NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1

2 NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan Asumsi Dasar Perubahan Kebijakan APBN Pokok-Pokok Perubahan Postur APBN... Halaman i iii iv vi I-1 I-2 I-3 I-4 BAB II PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 2.1 Umum Perekonomian Global Pertumbuhan Ekonomi Volume Perdagangan Dunia Harga Minyak Dunia dan Inflasi Global Likuiditas Global Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Nilai Tukar Rupiah Suku Bunga SPN 3 Bulan Harga Minyak Mentah Indonesia Lifting Minyak Neraca Pembayaran... BAB III PERUBAHAN PENDAPATAN NEGARA DAN PENERIMAAN HIBAH 3.1 Pendahuluan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Penerimaan Dalam Negeri... II-1 II-2 II-2 II-6 II-7 II-7 II-9 II-11 II-12 II-18 II-20 II-21 II-23 II-24 II-24 III-1 III-1 III-2 i

4 Daftar Isi Halaman Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan Penerimaan Perpajakan Penerimaan Perpajakkan Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan PNBP Penerimaan Negara Bukan Pajak Penerimaan Hibah Tahun BAB IV PERUBAHAN BELANJA NEGARA 4.1 Pendahuluan Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis Perubahan Anggaran Pendidikan Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Perubahan Transfer ke Daerah... BAB V PERUBAHAN DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN 5.1 Pendahuluan Defisit dan Pembiayaan Anggaran Pembiayaan Nonutang Perbankan Dalam Negeri Nonperbankan Dalam Negeri Dana Investasi Pemerintah dan Penyertaan Modal Negara (PMN) Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN) Pembiayaan Utang Surat Berharga Negara (Neto) Pembiayaan Pinjaman Luar Negeri (Neto) Pembiayaan Pinjaman Dalam Negeri (Neto) Pembiayaan Melalui Pinjaman Siaga Risiko Fiskal Analisis Sensitivitas Defisit APBN Terhadap Perubahan Asumsi Ekonomi Makro... III-2 III-5 III-11 III-11 III-15 IV-1 IV-3 IV-4 IV-10 IV-13 IV-14 IV-39 IV-40 V-1 V-2 V-2 V-3 V-3 V-4 V-10 V-10 V-12 V-13 V-16 V-16 V-17 V-17 ii

5 Daftar Tabel Tabel I.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tabel I.2 Ringkasan APBN dan APBN-P Tabel II.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tabel II.2 PDB Menurut Sektoral Tahun Tabel II.3 Pertumbuhan PDB Pengeluaran dan Sektoral Tahun Tabel II.4 Perkembangan Suku Bunga SPN 3 Bulan... Tabel II.5 Neraca Pembayaran Indonesia, Tabel III.1 Pendapatan Negara dan Hibah, 2011 dan Tabel III.2 Pajak Ditanggung Pemerintah (DPT), Tabel III.3 Penerimaan Perpajakan, 2011 dan Tabel III.4 Penerimaan PPh Non Migas Sektoral, 2011 dan Tabel III.5 Penerimaan PPN Dalam Negeri Sektoral, 2011 dan Tabel III.6 Penerimaan PPN Impor Sektoral, 2011 dan Tabel III.7 Perkembangan PNBP Tahun Tabel IV.1 Belanja Negara, Tabel IV.2 Belanja Negara, Tabel IV.3 Subsidi Tabel IV.4 Perubahan Belanja Kementerian Negara/Lembaga, 2012 Tabel IV.5 Transfer Ke Daerah, Tabel V.1 Pembiayaan Nonutang APBN 2012 dan RAPBN-P Tabel V.2 Pembiayaan Utang APBN dan APBN-P Tabel V.3 Rincian Penerusan Pinjaman APBN dan APBN-P Tabel V.4 Selisih Antara Asumsi Ekonomi Makro dan Realisasinya.. Tabel V.5 DAFTAR TABEL Sensitivitas Defisit APBN-P 2012 Terhadap Perubahan Asumsi Ekonomi Makro... Halaman I-3 I-5 II-12 II-15 II-17 II-22 II-26 III-2 III-5 III-6 III-7 III-8 III-9 III-12 IV-3 IV-4 IV-7 IV-15 IV-42 V-3 V-11 V-14 V-17 V-19 iii

6 Daftar Grafik Grafik II.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara Kawasan Asia... Grafik II.2 Pertumbuhan Ekonomi Global... Grafik II.3 Perkiraan Laju Perekonomian Grafik II.4 Perkiraan Pertumbuhan Volume Perdagangan Dunia 2012 Grafik II.5 Pertumbuhan Volume Perdagangan Dunia, Grafik II.6 Perkembangan Harga Komoditas Dunia... Grafik II.7 Pertumbuhan PDB... Grafik II.8 Sumber Pertumbuhan PDB Grafik II.9 Laju Inflasi, Grafik II.10 Nilai Tukar Rupiah dan Cadangan Devisa... Grafik II.11 Perkembangan SPN 3 Bulan Tahun Grafik II.12 Perkembangan Permintaan, Penawaran, dan Harga Minyak Mentah Dunia, Grafik II.13 Perkembangan Lifting Minyak... Grafik III.1 Penerimaan Perpajakan Grafik III.2 Target Penerimaan PPH Migas, Grafik III.3 Target Penerimaan PPH Non Migas, Grafik III.4 Penerimaan PPN Dan PPnBM, Grafik III.5 Target Penerimaan PBB, Grafik III.6 Target Penerimaan Cukai, Grafik III.7 Target Penerimaan Pajak Lainnya, Grafik III.8 Target Penerimaan Bea Masuk, Grafik III.9 Target Penerimaan Bea Keluar, Grafik III.10 Penerimaan SDA Migas, Grafik III.11 Penerimaan SDA Non Migas, Grafik III.12 DAFTAR GRAFIK Penerimaan Bagian Pemerintah Atas Laba BUMN, Grafik III.13 PNBP Lainnya, Grafik III.14 Pendapatan BLU, Halaman II-5 II-6 II-6 II-6 II-6 II-7 II-13 II-14 II-18 II-20 II-21 II-24 II-24 III-6 III-7 III-7 III-8 III-10 III-10 III-10 III-11 III-11 III-12 III-13 III-14 III-14 III-15 iv

7 Daftar Grafik Halaman Grafik III.15 Hibah, Grafik V.1 Grafik V.2 Grafik V.3 Grafik V.4 Pembiayaan Defisit Anggaran APBN 2012 dan APBN-P Dana Investasi Pemerintah, PMN dan Dana Bergulir APBN 2012 dan RAPBN-P Penyertaan Modal Negara Kepada BUMN APBN 2012 dan RAPBN-P Penyertaan Modal Negara Kepada LKI APBN 2012 dan RAPBN-P Grafik V.5 Dana Bergulir APBN 2012 dan APBN-P Grafik V.6 Pinjaman Luar Negeri APBN dan APBN-P III-15 V-2 V-4 V-5 V-6 V-9 V-15 v

