapkan bersamasama, pemimpin hanya memfasilitasi). 5

5. Sepakati dari kedua pemimpin tersebut, siapa yang akan berperan memimpin dengan pendekatan top down dan siapa yang akan memimpin dengan pendekatan bottom up. Yakinlah bahwa mereka memang mampu menjalankan peran masing-masing dengan baik. Kemudian tegaskan bahwa mereka sama sekali tidak boleh mengatakan kepad anggotanya tentang apa peran ereka dan mengapa berperan seperti itu. Sesudah itu, minta mereka kembali ke kelompok masing-masing dan segera mulai. 6. Selama kelompok bekerja, amati perilaku pemimpin dan anggotanya dan catat hal-hal yang perlun untuk analisa nanti. 7. Setelah semua kelompok selesai, minta mereka kembali ke formasi semula. Kemudian minta para anggota setiap kelompok mengungkapkan kesan dan pengalaman mereka: Bagaimana proses yang dilakukan oleh setiap kelompok? Mengapa memutuskan membuat benda tersebut? Siapa yang memimpin? Siapa yang memutuskan? Adakah pembagian tugas? Bagaimana tahapan pembuatannya? Bagaimana perasaan pemimpin? Bagaimana perasaan anggota kelompok? Apakah setiap anggota terlibat dalam pembuatannya? Apakah puas denga hasilnya? Mengapa semua itu bisa terjadi? Apa penyebabnya dan bagaimana? Apakah bisa dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan ( program pembangunan ) di luar kelas ( keadaan yang sesungguhnya 8. Catat semua ungkapan mereka pada kertas plano, kemudian analisa dan simpulkan bersama. 6

Slide 1 Slide 2 Slide 3 Slide 4 7

Slide 5 Slide 6 Slide 7 Slide 8 Slide 9 Slide 10 8

Slide 11 Slide 12 9

Konsep Partisipasi Disarikan dari: Partisipasi, Pemberdayaan dan Demokrasi Komunitas, Driyamedia dan KPMNT Asal-Usul Konsep Partisipasi Pengertian partisipasi di dalam literatur yang tersedia, banyak yang berasal dari literatur di kalangan penelitian partisipatif. Di dalam wacana penelitian partisipatif, agenda penelitian dikaitkan dengan 2 agenda lainnya yaitu proses pembelajaran dan pengembangan program aksi bersama masyarakat. Ketiganya (penelitian, pembelajaran masyarakat dan program aksi) ditujukan untuk mendorong terjadinya perubahan (transformasi) sosial sebagai suatu tanggungjawab moral karena kritik terhadap kalangan peneliti (konvensional) yang selama ini dianggap menjadikan masyarakat sebagai obyek penelitian dan sumber informasi. Kalangan pembelot yang menggeluti riset partisipatif/riset aksi inilah yang kemudian berkecimpung dalam pemikiran mengenai pengembangan pembangunan yang berbasis pada manusia (people-centered approach) yang akhirnya menjadi atau harus bekerja bersama para praktisi pembangunan. Di kalangan praktisi pembangunan memang muncul kalangan yang berkecimpung dalam pengembangan wacana konseptual dan metodologi pendekatan pembangunan, tetapi sebagian besar dari praktisi pembangunan adalah pengguna (aplikator) dari metodologi dan riset aksi yang digunakan dalam mengembangkan program aksi di tingkat masyarakat. Jadi, sejumlah akademisi dan praktisi telah menggeluti riset partisipatif ini dan menggunakan terminologi riset partisipatif dan disesuaikan dengan tujuan masing-masing. Pengertian dan Jenis Partisipasi Dengan mengutip pengkategorian oleh Deshler dan Sock (1985), disebutkan bahwa secara garis besar terdapat 3 tipe partisipasi, yaitu: partisipasi teknis (technical partisipation), partisipasi semu (pseudo participation), dan partisipasi politis atau partisipasi asli (genuine participation). Partisipasi teknis dan partisipasi politis kelihatannya sepadan dengan 2 tipe partisipasi yang ditemukan dalam referensi lain, yaitu partisipasi untuk partisipasi yang digunakan dalam pengembangan program, dan partisipasi yang diperluas untuk partisipasi yang merambah ke dalam isu demokratisasi ( Dalam buku: Impact Assesment for Development Agencies, Christ Roche, OXPAM-NOVIB, 1999). Partisipasi Teknis adalah keterlibatan masyarakat dalam pengidentifikasian masalah, pengumpulan data, analisis data, dan pelaksanaan kegiatan. Pengembangan partisipasi dalam hal ini adalah sebuah taktik untuk melibatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan praktis dalam konteks pengembangan masyarakat. Partisipasi asli (Partisipasi politis), adalah keterlibatan masyarakat di dalam proses perubahan dengan melakukan refleksi kritis dan aksi yang meliputi dimensi politis, ekonomis, ilmiah, dan ideologis, secara bersamaan. Pengembangan partisipasi dalam ini adalah pengembangan kekuasaan dan kontrol lebih besar terhadap suatu situasi melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam melakukan pilihan kegiatan dan berotonomi. Partisipasi Semu, yaitu partisipasi politis yang digunakan orang luar atau kelompok dominan (elite masyarakat) untuk kepentingannya sendiri, sedangkan masyarakat hanya sekedar obyek. 10

