MATEMATIKA HIJAU SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN LINGKUNGAN 4

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan lingkungan hidup. Afandi (2013) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian simpulan dapat dibagi dua yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

Mengintegrasikan Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan suatu lembaga khususnya disekolah. Di Indonesia sendiri

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mempelajari geografi sebagai ilmu pengetahuan tidak lepas dari fenomenafenomena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengimplementasikan nilai karakter dalam berjalannya kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Rotari, 2016

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA SLB. Edi Prajitno Jurdik Matematika FMIPA UNY. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ilmu Alam atau sains (termasuk biologi di dalamnya) adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keahlian dan kemampuan yang unggul. Salah satu upaya pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi

BAB I PENDAHULUAN. akan memberikan dukungan bagi pelaksanaan pembangunan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia ini. Setiap hari selalu mendapatkan berita-berita tentang kerusakan

PENERAPAN METODE POLYA PADA SOAL CERITA PROGRAM LINEAR

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. Ali Hamzah, dkk, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm.

PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup sebagai sumber kehidupan saat ini mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME BANGUN RUANG SISI LENGKUNG. Abu Khaer

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA MELALUI PENDIDIKAN FISIKA. M. Gade* Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan suatu hal yang kurang diperhatikan dalam

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

BAB I. PENDAHULUAN. GBHN dan UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam UU No. 20/2003

BAB I. PENDAHULUAN. ditengarai dengan perilaku guru dan murid sekolah yang tidak berwawasan

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan salah satu aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah kemahiran memecahkan masalah yang merupakan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEBUTUHAN BUKU AJAR MATEMATIKA BERORIENTASI PENDEKATAN REALISTIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

BAB I PENDAHULUAN. moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir dan kemampuan dalam memecahkan masalah, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan berfikir kritis melalui

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah bagi masyarakat untuk memperoleh

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran metamatika telah diperkenalkan sejak siswa menginjak kelas I. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

KARAKTERISTIK MATEMATIKA

Transkripsi:

ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No.1, Januari - April 2015 STKIP PGRI Banjarmasin MATEMATIKA HIJAU SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENDIDIKAN KARAKTER BERWAWASAN LINGKUNGAN 4 Desy Arnita Dewi MA Negeri 2 Banjarmasin E-mail: des_arnita@yahoo.com Abstrak: Kerusakan lingkungan akhir-akhir ini semakin terasa dampaknya bagi masyarakat. Keterlibatan semua pihak diperlukan untuk mengendalikan dan memperbaikinya, termasuk keterlibatan pelaku pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah dituntut berpartisipasi dan berkontribusi dalam pembentukan nilai-nilai positif dalam diri siswa. Nilai-nilai positif yang dimaksud adalah nilai peduli terhadap upaya perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Artikel ini menguraikan terlebih dahulu tujuan dan fungsi pembelajaran matematika di sekolah, kemudian dikaitkan dengan perannya dalam pembentukan karakter berwawasan lingkungan. Pendidikan lingkungan hidup yang diintegrasikan dalam pembelajaran matematika ini disebut sebagai pembelajaran matematika hijau. Peran guru sangat penting sebagai subjek atau pelaku pendidikan di sekolah. Peran guru tersebut adalah dalam hal mengembangkan konsep dan contoh permasalahan dalam pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan isu lingkungan. Tujuannya adalah selain siswa menguasi matematika juga tertanamnya nilai-nilai pelestarian lingkungan hidup dalam diri siswa sehingga akan membawa manfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Kata Kunci : matematika hijau, pendidikan karakter, pelestarian lingkungan Kerusakan lingkungan hidup akhir-akhir ini sudah semakin parah, hal ini ditandai dengan seringnya peristiwa bencana alam menghiasi pemberitaan baik di media cetak ataupun media elektronik. Kebakaran hutan, tanah longsor, musibah banjir, dan isu-isu lingkungan lain sebagian besar disebabkan oleh ulah tangan manusia. Perilaku hidup manusia yang lalai, egois dan tidak bertanggung jawab dalam mengeksploitasi lingkungannya termasuk sering diabaikannya kepentingan pelestarian lingkungan hidup di tingkat pengambil keputusan menandakan adanya masalah degradasi moral. Moral yang buruk mengakibatkan kondisi lingkungan hidup semakin kritis dan akhirnya merugikan manusia itu sendiri. Semua pihak diharapkan turut serta melakukan penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup dengan mengembangkan sikap, bentuk-bentuk perilaku, kemampuan sosial dan kemampuan individu yang mencintai lingkungan. Pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan fisik, daya jiwa (akal, rasa dan 4 Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin, 28 Januari 2015 33