8 Daftar Boks DAFTAR BOKS Halaman Boks IV.1 Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM IV-12 vi

9 Pendahuluan Bab I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam paruh kedua tahun 2011 hingga memasuki tahun 2012, perkembangan berbagai faktor eksternal seperti pertumbuhan ekonomi global dan harga minyak mentah di pasar internasional, telah menyebabkan beberapa indikator ekonomi makro terutama harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan nilai tukar berbeda cukup signifikan dari asumsi yang digunakan dalam APBN Berbagai perkembangan tersebut diperkirakan memberikan tekanan yang sangat berat terhadap pelaksanaan APBN Terdapat empat faktor utama yang mempunyai dampak yang cukup signifikan terhadap postur APBN Pertama, kondisi perekonomian global diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari krisis utang dan fiskal di Eropa. Kondisi ini di samping akan membawa dampak pada neraca pembayaran, diperkirakan juga akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kedua, kecenderungan naiknya harga minyak mentah di pasar dunia yang sangat tinggi (jauh di atas asumsi harga minyak yang digunakan dalam penyusunan APBN). Hal ini akan berdampak secara signifikan terhadap APBN, karena meningkatnya beban subsidi BBM dan listrik secara tajam. Ketiga, adanya kecenderungan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, sebagai akibat dari ketidakpastian penyelesaian krisis global, akan berpengaruh cukup signifikan terhadap berbagai besaran APBN. Keempat, lifting minyak yang diperkirakan hanya akan mencapai 930 ribu barel per hari (lebih rendah dari asumsi lifting dalam APBN 2012 sebesar 950 ribu barel per hari) akan berdampak pada penurunan penerimaan dari sektor migas. Selain berkaitan dengan perubahan asumsi dasar ekonomi makro, pelaksanaan APBN 2012 juga dipengaruhi oleh perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal. Di sisi pendapatan, perubahan kebijakan terkait dengan upaya pencapaian target penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Di sisi belanja, perlu dilakukan langkah-langkah transformasi fiskal dan efisiensi belanja, antara lain melalui kebijakan pengendalian subsidi BBM dan subsidi listrik, disertai dengan program kompensasi, pemotongan belanja kementerian negara/ lembaga (K/L) non-modal, serta pemanfaatan SAL untuk stimulasi ekonomi melalui tambahan belanja infrastruktur. Berbagai perubahan tersebut diperkirakan mengakibatkan defisit anggaran meningkat dari 1,53 persen terhadap PDB menjadi 2,23 persen terhadap PDB, dan membawa konsekuensi diperlukannya tambahan pembiayaan anggaran. Perkembangan berbagai asumsi dasar ekonomi makro yang berubah dari perkiraan semula, dan dampaknya yang cukup signifikan terhadap APBN 2012, serta langkah-langkah kebijakan pengurangan subsidi energi dan pemanfaatan SAL tersebut, menjadi latar belakang utama perlunya pengajuan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun 2012, lebih cepat dari jadwal regular, yang biasanya dilakukan setelah penyampaian laporan pelaksanaan APBN hingga Semester I. Perubahan APBN 2012 dilakukan secara menyeluruh guna menampung seluruh perubahan dalam pendapatan, belanja, serta defisit dan pembiayaan anggaran, yang terjadi baik karena perubahan asumsi makro, maupun untuk Nota Keuangan dan APBN-P 2012 I-1

10 Bab I Pendahuluan menampung tambahan belanja prioritas yang belum terakomodasi dalam Undang-Undang APBN APBN-P 2012 merupakan paket kebijakan yang komprehensif dan terintegrasi yang bertujuan untuk: (a) menjaga sustainabilitas fiskal (fiscal sustainability); (b) memperbaiki efisiensi ekonomi; (c) meningkatkan investasi untuk menstimulasi ekonomi; (d) menjaga daya beli masyarakat; dan (e) meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dasar hukum dari perubahan terhadap APBN 2012 adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 27 ayat (3), Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD pasal 156, dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang APBN Tahun Anggaran 2012 pasal 42 ayat (1), yang menyatakan bahwa penyesuaian APBN Tahun Anggaran 2012 dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan Pemerintah dalam rangka penyusunan perkiraan perubahan atas APBN Tahun Anggaran 2012, apabila terjadi: a. perkiraan perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN Tahun Anggaran 2012; b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal; c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarprogram, dan/atau antarjenis belanja; dan/atau d. keadaan yang menyebabkan SAL tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran tahun berjalan Perubahan Asumsi Dasar Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang APBN 2012, asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan sebagai basis perhitungan postur APBN adalah sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi 6,7 persen, inflasi 5,3 persen, rata-rata nilai tukar rupiah Rp8.800 per dolar Amerika Serikat, rata-rata suku bunga SPN 3 bulan 6,0 persen, rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) USD90 per barel, dan ratarata lifting minyak 950 ribu barel per hari. Mengacu pada perkembangan kondisi terkini, asumsi dasar ekonomi makro tahun 2012 diperkirakan mengalami penyesuaian sebagai berikut: a. Pertumbuhan ekonomi Meskipun fundamental ekonomi domestik cukup baik, dan didukung dengan rencana pemanfaatan SAL untuk tambahan belanja infrastruktur, namun tekanan dari perlambatan ekonomi dunia dan dampak inflationary kebijakan di bidang energi diperkirakan cukup signifikan, sehingga pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mengalami koreksi menjadi sebesar 6,5 persen. b. Laju inflasi Laju inflasi tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dari asumsi semula sebesar 5,3 persen menjadi sekitar 6,8 persen. Hal ini terkait dengan risiko naiknya inflasi dari impor (imported inflation) dari negara-negara mitra dagang Indonesia, serta kebijakan harga yang ditetapkan Pemerintah. I-2 Nota Keuangan dan APBN-P 2012

11 Pendahuluan Bab I c. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat Masih tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis utang di Eropa menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan akan melemah dari asumsi APBN 2012, yaitu dari Rp8.800/USD menjadi Rp9.000/USD. d. Suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan Suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan mencapai sebesar 5,0 persen, lebih rendah dari asumsi awal APBN 2012 sebesar 6,0 persen. Hal ini didasari pertimbangan rendahnya suku bunga SPN 3 bulan hasil lelang periode sebelumnya, dan kondisi pasar uang terkini. e. Harga minyak mentah Indonesia Seiring dengan tren pergerakan harga minyak internasional yang diprediksi akan meningkat, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada tahun 2012 diperkirakan mengalami peningkatan hingga mencapai USD105,0 per barel, atau naik USD15,0 per barel (16,7 persen) bila dibandingkan dengan rata-rata harga minyak ICP yang diasumsikan dalam APBN 2012 sebesar USD90,0 per barel. f. Lifting minyak Dengan mempertimbangkan pencapaian target lifting pada tahun 2011 yang hanya mencapai 898 ribu barel per hari, lifting minyak mentah dalam APBN tahun 2012 diperkirakan turun dari asumsi semula sebesar 950 ribu barel per hari menjadi hanya sebesar 930 ribu barel per hari. Hal ini dikarenakan adanya berbagai kendala, antara lain penurunan produksi alamiah dari sumur-sumur minyak yang sudah tua dan kegiatan investasi bidang perminyakan yang belum mampu meningkatkan produksi minyak. Rincian asumsi dasar ekonomi makro tahun 2012 disajikan dalam Tabel I.1. TABEL I.1 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 2012 URAIAN APBN APBN-P - Pertumbuhan ekonomi (%) yoy 6,7 6,5 - Inflasi (%) yoy 5,3 6,8 - Suku bunga SPN 3 bulan (%) 6,0 5,0 - Nilai tukar (Rp/USD1) 8.800, ,0 - Harga minyak (USD/barel) 90,0 105,0 - Lifting minyak (ribu barel per hari) 950,0 930,0 Sumber: Kementerian Keuangan Perubahan Kebijakan APBN Perubahan APBN 2012 dilakukan secara menyeluruh guna menampung seluruh perubahan dalam pendapatan negara dan hibah, belanja negara, serta defisit dan pembiayaan anggaran. Selain menampung perubahan indikator ekonomi makro dalam tahun 2012 agar berbagai Nota Keuangan dan APBN-P 2012 I-3

