Pengaruh Perubahan Asumsi Makro Terhadap Defisit APBN Tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal penting dalam perpsektif kebijakan fiskal. Pada tahun 2013,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014

III. METODE PENELITIAN. dari mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

Subsidi dan Tata Kelola Keuangan Negara: Inefektif dan Manipulatif

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

TANTANGAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERAMALAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DALAM RAPBN TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa, hal ini disebabkan oleh pertambahan faktor -faktor yang berlaku.

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap

SURVEI PERSEPSI PASAR

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

Perkiraan Kondisi Ekonomi Makro Triwulan IV Perkiraan Tw. I Perkiraan Kondisi Ekonomi Realisasi

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

Transkripsi:

Pengaruh Perubahan Asumsi Makro Terhadap Defisit APBN Tahun 2014 1. Pendahuluan Estimasi asumsi makro dalam APBN merupakan agenda tahunan pemerintah sebagai bahan acuan untuk perjalanan roda pemerintahan, salah satu contoh meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai upaya meningkatkatkan kesejahteraan rakyat. Setiap tahunnya pemerintah bersama dengan DPR-RI membahas mengenai asumsi makro APBN dan rencana pendapatan, belanja, dan pembiayaan Negara. Pendapatan Negara terdiri dari penerimaan perpajakan dan bukn pepajakan, belanja Negara terdiri dari belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah, dan pembiayaan terdiri dari pembiayaan dalam negeri dan pembiayaan luar negeri. Kondisi saat ini antara pendapatan dan belanja Negara, Negara mengalami defisit, yang berarti pendapatan Negara lebih kecil dari belanja Negara. Defisit merupakan permasalahan Negara yang menjadi topik serius untuk penyelesaiannya. Negara dalam hal ini pemerintah melakukan pembiayaan baik pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan luar negeri untuk menutupi defisit Negara tersebut. Masalah ini merupakan maslah yang delimatis bagi pemerintah, karena roda pemerintahan harus tetap berjalan walaupun Negara mengalami defisit anggaran, oleh Karena itu pemerintah harus melakukan pembiayaan. Akan tetapi pemerintah harus berhati-hati terhadap pembiayaan karena pembiayaan juga bisa membawa dampak yang negative jika pemerintah tidak bisa membayarnya sehingga akan menimbulkan utang Negara. Defisit dipengaruhi oleh pendapatan dan belanja Negara, sedangkan pendapatan dipengaruhi oleh dasar asumsi makro sebagai acuan pemerintah untuk mengoptimalkan pendapatan negara. Berarti agar pemerintah bisa mengoptimalkan defisit (dalam hal ini menekan defisit) 1

maka pemerintah harus mengoptimalkan pendapatan Negara. Oleh karena itu, defisit juga sangat dipengaruhi oleh asumsi makro. Asumsi makro berperan penting sebagai pedoman negara mengoptimalkan pendapatan negara. Jika asumsi makro dilakukan perubahan maka defisit juag akan mengalami perubahan. Hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah agar perubahan asumsi makro yang akan dilakukan bisa signifikan dengan defisit negara. Sensitivitas Defisit APBN 2014 Terhadap Perubahan Asumsi Ekonomi Makro yaitu sebagi berikut : Table 1. Sensitivitas Defisit APBN 2014 Terhadap Perubahan Asumsi Ekonomi Makro 2014 Satuan Potensi No Uraian Perubahan Tambahan Asumsi Asumsi Defisit (triliun Rp) 1 Pertumbuhan -1 6,0 3,45 s.d. 5,59 Ekonomi (%) 2 Tingkat Inflasi (%) 0,1 5,5 Tidak langsung 3 Rata-rata nilai tukar 100 10500 0,95 s.d. 1,23 rupiah (Rp/USD) 4 Suku bunga SPN 3 0,25 5,5 0,01 s.d. 0,02 bulan (%) 5 ICP (USD/barel) 1 105 0,13 s.d. 0,32 6 Lifting minyak (ribu -10 870 1,68 s.d.1,93 barel/hari) 7 Lifting gas (ribu barel / hari setara minyak) -10 1240 0,98 s.d. 1,18 Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2014. Kondisi real pada triwulan I, asumsi makro dalam APBN tahun 2014 belum mendekati khususnya rata-rata nilai tukar rupiah (Rp/USD) mengalami kenaikan dari asumsi makro APBN 2014 sebesar 10500 menjadi sebesar 11847,27, berarti lebih tinggi sebesar 1347,27. Inflasi rata-rata pada triwulan I 2014 sebesar 7,76% lebih tinggi dari asumsi makro APBN 2014 sebsar 5,5%. Bps menyatakan pada triwulan I 2014 pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5,21% masih kurang 0,79% dari asumsi yang ditargetkan. Untuk minyak, menurut Kepala SKK Migas 2

