PRODUKTIVITAS PADI SAWAH PADA KEPADATAN POPULASI BERBEDA



dokumen-dokumen yang mirip
Gontor AGROTECH Science Journal Vol. 3 No. 1, Juni 2017

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Optimalisasi Cahaya Matahari Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.) System of Rice Intensification (SRI) Melalui Pendekatan Pengaturan Jarak Tanam

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

SISTEM TANAM DAN UMUR BIBIT PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI SAWAH MELALUI UMUR BIBIT. Acceleration of Lowland Rice Yield through Seedling Age

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

Nalwida Rozen, Aswaldi Anwar, dan Hermansah 2

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA SRI

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI UMUR SEMAI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

Ahmad Faishol Habibie. 1) Dr. Ir. Agung Nugroho, SU. 2) Dr. Ir. Agus Suryanto, MS. 3)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (ORYZA SATIVA L.) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA SRI PADA BEBERAPA WAKTU PENYIANGAN GULMA

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN BAP PADA TANAMAN PADI SAWAH YANG DITANAM DENGAN METODE SRI (THE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

Sumber : Nurman S.P. (

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK PHONSKA DAN PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L) VARIETAS IR 64

HUBUNGAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA KULTIVAR PADI LOKAL PADA TANAH GAMBUT DENGAN PEMBERIAN DOLOMIT

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok Km 40 Sukarami, Telp ; Fax ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

Pemakaian Pupuk Organik Cair Sebagai Dekomposer dan Sumber Hara Tanaman Padi (Oriza sativa L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

Pengujian Berbagai Tipe Tanam Jajar Legowo terhadap Hasil Padi Sawah

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati


PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

UJI DAYA HASIL DUA VARIETAS PADI SAWAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK NITROGEN MENGIKUTI METODE SRI

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAMPUNG SELATAN

Widyana Rahmatika 1 1) Agriculture Faculty of Kadiri Islamic University

Jurnal Cendekia Vol 11 No 3 Sept 2013 ISSN

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

PENGARUH PUPUK NITROGEN TERHADAP PENAMPILAN DAN PRODUKTIVITAS PADI INPARI SIDENUK

Hanafi Ansari*, Jamilah, Mukhlis

PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

EFEKTIVITAS KOMPOS SAMPAH PERKOTAAN SEBAGAI PUPUK ORGANIK DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MENURUNKAN BIAYA PRODUKSI BUDIDAYA PADI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

PENGELOLAAN HARA TANAMAN PADI SISTEM GOGORANCAH DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN NUTRIENTS MANAGEMENT OF THE GOGO RANCAH RICE SYSTEM IN RAINFED SKRIPSI

Transkripsi:

ISSN 1411-0067 PRODUKTIVITAS PADI SAWAH PADA KEPADATAN POPULASI BERBEDA Sumardi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Jl. W.R. Supratman, Kandang Limun, Bengkulu. 38371A Sumardi_nora@yahoo.co.id ABSTRACT [THE PRODUCTIVITY OF LOWLAND RICE UNDER DIFFERENT POPULATION DENSITIES]. Population density will determine the crop productivity on either individual plant basis or area basis. Objective of this study was to evaluate the productivity of lowland rice at different population densities. Rice variety IR-64 was planted on 13.2 m x 10 m plot at four population densities (16, 25, 49 and 100 plant m -2 ) in a completely randomized design with three replications. Observations were made on the yield components on individual plant basis and grain yield per area. Results indicated that tiller number, number of productive tiller, number of spikelet per panicle, number of fertile spikelet, and grain yield per hill were reduced as the population density was increased. On contrary, grain yield per 100 m 2 was increased linearly in accordance to the increment of population density, where 47.57 kg grain per 100 m 2 produced at the density of 16 plant m -2 and 86.53 kg was produced at the density of 100 plant m -2. Keyword: lowland rice, productivity, population densities ABSTRAK Kepadatan populasi memiliki peran penting dalam menentukan produktivitas tanaman baik secara individu maupun per satuan luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi produktivitas padi sawah pada kepadatan populasi yang berbeda. Padi varietas IR-64 yang ditanam pada plot yang berukuran 13.2 m x 10 m dengan empat kepadatan populasi (16, 25, 49, dan 100 tanaman m -2 ) berdasarkan rancangan acak kelompok lengkap dengan 3 kali ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap komponen hasil tanaman secara individu maupun hasil gabah per petak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif, jumlah sipekelet per malai, jumlah spikelet fertile, dan hasil gabah per rumpun cenderung menurun seiring dengan peningkatan kepadatan populasi tanaman. Sebaliknya, hasil gabah per 100 m 2 meningkat secara linier seiring dengan peningkatan kepadatan populasi tanaman, yakni 47.57 kg gabah per 100 m 2 pada kepadatan populasi 16 tanaman m -2 dan 86.53 kg pada kepadatan populasi tanaman 100 tanaman m -2. -- Kata kunci: padi sawah, produktivitas, kepadatan populasi JIPI. 12 (1): 49-54 (2010) 49