12 Bab I Pendahuluan besaran APBN-P menjadi lebih realistis dan dapat dilaksanakan secara baik, perubahan APBN 2012 juga dimaksudkan untuk mengakomodir perubahan-perubahan kebijakan dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN Perubahan kebijakan fiskal dan langkah-langkah antisipatif dalam perubahan APBN 2012 meliputi antara lain: 1. Penambahan dana infrastruktur dan kebutuhan mendesak, yang dibiayai dari pemanfaatan saldo anggaran lebih (SAL). Pembangunan infrastruktur difokuskan pada infrastruktur konektivitas Indonesia bagian timur, serta infrastruktur pendukung domestic connectivity dan koridor ekonomi. 2. Kebijakan perubahan besaran subsidi, yang disertai dengan program kompensaasi perubahan besaran subsidi. 3. Dalam rangka sharing burden, pemotongan belanja kementerian negara/lembaga nonmodal. Pemotongan dilakukan pada komponen-komponen belanja pegawai dan belanja barang yang tidak memengaruhi output dan outcome. 4. Perluasan defisit anggaran, yang ditutup dengan penerbitan surat berharga negara dan tambahan pemanfaatan SAL. Hal ini diperlukan untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional, di tengah-tengah kondisi ekonomi global yang diperkirakan mengalami perlambatan. Langkah-langkah kebijakan di atas, disertai dengan optimalisasi pendapatan negara, utamanya melalui peningkatan penerimaan negara bukan pajak. 1.2 Pokok-pokok Perubahan Postur APBN Sebagai akibat perubahan asumsi dasar ekonomi makro dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dalam APBN-P 2012, pendapatan negara dan hibah diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar, atau mengalami peningkatan sebesar Rp46.818,4 miliar (3,6 persen), dari yang semula direncanakan dalam APBN tahun 2012 sebesar Rp ,7 miliar. Peningkatan pendapatan negara tersebut berasal dari peningkatan PNBP sebesar Rp63.151,2 miliar (22,7 persen), dari target semula sebesar Rp ,4 miliar dalam APBN 2012 menjadi Rp ,6 miliar. Di lain pihak, penerimaan perpajakan diperkirakan mengalami penurunan Rp16.332,9 miliar (1,6 persen) dari rencana semula Rp ,2 miliar dalam APBN tahun 2012 menjadi Rp ,3 miliar. Selanjutnya, penerimaan hibah diperkirakan sama dengan target APBN 2012 sebesar Rp825,1 miliar (lihat Tabel I.2). Sementara itu, anggaran belanja negara dalam APBN-P tahun 2012 direncanakan mengalami perubahan dari pagu semula sebesar Rp ,7 miliar dalam APBN tahun 2012 menjadi Rp ,4 miliar atau mengalami peningkatan Rp ,7 miliar (7,9 persen). Perubahan anggaran belanja negara tersebut berasal dari perubahan anggaran belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. Belanja pemerintah pusat direncanakan mengalami perubahan menjadi Rp ,4 miliar, meningkat sebesar Rp ,2 miliar (10,8 persen) dari pagu semula dalam APBN 2012 sebesar Rp ,3 miliar. Transfer ke I-4 Nota Keuangan dan APBN-P 2012

13 Pendahuluan Bab I daerah diperkirakan mengalami perubahan dari Rp ,5 miliar dalam APBN tahun 2012 menjadi Rp ,9 miliar, yang berarti mengalami peningkatan Rp8.366,5 miliar atau sekitar 1,8 persen. TABEL I.2 RINGKASAN APBN DAN APBN-P 2012 (miliar rupiah) URAIAN APBN APBN-P Selisih thd APBN A. Pendapatan Negara dan Hibah , , ,4 I. Penerimaan Dalam Negeri , , ,4 1. Penerimaan Perpajakan , ,3 (16.332,9) 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak , , ,2 II. Penerimaan Hibah 825,1 825,1 0,0 B. Belanja Negara , , ,6 I. Belanja Pemerintah Pusat , , ,2 A. Belanja K/L , , ,0 B. Belanja Non K/L , , ,2 a.l a. Pembayaran Bunga Utang , ,4 (4.432,2) b. Subsidi , , ,1 1) Subsidi Energi , , ,4 - BBM, LPG, & BBN , , ,1 - Listrik , , ,2 2) Subsidi Non Energi , , ,7 a.l. Pangan , , ,2 c. Belanja Lain-Lain , , ,3 a.l. Kompensasi Pengurangan Subsidi Energi 0, , ,1 II. Transfer ke Daerah , , ,5 1. Dana Perimbangan , , ,5 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian , ,9 (0,0) C. Keseimbangan Primer (1.802,4) (72.319,9) (70.517,5) D. Surplus/(Defisit) Anggaran (A-B) ( ,0) ( ,3) (66.085,3) % Defisit Terhadap PDB (1,53) (2,23) (0,70) E. Pembiayaan (I + II) , , ,3 I. Pembiayaan Dalam Negeri , , ,7 1. Perbankan dalam negeri 8.947, , ,6 a.l. SAL 5.056, , ,9 2. Non-perbankan dalam negeri , , ,1 a.l. Surat Berharga Negara , , ,0 Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (1.000,0) (7.000,0) (6.000,0) II. Pembiayaan Luar Negeri (Neto) (1.892,3) (4.425,7) (2.533,4) Sumber: Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan APBN-P 2012 I-5

14 Bab I Pendahuluan Dengan rencana peningkatan pendapatan negara dan hibah sebesar Rp46.818,4 miliar (3,6 persen) yang disertai dengan peningkatan belanja negara sebesar Rp ,7 miliar (7,9 persen), maka sebagai konsekuensinya, defisit anggaran akan meningkat sebesar Rp66.085,3 miliar, dari yang diperkirakan sebelumnya sebesar Rp ,0 miliar (1,53 persen terhadap PDB), menjadi Rp ,3 miliar (2,23 persen terhadap PDB). Peningkatan defisit anggaran dalam APBN-P 2012 direncanakan akan dibiayai dari peningkatan pembiayaan dalam negeri sebesar Rp68.618,7 miliar, dari rencana semula sebesar Rp ,3 miliar dalam APBN 2012 menjadi sebesar Rp ,0 miliar, sedangkan pembiayaan luar negeri neto akan mengalami perubahan minus Rp2.533,4 miliar, dari sebesar minus Rp1.892,3 miliar menjadi sebesar minus Rp4.425,7 miliar. Perubahan rencana pembiayaan dalam negeri pada tahun 2012 tersebut terutama berasal dari: (a) peningkatan pemanfaatan dana saldo anggaran lebih (SAL) sebesar Rp51.116,9 miliar, dari rencana semula sebesar Rp5.056,8 miliar menjadi Rp56.173,7 miliar; (b) penambahan penerbitan surat berharga negara neto sebesar Rp25.000,0 miliar, dari rencana awal sebesar Rp ,7 miliar menjadi Rp ,7 miliar; dan (c) penambahan dana pengembangan pendidikan nasional sebesar Rp6.000,0 miliar, dari Rp1.000,0 miliar menjadi Rp7.000,0 miliar. I-6 Nota Keuangan dan APBN-P 2012