Johanes Widjonarko produksi minya hanya bisa mencapai 804 (ribu barel/hari). Dengan demikian, besaran asumsi makro apbn 2014 perlu direvisi agar signifikan dengan kondisi sekarang. Selain itu, perubahan asumsi makro perlu juga memperhatikan pengaruh perubahan asumsi makro APBN 2014 terdapa defisit anggaran. Berikut diberikan bagan dari pengaruh asumsi dasar Ekonomi Makro terhadap APBN : Sumber : Kementrian Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Dari bagan di atas jelas bahwa asumsi ekonomi makro mempengaruhi dari defisit APBN karena pendapatan dan belanja negara dipengaruhi oleh sumsi makro. Oleh karena itu, perubahan asumsi makro dalam APBN perlu dikaji dengan baik, sehingga dalam kesempatan ini akan dibahas mengani pengaruh perubahan asumsi makro terhadap Defisit APBN 2014. 3

2. Pembahasan 2.1 APBN dan Defisit Anggaran Pendapatn dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana terstruktur pemerintah yang berhubungan dengan pendapatan dan belanja negara yang dibahas bersama dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Struktur APBN dari APBN tahun 2000 sudah menggunakan format I-account sebagai pengganti format sebelumnya yaitu T-account. Menurut Tim Penyusun Anggaran dari Kementerian Keuangan, penggunaan I-account terdapat beberapa keuntungan diantaranya adalah meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN, mempermudah pemantauan dalam pelaksanaan pengelolaan APBN, serta karena disesuaikan dengan Government Finance Statistic (GFS), yang merupakan standar internasional, maka memudahkan dalam analisa komparasi dengan APBN pada negara-negara lain, serta memudahkan pelaksanaan desentralisasi fiskal dan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jika dalam APBN, besaran Pendapatan Negara dan Hibah lebih besar dari besaran belanja negara, maka APBN dikatakan mengalami surplus, namun sebaliknya jika sebaliknya APBN dikatakan mengalami defisit. APBN dari tahun 2000 sampai APBN tahun 2014 selalu mengalami defisit. Menurut Rahardja dan Manurung (2004) defisit anggaran adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah (G>T). Anggaran yang defisit ini biasanya ditempuh bila pemerintah ingin menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam kondisi resesi. Tetapi pada umumnya defisit terjadi karena pendapatan dan hibah lebih kecil dari belanja negara. Menurut (Efendi, 2009) ada beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya defisit APBN yaitu sebagai berikut : 1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, untuk mempercepat pembangunan diperlukan investasi yang besar dan dana yang besar 4

pula. Apabila dana dalam negeri tidak mencukupi, biasanya negara melakukan pilihan dengan meminjam ke luar negeri untuk menghindari pembebanan warga negara apabila kekurangan itu ditutup melalui penarikan pajak. 2. Rendahnya daya beli masyarakat, masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia yang mempunyai pendapatan per kapita rendah, dikenal mempunyai daya beli yang rendah pula. Sedangkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan, harganya sangat tinggi karena sebagian produksinya mempunyai komponen impor, sehingga masyarakat yang berpendapatan rendah tidak mampu membeli barang dan jasa tersebut. Barang dan jasa tersebut misalnya listrik, sarana transportasi, BBM, dan lain sebagainya. Apabila dibiarkan saja menurut mekanisme pasar, barang-barang itu pasti tidak mungkin terjangkau oleh masyarakat dan mereka akan tetap terpuruk. Oleh karena itu, negara memerlukan pengeluaran untuk mensubsidi barang-barang tersebut agar masyarakat miskin bisa ikut menikmati. 3. Pemerataan pendapatan masyarakat, pengeluaran ekstra juga diperlukan dalam rangka menunjang pemerataan di seluruh wilayah. Indonesia yang mempunyai wilayah sangat luas dengan tingkat kemajuan yang berbeda-beda di masing-masing wilayah. Untuk mempertahankan kestabilan politik, persatuan dan kesatuan bangsa, negara harus mengeluarkan biaya untuk misalnya, pengeluaran subsidi transportasi ke wilayah yang miskin dan terpencil, agar masyarakat di wilayah itu dapat menikmati hasil pembangunan yang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang lebih maju. Kegiatan itu misalnya dengan memberi subsidi kepada pelayaran kapal perintis yang menghubungkan pulau-pulau yang terpencil, sehingga masyarakat mampu menjangkau wilayahwilayah lain dengan biaya yang sesuai dengan kemampuannya. 4. Melemahnya nilai tukar, Indonesia yang sejak tahun 1969 melakukan pinjaman luar negeri, mengalami masalah apabila ada gejolak nilai tukar setiap tahunnya. Masalah ini disebabkan karena 5