SUMARDI PENDAHULUAN Program ketahanan pangan diarahkan pada kemandirian petani yang berbasis pada potensi sumberdaya lokal melalui program peningkatan produksi pangan, menjaga ketersediaan pangan, aman dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat di setiap daerah, serta antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kerawanan pangan. Oleh karena beras masih merupakan bahan pangan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, maka program tersebut masih difokuskan pada peningkatan produksi padi. Hal ini tersurat pada rumusan pembangunan pertanian bahwa sasaran peningkatan produksi komoditas utama tanaman pangan sampai tahun 2006 dan cadangan pangan pemerintah juga masih berbasis pada beras (Darwanto, 2005). Melihat kenyataan ini, upaya peningkatan produktivitas tanaman padi menjadi fokus perhatian ke depan, sebab peningkatan produksi padi melalui program ekstensifikasi akan terkendala dengan ketersediaan lahan yang sesuai untuk budidaya padi sawah. Dipihak lain, lahan-lahan yang selama ini menjadi penyumbang utama produksi beras nasional telah mengalami pelandaian (leveling off) produktivitasnya. Terbukti bahwa selama lima tahun terakhir, produktivitas padi nasional tidak mengalami perubahan yang nyata. Rata-rata produktivitas lahan secara nasional tahun 2001 (4.39 ton ha -1 ), 2002 (4.47 ton ha -1 ), 2003 (4.54 ton ha -1 ), 2004 (4.54 t ha -1 ), 2005 (4.57 ton ha -1 ) dan 2006 (4,59 ton ha -1 ) (Sawit, 2006). Berbagai upaya peningkatan produktivitas padi sawah telah dilakukan, antara lain melalui program integrated crop management (pengelolaan tanaman terpadu). Integrated crop management (ICM) seperti yang telah dikembangkan oleh Balitpa Sukamandi menekankan pada tiga komponen utama, yakni pengelolaan air secara intermitten, pengelolaan nutrisi, dan pemindahan bibit pada umur muda. Dalam pengujian, metode ini mampu menghasilkan gabah rata-rata 6.9 ton ha -1, sedangkan pada tingkat petani sebesar 5.4 ton ha -1 (Wardana et al., 2002). Metode ICM sesungguhnya sejalan dengan metode The System of Rice Intensification (SRI) yang dikembangkan di Madagaskar pada awal 1980-an. SRI juga merupakan metode peningkatan produktivitas tanaman padi sawah melalui intensifikasi lima komponen kultur teknis, yakni pengelolaan air yang tidak menggenang, umur pindah bibit muda, jarak tanaman longgar, tanaman satu bibit per titik, dan penambahan bahan organik (Uphoff, 2003). Kedua metode tersebut pada prinsipnya berupaya mengintegrasikan komponen-komponen kultur teknis sehingga bersinergi positif mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi secara optimal guna menghasilkan peningkatan produktivitas secara signifikan. Hasil pengujian lapang yang dilakukan Sumardi (2007) menunjukkan bahwa jumlah anakan total maksimum yang dapat dicapai melalui metode SRI dengan melibatkan semua komponen sebanyak 29 batang. Namun, dari jumlah anakan total tersebut hanya sekitar 79 % diantaranya merupakan anakan produktif. Pada kondisi seperti ini produktivitas yang dicapai sudah cukup tinggi, yakni 6.76 ton ha -1 gabah kering giling (GKG). Capaian produktivitas ini lebih tinggi lagi jika persentase anakan produktif yang dihasilkan dapat ditingkatkan melalui penurunan jumlah anakan tidak produktif yang secara fisiologis merupakan sink. Venkateswarlu and Visperas (1987) mengemukakan bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas padi yang memiliki keterbatasan perimbangan antara source dan sink adalah melalui penurunan sink dengan meningkatkan jumlah malai per satuan luas. Hal ini dapat ditempuh dengan membatasi ruang tumbuh melalui peningkatan populasi tanaman per satuan luas agar anakan yang tumbuh terlambat dan tidak produktif dapat dikurangi. Zeng and Shannon (2000) melaporkan bahwa peningkatan populasi tanaman per satuan luas berkorelasi negatif dengan jumlah anakan yang dihasilkan, baik anakan total maupun anakan produktif, tetapi berkorelasi posistif dengan jumlah malai per satuan luas. Tujuan penelitian ialah untuk mengevaluasi produktivitas padi sawah pada kepadatan populasi yang berbeda sebagai upaya meningkatkan produktivitas padi sawah melalui peningkatan populasi tanaman. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari Mei 2008 di Balai Benih Pembantu (BBP) Dinas Pertanian Kota Bengkulu di Kelurahan Semarang, Kota Bengkulu. Varietas padi yang digunakan adalah IR -64 dan ditanam pada 4 kepadatan populasi, yakni 16, 25, 49, dan 100 tanaman m -2 berdasarkan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan. Luas petak untuk setiap satuan percobaan adalah 13.2 m x 10 m. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, jumlah spikelet per malai, persentase spikelet fertil, dan bobot kering gabah per rumpun serta bobot kering gabah per petak efektif (100 m 2 ). JIPI. 12 (1): 49-54 (2010 ) 50