Dalam pengertian partisipasi di atas, bukan berarti partisipasi teknis tidak penting dibandingkan dengan partisipasi politis), bisa sekaligus ada dalam sebuah program pengembangan masyarakat dimana pemberdayaan masyarakat dalam kehidupannya secara lebih luas (kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi). Berdasarkan tingkat atau derajat kontrol partisipasinya (masyarakat), partisipasi semu (pseudo participation) dan partisipasi yang sesungguhnya (genuine participation) dijelaskan dalam tabel berikut: Jenis partisipasi Pola hubungan kekuasaan (kontrol) antara pihak luar dengan masyarakat Perlakuan masyarakat terhadap Partisipasi semu Partisipasi asli (partisipasi politis) Penindasan (domestikasi) Kontrol sepenuhnya oleh orang luar dan kelompok dominan (elite masyarakat) untuk kepentingan mereka, bisa saja prosesnya partisipatif atau menggunakan partisipasi teknis Asistensi (paternalisme) Esensi sama dengan di atas Kerjasama Masyarakat terlibat dalam keseluruhan proses program yang bersifat bottom-up; kontrol dibagi antara orang luar dengan masyarakat; manfaat program untuk masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat sebagai pengelola program sepenuhnya; muncul kesadaran kritis; demokratisasi; solidaritas dan kepemimpinan masyarakat; partisipasi komunitas berkembang Manipulasi Pemberian terapi Pemberian informasi Konsultasi Menenangkan Kemitraan Kekuasaan (kontrol) diwakilkan (partisipasi belum menjadi budaya di tingkat komunitas) Kontrol diberikan kepada masyarakat Manipulai/rekayasa sosial, yaitu pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai obyek pembangunan dan dimanipulasi agar sesuai dengan harapan/program yang telah dirumuskan oleh pengambil keputusan (pemerintah) Terapi, yaitu pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai pihak yang tidak tahu apa-apa (orang sakit) dan harus dipercaya terhadap apa yang diputuskan oleh pemerintah (dokter) Informasi, yaitu pendekatan pembangunan dengan pemberian informasi akan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah seperti pemasyarakatan program, dan lain-lain. Konsultasi, yaitu pendekatan pembangunan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkonsultasi mengenai apa yang akan dilakukan oleh pemerintah di lokasi yang bersangkutan. Penenteraman, yaitu pendekatan pembangunan dengan misalnya merekrut tokoh-tokoh masyarakat untuk duduk dalam panitia pembangunan sebagai upaya menenteramkan masyarakat, tetapi keputusan tetap di tangan pemerintah. 11

Kerjasama. Pendekatan pembangunan yang mendudukkan masyarakat sebagai mitra pembangunan setara, hingga keputusan dimusyawarahkan dan diputuskan bersama. Pendelegasian, yaitu pendekatan pembangunan yang memberikan kewenangan penuh kepada masyarakat untuk mengambil keputusan yang langsung menyangkut kehidupan mereka Kontrol sosial, yaitu pendekatan pembangunan dimana keputusan tertinggi dan pengendalian ada di tangan masyarakat. Artinya partisipasi baru benar-benar terjadi bila ada kadar kedaulatan rakyat yang cukup dan kadar kedaulatan rakyat tertinggi adalah terjadinya kontrol sosial. Ciri-ciri partisipasi Partisipasi masyarakat selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Bersifat proaktif dan bukan reaktif, artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat Ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut Ada pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara. Penyempitan Arti Partisipasi dalam Wacana Pembangunan Pemaknaan konsep partisipasi dalam wacana pembangunan, cenderung menjadi semakin teknis (instrumental) meskipun sebagai jargon seringkali dihubungkan dengan konsep pemberdayaan dan perubahan sosial. Terjadi gradasi perbedaan pengertian terhadap peristilahan ini, tergantung dari latar belakang orang yang memaknainya. Akhirnya bagaimana aplikasi partisipasi akan berbeda, apabila pengertian tentang terminologi tersebut berbeda. Berdasarkan pengalaman di Indonesia, pengertian partisipasi yang diartikan sebagai mobilisasi masih sering terjadi, dimana program pembangunan dianggap berhasil mendorong partisipasi apabila bisa mengerahkan keterlibatan masyarakat dalam jumlah besar (massal) meskipun dengan cara-cara yang tidak partisipatif. Partisipasi yang Memberdayakan Dalam wacana pembangunan, mengapa terminologi partisipasi sangat melekat dengan terminologi pemberdayaan? Apakah pengembangan partisipasi berarti dengan sendirinya adalah proses pemberdayaan? Ataukah pengembangan partisipasi harus disertai dengan proses pemberdayaan? Dalam kenyataannya, pengembangan partisipasi tidak selalu berarti demokratisasi, karena ada jenis-jenis partisipasi yang bersifat teknis/instrumental. Karena itu, partisipasi teknis tidak dapat dihubungkan dengan pemberdayaan karena proses pemberdayaan jelas tidak akan terjadi tanpa adanya agenda demokratisasi komunitas. Sebab pengembangan partisipasi, bisa saja dilakukan tanpa pemberdayaan. partisipasi juga tidak selalu mendorong proses pemberdayaan. Sama seperti konsep partisipasi, konsep pemberdayaan dalam pembangunan seringkali disalahartikan (dikebiri pemaknaannya) menjadi teknis. Pemberdayaan diartikan sebagai peningkatan kemampuan (bahkan keterampilan masyarakat yang tidak dalam konteks perubahan komunitas dan demokratisasi. Pemberdayaan, adalah proses yang sangat politis, karena berhubungan dengan upaya mengubah pola kekuasaan dan mereka bekerja dengan kerangka pemberdayaan berarti menentang kelompok pro-status quo yang pastinya tidak begitu saja bersedia melakukan perubahan (dalam arti power sharing). Proses pemberdayaan selalu memerlukan proses demokratisasi, atau sebaliknya proses demokratisasi selalu memerlukan proses pemberdayaan. Pengembangan demokrasi hanya akan 12