34 Desy Arnita Dewi kehendak), sosial dan moralitas manusia serta merupakan alat terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif, termasuk nilai berwawasan lingkungan. Tentunya dengan pengaruh yang ditimbulkan pendidikan ini memberikan dampak pada bertambahnya pengetahuan dan keterampilan peserta didik serta akan menolong dalam pembentukan sikap konstruktif dalam memanfaatkan lingkungan dan sumber daya alam. Melalui lembaga-lembaga pendidikan yang dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilainilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi maka diharapkan akan terbentuk nilai-nilai positif siswa termasuk sikap mencintai dan sadar akan pengendalian dan pelestarian lingkungan hidup. Sejalan dengan diprogramkannya sekolah-sekolah adiwiyata baik tingkat kabupaten, provinsi, nasional bahkan adiwiyata mandiri yang bertujuan mewujudkan warga sekolah yang bertanggungjawab dalam perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup maka salah satu cara adalah dengan mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup ke dalam pembelajaran di kelas. Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah juga dapat berperan menanamkan nilai-nilai berwawasan lingkungan tersebut kepada warga sekolah melalui implementasinya dalam pembelajaran baik pada aspek pengetahuan (kognitif), kesadaran atau kemauan (afektif), dan tindakan (psikomotor). Karena itulah, sebagai bagian yang terintegrasi dengan kurikulum sekolah dan ada disetiap jenjang pendidikan, maka mata pelajaran ini dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam pembentukan karakter berwawasan lingkungan. Artikel singkat ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana pembelajaran matematika dapat membentuk karakter yang berwawasan lingkungan. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Matematika di Sekolah Sebagai salah satu bagian yang terintegrasi dalam kurikulum sekolah sudah seharusnya matematika memberikan kontribusi dalam pembentukan karakter bangsa, baik secara langsung atau pun tidak langsung. Berdasarkan kurikulum nasional, tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu : Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Dari dua hal di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum pertama, pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah memberikan penekanan pada penataan nalar dan pembentukan karakter peserta didik. Tujuan kedua memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Selanjutnya, fungsi mata pelajaran matematika adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah. Dengan mengetahui fungsi-fungsi matematika tersebut diharapkan kita sebagai guru atau pengelola pendidikan dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan berbagai ilmu lain atau kehidupan. Sebagai tindak lanjutnya sangat diharapkan agar para siswa diberikan

Matematika Hijau Sebagai Salah Satu Upaya Pendidikan Karakter Berwawasan Lingkungan 35 penjelasan atau contoh penggunaan matematika agar para siswa dapat memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam kehidupan kerja atau dalam kehidupan sehari hari. Namun tentunya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, sehingga diharapkan dapat membantu proses pembelajaran matematika di sekolah. Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan persamaan, atau tabeltabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya. Belajar matematika bagi para siswa, juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi). Di dalam proses penalarannya dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah. Fungsi matematika yang ketiga adalah sebagai ilmu atau pengetahuan, dan tentunya pengajaran matematika di sekolah harus diwarnai oleh fungsi yang ketiga ini. Kita sebagai guru harus mampu menunjukkan betapa matematika selalu mencari kebenaran, dan bersedia meralat kebenaran yang telah diterima, bila ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuanpenemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah. Dari tujuan dan fungsi matematika tersebut di atas, kita sebagai guru disadarkan akan perannya sebagai motivator dan pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah sehingga proses yang dilalui dan konsep yang ditemui dalam pembelajaran matematika dapat dikembangkan sehingga membawa pengaruh positif dalam kehidupan siswa dan lingkungannya. Pendidikan Lingkungan Hidup melalui Pembelajaran Matematika Hijau Pendidikan lingkungan hidup adalah pendidikan yang menggunakan suatu pendekatan belajar across the curriculum, artinya belajar yang membantu 4 sasaran didik untuk memahami lingkungan hidup dengan tujuan akhir agar mereka memiliki kepedulian untuk menjaga dan melestarikan lingkungan dan sikap bertanggung jawab dan memupuk keinginan serta memiliki keterampilan untuk melestarikan lingkungan agar dapat tercipta suatu sistem kehidupan bersama (Yusuf, 2000). Pendidikan lingkungan hidup yang diintegrasikan dalam pembelajaran matematika disebut sebagai Pembelajaran Matematika Hijau. Frudental berpendapat bahwa dalam pembelajaran matematika perlu mengenal dengan baik apa itu matematika? bagaimana cara belajar matematika? dan bagaimana matematika harus diajarkan? Frudental juga mempunyai pandangan bahwa matematika adalah human activity dan pelajar bukan passive receivers of ready-made mathematics. Berdasar hal tersebut, maka pembelajaran matematika hijau dapat dimasukkan sebagai bagian pengembangan dari pendidikan matematika realistik dimana proses belajar