nilai pinjaman dihitung dengan valuta asing, sedangkan pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman dihitung dengan rupiah. Apabila nilai tukar rupiah menurun terhadap mata uang dollar AS,maka yang akan dibayarkan juga membengkak. Sebagai contoh APBN tahun 2000, disusun dengan asumsi kurs rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp. 7.100,-, dalam perjalanan tahun anggaran telah mencapai angka Rp. 11.000,- lebih per US$ 1.00. Apa artinya? Bahwa pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman yang diambil dari APBN bertambah, lebih dari apa yang dianggarkan semula. Pengeluaran Akibat Krisis Ekonomi Krisis ekonomi Indonesia yang terjadi tahun 1997 mengakibatkan meningkatnya pengangguran dari 34,5 juta orang pada tahun 1996, menjadi 47,9 juta orang pada tahun 1999.3 Sedangkan penerimaan pajak menurun, akibat menurunnya sektor-sektor ekonomi sebagai dampak krisis itu, padahal negara harus bertanggung jawab untuk menaikkan daya beli masyarakat yang tergolong miskin. Dalam hal ini negara terpaksa mengeluarkan dana ekstra untuk programprogram kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat terutama di wilayah pedesaan yang miskin itu. 5. Pengeluaran karena inflasi, penyusunan anggaran negara pada awal tahun, didasarkan menurut standar harga yang telah ditetapkan. Harga standar itu sendiri dalam perjalanan tahun anggaran, tidak dapat dijamin ketepatannya. Dengan kata lain, selama perjalanan tahun anggaran standar harga itu dapat meningkat tetapi jarang yang menurun. Apabila terjadi inflasi, dengan adanya kenaikan harga-harga itu berarti biaya pembangunan program juga akan meningkat, sedangkan anggarannya tetap sama. Semuanya ini akan berakibat pada menurunnya kuantitas dan kualitas program, sehingga anggaran negara perlu direvisi. Problem utama kelangsungan APBN adalah masih adanya defisit anggaran. Persoalannya adalah bagaimana dapat menjaga defisit anggaran pada tingkat yang aman sehingga defisit tersebut masih 6

dapat dicarikan pembiayaannya. Penjelasan Pasal 12 ayat 3 Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa defisit anggaran dibatasi maksimal sebesar 3 persen dan utang maksimal 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) (Kuncoro, 2011). 2.2 Pengaruh Perubahan Asumsi Makro Terhadap Defisit APBN Tahun 2014 Asumsi makro merupakan pedoman untuk menyusun postur APBN. Berarti asumsi makro mempengaruhi pendapatan dan belanja negara, lebih lanjut asumsi makro juga mempengaruhi defisit atau surplus APBN. Tetapi kondisi real sekarang asumsi makro mempengaruhi defisit karena APBN dalam kondisi defisit. Asumsi makro saat ini terdiri dari beberapa indikator yaitu : pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar US, suku bunga SPN 3 bulan, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia s Crude Price/ ICP), lifting minyak, dan lifting gas. Asumsi makro ini dibahas bersama dan disetujui oleh DPR dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi domestik maupun global agar asumsi yang digunakan dapat merepresentasikan kondisi perekonomian terkini. Dalam pelaksanaan APBN dengan asumsi makro yang sudah disetujui, rata-rata asumsi makro mengalami perubahan karena estimasi dari rencana asumsi makro yang diharapkan belum signifikan sehingga asumsi ekonomi makro perlu dilakukan perubahan agar APBN bisa berjalan dengan sehat dan sesuai dengan kondisi kekiknian. Ketidak signifikanan dari rencana asumsi makro merupakan hal yang wajar karena banyak faktor misalnya kebijakan The Fed menaikkan suku bunganya, maka berdampak juga terhadap asumsi makro SPN 3 bulan. Perubahan asumsi makro perlu mempertimbankan banyak hal yaitu pendapatan, belanja, defisit, dan pembiayaan. Dalam pembahasan ini akan lebih fokus pada pengaruh perubahan asumsi makro terhadap defisit. Perubahan asumsi bisa mengakibatkan penambahan defisit atau penurunan defisit APBN. 7