berhasil jika masyarakat berhasil mengidentifikasi hal-hal yang tidak demokratis dan secara bertahap melakukan perubahan terhadapnya agar menjadi lebih demokratis. Hal ini membutuhkan kesadaran masyarakat mengenai adanya aktor-aktor yang sangat berkuasa (powerfull), di berbagai level yang berbeda, yang memiliki kepentingan dan kemungkinan besar akan menolak usaha-usaha perubahan tersebut. Partisipasi dan Pemberdayaan Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power). Dalam tulisan Robert Chambers, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap berbagai sumber kekuasaan, termasuk ilmu pengetahuan dan informasi. Karena itu, pemikiran penting Chambers mengenai pemberdayaan masyarakat adalah pengambilalihan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan informasi, sebagai salah satu sumber kekuasaan yang penting, dari orang luar (peneliti dan agen pembangunan) oleh masyarakat. Caranya dengan menggali dan menghargai pengetahuan dan teknologi lokal, serta menjadikan proses pembelajaran sebagai milik masyarakat, bukan milik orang luar. Selain itu, Chambers juga melihat isu kekuasaan dalam konteks pola hubungan antara kelompok dominan/elite masyarakat dengan kelompok bawah, antara negara-negara miskin (dalam skala komunitas, nasional maupun global). Kekuasaan dalam konteks politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan mengatur kehidupan warga (rakyat). Kekuasaan politik harus dibatasi dengan membangun sistem demokrasi. Karena itu, salah satu prinsip dasar demokrasi adalah tersedianya ruang partisipasi warga yang mampu mengontrol penyalahgunaan kekuasaan oleh pemimpin yang diberi mandat oleh warga. Jadi, kekuasaan sebenarnya adalah milik rakyat, tetapi yang terjadi kemudian adalah pengambilalihan kekuasaan oleh elite politik karena belum/tidak berfungsinya sistem pemerintahan yang mungkin ditegakkannya kedaulatan rakyat. Hal ini terjadi karena rakyat belum mampu melindungi kekuasaannya. Sedangkan, pemimpin politik, cenderung untuk tidak bersedia membatasi kekuasaannya, bahkan lebih suka memperbesar kekuasaan tersebut. Terdapat tujuh macam jenis kekuasaan yang dapat dijadikan dasar pengembangan strategi pemberdayaan berbasis masyarakat (Jim Ife: Community Development; Creating Community Alternatives, Vision, Analysis & Paractice,1995). Ketujuh jenis kekuasaan ini satu sama lain saling berhubungan dalam cara-cara yang kompleks, dan kategori (jenis) yang lain dapat saja ditambahkan. Kekuasaan atas kesempatan dan pilihan pribadi Di negara berkembang seperti Indonesia, sebagian besar orang hanya memiliki sedikit kekuasaan untuk menentukan kehidupan mereka sendiri: misalnya untuk membuat keputusan tentang gaya hidup, dimana akan bertempat tinggal, dan jenis pekerjaannya. Struktur masyarakat seringkali membatasi pilihan pribadi seseorang, misalnya, struktur patriarki dan nilai-nilai gender seringkali membatasi kekuasaan bagi perempuan dalam membuat pilihan sendiri ( pendidikan, kesehatan, pekerjaan, bahkan jodohnya) dan kelompok etnis mayoritas bekerja untuk mengurangi kekuasaan etnis minoritas. Begitu juga norma-noma dan nilai-nilai budaya, seringkali membatasi kekuasaan seseorang atas pilihan hidupnya., berdasarkan pembedaan kelas, rasial, agama, dan gender. Salah satu konsekuensi dari kemiskinan yang utama dalah tersedianya hanya sedikit pilihan atau kekuasaan untuk membuat keputusan tentang kehidupan mereka sendiri. Jenis pekerjaan, pelayanan kesehatan,pendidikan, kehidupan pribadi, hampir tidak tersedia banyak pilihan. Pemerintah mengatur banyak hal (agama, orientasi seksual yang diijinkan, dokter menentukan pengobatan tanpa memberi penjelasan atau menanyakan pendapat pasien, dsb.). Agenda pemberdayaan seharusnya juga bekerja untuk mengembangkan kemampuan individu dalam menentukan berbagai pilihan pribadi. 13