15 Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Bab III BAB III PERUBAHAN PENDAPATAN NEGARA DAN PENERIMAAN HIBAH 3.1 Pendahuluan Perkembangan pendapatan negara dan hibah tahun 2012 sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian global dan domestik, terutama berkaitan dengan perlambatan aktivitas ekonomi dunia, kecenderungan naiknya harga minyak, melemahnya nilai tukar, dan kemungkinan tidak tercapainya asumsi lifting minyak. Selain itu, proyeksi pendapatan negara dan hibah tahun 2012 juga dipengaruhi oleh realisasi beberapa pos penerimaan APBN-P 2011 yang mengalami pergeseran dari targetnya. Dalam tahun 2011, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp ,2 miliar atau 103,3 persen dari target APBN-P 2011, dengan perincian penerimaan perpajakan mencapai Rp ,4 miliar atau 99,5 persen, sedangkan PNBP mencapai Rp ,2 miliar atau 115,3 persen. Pencapaian realisasi tersebut menyebabkan basis perhitungan proyeksi penerimaan perpajakan dan PNBP perlu disesuaikan. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, pendapatan negara dan hibah dalam APBN-P 2012 diperkirakan mencapai sebesar Rp ,0 miliar, naik 3,6 persen bila dibandingkan dengan target APBN 2012 sebesar Rp ,7 miliar. Apabila dibandingkan dengan realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2011 yang mencapai Rp ,2 miliar, proyeksi pendapatan negara dan hibah dalam APBN-P 2012 tersebut berarti naik 12,3 persen. 3.2 Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Pendapatan negara dan hibah dalam tahun 2012, selain dipengaruhi oleh perkembangan asumsi dasar ekonomi makro, juga berkaitan dengan langkah-langkah kebijakan yang diambil Pemerintah. Perubahan asumsi dasar ekonomi makro tahun 2012 sesuai dengan perkembangan indikator ekonomi makro terkini dan prospeknya ke depan, seperti pertumbuhan ekonomi yang berubah dari 6,7 persen menjadi 6,5 persen, harga minyak dari USD90 per barel menjadi USD105 per barel, nilai tukar rupiah dari Rp8.800 per USD menjadi Rp9.000 per USD, dan lifting minyak dari 950 ribu barel per hari menjadi 930 ribu barel per hari, menyebabkan sasaran pendapatan negara dalam APBN 2012 diperkirakan menjadi berubah. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, proyeksi pendapatan negara dan hibah dalam APBN-P 2012 direncanakan sebesar Rp ,0 miliar, terdiri atas proyeksi penerimaan dalam negeri sebesar Rp ,9 miliar dan proyeksi penerimaan hibah sebesar Rp825,1 miliar. Apabila dibandingkan dengan targetnya dalam APBN 2012 yang mencapai Rp ,7 miliar, jumlah tersebut menunjukkan kenaikan sebesar Rp46.818,3 miliar atau Nota Keuangan dan APBN-P 2012 III-1

16 Bab III Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah 3,6 persen. Sementara itu, apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2011, target pendapatan negara dan hibah dalam APBN-P 2012 tersebut mengalami kenaikan Rp ,8 miliar atau 12,3 persen. Perkembangan pendapatan negara dan penerimaan hibah dalam tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada Tabel III.1. Uraian TABEL III.1 PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, 2011 dan 2012 (miliar rupiah) APBN-P LKPP Unaudited % thd. APBN-P APBN APBN-P % thd. APBN A. Penerimaan Dalam Negeri , ,6 103, , ,0 103,6 1. Penerimaan Perpajakan , ,4 99, , ,3 98,4 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak , ,2 115, , ,6 122,7 B. Penerimaan Hibah 4.662, ,7 103,0 825,1 825,1 100,0 J U M L A H , ,2 103, , ,0 103,6 Sumber : Kementerian Keuangan Penerimaan Dalam Negeri Penerimaan dalam negeri terdiri atas dua komponen utama, yaitu penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Dalam APBN-P 2012, penerimaan dalam negeri direncanakan mencapai Rp ,9 miliar, yang berasal dari kontribusi penerimaan perpajakan sebesar Rp ,3 miliar dan PNBP sebesar Rp ,6 miliar. Apabila dibandingkan dengan targetnya dalam APBN 2012, penerimaan dalam negeri diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 3,6 persen, berasal dari peningkatan PNBP sebesar 22,7 persen, meskipun di lain pihak penerimaan perpajakan jusru mengalami penurunan sebesar 1,6 persen. Sementara itu, bila dibandingkan dengan realisasinya pada tahun 2011, target penerimaan dalam negeri dalam APBN-P 2012 mengalami peningkatan sebesar Rp ,4 miliar atau 12,7 persen. Kenaikan tersebut terjadi pada penerimaan perpajakan sebesar 16,3 persen dan PNBP sebesar 3,3 persen. Faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan penerimaan dalam negeri tersebut di antaranya, yaitu: (a) peningkatan penerimaan yang bersumber dari migas akibat perubahan asumsi ICP dalam APBN-P 2012; (b) peningkatan penerimaan perpajakan khususnya cukai, bea masuk, dan bea keluar; (c) kenaikan penerimaan royalti batubara; (d) kenaikan bagian Pemerintah atas laba BUMN, dan (e) kenaikan penerimaan PNBP K/L dan BLU Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan Penerimaan Perpajakan Sebagai sumber utama penerimaan dalam negeri, penerimaan perpajakan diupayakan mengalami peningkatan setiap tahun. Untuk itu, Pemerintah senantiasa menyusun kebijakan yang bertujuan untuk mengoptimalkan penerimaan perpajakan. Pokok-pokok kebijakan perpajakan dalam APBN-P 2012 meliputi: (a) melanjutkan pokok-pokok kebijakan perpajakan yang telah direncanakan pada APBN 2012; (b) perbaikan kebijakan perpajakan untuk mendukung optimalisasi pendapatan negara dan kegiatan ekonomi; (c) intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan dalam upaya penggalian potensi perpajakan; (d) perbaikan pelayanan III-2 Nota Keuangan dan APBN-P 2012

17 Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Bab III untuk meningkatkan kepatuhan sukarela; (e) penegakan hukum (law enforcement) kepada wajib pajak yang tidak patuh; (f) pembenahan internal aparatur dalam rangka meningkatkan efektivitas fungsi perpajakan; dan (g) peningkatan fungsi pengawasan dan pemeriksaan. Di bidang pajak, pokok-pokok kebijakan umum tersebut diterjemahkan dalam berbagai bentuk inisiatif strategis yang dapat dikelompokkan ke dalam policy measures dan administrative measures. Inisiatif strategis yang tergolong dalam policy measures meliputi antara lain: Pertama, pembenahan sistem dan regulasi PPN. Hal ini perlu dilaksanakan mengingat masih banyak terjadi kasus faktur pajak yang tidak sah dan tingginya restitusi PPN yang mengakibatkan penerimaan PPN kurang optimal. Inisiatif strategis ini dilaksanakan dalam beberapa langkah antara lain: (a) penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN harus disampaikan secara elektronik (e-spt); (b) melaksanakan registrasi ulang pengusaha kena pajak (PKP); (c) peninjauan kembali pengajuan PKP dan wajib pajak (WP) patuh; (d) inventarisasi ulang terhadap WP badan yang melaksanakan pemungutan PPN; (e) review undang-undang (UU) dan peraturan yang terkait dengan kebijakan PPN secara komprehensif; dan (f) penyusunan peraturan pelaksanaan terkait Free Trade Zone. Kedua, penyempurnaan beberapa kebijakan terkait dengan PPh yang ke depannya akan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan usaha. Beberapa kajian yang akan dilakukan adalah kajian atas kebijakan pengenaan PPh final dan kajian kebijakan perpajakan UMKM. Ketiga, pemanfaatan data yang maksimal untuk optimalisasi penggalian potensi pajak. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini dilakukan melalui percepatan penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden (RPP) terkait pasal 35A pada Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan dan pengoperasian Kantor Pengolahan Data Eksternal (KPDE). Keempat, perbaikan administrasi piutang pajak dalam rangka perbaikan pengelolaan utang pajak. Inisiatif strategis ini dilakukan melalui kegiatan: (a) pemuktahiran data piutang pajak termasuk piutang PBB; (b) otomasi sistem administrasi piutang pajak; dan (c) penerapan strategi penagihan melalui publikasi dan penyanderaan. Kelima, peningkatan kepatuhan WP terutama WP bendahara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui peningkatan pengawasan bendahara APBD dan diikuti dengan pelaksanaan penegakan hukum terhadap bendahara yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Keenam, perluasan tax base melalui penyempurnaan strategi pelaksanaan Sensus Pajak Nasional (SPN) yang telah dimulai pada September Ketujuh, peningkatan efektivitas fungsi pemeriksaan dan penyidikan dalam upaya peningkatan kepatuhan WP. Dalam melaksanakan inisiatif strategis ketujuh, beberapa langkah strategis yang akan dilakukan adalah penyempurnaan manual pemeriksaan, penyempurnaan kebijakan pemeriksaan SPT lebih bayar (low risk) melalui mekanisme verifikasi dan penyidikan terhadap pihak yang melakukan penerbitan dan penggunaan faktur fiktif. Selanjutnya, inisiatif strategis yang digolongkan dalam administrative measures adalah: (a) operasionalisasi KPP pertambangan dan migas; (b) realokasi WP di KPP tertentu; dan (c) penunjukan lembaga survei independen. Nota Keuangan dan APBN-P 2012 III-3