Dalam pembahasan ini, data yang digunakan adalah data tahunan APBN tahun 2001 sampai dengan APBN tahun 2013. Berikut data defisit dari tahun 2001-2013 : 250 Defisit ( Triliun) 224.186 200 190.1053 175.4 150 100 88.6188 84.3996 50 0 49.8438 40.485 35.109 29.1415 23.652 23.81 14.4082 4.1213 46.8457 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Berdasarkan uraian di atas, defisit dipengaruhi oleh asumsi makro. Namun perlu ditelaah lebih lanjut kesignifikanan dari asumsi makro tesebut terhadap defisit, karena jika dilihat dari postur pendapatan dan belanja negara maka inflasi, kurs, ICP, dan lifting minyak mempengaruhui keduanya, serta pertumbuhan ekonomi juga dipngaruhi juga oleh beberapa asumsi makro, salah satunya inflasi. Menurut tim penyusun anggaran Kementerian Keuangan dalam nota keuangan dan APBN 2014 menyatakan bahwa pengaruh perubahan tingkat inflasi terhadap defisit APBN cukup ditransmisikan melalui pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, dampak dari perubahan tingkat inflasi terhadap pos-pos APBN baik pada sisi pendapatan maupun belanja negara telah tercermin pada pertumbuhan ekonomi. Jadi jelas bahwa inflasi dalam pembahasan ini tidak diikutsertakan 8

sehingga akan dibahas pengruh asumsi makro (kecuali inflasi) terhadap defisit APBN 2014. 2.3 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah model ARCH. ARCH singkatan dari AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity. Model ini digunakan karena model regresi (OLS) mengahasilkan banyak nilai yang tidak signifikan dengan tingkat signifikan 5%. Jika tetap menggunakan analisis regresi (OLS) maka koefisien yang diperoleh tidak bersifat BLUE. Dalam model ARCH, varian residual data runtun waktu tidak hanya dipengaruhi oleh variabel independen, tetapi juga dipengaruhi oleh nilai residual variabel yang diteliti, serta model ini tidak jauh berbeda dengan model regresi. Model ARCH menggunakan dua persamaan sebagai berikut : Y 2 2 t a 0 a 1 X it t dan t b 0 b 1 t i ; i 1,2,3, Dengan Y t adalah variabel dependen, adalah residual, 2 t aadalah varias residual, Xit adalah variabel independen, 2 b1 t i adalah komponen ARCH. Jadi pengaruh perubahan asumsi makro terhadap defisit APBN dimodelkan sebagai berikut : Dengan : Y t 0 1 X 1t 2 X 2t 3 X 3t 4 X 4t 5 X 5t 6 X 6t (1) adalah kurs, adalah ICP, dan Y t adalah defisit (triliun), X 1t adalah pertumbuhan, X2t X 3t adalah SPN 3 bulan, X 4t adalah lifting minyak, X 5t X6t adalah lifting gas. Karena data kurang dari 30 data dan data rata-rata tidak berdistribusi normal maka dita ditransformasi menggunakan logaritma natural (Ln) sehingga diperoleh model sebagai berikut : lny t ln 0 1 ln X 1t 2 ln X 2t 3 ln X 3t 4 ln X 4t 5 ln X 5t 6 ln X 6t (2) 2.4 Analisis Data Data yang digunakan adalah data tahunan dari APBN tahun 2001 sampai dengan APBN tahun 2013. Pertama akan diestimasi dari semua 9