Kekuasaan atas definisi dan kebutuhan Negara seringkali merasa bertanggung jawab untuk menenukan dan merumuskan kebutuhan masyarakat. Selain itu, para profesional seperti dokter, pekerja sosial, psikolog, guru dan manajer, juga merasa memiliki keahlian dalam mendefinisikan kebutuhan orang lain. Pada sudut pandang pemberdayaan, seharusnya masyarakat diberikan kekuasaan untuk mendefinisikan dan merumuskan kebutuhan mereka sendiri. Agar masyarakat mampu mendefinisikan kebutuhan yang relevan dengan suatu pengetahuan dan keahlian, maka proses pemberdayaan menuntut pengembangan akses terhadap pendidikan dan informasi secara merata. Kekuasaan atas ide Penguasaan ide merupakan sumber kekuasaan, baik berupa bahasa, ilmu pengetahuan, dan budaya yang dominan. Untuk mengurangi dominasi kekuasaan atas ide perlu dikembangkan kapasitas seseorang dalam memasuki forum dialog dengan yang lainnya. Selain itu perlu dikembangkan kemampuan orang tersebut untuk menggali ide-ide dan berkontribusi terhadap pemikiran umum. Untuk itu, pendidikan merupakan aspek penting dari pemberdayaan. Kekuasaan atas institusi Berbagai kesepakatan dan keputusan dipengaruhi oleh institusi sosial seperti lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, keluarga, gereja, lembaga pemerintahan, media massa, dan lain-lain. Karena itu, strategi pemberdayaan juga bisa bertujuan untuk meningkatkan akses dan kontrol masyarakat dan seseorang terhadap institusi-institusi ini. Selain itu, perlu dilakukan perubahan terhadap institusi-institusi ini agar lebih terbuka, responsif, dan dapat dipertanggungjawabkan terhadap semua anggota (transparan). Kekuasaan atas sumberdaya Sebagian besar manusia memiliki sedikit akses dan kontrol terhadap sumberdaya, baik sumberdaya keuangan maupun sumberdaya bukan moneter seperti pendidikan, pengembangan diri, rekreasi dan pengembangan budaya. Di dalam masyarakat modern dimana kriteria ekonomi menjadi sumber penghargaan, kekuasaan terhadap sumberdaya ekonomi juga menjadi sangat penting. Salah satu strategi pemberdayaan adalah semaksimal mungkin memberi akses pada banyak orang terhadap pembagian dan penggunaan sumbedaya yang lebih merata. Biasanya, di masyarakat (terutama masyarakat modern) terjadi ketimpangan akses terhadap berbagai sumberdaya. Kekuasaan atas aktivitas ekonomi Akses dan kontrol terhadap mekanisme produksi, distribusi dan pertukaran merupakan sumber kekuasaan yang sangat vital dalam masyarakat mana saja. Kekuasaan ini dibagi secara tidak merata terutama pada masayarakat kapitalis modern. Karena itu, proses pemberdayaan seharusnya juga memastikan bahwa kekuasaan atas aktivitas ekonomi dapat dibagikan (didistribusikan) secara cukup adil meskipun tidak merata. Kekuasaan atas reproduksi Pengambilan keputusan dan kontrol atas proses reproduksi telah menjadi kritik yang sangat penting dari kaum feminis. Reproduksi tidak hanya diartikan sebagai proses kelahiran, melainkan juga proses membesarkan anak, memberikan pendidikan dan keseluruhan mekanisme (sosial, 14

ekonomi, dan politik) yang mereproduksi genersi penerus. Kekuasaan atas proses reproduksi merupakan pembagian yang tidak sama dalam setiap masyarakat, berdasarkan nilai gender, kelas dan rasial. Kekuasaan atas reproduksi termasuk kategori kekuasaan atas pilihan pribadi dan kekuasaan atas ide. Pembedayaan Sebagai Upaya Power Sharing Adanya segelintir orang yang memiliki akses dan kontrol besar terhadap sumber-sumber kekuasaan, dibandingkan orang yang lain merupakan struktur ketimpangan, sedangkan orang yang dirugikan disebut sebagai kelompok terpinggirkan atau kelompok lemah. Pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan untuk orang atau sekelompok orang yang mempunyai akses dan kontrol yang terbatas terhadap berbagai sumber kekuasaan. Pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan untuk orang atau sekelompok orang yang terpinggirkan. Tujuan pembedayaan adalah untuk mengembangkan struktur masyarakat yang seimbang dan adil. Di tingkat negara, agenda besar pemberdayaan berarti upaya untuk mengembalikan pola hubungan kekuasaan antara rakyat dengan elite politik ke dalam kerangka demokrasi. Masyarakat yang lemah, tidak mampu melindungi kekuasaannya, bahkan tidak memiliki kesadaran kritis terhadap hak-hak dan kedaulatannya, disebut masyarakat yang tidak berdaya. Sedangkan negara, atau dalam hal ini elite politik yang memiliki kekuasaan tanpa terbatas, disebut sebagai pihak yang sangat berkuasa. Sementara, di tingkat komunitas, masyarakat miskin yang marjinal adalah kelompok yang tidak berdaya, sedangkan kelompok elite yang dominan adalah kelompok yang sangat berkuasa. Menurut Chambers, pembangunan adalah upaya untuk mengembangkan tatanan hidup yang lebih baik (komunitas,nasional, maupun global), yang berarti adalah berbagi kekuasaan (power sharing) untuk mengembangkan keseimbangan. Pemberdayaan adalah upaya untuk mewujudkan power sharing, dengan cara memperbesar daya (empowerment) kepada pihak yang tidak/kurang berdaya. Dan mengurangi daya pihak yang terlalu berkuasa. Pengertian Pemberdayaan di Tingkat Komunitas Lokal Proses pengembangan hubungan yang lebih setara, adil, dan tanpa dominasi di suatu komunitas. Pemberdayaan memerlukan proses penyadaran kritis masyarakat tentang hak-hak dan kewajibannya. Pemberdayaan juga memerlukan proses pengembangan kepemimpinan lokal yang egaliter dan memiliki legitimasi pada rakyatnya. Proses untuk memberi daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah, dan mengurangi kekuasaan (disempower) kepada pihak yang terlalu berkuasa sehingga terjadi keseimbangan. Membutuhkan pembagian kekuasaan (power sharing) antara kepemimpinan lokal dengan masyarakat secara adil. Pembagian kekuasaan yang adil berarti adalah penyelenggaraan sistem demokrasi di tataran komunitas (community democracy). Paling tidak itu yang saat ini dipercaya oleh gerakan demokrasi di seluruh dunia. Partisipasi yang Memberdayakan Dalam wacana pembangunan, mengapa terminologi partisipasi sangat melekat dengan terminologi pemberdayaan? Apakah pengembangan partisipasi berarti dengan sendirinya adalah proses pemberdayaan? Ataukah pengembangan partisipasi harus disertai dengan proses pemberdayaan? Dalam kenyataannya, pengembangan partisipasi tidak selalu demokratisasi, karena ada jenis-jenis partisipasi yang bersifat teknis/instrumental. Karena itu, partisipasi teknis tidak dapat dihubungkan dengan pemberdayaan karena proses pemberdayaan jelas tidak akan terjadi tanpa adanya agenda 15