18 Bab III Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Di bidang kepabeanan dan cukai, sesuai dengan APBN 2012, arah kebijakan dalam APBN-P 2012 secara umum bertujuan untuk mengoptimalkan penerimaan, serta meningkatkan kualitas pelayanan dan pengawasan. Beberapa kebijakan yang dilakukan untuk optimalisasi penerimaan adalah: (a) peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang; (b) peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang; (c) optimalisasi fungsi unit pengawasan melalui patroli darat dan patroli laut; (d) peningkatan pengawasan di daerah perbatasan terutama jalur rawan penyelundupan (Pulau Sumatera, Bintan-Batam-Tanjung Balai Karimun, dan Kalimantan Barat); (e) implementasi kebijakan kenaikan tarif cukai hasil tembakau; dan (f) pengusulan obyek ekstensifikasi barang kena cukai ke DPR. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, beberapa kebijakan yang diambil adalah: (a) melanjutkan reformasi birokrasi di lingkungan internal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melalui pembentukan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Madya, serta penyempurnaan organisasi; (b) pengembangan otomasi pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai; (c) konsistensi pelayanan kepabeanan 24 jam sehari 7 hari seminggu di beberapa pelabuhan; dan (d) penyempurnaan implementasi Indonesia National Single Window (INSW). Sementara itu, kebijakan untuk meningkatkan pengawasan dilakukan melalui: (a) penentuan pola profiling secara sistematis dalam rangka risk management; (b) pendeteksian dini atas pelanggaran; (c) pemanfaatan sarana operasi; dan (d) penyempurnaan program analisis audit. Melanjutkan kebijakan yang telah ditetapkan dalam APBN 2012, Pemerintah memutuskan untuk tidak melanjutkan pelaksanaan kebijakan pajak pertambahan nilai ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sesuai dengan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sebagai tindak lanjut atas penghapusan kebijakan tersebut, Pemerintah menetapkan pemberian insentif dengan memberikan pembebasan pajak atas barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas serta panas bumi, sebagaimana diatur dalam PMK 27/KMK.03/2012 tentang Perubahan Kedua atas PMK-231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk. Sementara itu, dalam APBN-P 2012, fasilitas PPh DTP untuk panas bumi diberikan dalam jumlah sebesar Rp815,4 miliar, turun 68,0 persen bila dibandingkan dengan target APBN 2012, menyesuaikan dengan kebutuhan terkini. Sedangkan untuk fasilitas PPh DTP atas bunga imbal hasil atas surat berharga negara yang diterbitkan di pasar internasional diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga mencapai Rp2.848,0 miliar, naik Rp848,0 miliar atau sebesar 42,4 persen bila dibandingkan dengan rencana APBN Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh melemahnya asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Di bidang kepabeanan dan cukai, dalam rangka memenuhi penyediaan barang dan/atau jasa untuk kepentingan umum, yang dikonsumsi oleh masyarakat luas dan/atau melindungi kepentingan konsumen, meningkatkan daya saing industri tertentu di dalam negeri, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan meningkatkan pendapatan negara, Pemerintah tetap berkomitmen untuk terus melanjutkan kebijakan pemberian insentif perpajakan, di antaranya berupa kebijakan pemberian insentif bea masuk ditanggung Pemerintah untuk tahun anggaran 2012 sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 23/PMK.011/2012. III-4 Nota Keuangan dan APBN-P 2012

19 Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Bab III T ABEL III.2 PAJAK DIT ANGGUNG PEMERINT AH (DT P), 2012 (m iliar rupiah) Uraian APBN APBN-P A. Pajak Penghasilan (PPh) 3.200, ,4 1. PPh atas komoditas panas bumi 1.200,0 815,4 2. PPh atas bunga imbal hasil atas Surat Berharga 2.000, ,0 Negara yang diterbitkan di pasar internasional B. Bea Masuk 1.000,0 600,0 1. Fasilitas bea masuk (di luar PMK 1 7 6/2009) 1.000,0 600,0 T otal Pajak Ditanggung Pem erintah 4.200, ,4 Sumber : Kementerian Keuangan Berdasarkan pokok-pokok perubahan kebijakan tersebut, fasilitas pajak dan bea masuk DTP dalam APBN-P 2012 adalah sebagaimana ditampilkan dalam Tabel III.2. Selain pemberian fasilitas pajak DTP, untuk mendukung peningkatan kegiatan investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan bagi bidang usaha tertentu dan daerah tertentu, Pemerintah pada tahun 2012 memberikan fasilitas PPh kepada beberapa sektor termasuk pengembangan coal bed methane (CBM), sebagaimana tercantum dalam PP nomor 52 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas PP Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau Di Daerah-Daerah Tertentu. Sementara itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan penyesuaian sistem klasifikasi barang nasional, Pemerintah telah menetapkan sistem klasifikasi barang dan pembebanan tarif bea masuk atas barang impor tahun 2012 (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia 2012) sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 213/PMK.011/2011 yang mulai diberlakukan terhitung mulai tanggal 1 Januari Selain itu, untuk mempertegas fungsi pengendalian produksi dan konsumsi hasil tembakau dengan tetap mempertimbangkan potensi penerimaan di bidang cukai hasil tembakau, Pemerintah telah menetapkan kebijakan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 167/PMK.011/2011 yang mulai diberlakukan terhitung mulai tanggal 1 Januari Penerimaan Perpajakan Dalam APBN-P 2012, target penerimaan perpajakan diperkirakan mencapai Rp ,3 miliar, yang berarti turun 1,6 persen dari targetnya dalam APBN Penurunan penerimaan perpajakan tersebut berkaitan dengan lebih rendahnya basis perhitungan penerimaan perpajakan karena tidak tercapainya target penerimaan di tahun 2011, dan lebih kecilnya basis penerimaan perpajakan, yang ditandai oleh menurunnya pendapatan secara nasional sebagai akibat menurunnya pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kebijakan administered prices di bidang energi (BBM dan listrik) di tahun 2012 diperkirakan juga berdampak pada proyeksi penerimaan perpajakan. Namun, apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2011, penerimaan perpajakan pada APBN-P 2012 meningkat sebesar Rp ,9 miliar atau 16,3 persen. Jumlah tersebut termasuk pajak penghasilan DTP dan Nota Keuangan dan APBN-P 2012 III-5