PRODUKTIVITAS PADI SAWAH Kultur teknis yang digunakan mengacu pada metode SRI (the System of Rice Intensification). Pengolahan lahan dilakukan secara sempurna dengan satu kali pembajakan dan satu kali penggaruan. Pupuk kandang dengan dosis 5 ton ha -1 diberikan pada tanah yang telah dibajak dalam kondisi aerob (tidak tergenang). Penggenangan selama 3 hari dilakukan 7 hari setelah pembajakan dengan tujuan untuk melumpurkan tanah dan selanjutnya diikuti dengan penggaruan dan perataan tanah. Persemaian dilakukan pada petak persemaian yang dibuat dengan kepadatan 1 kg benih untuk luas lahan semaian 40 m 2. Penanaman dilakukan saat bibit berumur 12 hari setelah sebar benih dengan jumlah 1 bibit untuk tiap lubang tanam. Tanaman disusun berdasarkan pola bujur sangkar dengan legowo berukuran 40 cm pada tiap satu meter barisan tanaman. Pengairan dilakukan secara berselang (intermitten), yakni pemasukan air dihentikan ketika seluruh permukaan lahan digenangi hingga merata dengan kedalaman 2-3 cm dan selanjutnya lahan dibiarkan mengering secara alami. Pengairan berikutnya dilakukan jika pada permukaan tanah telah terdapat retakan-retakan kecil. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di antara tanaman pada umur 21 hari dan 40 hari setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida dengan dosis sesuai dengan rekomendasi yang tertera pada kemasan. yang terbentuk pada kepadatan populasi tinggi adalah anakan primer dan sekunder, sedangkan anakan tersier yang terbentuk umumnya tidak mampu berkompetisi pada ruang tumbuh yang sempit. Dengan demikian, jumlah anakan tanaman padi pada jarak tanam rapat dapat akan lebih sedikit dibanding dengan tanaman yang ditanam pada jarak longgar. Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah anakan total per rumpun semakin rendah seiring dengan semakin sempitnya ruang tumbuh. Tanaman dengan kepadatan populasi 16 rumpun per meter persegi menghasilkan 35.78 anakan, sementara pada tanaman yang ditanam pada kepadatan 100 rumpun per meter persegi hanya menghasilkan 11.89 anakan. Pola yang sama terjadi pada anakan produktif. Tanaman padi yang ditanam pada kepadatan 16 rumpun per meter persegi menghasilkan 23.33 anakan produktif, namun jumlah ini menurun seiring dengan peningkatan populasi menjadi 100 rumpun per meter persegi, hanya menghasilkan 6.44 anakan produktif (Gambar 2). Kepadatan populasi yang tinggi membatasi ruang tumbuh tanaman untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman secara optimal. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anakan yang dihasilkan oleh tanaman padi sawah lebih ditentukan oleh periode pilokron yang dimiliknya hingga tanaman menghasilkan malai. Satu periode pilokron membutuhkan 5-7 hari bergantung pada kondisi lingkungan. Pada kondisi optimum fase vegetatif tanaman padi dapat berlangsung selama 12 pilokron sebelum tanaman menghasilkan malai. Dengan demikian, saat yang paling baik untuk transplanting bibit adalah selama pilokron ke-2 atau maksimum ke-3, sehingga pertumbuhannya tidak ketinggalan fase berlipat (eksponensial) yang dimulai pada pilokron ke-4 atau saat bibit berumur 8-15 hari setelah sebar benih (Berkelaar, 2001). Menurut Uphoff et al. (2002) bahwa jumlah anakan akan maksimal jika kesuburan tanah maupun ruang tumbuhnya optimal. Oleh karena padi besifat merumpun melalui pembentukan anakan, maka penanaman dengan jarak tanam rapat mengakibatkan ruang tumbuh yang terbatas dan mengurangi produksi anakan, baik anakan total maupun anakan produktif. Anakan Gambar 1. Hubungan antara kepadatan populasi tanaman dan jumlah anakan total (JAT) tiap rumpun. Gambar 2. Hubungan antara kepadatan populasi tanaman dan jumlah anakan produktif (JAP) tiap rumpun. JIPI. 12 (1): 49-54 (2010 ) 51