demokratisasi komunitas. Sebab, pengembangan partisipasi bisa saja dijalankan tanpa pemberdayaan. Partisipasi juga tidak selalu mendorong proses pemberdayaan. Sama seperti konsep partisipasi, konsep pemberdayaan seringkali dikebiri pemaknaannya menjadi teknis. Pembedayaan seringkali diartikan sebagai peningkatan kemampuan (bahkan keterampilan) masyarakat yang tidak dalam konteks perubahan komunitas dan demokratisasi. Pemberdayaan adalah proses yang sangat politis, karena berhubungan dengan upaya mengubah pola kekuasaan dan mereka yang bekerja dengan kerangka pemberdayaan berarti menantang kelompok pro status quo yang pastinya tidak begitu saja bersedia melakukan perubahan (dalam arti power sharing). Proses pemberdayaan selalu memerlukan proses demokratisasi, atau sebaliknya, proses demokratisasi selalu memerlukan proses pemberdayaan. Pengembangan demokrasi hanya akan berhasil jika masyarakat berhasil mengidentifikasi hal-hal yang tidak bersifat demokratis dan secara bertahap melakukan perubahan terhadapnya agar menjadi lebih demokratis. Hal ini membutuhkan kesadaran masyarakat mengenai adanya aktor-aktor yang sangat berkuasa, di berbagai level yang berbeda, yang memiliki kepentingan dan kemungkinan besar akan menolak usaha-usaha perubahan tersebut. Partisipasi dan Demokrasi Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan pada kedaulatan rakyat (demos artinya rakyat, cratos artinya kewenangan). Artinya, rakyat memberikan kewenangan/mandat kepada pemerintah untuk memerintah mereka. Dengan demikian, pemerintah memiliki kekuasaan (power) karena kekuasaan itu diberikan oleh rakyat. Tetapi, karena dalam praktek-praktek pemerintah seringkali menyalahgunakan kekuasaan tersebut, maka dalam sistem demokrasi harus ada mekanisme agar rakyat bisa mengontrol dan mengawasi sepak terjang pemerintah. Selain itu, rakyat juga harus memiliki ukuran-ukuran dalam menilai performa pemerintahannya, antara lain: perumusan hak-hak sipil dalam suatu negara, adanya perlindungan HAM, dan adanya penegakan hukum untuk semua. Partisipasi sebagai Prinsip demokrasi Dalam konsep politik, partisipasi warga merupakan keharusan (sebagai salah satu prinsip dasar sistem demokrasi). Partisipasi warga itu dimaksudkan untuk mengontrol penyalahgunaan kekuasaan oleh pemimpin, menyampaikan aspirasi kepada pemerintah, melibatkan warga dalam pelaksanaan pemerintahan, memberi masukkan pada saat pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan warga (publik). Bentuk-bentuk partisipasi warga dalam konsep politik sebenarnya sangat luas, yaitu: keterlibatan warga dalam organisasi sosial kemasyarakatan (organisasi sipil), kesediaan masyarakat untuk memberikan opini terhadap isu-isu yang menyangkut kepentingan masyarakat (opini publik), keterlibatan masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan, dan sebagainya. Partisipasi dalam kosakata politik sebenarnya jauh lebih tua daripada partisipasi dalam wacana pembangunan. Dalam politik, kata partisipasi dipadankan dengan kata warganegara (citizen participation). Sedangkan dalam pembangunan, kata partisipasi lebih banyak dipadankan dengan kata masyarakat (community participation). Pemilahan Partisipasi Sosial dan Partisipasi Politik Istilah partisipasi, dalam perkembangannya lebih populer dalam wacana pembangunan dan cenderung berubah menjadi terminologi yang steril (a-politis). Kebanyakan lembaga pemerintah, LSM dan donor menggunakan istilah partisipasi dalam program pembangunan diartikan sebagai partisipasi sosial. Sehingga terjadilah pemilahan partisipasi sosial dengan partisipasi dalam proses demokrasi. ( Hans Antlov, Paradigma Baru dalam Partisipasi Masyarakat, Buletin Lesung Edisi 02, 16