20 Bab III Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah BM DTP sebesar Rp4.263,4 miliar. Secara lebih rinci, target penerimaan perpajakan dalam APBN-P tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel III.3. TABEL III.3 PENERIMAAN PERPAJAKAN, 2011 dan 2012 (miliar rupiah) Uraian APBN-P LKPP Unaudited % thd APBN-P APBN APBN-P % thd APBN a. Pajak Dalam Negeri , ,1 98, , ,2 97,8 i. Pajak penghasilan , ,8 99, , ,2 98,8 1. Migas , ,5 112, , ,7 111,5 2. Non-Migas , ,3 97, , ,4 97,1 ii. Pajak Pertambahan Nilai , ,7 93, , ,0 95,2 - PPN Dalam Negeri , ,5 101, , ,0 95,2 - PPN Impor , ,2 83, , ,9 95,2 iii Pajak bumi dan bangunan , ,1 1 02, , ,5 83,3 iv BPHTB - (0,7 ) v. Cukai , ,0 113, , ,6 110,4 vi Pajak lainnya 4.193, ,2 93, , ,0 100,0 b. Pajak Perdagangan Internasional , ,3 115, , ,1 111,7 i. Bea masuk , ,7 117, , ,9 104,2 ii. Bea keluar , ,6 113, , ,2 120,9 J U M L A H , ,4 99, , ,3 98,4 Sumber : Kementerian Keuangan Penerimaan perpajakan tersebut terdiri atas pajak dalam negeri yang diperkirakan mencapai Rp ,2 miliar atau turun 2,2 persen dari target APBN 2012, dan pajak perdagangan internasional sebesar Rp47.944,1 miliar atau naik sebesar 11,7 persen bila dibandingkan dengan target APBN Rp Triliun GRAFIK III.1 PENERIMAAN PERPAJAKAN ,1 819,8 LKPP 2011 Unaudite d 42,9 47,9 989,6 968,3 APBN APBN-P 2012 Sebagian besar penerimaan pajak dalam negeri merupakan kontribusi dari penerimaan PPh. Dalam APBN-P 2012, penerimaan PPh diperkirakan mencapai Rp ,2 miliar atau turun 1,2 persen dari target APBN Penurunan tersebut berkaitan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi terkait dengan krisis global. Perkiraan penerimaan perpajakan tahun disajikan dalam Grafik III Pajak Dalam Ne ge ri Pajak Perdagangan Internasional Dalam APBN-P 2012, penerimaan PPh migas Sumber: Kementerian Keuangan ditargetkan mencapai sebesar Rp67.916,7 miliar atau naik Rp7.001,2 miliar (11,5 persen) dari target APBN Kenaikan asumsi ICP dari USD90/barel pada APBN 2012 menjadi USD105/barel pada APBN-P 2012 menjadi salah satu faktor penyebab kenaikan PPh migas ini. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2011, penerimaan PPh migas dalam APBN-P 2012 turun sebesar Rp5.178,8 miliar atau 7,1 persen. Pada tahun 2011, realisasi penerimaan PPh migas mencapai sebesar Rp73.095,5 miliar dan realisasi ICP sebesar USD111,5 per barel. Perkiraan penerimaan PPh migas tahun disajikan dalam Grafik III.2. III-6 Nota Keuangan dan APBN-P 2012

21 Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Bab III Sementara itu, penerimaan PPh nonmigas dalam APBN-P 2012 diperkirakan mencapai Rp ,4 miliar atau turun 2,9 persen bila dibandingkan dengan target APBN Penurunan tersebut dipengaruhi oleh lebih rendahnya asumsi pertumbuhan ekonomi dan kenaikan asumsi inflasi dalam APBN-P 2012 yang berimbas pada tingkat keuntungan perusahaan. Di samping itu, penurunan target APBN-P 2012 juga disebabkan terjadinya perubahan basis perhitungan yang mendasarkan realisasi penerimaan PPh nonmigas tahun 2011 yang di bawah target APBN-P Perkiraan penerimaan PPh nonmigas tahun disajikan dalam Grafik III.3. Triliun Rp GRAFIK III.2 TARGET PENERIMAAN PPH MIGAS, ,1 60,9 67,9 Triliun Rp GRAFIK III.3 TARGET PENERIMAAN PPH NON MIGAS, ,0 459,0 445, LKPP 2011 Unaudited Sumber: Kementerian Keuangan APBN 2012 APBN-P LKPP 2011 Unaudited Sumber: Kementerian Keuangan APBN 2012 APBN-P 2012 Secara sektoral, penerimaan PPh nonmigas dalam APBN-P 2012 diperkirakan mencapai Rp ,8 miliar atau naik Rp82.347,9 miliar (26,1 persen) dari realisasi tahun Penerimaan PPh nonmigas sektoral utamanya didukung oleh industri pengolahan yang TABEL III.4 PENERIMAAN PPh NONMIGAS SEKTORAL, 2011 dan 2012 *) (miliar rupiah) Sektor Real. APBN Perk. Real. y-o-y (%) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan , , ,1 33,1 2. Pertambangan Migas 9.342, , ,7 46,0 3. Pertambangan Bukan Migas , , ,2 40,0 4. Penggalian 544,0 520,0 556,6 2,3 5. Industri Pengolahan , , ,0 19,1 6. Listrik, Gas dan Air Bersih 9.523, , ,1 15,7 7. Konstruksi 8.040, , ,7 31,9 8. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,1 20,3 9. Pengangkutan dan Komunikasi , , ,6 38,9 10. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan , , ,7 30,5 11. Jasa Lainnya , , ,1 23,4 12. Kegiatan y ang belum jelas batasanny a 5.317, , ,7 6,0 T otal , , ,8 26,1 *) Belum memperhitungkan PPh v alas dan restitusi Sumber : Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan APBN-P 2012 III-7

22 Bab III Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar atau naik Rp17.801,2 miliar (19,1 persen) terhadap realisasi tahun Penyumbang penerimaan PPh nonmigas terbesar kedua adalah sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang diperkirakan mencapai Rp ,7 miliar. Penerimaan PPh nonmigas pada sektor tersebut diperkirakan naik Rp25.165,7 miliar (30,5 persen) bila dibandingkan dengan realisasi tahun Penerimaan PPh nonmigas secara sektoral dalam tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat dalam Tabel III.4. Triliun Rp GRAFIK III.4 TARGET PENERIMAAN PPN DAN PPnBM, ,8 LKPP 2011 Unaudited Sumber: Kementerian Keuangan 352,9 APBN ,1 APBN-P 2012 Dalam APBN-P 2012, target penerimaan PPN dan PPnBM diperkirakan mencapai Rp ,0 miliar, yang berarti mengalami penurunan 4,8 persen dari target APBN Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya penyesuaian basis perhitungan (baseline) berdasarkan realisasi tahun 2011 dengan tanpa memperhitungkan pajak ditanggung Pemerintah (DTP). Namun apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2011, target PPN dan PPnBM APBN-P 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp58.323,9 miliar atau 21,0 persen. Hal tersebut terutama didukung oleh meningkatnya PPN impor yang disebabkan oleh tingginya realisasi impor. Target penerimaan PPN dan PPnBM tahun 2012 dapat dilihat pada Grafik III.4. TABEL III.5 PENERIMAAN PPN DALAM NEGERI SEKTORAL, 2011 dan 2012 *) (miliar rupiah) Sektor Real. APBN Perk. Real. y -o-y (%) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 5.167, , ,3 17,2 2. Pertambangan Migas 4.282, , ,9 19,0 3. Pertambangan Bukan Migas 2.018, , ,8 13,4 4. Penggalian 132,6 89,5 189,2 42,7 5. Industri Pengolahan , , ,4 30,7 6. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.000,5 641, ,8 35,5 7. Konstruksi , , ,1 22,8 8. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,0 21,3 9. Pengangkutan dan Komunikasi , , ,7 23,4 10. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan , , ,9 22,6 11. Jasa Lainny a 3.884, , ,3 27,4 12. Kegiatan yang belum jelas batasanny a 9.292, , ,7 16,8 T otal , , ,1 25,1 *) Belum memasukan PPN belanja kementerian negara/lembaga dan transaksi yang offline Sumber : Kementerian Keuangan III-8 Nota Keuangan dan APBN-P 2012