36 Desy Arnita Dewi mengajar matematika tidak terlepas dari lingkungan peserta didik (Streefland 1991). Menurut Hobri (2009), karakteristik pendidikan matematika realistik antara lain menggunakan masalah kontekstual (the use of context), yaitu pembelajaran dimulai dengan menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak atau titik awal untuk belajar. Masalah kontekstual yang menjadi topik pembelajaran harus merupakan masalah sederhana yang dikenali siswa. Dalam hal ini, isu-isu lingkungan bisa dijadikan sebagai masalah kontekstual untuk memulai pembelajaran. Dengan demikian, pendidikan lingkungan hidup dapat diintegrasikan secara langsung dalam pembelajaran matematika. Interaksi belajar mengajar dalam pembelajaran Matematika Hijau diupayakan mengangkat contoh permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan hidup, sehingga siswa tidak merasa pendidikan lingkungan hidup itu terpisah dari pengajaran matematika. Implementasi Pembelajaran Matematika Hijau Salah satu pertanyaan yang paling menantang yang dihadapi seorang guru matematika adalah Apa manfaat dari materi yang dipelajari? Sayangnya, untuk beberapa topik seorang guru matematika hanya bisa menjawab dengan jawaban-jawaban umum, seperti mengindikasikan manfaat pada topik berikutnya yang akan dipelajari oleh siswa. Padahal, sebuah topik matematika bisa sangat kreatif dikembangkan oleh seorang guru dengan mengaitkannya pada hal-hal yang akan membangun pola pikir positif bagi siswa, termasuk menanamkan sikap peduli dan cinta lingkungan pada siswanya. Untuk memanamkan pembelajaran matematika berwawasan lingkungan maka perlu kreativitas guru mengaitkan topik yang dipelajari dengan contoh yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan hidup. Sebagai ilustrasi, topik Logika Matematika di kelas X SMA yang memberikan konsep tentang pernyataan majemuk implikasi dapat dikaitkan dengan permasalahan lingkungan, misalnya jika membuang sampah sembarangan maka akan mengotori lingkungan atau kalimat majemuk berkuantor seperti jika banyak pohon ditebang maka akan ada daerah yang kebanjiran. Contoh lain, misalnya aplikasi dari prinsip silogisme berikut. Jika lingkungan kotor, maka banyak nyamuk berterbangan. Jika banyak nyamuk berterbangan, maka wabah penyakit mudah menyebar. Jadi,... Dari kalimat di atas, maka kesimpulan yang sah adalah: Jika lingkungan kotor, maka wabah penyakit mudah menyebar. Terkait materi fungsi kuadrat, guru matematika juga dapat memberikan masalah yang terkait dengan kepedulian terhadap lingkungan seperti berikut. Masalah: Salah satu pembaharuan penanganan limbah pabrik kertas PT. Pelaihari Pulp di Kabupaten Tanah Laut, daerah limbah dilokasikan pada sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang lebarnya 80 m dan panjangnya 200 m. Peraturan pemerintah daerah mensyaratkan bahwa daerah limbah paling sedikit memiliki luas 10.000 m 2 dan memiliki zona pengamanan dengan lebar serba sama di sekeliling daerah limbah, seperti terlihat pada gambar.