SUMARDI Pada kepadatan populasi tinggi, malai yang dihasilkan akan berukuran lebih pendek dibanding kepadatan populasi rendah. Indikasi bahwa ukuran malai dipengaruhi oleh kepadatan populasi terlihat Gambar 3 yang menunjukkan bahwa jumlah spikelet tiap malai mengalami penurunan seiring dengan peningkatan kepadatan populasi tanaman. Jumlah spikelet tiap malai pada populasi 16 rumpun m -2 sebanyak 121.89 spikelet turun menjadi 94.33 spikelet dan ketika populasi dinaikkan menjadi 100 rumpun m -2. Hasil ini sejalan dengan Zeng and Shannon (2000) yang mengemukakan bahwa jumlah bulir gabah per tanaman, jumlah spikelet per malai, biji bernas per malai, bobot bagian atas tanaman dan indeks panen menurun seiring dengan peningkatan kepadatan populasi tanaman. Persentase spikelet fertil ditentukan oleh dua faktor utama. Faktor pertama adalah kekuatan spikelet (sink) menarik hasil fotosintesis yang dilakukan oleh daun (source) dan mengakumulasikannya dalam bentuk pati yang disimpan di dalam spikelet yang disebut dengan bulir bernas. Faktor kedua adalah kemampuan source menghasilkan bahan kering untuk ditimbun ke bagian biji (sink) tanaman. Kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti air, unsur hara, cahaya, dan suhu (Sumardi, 2007). Jumlah malai meningkat seiring dengan peningkatan jumlah populasi. Namun demikian peningkatan jumlah malai akan menurunkan bobot biji tiap rumpun dan persentase spikelet fertil (Counce, 1987; Wu et al., 1988; Counce and Wells, 1990; Miller et al., 1991; Gravois and Helms, 1992;). Hal ini terjadi karena adanya kompetisi antara tanaman dalam memanfaatkan faktor lingkungan seperti air, cahaya dan unsur hara (Evans and De Datta, 1979), serta ruang tumbuh (Jones and Snyder, 1987; Counce and Wells. 1990). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase spikelet fertil menurun seiring dengan peningkatan kepadatan populasi. Persentase spikelet fertil sebesar 93.05 % pada populasi 16 rumpun m -2, turun menjadi 90.41 % pada populasi 100 rumpun m -2 (Gambar 4). Kondisi serupa juga terjadi pada bobot kering gabah per rumpun. Pada populasi 16 rumpun m -2 diperoleh gabah kering per rumpun sebesar 39.64 g dan turun menjadi 11.40 g pada populasi 100 rumpun per m 2 (Gambar 5). Spikelet fertil (%) Gambar 4. Hubungan antara persentase spikelet fertil dan kepadatan populasi tanaman padi. Bobot gabah kering (g rumpun -1 ) 45 40 35 30 25 20 15 10 1 ) 5 0 95 94 93 92 91 90 89 88 Y = -0.0235x + 92.57 r 2 = 0.2154 0 20 40 60 80 100 Kepadatan populasi (rumpun m -2 ) Y= -0.2842x + 38.279 r 2 = 0.8101 0 20 40 60 80 100 Kepadatan populasi (rumpun m -2 ) Gambar 5. Hubungan bobot gabah kering tiap rumpun dan kepadatan populasi tanaman padi. Gambar 3. Hubungan antara kepadatan populasi tanaman dan jumlah spikelet tiap malai. Populasi 16 rumpun m -2 menghasilkan 368 malai, sebaliknya populasi 100 rumpun m -2 dapat menghasilkan 644 malai. Berdasarkan perbandingan ini, meskipun jumlah bulir per malai pada populasi yang padat lebih sedikit sehingga bobot gabah tiap rumpunnya akan rendah, namun bobot gabah per satuan luas akan lebih tinggi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa bobot gabah pada 16 rumpun m -2 adalah 39.64 g, sedangkan pada 100 rumpun m -2 adalah 11.40 g. Keadaan sebaliknya terjadi pada pengamatan bobot gabah kering per petak, JIPI. 12 (1): 49-54 (2010 ) 52