asumsi makro terhadap defisit APBN kecuali inflasi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa inflasi mempengaruhi defisit tidak secara langsung namun tercover dalam pertumbuhan ekonomi. dari analisis data berdasarkan persamaan (2) diperoleh data yang tidak signifikan yaitu kurs dan ICP. Hal ini menunjukkan bahwa kurs dan ICP tidak mempengaruhi defisit secara langsung, namun kurs dan icp mempengaruhi defisit melalui petumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi dihitung dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Kurs dalam realnya bisa masuk di semua sektor PDB yaitu pendekatan poduksi, pendekatan penggunaan, dan pendekatan pendapatan, untuk ICP masuk dalam PDB pendekatan pendapatan. Lebih lanjut Jadi model (2) dirubah menjadi : lnyt ln 0 1 ln X1 t 3ln X3 t 4 ln X4 t 6 ln X6 t (3) Hasil perhitungan dari persamaan (3) masih juga memliki beberapa variabel yang tidak signifikan yaitu pertumbuhan ekonomi. Namun hal tidak realistis dengan kondisi sebanarnya karena pertumbuhan ekonomi memiliki peranan penting dalam pendapatan. Oleh karena itu persamaan (3) perlu dipertimbangkan lagi. Dalam Pengaruh Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan karekteristik komponen jelas bahwa pendapatan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, sedangkan defisit dipengaruhi oleh pendapatan. Dari persamaan (3) untuk lifting gas dan berdasarkan perhitungan PDB, maka lifting gas masuk dalam PDB dengan pendekatan produksi. Jadi lifting gas secara langsung mempengaruhi PDB, dengan demikian lifting gas tidak mempengaruhi defisit secara lagsung, namun lifting gas mempengaruhi defisit melalui pertumbuhan ekonomi. Jadi persamaan (3) menjadi : lnyt ln 0 1 ln X1 t 3ln X3 t 4 ln X4 t (4) Perhitungan dari persamaan (4) menunjukkan bahwa lifting minyak juga tidak signifikan mempengaruhi defisit dan koefisiennya juga tidak 10

realistis yaitu memiliki hubungan yang positif dengan defisit. Berikut persamaannya : lnyt - 3.007585799-2.460614645ln X1 t - 3.084378402ln X3 t 2.542192983ln X4 t Dengan signifikan sebagai berikut : ln 1t : 0.0008 ln 3t : 0.0000 ln 4t : 0.1003 Berarti dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa lifting minyak naik maka defisit juga akan naik. Hal ini jelas tidak realistis dengan kondisi yang sebenarnya karena seharusnya jika lifting minyak naik maka defisit akan turun. Berdasarkan komponen pendapatan, lifting minyak masuk juga dalam pertumbuhan ekonomi karena lifting minyak masuk dalam PDB pendekatan produksi. Dengan demikian lifting minyak tidak mempengaruhi defisit secara langsung, namun mempengaruhui defisit melalui pertumbuhan ekonomi. Sehingga persamaan (4) menjadi : lnyt ln 0 1 ln X1 t 3 ln X3 t (5) Dari perhitungan persamaan (5) diperoleh model ARCH(1,1): lnyt 16.2-3.7ln X1 t- 2.8ln X3 t (6) Model (6) merupakan model terbaik dari analisis data yang sudah dilakukan dengan signifikan sebagai berikut : ln X 1t = PERTUMBUHANLN : 0.0000 ln X 3t = SPNLN : 0.0000 ln 0 : 0.00000 Persamaan (6) menunjukkan bahwa jika pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1% maka defisit akan turun sebesar 3.7% dan jika SPN 3 bulan naik 1% maka defisit akan turun sebesar 2.7%, dan sebaliknya. Untuk 11

SPN 3 bulan perlu banyak pertimbangan, karena semakin banyak negara mendapat pendapatan dari penjualan SPN 3 bulan maka negara juga akan terbebani dengan pemyaran bunga atas SPN 3 bulan. Dengan demikian langkah yang tepat dilakukan yaitu harus menaikkan asumsi makro dari pertumbuhan ekonomi, karena dengan naiknya pertumbuhan ekonomi maka pendapatan negara juga akan naik. 2.5 Simulasi Perubahan Asumsi Makro Terhadap Defisit APBN 2014 Persamaan yang digunakan adalah persamaan (6) yaitu : lnyt 16.2-3.7ln X1 t- 2.8ln X3 t Untuk APBN 2014 pemerintah sudah memproyeksikan pertumbuhan ekononomi sebesar 6% dan tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5.5%, dan defisit sebesar 175.4 triliun. Dengan asumsi makro APBN 2014 tersebut akan diperoyeksikan besarnya defisit APBN 2014 menggunakan persamaan (6) yaitu sebagi berikut : lny2014 16.2-3.7ln X 1(2014) - 2.8ln X 3(2014) 2014 lny 16.2-3.7ln 6-2.8ln 5.5 2014 lny 16.2-3.7 1.791759469-2.8 1.704748092 lny2014 16.2-3.7 1.791759469-2.8 1.704748092 lny2014 16.2-6.62955100353-4.7732946576 lny2014 4.797 4.797 lny2014 ln e 4.797 Y2014 e 121.1464 Jadi diperoleh defisit APBN 2014 sebesar 121.1464 triliun dengan pertumbuhan ekonomi 6% dan suku bunga SPN 3 bulan 5.5%. Proyeksi persamaan (6) selisih sebesar 54.25357 triliun dengan defisit yang diperoyeksikan dengan pemerintah, namun angka defisit 175.4 triliun juga masih sebuah proyeksi belum angka real yang terjadi. Jika kita menginginkan proyeksi sama APBN 2014 maka penambahan koefisien konstanta sebesar 0.369873774, jadi persamaan (6) menjadi : lny2014 16.56987377-3.7ln X 1(2014) - 2.8ln X 3(2014) (7) 12