FPPM). Kedua istilah ini masing-masing mempunyai keterbatasan: partisipasi sosial yang diartikan sebagai upaya meningkatkan pengawasan masyarakat terhadap sumber-sumber sosial terutama program-program pembangunan, ternyata tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan struktural yang dihadapi di dalam konteks persoalan di Indonesia. Sedangkan partisipasi politik yang diartikan sebagai peran serta masyarakat dalam pengertian politik secara sempit, tidak memadai sebagai wilayah kerja untuk menegakkan demokrasi masyarakat. Partisipasi sosial dalam pembangunan, memiliki kecenderungan untuk dimaknai dan diaplikasikan secara teknis dan instrumental. Hal ini mendorong terjadinya manipulasi partisipasi, karena sebenarnya dipergunakan untuk mendorong peran serta masyarakat dalam agenda orang luar. Jelas kedua jenis partisipasi di atas tidak akan mendorong demokratisasi dan restrukturisasi masyarakat karena tidak mengembangkan kesadaran dan kepedulian yang lebih luas dari warga masayrakat (elite dan warga masyarakat lainnya) dalam membangun komunitas yang lebih baik. Partisipasi masyarakat (community participation) di kalangan pembangunan lebih sering diartikan sebagai partisipasi sosial daripada partisipasi politik. Anggapan ini nampaknya menjadikan partisipasi sebagai pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan, bukan partisipasi untuk mengembangkan sistem dan struktur baru komunitas yang lebih setara, partisipatif, dan demokratis. Partisipasi yang tidak mengembangkan perluasan di tingkat komunitas, jelas tidak akan banyak berpengaruh terhadap demokratisasi komunitas. Di dalam konsep demokrasi, terdapat sejumlah pilar atau prinsip yang harus ada sehingga bisa dikatakan demokrasi berjalan, yaitu: PARTISIPASI WARGA; kesetaraan atau tidak adanya diskriminasi golongan, agama, etnis, dan gender, toleransi terhadap perbedaan, akuntabilitas pemerintah terhadap rakyat, transparansi pemerintahan, kebebasan berusaha untuk mengembangkan ekonomi, kontrol terhadap penyalahgunaan kekuasaan, jaminan perlindungan hak-hak sipil, perlindungan HAM, serta aturan dan penegakan hukum. Partisipasi warga (citizen participation) di dalam konsep demokrasi, diartikan sebagai keterlibatan warga dalam berbagai proses pemerintahan, antara lain dalam pengembangan kebijakan publik, dalam mengawasi jalannya pemerintahan, menyampaikan aspirasi dan kepentingan masyarakat dan dalam mendukung berbagai upaya pembangunan. Masyarakat (komunitas) partisipatif adalah sebuah keadaan yang menunjukkan bahwa partisipasi sudah menjadi nilai, sikap-perilaku, dan budaya di suatu masyarakat, sehingga mereka bisa mengambil peran yang menentukan, baik dalam proses-proses pembangunan maupun dalam pemerintahan yang sesuai dengan asas-asas demokrasi. Partisipasi Asli, Partisipasi yang Mengembangkan Demokrasi Komunitas Karena itu, Hans Antlov, dalam tulisannya, menganjurkan penggunaan kembali istilah partisipasi warga yang meliputi partisipasi sosial dan partisipasi politik dalam arti luas. Partisipasi warga ini diartikan sebaga keterlibatan warga masyarakat dalam pemerintahan lokal secara penuh, termasuk dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, dalam program-program pembangunan,dalam proses pengambilan keputusan publik tingkat lokal, dalam pemilihan kepemimpinan lokal (formal maupun informal),dsb, yang merupakan seluruh bagian dari kehidupan masyarakat (komunitas). Karena itu, peran Lembaga lembaga pengembang program pembangunan juga meliputi peran sebagai pengorganisir rakyat (community organizer) karena partisipasi warga harus dikembangkan melalui penguatan lembaga-lembaga masyarakat/rakyat (organisasi sipil) yang bilsa menjadi kelompok kepentingan dan kelompok penekan tingkat lokal dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan (mempengaruhi lembaga politik formal melalui legislatif dan eksekutif lokal). Penguatan kelembagaan masyarakat/rakyat (organisasi sipil) ini, diperlukan dalam menopang pemerintahan lokal yang partisipatif (participatory local governance) atau komunitas yang demokratis (demokratic community). 17

Modul 2 Topik: Partisipasi Perempuan Peserta memahami dan menyadari: 1. Masalah-masalah yang mempengaruhi rendahnya partisipasi perempuan 2. Pentingnya partisipasi perempuan dalam pananggulangan kemiskinan Kegiatan 1: Jajak pendapat gender dan ketimpangan Kegiatan 2: Diskusi kelompok permasalahan partisipasi perempuan Kegiatan 3: Diskusi kelompok strategi peningkatan partisipasi perempuan dalam nangkis 2 Jpl (90 ) Bahan Bacaan: 1. Perempuan dan Pembangunan 2. Perempuan, Partisipasi dan Pemberdayaan Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar 18