PRODUKTIVITAS PADI SAWAH yakni kepadatan populasi rendah menghasilkan bobot gabah kering lebih tinggi rendah kepadatan populasi tinggi. Populasi dengan kepadatan 16 rumpun m -2 menghasilkan gabah kering giling per petak efektif sebesar 47.57 kg, sementara tanaman yang ditanam pada kepadatan populasi 100 rumpun m -2 menghasilkan 85.53 kg gabah kering giling (Gambar 6). Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan populasi hingga 100 rumpun m -2 dapat meningkatkan produktivitas lahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Zeng dan Shannon (2000) bahwa hasil gabah meningkat seiring dengan peningkatan populasi per satuan luas lahan. Jarak tanam yang rapat pada tanaman akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain: 1) energi awal yang dibutuhkan untuk pemanjangan akar relatif kecil, 2) akar yang dibutuhkan relatif tidak panjang, 3) lebih cepat mencapai sumber hara, terutama nitrogen, dan 4) lebih singkat hara menuju daun (Salisbury and Ross, 1985). GKG (kg 100 m -2 ) 120 100 80 60 2 ) 40 20 0 Y = -0.0137x 2 + 2.2546x + 25.799 r 2 = 0.7909 0 20 40 60 80 100 Kepadatan populasi (rumpun m -2 ) Gambar 6. Hubungan antara bobot gabah kering giling (GKG) dan kepadatan populasi tanaman. Hasil penelitian ini membuka pemikiran baru dalam upaya peningkatan produktivitas padi pada lahan sawah melalui peningkatan kepadatan populasi. Namun demikian, untuk mengimplementasikan pemikiran tersebut, maka berbagai faktor yang berhubungan dengan proses produksi padi sawah perlu mendapat pertimbangan yang cermat. Menanam padi dengan populasi yang rapat membutuhkan tenaga kerja yang jauh lebih besar dibandingkan dengan populasi yang longgar. Disamping itu, proses pemeliharaan, khususnya penyiangan juga membutuhkan tenaga kerja yang lebih besar, sehingga inovasi teknologi budidaya padi sawah dengan populasi yang padat masih sangat diperlukan, antara lain teknik tanam benih langsung (tabela) dengan sistem hambur dan larikan perlu diteliti lebih lanjut. KESIMPULAN Peningkatan kepadatan populasi dari 16 rumpun m -2 menjadi 25, 49 dan 100 rumpun m -2 menurunkan jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, jumlah spikelet per malai, persentase spikelet fertil, bobot gabah tiap rumpun, namun meningkatkan bobot gabah kering giling per petak (100 m 2 ), yakni 47.57 kg per petak pada kepadatan populasi 16 rumpun m -2 dan 85.53 kg per petak pada kepadatan populasi 100 rumpun m -2. SANWACANA Terima kasih penulis ucapkan kepada Kepala Dinas Pertanian Kota Bengkulu, Kepala Balai Benih Pembantu (BBP) Dinas Pertanian Kota Bengkulu, Rahmat (Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Suyono SP (Staf Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu) yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Berkelaar, D. 2001. Sistem intensifikasi padi (The System of Rice Intensification-SRI). Sedikit dapat memberi lebih banyak. Buletin ECHO Development Notes, Januari 2001. ECHO Inc. 17391 Durance Rd. North Ft. Myers F1.33917 USA. pp. 1-6. Counce, P.A. 1987. Asymtotic and parabolic yield and linear nutrient content responses to rice population density. Agron. J. 79: 864-869. Counce, P.A. and B.R.Wells. 1990. Rice plant population density effect on early-season nitrogen requirement. J. Prod. Agric. 3: 390 393. Darwanto, D.H. 2005. Ketahanan pangan berbasis produksi dan kesejahteraan petani. Ilmu Pertanian 12: 152-164. Evans, L.T. and S.K. De Datta. 1979. The relation between irradiance and grain yield of irrigated rice in the tropics, as influenced by cultivars, nitrogen fertilizer application and month of planting. Field Crops Res. 2: 1-17. Gravois, K.A. and R.S. Helms. 1992. Path analysis of rice yield and yield components as affected by seeding rate. Agron. J. 84: 1-4. Miller, B.C., J.E. Hill, and S.R. Roberts. 1991. Plant population effects on growth and yield in water-seeded rice. Agron. J. 83: 291-297. Salisbury, F.B., and C.W. Ross. 1985. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Co., Belmont, California. Sawit, M.H. 2006. Indonesia dalam tatanan perubahan perdagangan beras dunia. Makalah BPS di Rakornas Inpres, Yogyakarta 1-2 Mei 2006. JIPI. 12 (1): 49-54 (2010 ) 53