23 Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Bab III Jika dilihat dari sisi sektoral, penerimaan PPN dan PnBM terutama bersumber dari PPN dan PPnBM Dalam Negeri (DN), yang memberikan kontribusi sekitar 61,8 persen, dan selebihnya sekitar 38,2 persen bersumber dari PPN dan PPnBM Impor. Penerimaan PPN dan PPnBM DN terutama didukung oleh sektor industri pengolahan yang meningkat sebesar Rp20.218,4 miliar, atau 30,7 persen bila dibandingkan dengan realisasi tahun Selain itu, peningkatan yang cukup tinggi juga terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 21,3 persen, dari realisasi tahun 2011 sebesar Rp32.888,9 miliar diperkirakan menjadi Rp39.883,0 miliar pada tahun Selanjutnya, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan diperkirakan tumbuh sebesar 22,6 persen, dari realisasi tahun 2011 sebesar Rp15.267,0 miliar menjadi Rp18.724,9 miliar pada tahun Perkembangan penerimaan PPN dan PPnBM DN tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat dalam Tabel III.5. TABEL III.6 PENERIMAAN PPN IMPOR SEKTORAL, 2011 dan 2012 *) (miliar rupiah) Sektor Real. APBN Perk. Real. y -o-y (%) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 1 87,3 200,0 304,0 62,3 2. Pertambangan Migas 1.121, , ,5 1,4 3. Pertambangan Bukan Migas 1.903, , ,6 13,0 4. Penggalian 25,9 50,0 31,1 20,1 5. Industri Pengolahan , , ,5 10,6 6. Listrik, Gas dan Air Bersih 296,5 400,0 365,6 23,3 7. Konstruksi 1.259, , ,2 7,2 8. Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,6 11,7 9. Pengangkutan dan Komunikasi , , ,4 1, Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 1.133, , ,7 36,7 11. Jasa Lainny a 126,8 1 00,0 136,5 7,6 12. Kegiatan y ang belum jelas batasanny a 435,5 47,9 509,5 1 7,0 T otal , , ,2 11,1 *) Belum memasukkan PPN belanja kementerian negara/lembaga dan transaksi y ang offline Sumber : Kementerian Keuangan Sementara itu, penerimaan PPN impor meningkat Rp12.498,1 miliar atau 11,1 persen terutama didukung oleh industri pengolahan dengan peningkatan 10,1 persen. Demikian pula sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan meningkat sebesar 11,7 persen. Perkembangan penerimaan PPN impor sektoral tahun 2011 dan tahun 2012 dapat dilihat dalam Tabel III.6. Dalam APBN-P 2012, penerimaan PBB diperkirakan mencapai Rp29.687,5 miliar, atau mengalami penurunan sebesar Rp5.959,4 miliar (16,7 persen) bila dibandingkan dengan target APBN Penurunan tersebut erat kaitannya dengan amanat dalam Pasal 3 ayat 2 huruf c Undang-undang Nomor 22 Tahun 2011 Tentang APBN 2012 dimana dalam penjelasannya disebutkan bahwa terdapat koreksi perhitungan PBB dan bertambahnya jumlah kabupaten/ kota yang telah siap melaksanakan pemungutan PBB perdesaan dan perkotaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pada tahun 2012, terdapat 17 kabupaten/kota yang siap Nota Keuangan dan APBN-P 2012 III-9

24 Bab III Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Triliun Rp GRAFIK III.5 TARGET PENERIMAAN PBB, Real Sumber: Kementerian Keuangan 29,9 35,6 29,7 APBN 2012 APBN-P melaksanakan administrasi PBB/P2 di daerah, sebagaimana diamanatkan UU Nomor 28 Tahun Sementara itu, apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2011, perkiraan penerimaan PBB dalam APBN-P 2012 turun sebesar Rp205,6 miliar atau 0,7 persen. Target penerimaan PBB tahun 2012 dapat dilihat pada Grafik III.5. Penerimaan cukai pada APBN-P tahun 2012 direncanakan sebesar Rp83.266,6 miliar atau naik Rp7.823,5 miliar (10,4 persen) dari APBN Kenaikan tersebut selain sebagai dampak dari kenaikan tarif cukai hasil tembakau melalui PMK Nomor 167/PMK.011/2011, juga berkaitan dengan peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam hal pelaksanaan program pemberantasan cukai ilegal pada tahun 2012, seperti yang telah dilaksanakan dalam tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2011 sebesar Rp77.010,0 miliar, rencana penerimaan cukai pada APBN-P 2012 tersebut meningkat Rp6.256,6 miliar atau 8,1 persen. Target Triliun Rp GRAFIK III.6 TARGET PENERIMAAN CUKAI, Real Sumber: Kementerian Keuangan 77,0 75,4 83,3 APBN 2012 APBN-P Triliun Rp GRAFIK III.7 TARGET PENERIMAAN PAJAK LAINNYA, ,9 Real Sumber: Kementerian Keuangan 5,6 5,6 APBN 2012 APBN-P penerimaan cukai tahun 2012 dapat dilihat pada Grafik III.6. Dalam APBN-P 2012, penerimaan pajak lainnya diperkirakan mencapai Rp5.632,0 miliar. Jumlah ini sama dengan target APBN 2012 sebesar Rp5.632,0 miliar. Jika dibandingkan dengan realisasinya pada tahun 2011, penerimaan pajak lainnya diperkirakan mengalami kenaikan sebesar Rp1.705,8 miliar atau 43,4 persen. Peningkatan tersebut diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan perlunya dasar hukum dalam kegiatan ekonomi, sehingga banyak yang menggunakan dokumen bermeterai. Target penerimaan pajak lainnya tahun 2012 dapat dilihat pada Grafik III.7. Berbeda dengan penerimaan pajak dalam negeri yang diproyeksikan menurun dalam APBN- P 2012, penerimaan pajak internasional, yang terdiri atas penerimaan bea masuk dan bea keluar justru diperkirakan mengalami peningkatan. Dalam APBN-P 2012, penerimaan bea masuk diperkirakan mencapai sebesar Rp24.737,9 miliar atau naik sebesar Rp1.003,3 miliar (4,2 persen) bila dibandingkan dengan targetnya dalam APBN Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh asumsi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, yang diperkirakan menjadi Rp9.000 per USD dari sebelumnya Rp8.800 per USD. Selain itu, peningkatan target bea masuk juga dipengaruhi oleh volume impor yang diperkirakan tetap III-10 Nota Keuangan dan APBN-P 2012

25 Perubahan Pendapatan Negara dan Penerimaan Hibah Bab III akan mengalami sedikit peningkatan di tahun Target bea masuk sebesar Rp24.737,9 miliar tersebut termasuk fasilitas BM DTP sebesar Rp600 miliar. Namun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2011, penerimaan bea masuk dalam APBN-P 2012 mengalami penurunan sebesar 2,1 persen. Target penerimaan bea masuk tahun 2012 dapat dilihat pada Triliun Rp GRAFIK III.8 TARGET PENERIMAAN BEA MASUK, ,2 23,7 24,7 Triliun Rp GRAFIK III.9 TARGET PENERIMAAN BEA KELUAR, ,9 19,2 23,2 0 Real APBN 2012 APBN-P 0 Real APBN 2012 APBN-P Sumber: Kementerian Keuangan Sumber: Kementerian Keuangan Grafik III.8. Sejalan dengan itu, penerimaan bea keluar pada APBN-P 2012 diperkirakan sebesar Rp23.206,2 miliar, berarti naik sebesar Rp4.007,2 miliar atau 20,9 persen bila dibandingkan dengan APBN Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingginya penerimaan bea keluar di antaranya, yaitu: (a) kebijakan pengenaan tarif bea keluar yang bersifat progresif sesuai dengan PMK.128/PMK.011/2011 mengenai Perubahan atas PMK.67/PMK.011/2010 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar; (b) perkembangan harga komoditi dunia, terutama CPO, kelapa sawit dan turunannya yang mempunyai tren terus meningkat; serta (c) meningkatnya volume ekspor CPO, kelapa sawit dan turunannya. Target penerimaan bea keluar tahun 2012 dapat dilihat pada Grafik III Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan PNBP Perubahan atas beberapa asumsi ekonomi makro yang digunakan dalam APBN-P 2012, seperti harga minyak mentah Indonesia (ICP) dari USD90/barel menjadi USD105/barel, nilai tukar rupiah dari Rp8.800/USD menjadi Rp9.000/USD, dan lifting minyak dari 950 ribu bph menjadi 930 ribu bph, memberikan dampak secara langsung terhadap besaran PNBP. Perubahan indikator-indikator tersebut terutama mengakibatkan perubahan perhitungan pendapatan minyak dan gas bumi (migas), yang merupakan komponen utama PNBP. Dalam tahun 2012, Pemerintah juga akan terus melakukan berbagai langkah kebijakan untuk meningkatkan penerimaan PNBP. Untuk penerimaan SDA, upaya dan kebijakan antara lain difokuskan pada (a) pemberian fasilitas fiskal dan non-fiskal terhadap kegiatan usaha sektor hulu migas; (b) memperkuat penagihan dan pengawasan penerimaan dari sektor migas; (c) meningkatkan produksi komoditi mineral dan batubara; dan (d) menggali potensipotensi penerimaan yang ada di sektor kehutanan dengan tanpa merusak lingkungan dan mempertahankan kelestarian hutan. Untuk PNBP yang bersumber dari BUMN, langkah kebijakan akan dilakukan melalui pembenahan internal dalam upaya meningkatkan kinerja badan usaha milik negara (BUMN), baik manajemen maupun upaya penyehatan BUMN Nota Keuangan dan APBN-P 2012 III-11