Jajak Pendapat Gender dan Ketimpangan 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan Modul Partisipasi Perempuan uraikan tujuan dari modul ini, yaitu peserta memahami dan menyadari: Konsep gender serta ketimpangan gender yang terjadi di Indonesia Masalah-masalah yang mempengaruhi partisipasi perempuan Pentingnya partisipasi perempuan dalam penanggulangan kemiskinan 2) Pemandu mengajak peserta sejenak merefleksikan mengenai materi-materi perempuan dan kemiskinan dan pemberdayaan perempuan dan laki-laki yang sudah dibahas dalam modulmodul sebelumnya. Tanyakan kepada mereka apa yang mereka pahami dan apa yang belum mereka pahami dari modul-modul tersebut, Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano. Cermati apakah mereka sudah cukup paham mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut Pengertian gender, bentuk-bentuk ketimpangan gender, paradigma yang mempengaruhi ketimpangan tersebut, implikasi dari ketimpangan-ketimpangan tersebut baik terhadap perempuan maupun laki-laki, dll. Garis bawahi hal-hal yang menurut peserta belum paham untuk dibahas lebih mendalam pada sessi selanjutnya. 3) Jelaskan kepada peserta, bahwa akan dilakukan jajak pendapat. Dalam jajak pendapat pemandu memberikan beberapa pernyataan yang sudah disiapkan sebelumnya, peserta memberikan tanggapan dengan kategori setuju, tidak setuju dan netral berdasarkan kepada argumen-argumen yang mereka miliki. (lihat metode diskusi jajak pendapat dalam LK 1 ) Pernyataan untuk Jajak Pendapat: Pernyataan 1 Menjaga anak, melayani suami, mengurus rumah tangga merupakan fitrah perempuan, sudah seharusnya perempuan hanya beraktivitas di rumah saja karena dengan demikian kehormatan perempuan lebih terjaga; sedangkan urusan mencari nafkah dan persoalan di luar rumah tangga merupakan fitrah laki-laki. Pernyataan 2 Kodrat perempuan adalah melayani kaum laki-laki sesuai dengan sejarah penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki-laki, yang terpenting bagi perempuan mempunyai kapasitas untuk menjalankan kewajiban sesuai dengan kodratnya, menjadi tidak penting bagi perempuan untuk berpendidikan tinggi. 19

Pernyataan 3 Perempuan tertindas dan terpinggirkan hanyalah merupakan pandangan yang datang dari Barat dan digembar-gemborkan oleh para aktivis perempuan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, pada kenyataannya kaum perempuan umumnya merasa bahagia dengan kehidupan sosial yang mereka jalani saat ini. Pernyataan 4 Perempuan tidak cocok menjadi pemimpin karena mereka pada dasarnya terlalu lemah lembut, emosional, susah mengambil keputusan yang tegas, dan kapasitas yang mereka miliki tidak cukup padahal pemimpin yang baik adalah pemimpin yang kuat,tegas, cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai pengetahuan yang luas yang selama ini dimiliki oleh kaum laki-laki. Pernyataan 5 Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah haruslah adil, untuk menjamin keadilan maka tidak pada tempatnya ada tuntutan dari pihak-pihak tertentu untuk mengeluarkan kebijakan yang mengistimewakan kaum perempuan, karena pada dasarnya baik perempuan dan lakilaki mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara; kebijakan-kebijakan khusus yang diberikan kepada kaum perempuan justru menggambarkan adanya diskriminasi terhadap kaum perempuan. 4) Untuk memperdalam pemahaman, jelaskan kepada peserta bahwa kita akan berdiskusi dalam kelompok. Bagi peserta menjadi 5 kelompok, tugaskan setiap kelompok untuk mendiskusikan: Kelompok 1 dan 2: Apa itu gender? Apakah gender berkaitan dengan ciri-ciri biologis manusia? Apakah gender bersifat tetap dari waktu ke waktu? Apakah fungsi gender tidak boleh berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya? Apakah fungsi gender tidak bisa dipertukarkan? Apa itu ketimpangan gender dan apa bentuk-bentuknya? Kelompok 3, 4, dan 5 Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kritis yang menyangkut isu-isu yang dibahas oleh kelompok 1 dan 2. 5) Setelah selesai diskusi kelompok, mintalah kelompok 1 untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dengan metode diskusi Memperluas Panel. Metode diskusi bisa dilihat dalam LK 2 yang sudah disediakan. 6) Refleksikan bersama peserta hasil diksusi panel yang telah dilakukan, dan berikan masukkanmasukkan apabila diperlukan 20

Diskusi Kelompok Permasalahan Partisipasi Perempuan 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memuali kegiatan 2 dalam modul ini yaitu membahas permasalahan partisipasi perempuan. 2) Berdasarkan konsep partisipasi perempuan yang sudah dibahas pada modul sebelumnya, bagaimanakah menurut peserta partispasi perempuan dalam pembangunan?. Ingatkan kembali kepada permasalahan yang telah dibahas dalam modul perempuan dan kemiskinan dan pemberdayaan perempuan dan laki-laki. 3) Mintalah kepada setiap peserta untuk mengemukakan pandangan-pandangannya dan berdebat dengan menggunakan metode diskusi Rapat Kota ( Lihat petunjuk Rapat kota dalam LK 3), mengenai : Perdebatan 1 Bagaimana kulaitas dan kuantitas partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan di sektor publik serta permasalahannya.? Perebatan 2: Bagaimana peran perempuan dalam perencanaan kegiatan pembangunan serta permasalahannya?. Perdebatan 3: Bagaimana peran perempuan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan dan monitroing evaluasi serta permasalahannya Perdebatan 4: Bagaimana akses perempuan sebagai pemimpin dan permasalahannya 4) Refleksikan bersama peserta hasil diskusi yang sudah dilakukan. 21