2014 lny 16.56987377-3.7ln 6-2.8ln 5.5 5.167069076 5.167069076 Y2014 e 175.4 Jadi selisih koefisien konstanta sebesar 0.369873774. Berikut diberikan simulasi defisit APBN 2014 dengan persamaan (6) dan persamaan (7). Tebel Simulasi Defisit APBN Tahun 2014 Asumsi Makro Defisit Defisit Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) SPN 3 bulan (%) (Triliun) Persaman 6 (Triliun) Persaman 7 APBN 2014 6 5.5 121.1464 175.4 2014 Triwulan I 5.21 5.91 167.0422 241.8022 Simulasi 1 5.5 5.5 167.1911 242.0178 Simulasi 2 5.5 6 189.6878 189.6878 Simulasi 3 6 6 94.97023 137.4743 Simulasi 4 6.21 5.5 106.6881 154.4366 Simuasi 5 6 5.91 99.07545 143.4168 Berdasarkan beberapa simulasi di atas, Pada triwulan 1 2014 pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5.21% sedangkan SPN 3 bulan sebesar 5.91% sudah melebihi asumsi sebesar 5.5%, damapak dari hal tersebut defisit APBN menagalami kenaikan baik dari persamaan (6) maupun persamaan (7). Dari simulasi 1 dan 2 masih mengalami kenaikan defisit, dan simulasi 3 dan 4 mengalami penurunan defisit. Dengan demikian setidaknya simulasi 3, 4, dan 5 adalah suatu langkah yang optimal untuk menurunkan defisit. Untuk suku bunga SPN 3 bulan yang realistis pada triwulan 1 adalah berkisar 6%, dan pertumbuhan ekonomi harus terus ditingkatkan agar bisa menurunkan defisit. Posisi pertumbuhan ekonomi saat masih masih berpeluang untuk tumbuh. 13

3. Penutup 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahsan yang sudah dilakukan maka dapat diambil beberpa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Asumsi makro memiliki pengaruh terhdap defisit APBN tahun 2014 baik pengaruh secara lansung maupun secara tidak langsung. Dari hasil analisis data, asumsi makro pertumbuhan ekonomi dan SPN 3 bulan yang memiliki pengaruh langsung dengan defisit APBN, sedangkan inflasi, kurs, lifting minyak, lifting gas, dan ICP memiliki pengaruh tidak langsung terhadap APBN. Asumsi makro tersebut mempengaruhui defisit APBN melalui pertumbuhan ekonomi. 2. Pertumbuahan ekonomi dan SPN 3 bulan memilki pengaruh yang negative terhadap defisit APBN. jika pertumbuhan ekonomi naik 1% maka defisit akan turun 3.7%, dan berlaku sebaliknya. jika SPN 3 bulan naik 1% maka defisit akan turun 2.8% dan berlaku sebaliknya. 3. Langkah yang optimal untuk menurunkan defisit APBN yaitu menaikkan pertumbuhan ekonomi dan SPN 3 bulan. Namun SPN 3 bulan memilki dampak teradap belanja negara karena semakin tinggi tingkat suku bunga SPN 3 bulan maka negara akan terbebani dengan pemabayaran bunga atas SPN 3 bulan. 4. Simulasi 3,4, dan 5 merupakan bebrapa langkah untuk menurunkan defisit. Simulasi yang sesuai dengan kondisi sekarang yaitu simulasi 5 karena saat ini rata-rata SPN 3 bulan sebesar 5.91% dan pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5.21%. Berarti untuk menurunkan defisit yaitu melakukan langkah agar pertumbuhan ekonimi naik, lebih bagus lagi jika pertumbuhan ekonomi bisa di atas 6%. Hal ini akan lebih menurunkan defisit APBN tahun 2014. 14

4.2 Saran Penulis menyarankan kepada pemerintah untuk berupaya menaikkan pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap defisit APBN. Jika pertumbuhan ekonnomi naik maka dfisit akan turun, namun sebaliknya jika pertumbuhan ekonomi turun maka defisit akan naik. 15