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3449230 (20 saluran) FAKSIMILE (021) 3500847; SITUS www.kemenkeu.go.id KETERANGAN

Lebih terperinci

BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH Pendapatan Negara dan Hibah Bab III BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 3.1 Umum Perkembangan realisasi pendapatan negara dan hibah dalam periode 2005-2008 menunjukkan adanya tren kenaikan dengan rata-rata

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix BAGIAN I RINGKASAN RAPBN PERUBAHAN TAHUN 2017 1 Pendahuluan... 2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 28 April 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. April 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari)

Lebih terperinci

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak No.44, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1 Umum... 1.2 Pokok-pokok Perubahan Asumsi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.142, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun anggaran 2014. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5547) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma

No koma dua persen). Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan meningkatkan kredibilitas kebijakan fiskal, menjaga stabilitas ekonomi ma TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6111 KEUANGAN. APBN. Tahun 2017. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 186) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

RINGKASAN APBN TAHUN 2017 RINGKASAN APBN TAHUN 2017 1. Pendahuluan Tahun 2017 merupakan tahun ketiga Pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mewujudkan sembilan agenda priroritas (Nawacita)

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Maret 2017 Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Maret 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1 5,01 4,0 3,61 5,3 5,2 13.300 13.348

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5907 KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun 2016. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 146). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2015

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2015 RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

REALISASI SEMENTARA APBNP

REALISASI SEMENTARA APBNP I. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH REALISASI SEMENTARA 1 Dalam tahun, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.014,0 triliun (16,0 persen dari PDB). Pencapaian ini lebih tinggi Rp21,6 triliun (2,2

Lebih terperinci

BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH Pendapatan Negara dan Hibah Bab III 3.1 Umum BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH Dalam periode 2005 2009, realisasi pendapatan negara dan hibah mengalami pertumbuhan rata-rata 14,4 persen, didukung dengan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 4/DPD RI/I/2013-2014 PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix BAGIAN I RINGKASAN RAPBN PERUBAHAN TAHUN 2016 1 Pendahuluan... 2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Kondisi yang memungkinkan dilakukan penyesuaian APBN melalui mekanisme APBN Perubahan atau pembahasan internal di Badan Anggaran berdasarkan UU No. 27/2009 1. Pasal 14 Undang-Undang No.47 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... vi Daftar

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Operasi Keuangan Pemerintah Pusat 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA DALAM RAPBNP 2011

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA DALAM RAPBNP 2011 OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA DALAM RAPBNP 2011 Pendahuluan Perkembangan pada perekonomian domestik dan eksternal menyebabkan perkembangan ekonomi makro tidak sesuai lagi dengan asumsi yang digunakan

Lebih terperinci

Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut

Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut PENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Disampaikan oleh: Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Dr. Ahmad Yani, S.H., Akt., M.M., CA. MUSRENBANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2016 KEUANGAN NEGARA. APBN. Tahun 2016. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5907) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 63)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 63) No. 4848 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN NEGARA. APBN 2008. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 63) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELAN NJA NEGAR RA TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... Daftar

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2006 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2006 2012... 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2006 2012... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara

Lebih terperinci

B. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013

B. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013 EVALUASI RENDAHNYA REALISASI PENDAPATAN NEGARA TAHUN 2013 Abstrak Penerimaan Negara merupakan pemasukan yang diperoleh Negara dan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah. Penerimaan pajak memberikan

Lebih terperinci

BAB II PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH RAPBN-P 2008

BAB II PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH RAPBN-P 2008 Pendapatan Negara dan Hibah BAB II PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 2.1. Pendahuluan Dengan mengevaluasi pelaksanaan APBN-P 2007 serta memantau pelaksanaan APBN pada awal tahun 2008, pendapatan negara dan hibah

Lebih terperinci

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran/Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar... Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Gambar... BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro... 1.3 Perubahan Kebijakan APBN... 1.4 Pokok-Pokok

Lebih terperinci

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Grafik... iv BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN

DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2009 REPUBLIK INDONESIA DOKUMEN TAMBAHAN NOTA KEUANGAN DAN RAPBN TA 2009 Pendahuluan Pada tahun anggaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan

Lebih terperinci

BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH Pendapatan Negara dan Hibah 2009 Bab III 3.1 Umum BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH Dalam periode 2005 2007, realisasi pendapatan negara dan hibah menunjukkan perkembangan yang pesat, yaitu dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848) No. 63, 2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN 2008. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364 PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MUKOMUKO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN 2007 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN 2007 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2007 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2007... 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2007... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara dan Hibah, 2007...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2016

RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2016 RANCANGANRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2005 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005. 3 Tabel

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA Direktorat Jenderal Pajak 07 September 2013 Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta PAJAK SEBAGAI KEWAJIBAN BAGI WARGA NEGARA Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 Segala

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014 Menimbang : a. DENGAN

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : dan.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1994/1995.........

Lebih terperinci

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN

DATA POKOK APBN DATA POKOK - DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan...... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK -P 2007 DAN -P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 :, 2007 dan 2008......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995 2008...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan,

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2006 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2006... 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2006... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara dan Hibah, 2006...

Lebih terperinci

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah) 2 A. Pendapatan Negara dan Hibah 995.271,5 1.210.599,7 1.338.109,6 1.438.891,1 1.635.378,5 1.762.296,0 I. Pendapatan Dalam Negeri 992.248,5 1.205.345,7 1.332.322,9 1.432.058,6 1.633.053,4 1.758.864,2 1.

Lebih terperinci

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012 REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Pada APBN-P tahun 2012 volume belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.548,3 triliun, atau meningkat Rp112,9 triliun (7,9

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2005 2010 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005 2010.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005 2010..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2005 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005. 3 Tabel 4 : Belanja

Lebih terperinci

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN Pendahuluan Dalam penyusunan APBN, pemerintah menjalankan tiga fungsi utama kebijakan fiskal, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi,

Lebih terperinci

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA KOMPETENSI DASAR Mamahami pelaksanaan pasal-pasal yang mengatur tentang keuangan negara INDIKATOR Sumber Keuangan Negara Mekanisme Pengelolaan Keuangan Negara

Lebih terperinci

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah) Tabel 1a APBN 2004 dan 2004 Keterangan APBN (1) (2) (3) (4) (5) A. Pendapatan Negara dan Hibah 349.933,7 17,5 403.769,6 20,3 I. Penerimaan Dalam Negeri 349.299,5 17,5 403.031,9 20,3 1. Penerimaan Perpajakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi

STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA KEBIJAKAN FISKAL oleh: Rachmat Efendi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Prodip III Kepabeanan Dan Cukai Tahun 2015 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami Kebijakan Fiskal yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.259, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Tahun Anggaran 2015. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5593) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang. Pembayar pajak tidak mendapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN

I. UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,

Lebih terperinci

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DATA POKOK APBN 2005 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005. 3 Tabel 4 : Belanja

Lebih terperinci