Diskusi Kelompok Strategi Peningkatan Partispasi Perempuan dalam Nangkis 1) Uraikan bahwa kita akan memulai kegiatan 3 dalam Modul Partisipasi perempuan dan akan membahas strategi peningkatan peran perempuan dalam Nagkis. 2) Bagi peserta ke dalam beberapa kelompok (satu kelompok terdiri dari 8-9 orang), kemudian beri tugas setiap kelompok untuk merumuskan strategi peningkatan peran perempuan dalam nangkis. 3) Setelah selesai diskusi kelompok, mintalah setiap kelompok untuk presentasi dan bahas dalam pleno kelas. 4) Refleksikan bersama 22

LK 1- Petunjuk Diskusi Jajak Pendapat Suatu perdebatan dapat menjadi sebuah metode berharga untuk mengembangkan pemikiran dan refleksi, khususnya jika para peserta latihan diharapkan mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya. Ini adalah sebuah strategi untuk suatu perdebatan yang secara aktif melibatkan setiap peserta. Strategi ini juga bisa dipakai untuk menggali dan mempengaruhi kayakinan peserta terhadap suatu isu tertentu. Petunjuk: 1. Kembangkan suatu pernyataan yang berkaitan dengan isu yang kontroversial yang berkaitan dengan materi yang dibahas. Dalam kegiatan modul ini pernyataan untuk didiskusikan adalah sebagai berikut: a) Menjaga anak, melayani suami, mengurus rumah tangga merupakan fitrah perempuan, sudah seharusnya perempuan hanya beraktivitas di rumah saja karena dengan demikian kehormatan perempuan lebih terjaga; sedangkan urusan mencari nafkah dan persoalan di luar rumah tangga merupakan fitrah laki-laki. b) Kodrat perempuan adalah melayani kaum laki-laki sesuai dengan sejarah penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki-laki, yang terpenting bagi perempuan mempunyai kapasitas untuk menjalankan kewajiban sesuai dengan kodratnya, menjadi tidak penting bagi perempuan untuk berpendidikan tinggi. c) Perempuan tertindas dan terpinggirkan hanyalah merupakan pandangan yang datang dari Barat dan digembar-gemborkan oleh para aktivis perempuan untuk kepentingankepentingan tertentu, pada kenyataannya kaum perempuan umumnya merasa bahagia dengan kehidupan sosial yang mereka jalani saat ini. d) Perempuan tidak cocok menjadi pemimpin karena mereka pada dasarnya terlalu lemah lembut, emosional, susah mengambil keputusan yang tegas, dan kapasitas yang mereka miliki tidak cukup padahal pemimpin yang baik adalah pemimpin yang kuat,tegas, cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai pengetahuan yang luas yang selama ini dimiliki oleh kaum laki-laki. e) Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah haruslah adil, untuk menjamin keadilan maka tidak pada tempatnya ada tuntutan dari pihak-pihak tertentu untuk mengeluarkan kebijakan yang mengistimewakan kaum perempuan, karena pada dasarnya baik perempuan dan laki-laki mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara; kebijakan-kebijakan khusus yang diberikan kepada kaum perempuan justru menggambarkan adanya diskriminasi terhadap kaum perempuan. 2. Lakukan jajak pendapat kepada peserta dengan kategori setuju, tidak setuju dan netral terhadap pernyataan yang telah dibuat tadi. Jajak pendapat dilakukan bertahap untuk masingmasing pernyataan. Pada saat jajak pendapat dilakukan untuk pernyataan 1), pernyataan lain jangan diperlihatkan kepada peserta supaya konsentrasi mereka tidak terganggu. 3. Mintalah peserta untuk berkumpul dengan peserta lain yang satu pendapat (menjadi 3 kelompok) 23

4. Mintalah ketiga kelompok tadi untuk mengembangkan argumen-argumen terhadap kategori pilihannya ( setuju karena, tidak setuju karena., netral karena ) 5. Setiap kelompok kemudian saling berhadapan dan berdebat berdasarkan argumen-argumen yang dipilihnya, dan bisa saling mempengaruhi. 6. Dalam perdebatan setiap anggota kelompok diperbolehkan untuk pindah kepada kelompok lawan debatnya apabila lebih setuju dengan argumen yang dikemukakan pihak lawan. 7. Ketika dirasa sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut. Buatlah diskusi seluruh kelas tentang apa yang telah dipelajari oleh para peserta berdasarkan pengalaman debat tadi. 8. Mintalah peserta mengidentifikasi apa yang mereka pikirkan merupakan argumen-argumen terbaik yang dibuat oleh kedua kelompok. 24

LK 2- Petunjuk Diskusi Memperluas Panel Kegiatan ini merupakan suatu cara terbaik untuk merangsang diskusi dan memberikan para peserta sebuah kesempatan mengenal, menjelaskan, dan mengklarifikasi berbagai isu sambil menjaga partisipasi aktif mereka. Langkah-langkah: 1. Mintalah kelompok 1 dan 2 sebagai kelompok diskusi panel. Aturlah panelis duduk di depan ruangan dengan tempat duduk setengah lingkaran. 2. Mintalah kelompok 3 duduk di sisi kiri, kelompok 4 di sisi kanan dan kelompok 5 di depan panelis. 3. Mulailah dengan meminta kelompok 1 untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang sudah dilakukan sebelumnya, kemudian kelompok 2 menambahkan hal-hal yang belum dikemukakan oleh kelompok 1. 4. Mintalah kepada kelomok 3, 4 dan 5 untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya kepada para panelis. 5. Moderasilah diskusi panel, ajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang provokatif sehingga dapat menimbulkan pro dan kontra di antara peserta diskusi agar terjadi dialog dan perdebatan. 25