SUMARDI Sumardi. 2007. Peningkatan produktivitas padi sawah melalui perbaikan lingkungan tumbuh dalam meningkatkan hubungan source-sink tanaman pada metode SRI (The System of Rice Intensification). Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. Tidak dipublikasikan Uphoff, N., S. Rafaralaby, and J. Rabenandrasana, 2002. What is System of Rice Intesification. Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development. http://cifad.cornell.edu/sri. Uphoff, N. 2003. Initial Report on China National S.R.I. Workshop. Hangzhon, March 2-3,2003. Venkateswarlu, B. and R.M. Visperas. 1987. Source-Sink Relationships in Crop Plants. International Rice Research Institute. Manila, Philippines Wardana, I.P., P.S. Bindraban, A. Gani, A.K. Makarim, and I. Las. 2002. Biophysical and Economic Implication of Integrated Crop and Resource Management for Rice in Indonesia. Proceedings of A Thematic Workshop on Water-Wise Rice Production, 8-11 April 2002 at IRRI Headquarters in Los Banos, Philippines. Wu, G., L.T. Wilson, and A.M. McClung. 1988. Contribution of rice tiller to dry matter accumulation and yield. Agron. J. 90: 317-323. Zeng, L. and M. C. Shannon. 2000. Effects of salinity on grain yield and yield components of rice at different seeding densities. Agron. J. 92: 418-423. JIPI. 12 (1): 49-54 (2010 ) 54