Matematika Hijau Sebagai Salah Satu Upaya Pendidikan Karakter Berwawasan Lingkungan 37 Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, pimpinan Pelaihari Pulp menetapkan realisasi luas daerah limbah adalah 10.800 m 2. Dapatkah pembangunan daerah limbah tersebut direalisasikan pada tanah yang tersedia? Jika dapat direalisasikan, berapa ukuran daerah zona pengaman yang disediakan? Penyelesaian: Diketahui: Ukuran tanah yang tersedia 200 m 80 m Luas daerah limbah menurut peraturan pemerintah minimal 10.000 m 2. Kebijakan pimpinan Indo Rayon menetapkan luas daerah limbah 10.800 m 2. Ditanya: (a) Dapatkah pembangunan daerah limbah itu direalisasikan di atas tanah yang tersedia? (b) Berapa ukuran daerah limbah dan zona pengaman tersebut? Interpretasi masalah dalam gambar sebagai berikut. Misalkan p adalah panjang tanah yang tersedia l adalah lebar tanah yang tersedia p1 adalah panjang daerah limbah l1 adalah lebar daerah limbah Berarti paling tidak ukuran daerah limbah p1 = p 2x dan l1 = l 2x Menurut peraturan pemerintah luas daerah limbah minimal 10.000 m 2 dan realisasi daerah limbah yang diinginkan 10.800 m 2. Karena daerah limbah berbentuk persegi panjang maka luas daerah limbah dapat dinyatakan L1 = p1 l1 = (p 2x)(l 2x) = pl (2p + 2l) x + 4x 2 10.800 = 16.000 560x + 4x 2 10.800 = 16.000 560x + 4x 2 x 2 140 x + 1.300 = 0 x 2 10 x - 130 x + 1.300 = 0 x (x 10) - 130 (x 10) = 0 (x 10) (x 130) = 0 (x 10) = 0 atau (x 130) = 0 x = 10 atau x = 130 Agar memperoleh luas daerah limbah yang diinginkan maka ukuran zona pengaman adalah 10 m. Berarti paling tidak ukuran daerah limbah p1 = p 2x dan l1 = l 2x p1 = 200 2 (10) dan l1 = 80 2 (10) p1 = 180 dan l1 = 60 Sehingga ukuran daerah limbah adalah 180 m 60 m. Jadi, daerah limbah di atas tanah yang tersedia dapat diwujudkan dengan ukuran daerah limbah 180 m 60 m dan ukuran lebar zona pengaman di sekeliling daerah limbah adalah 10 m. Masih banyak contoh dan konsep lain dalam pembelajaran matematika di sekolah yang bisa dikaitkan dengan pelestarian lingkungan. Secara umum, konsep dan aplikasi soal-soal matematika mengandung nilai-nilai (values) yang sangat berguna untuk pembentukan sikap dan kepribadian yang lengkap (utuh) termasuk pembentukan sikap peduli lingkungan. Di masa yang akan datang, sikap positif seperti ini semakin dibutuhkan karena semakin bertambah banyaknya kerusakan lingkungan, dan semakin banyaknya orang yang terkena akibat dari rusaknya lingkungan tersebut. Kesimpulan Pembelajaran matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah dapat memberi-

38 Desy Arnita Dewi kan sumbangan besar dalam upaya pendidikan karakter bangsa. Penerapan nilai-nilai matematika yang sesuai dengan kaidahkaidahnya dan diintegrasikan dengan realitas kehidupan sehari-hari seperti dikaitkan dengan isu lingkungan diharapkan mampu menjadikan siswa yang tidak hanya pandai matematika tetapi juga memiliki kepedulian terhadap lingkungannya. Sehingga, pembelajaran matematika akan mampu turut serta memberikan sumbangan positif dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Karakter positif yang dibangun melalui pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan isu lingkungan tersebut memerlukan kreativitas guru. Setiap interaksi belajar mengajar baik konsep ataupun contoh permasalahan di upayakan untuk dikaitkan dengan nilai-nilai yang berwawasan lingkungan. Lingkungan yang terjaga akan menghindarkan bencana dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia yang mengelolanya. Streefland, L. 1991. Realistic Mathematics Education In Primary School. Utreecht: Center for Science and Mathematics Education, Netherlands. TIM MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia. Walle, Van De. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan Pengajaran. Erlangga. Yohanes, Rudi Santoso. (2011).Kontribusi Pendidikan Matematika dalam Pembentukan Karakter Siswa. Prosiding Seminar Nasional dan Pendidikan Matematika. Universitas negeri Yogyakarta. Yusuf, M. (2000). Pendidikan Kependudukan & Etika Lingkungan. Yogyakarta: Lembaga Studi dan Inovasi Pendidikan. Daftar Pustaka Hidayati, K., dkk. (2008). Implementasi Pembelajaran Matematika Berwawasan Lingkungan dengan Pendekatan Kooperatif Guna Mengembangkan Sikap Ramah Lingkungan dan Meningkatkan Hasil Belajar siswa. Pythagoras,4(1). http://journal.uny.ac.id/2015/01/20 Hobri. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jember : Center for Society Studies Hudojo, Herman. (2001). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri Malang. Rijal Wahid Muharram, Muhammad. (2012). Quantum Mathematic, Memahami Nilai-Nilai Matematika untuk Membangun Karakter Bangsa. Universitas Pendidikan Indonesia. Prosiding. http://eprints.uny.ac.id/8515/1/p%20% 2063.pdf/2013/05/10.