STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI TANJUNG SETIA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

Studi Kesesuaian Wisata dan Mutu Air Laut untuk Ekowisata Rekreasi Pantai di Pantai Maron Kota Semarang

ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Wilayah Pesisir Pantai Bandengan Jepara, sebagai Upaya Optimalisasi Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

PEMETAAN KAWASAN EKOWISATA SELAM DI PERAIRAN PULAU PANJANG, JEPARA, JAWA TENGAH. Agus Indarjo

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

Potensi Pantai Joko Tingkir Kabupaten Pemalang untuk Pengembangan Kawasan Wisata

STUDI KESESUSIAN WISATA DI PANTAI SENDANG SIKUCING KABUPATEN KENDAL SEBAGAI OBJEK WISATA REKREASI PANTAI

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

3. METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA BAHARI DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

JOURNAL OF MARINE RESEARCH Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di:

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

OCEANARIUM DI KAWASAN PANTAI KARTINI JEPARA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Pesisir dan Pantai

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

KAJIAN DAYA DUKUNG FISIK WISATA DANAU DI PANTAI PASIR PUTIH PARBABA KABUPATEN SAMOSIR

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

KONDISI TERUMBU KARANG PADA LOKASI WISATA SNORKELING DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai Kawasan pesisir

PEMAHAMAN MASYARAKAT TENTANG POTENSI EKOSISTEM PESISIR UNTUK OBYEK WISATA DI DESA MOROREJO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

ANALISA LAHAN PANTAI DELEGAN DALAM MENDUKUNG WISATA SEGORO INDAH DELEGAN (WISID)

TINJAUAN PARAMETER FISIK PANTAI MANGKANG KULON UNTUK KESESUAIAN PARIWISATA PANTAI DI KOTA SEMARANG

ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI TELUK LOMBOK KABUPATEN KUTAI TIMUR KALIMANTAN TIMUR

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

ABSTRAK. Kata Kunci : Kualitas Perairan, Pantai Tanjung Pesona, Kesesuaian Wisata ABSTRACT

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN WISATA PANTAI LHOKNGA KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI TAUFIQ HIDAYAT

Karakteristik Pulau Kecil: Studi Kasus Nusa Manu dan Nusa Leun untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Maluku Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

Oleh: HAZMI C SKRlPSl Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Perikanan Dan llmu Kelautan

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pembangunan Pariwisata Pesisir dan Lautan Berkelanjutan

SPERMONDE (2017) 3(1): ISSN: STUDI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU PASIR PUTIH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

MODEL AMBANG BATAS FISIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS AREA WISATA. Abstrak

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kesesuaian Lokasi dan Data Spasial Budidaya Laut berdasarkan Parameter Kualitas Perairan di Teluk Lasongko Kabupaten Buton Tengah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA PANTAI, SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BERHALA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango

Evaluasi Kesesuaian Tambak Garam Ditinjau Dari Aspek Fisik Di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

Jurnal Geografi. Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

ANALISA KESESUAIAN KAWASAN DAN DAYA DUKUNG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU PASUMPAHAN KOTA PADANG

Kesesuaian Perairan Kawal Sebagai Kawasan Wisata Pantai di Kabupaten Bintan. Bentar Dipri Saputra 1, Khodijah 2 ABSTRACT

3. METODOLOGI PENELITAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Transkripsi:

Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 125-134 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr STUDI KESESUAIAN PERAIRAN PANTAI TANJUNG SETIA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG Zulkifli Aziz, Petrus Subardjo, Ibnu Pratikto *) Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. (024)7474698, E-mail: azizzulkifli@gmail.com ABSTRAK Pantai Tanjung Setia termasuk salah satu destinasi objek wisata Lampung yang diunggulkan dan merupakan objek wisata di Kabupaten Lampung Barat yang memiliki potensi yang cukup besar sebagai salah satu kawasan wisata bahari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menilai potensi fisik Pantai Tanjung Setia sebagai kawasan wisata bahari. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kesesuaian wisata, yaitu dengan membandingkan karakteristik dan kualitas lahan terhadap persyaratan penggunaan lahan untuk kegiatan wisata tertentu. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kondisi fisik perairan Pantai Tanjung Setia berpotensi sebagai kawasan wisata bahari, dengan beberapa kegiatan yaitu selancar (Surfing), selam (Diving), dan memancing (Fishing). Berdasarkan nilai IKW untuk kegiatan selancar (Surfing) masuk dalam kategori kelas S1 (sangat sesuai) dengan nilai IKW sebesar 80%, sedangkan untuk kegiatan selam (Diving) dan kegiatan memancing (Fishing) masuk dalam kategori S2 (cukup sesuai) dengan masing-masing nilai IKW 70% untuk kegiatan selam (Diving), dan 64% untuk kegiatan memancing (Fishing). Kata Kunci : Wisata Bahari, Kesesuaian, dan Pantai Tanjung Setia ABSTRACT Faithful Cape Coast is one of Lampung destinations featured attraction and a tourist attraction in West Lampung regency which has considerable potential as a marine tourism area. This study aims to identify and assess physical potential of Cape Coast Faithful as marine tourism area. This study aims to identify and assess physical potential of Cape Coast Faithful as marine tourism area. The results of the study showed that the physical condition of the waters of Cape Coast Faithful potential as marine tourism area, with some activity that is surfing (Surfing), diving (Diving), and fishing (Fishing). Based on the IKW for surfing activities (Surfing) into the category of class S1 (very suitable) with IKW value by 80%, whereas for diving (Diving) and fishing (Fishing) in the category S2 (quite appropriate) with each IKW value of 70% for diving (Diving), and 64% for fishing activities (fishing). Keywords: Marine Tourism, Suitability, and Tanjung Setia Beach *) Penulis penanggung jawab

Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 126 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian ini dilaksanakan dipantai Tanjung Setia Kabupaten Lampung Barat, karena pantai ini termasuk salah satu objek wisata Lampung yang diunggulkan. Pantai ini memiliki potensi yang cukup besar sebagai salah satu kawasan wisata bahari. Keindahan alamnya yang masih alami dan pasirnya yang putih, pantai ini juga memiliki ombak yang besar dengan ketinggian mencapai 2-3m dan memiliki panjang gelombang sekitar 20m, menjadikan pantai ini sudah cukup dikenal oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing sebagai kawasan wisata selancar (Surfing). Selain itu, pantai ini menyimpan kekayaan bawah laut yang besar untuk sebagai kawasan wisata bahari seperti kondisi terumbu karang yang masih baik, dan juga memiliki kekayaan ragam jenis ikan yang melimpah. Dengan kekayaan bawah lautnya yang melimpah, objek wisata Pantai Tanjung Setia ini dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata yang menarik untuk terus dikunjungi. Pantai ini dapat dikembangkan untuk kegiatan seperti selam (Diving), dan memancing (Fishing). Masih minimnya perhatian pemerintah daerah, serta kurangnya data-data pendukung dalam pengelolaan wisata Pantai Tanjung Setia menyebabkan kawasan wisata ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kawasan wisata bahari. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian yang berorientasi pada kesesuaian lahan untuk kegiatan wisata bahari di Pantai Tanjung Setia, sehingga dalam pengelolaan kawasan Pantai Tanjung Setia dapat dikelola dengan baik sesuai dengan kemampuan fisik lahan yang dimiliki, dan menjadikan Pantai Tanjung Setia dapat dinikmati secara berkelanjutan. Untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada kawasan Pantai Tanjung Setia, maka perlu dilakukan studi kesesuaian terhadap kawasan Pantai Tanjung Setia agar sesuai antara penggunaan lahan dengan peruntukan penggunaan lahan sebagai kawasan wisata bahari. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menilai potensi fisik lahan perairan Pantai Tanjung Setia sebagai kawasan wisata bahari. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah atau pihak yang berkepentingan dan pihak pengembang yang ingin mengembangkan Pantai Tanjung Setia di Kabupaten Lampung Barat. MATERI DAN METODE Materi Penelitian Materi yang dikaji dalam penelitian ini yaitu kondisi fisik dan keadaan alam dari Pantai Tanjung Setia serta data primer seperti parameter fisika, suhu dan kecerahan), parameter kimia (ph, dan Salinitas), parameter biologi (flora dan fauna) dan parameter geomorfologi ((kedalaman perairan, ukuran butir pasir, lebar gisik, dan kemiringan gisik) dan data sekunder seperti klimatologi (curah hujan, kecepatan angin, dan arah angin), biota air (persentase penutupan karang, jumlah hasil tangkap ikan, dan jenis ikan karang) dan fisika perairan (data gelombang bulanan, data pasang surut, dan arus bulanan) yang didapat dari Dinas Perikanan dan Kelautan, BAPPEDA, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). Metode pengambilan data Metode pengambilan data lapangan dilakukan dengan metode survey, yaitu peninjauan secara umum, dan observasi objektif yaitu memikirkan tentang sesuatu dan inspeksi kondisi tentang sesuatu. Metode ini terdiri dari : 1. Survey data Primer Survey data primer dilakukan dengan metode sampling purposive yaitu pengambilan data dengan alasan dan pertimbangan tertentu, yaitu kondisi lokasi pengambilan sampel. Observasi lapangan, berupa identifikasi wilayah pesisir Pantai Tanjung Setia Kabupaten Lampung Barat dan potensinya sebagai kawasan wisata bahari seperti parameter fisika, kimia, dan geomorfologi. 2. Data sekunder Selain data primer, penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang didapat dari instansi-instansi dan pihak yang terkait. Data yang diperoleh antara lain data pasang surut, data gelombang, arus, biota air, dan klimatologi. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Pantai Tanjung Setia, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Pelaksanaan

Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 127 penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dimulai dari 1 Mei 2011 sampai dengan 1 Juni 2011. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode pertimbangan (Purposive Sampling Method) setelah dilakukan survey pendahuluan, lokasi pengambilan data dibagi menjadi 6 titik stasiun. Analisis kesesuaian wisata untuk kategori Selancar (Surfing), Selam (diving), dan Memancing (Fishing) Analisis kesesuaian wisata merupakan analisis yang dimaksudkan untuk mengetahui kesesuian wisata pada suatu kawasan dalam penggunaan lahan pada kawasan tersebut. Analisis ini juga digunakan dalam perencanaan kawasan wisata Pantai Tanjung Setia Desa Tanjung Setia Kec. Pesisir Selatan Kab. Lampung Barat Prov. Lampung. Tabel 1. Parameter kesesuaian wisata kegiatan Selam (Diving) No Parameter Bobot Kategori S1 S2 S3 TS 1 Kecerahan (%) 5 >80 60-80 30-<60 <30 2 Tutupan Karang (%) 5 >75 50-75 25-50 <25 3 Jumlah Jenis Life Form Karang 3 >12 7-12 4-7 <4 4 Jumlah Jenis Ikan Karang 3 >100 >50-100 >20-50 <20 5 Kecepatan Arus (knot) 1 0-15 >15-30 >30-50 >50 6 Kedalaman terumbu karang (m) 1 15 >15-20 >20-30 >30 Nilai maksimum Bobot x Skor = 54 Tabel 2. Parameter kesesuaian wisata kegiatan Selancar (Surfing) No Parameter Bobot Kategori S1 S2 S3 TS 1 Tinggi Gelombang (m) 5 >3 2-3 1-2 <1 2 Panjang Gelombang (m) 5 >200 100-200 10-100 <10 3 Kecepatan Angin (Knot) 3 >15 10-15 5-10 <5 4 Material Dasar Perairan 3 Pasir, Pasir, berbatu Pasir, agak curam Karang, sangat curam 6 Kedalaman Perairan (m) 3 >5 4-5 3-4 <3 7 Pasang Surut (m) 1 <1 1-2 2-3 >3 Nilai maksimum Bobot x Skor = 58

Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 128 Tabel 3. Parameter kesesuaian wisata kegiatan Memancing (Fishing) No Parameter Bobot Kategori S1 S2 S3 TS 1 Kecerahan (%) 5 >80 60-80 30-<60 <30 2 Tutupan Karang (%) 5 >75 50-75 25-50 <25 3 Jumlah Jenis Ikan Karang 3 >100 >50-100 >20-50 <20 4 Kecepatan Arus (knot) 1 0-15 >15-30 >30-50 >50 5 Kedalaman terumbu karang (m) 1 1-3 >3-6 >6-10 >10/<3 Nilai maksimum Bobot x Skor = 45 Keterangan: Kategori S1: Nilai Skor 3 Kategori S2: Nilai Skor 2 Kategori S3: Nilai Skor 1 Kategori TS: Nilai Skor 0 Menurut Yulianda (2007), setiap kegiatan wisata memiliki persyaratanpersyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kawasan objek wisata yang akan dikembangkan. Masing-masing jenis kegiatan wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda-beda antara kegiatan wisata yang satu dengan jenis kegiatan wisata yang lainnya. Parameter kegiatan tersebut disusun dalam kelas kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan wisata. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesesuaian kegiatan wisata adalah sebagai berikut : Dimana : IKW = ( Ni / Nmaks ) X 100% IKW = indeks kesesuaian wisata Ni = nilai parameter ke-i (bobot x skor) Nmaks = nilai maksimum dari suatu kategori wisata Kelas kesesuaian lahan wisata bahari ini dibagi dalam 4 (empat) kelas kesesuaian yaitu : Sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (TS). Definisi dari kelas-kelas kesesuaian dijelaskan sebagai berikut : Kategori S1 : Sangat sesuai (highly suitable), pada kelas kesesuaian ini tidak mempunyai faktor pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata. Kategori S2 : Cukup sesuai (quite suitable), pada kelas kesesuaian ini mempunyai faktor pembatas yang agak berat untuk suatu penggunaan kegiatan tertentu secara lestari. Faktor pembatas tersebut akan mempengaruhi kepuasan dalam kegiatan wisata dan keuntungan yang diperoleh serta meningkatkan input untuk mengusahakan kegiatan wisata tersebut. Kategori S3 : Sesuai bersyarat, pada kelas kesesuaian ini mempunyai faktor pembatas yang lebih banyak untuk dipenuhi. Faktor pembatas tersebut akan mengurangi kepuasan sehingga untuk melakukan kegiatan wisata faktor pembatas tersebut harus benar-benar lebih diperhatikan sehingga stabilitas ekosistem dapat dipertahankan. Kategori TS : Tidak sesuai (not suitable), pada kelas kesesuaian ini mempunyai faktor pembatas berat atau permanen, sehingga tidak mungkin untuk mengembangkan jenis kegiatan wisata secara lestari. Menurut Yulianda (2007) setiap parameter memiliki bobot dan skor, dimana pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter terhadap perencanaan kawasan wisata. bobot yang diberikan adalah 5 (lima), 3 (tiga), dan 1

Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 129 (satu). Kriteria untuk masing-masing pembobotan adalah sebagai berikut : 1. Pemberian bobot 5: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter sangat diperlukan atau parameter kunci. 2. Pemberian bobot 3: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter sedikit diperlukan atau parameter yang cukup penting. 3. Pemberian bobot 1: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter dalam unsur penilaian tidak begitu diperlukan tetapi harus selalu ada atau parameter ini tidak penting, yang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Perairan Berdasarkan beberapa indikator fisika dan kimia dapat dilihat kondisi perairan Pantai Tanjung Setia masih cukup jernih dan relatif bersih dari limbah dan pencemaran, pada artinya tanpa parameter ini kegiatan masih bisa dilakukan. Pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter, sedangkan pemberian skor berdasarkan kualitas setiap parameter kesesuaian. Setelah menentukan bobot dan skor, maka nilai indeks kesesuaian wisata (IKW) dihitung berdasarkan total perkalian bobot dan skor semua parameter untuk wisata selancar, selam (Diving), dan memancing, kategori sangat sesuai berada pada kisaran nilai 80-100 %, kategori cukup sesuai berada pada kisaran nilai 60-<80 %, kategori sesuai bersyarat berada pada kisaran nilai 35-<60 %, kategori tidak sesuai berada pada kisaran nilai <35 %. Tabel 4 berikut ini ditampilkan hasil pengamatan perairan dikawasan Pantai Tanjung Setia yang telah dibandingkan dengan Baku Mutu Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2004 tentang kualitas perairan untuk pariwisata. Tabel 4. Nilai rata-rata kualitas perairan di masing masing stasiun pengamatan No Indikator Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Baku mutu KLH 2004 1 ph 7,27 7,30 7,40 7-8.5, (KLH,2004) 2 Suhu ⁰C 30,33 30,33 30,00 alami (KLH,2004) 3 Kecerahan M 6,00 6,17 6,17 > 6 (KLH, 2004) 4 Salinitas Ppt 34,67 34,67 34,33 alami (KLH,2004) 5 Kedalaman M 5 5,67 5.33 Sumber : Data penelitian 2011 Kemiringan dan Lebar Gisik Dari hasil pengukuran yang dilakukan di tiga stasiun diperoleh bahwa kemiringan lereng yang dimiliki Pantai Tanjung Setia tidak terlalu bervariatif yaitu memiliki kemiringan Tabel 5. Lebar gisik Pantai Tanjung Setia No Stasiun Lebar gisik(m) 1. 1 26 2. 2 29 3. 3 24 Sumber: Data penelitian, 2011 sudut antara 8-10 dan memiliki kontur pantai yang landai. Sedangkan lebar gisik yang didapat dari hasil pengukuran di 3 titik stasiun berkisar 24-29m.

Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 130 Tabel 6. Kemiringan gisik Pantai Tanjung Setia No Stasiun Kemiringan gisik ( ) 1. 1 9 2. 2 10 3. 3 8 Sumber: Data penelitian, 2011 Berdasarkan hasil analisa sampel pasir yang diambil dilokasi penelitian didapatkan bahwa ukuran butir pasir pada Pantai Tanjung Setia berdiameter antara 0.2-3 mm dengan jenis Sand pada stasiun 1 dan 2, dan Gravel pada stasiun 3. Tabel 7. Data ukuran butir ( Grand Size) di tiap-tiap stasiun Stasiun Indikator Satuan Ukuran 1 Ukuran butir(grain size) mm 0,2-0,8 2 Ukuran butir(grain size) mm 0,4-2 3 Ukuran butir(grain size) mm 0,2-3 Sumber : Data penelitian tahun 2011 Penilaian kesesuaian wisata kategori wisata Selancar (Surfing) Berdasakan hasil penilaian bahwa kondisi fisik perairan di lokasi penelitian untuk kategori kegiatan Selancar (Surfing) masuk dalam kategori kelas S1 (sangat sesuai) dengan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) yaitu bernilai 80%. Adapun kriteria persyaratan untuk kategori kegiatan wisata Selancar (Surfing) meliputi: tinggi gelombang di lokasi penelitian mempunyai ketinggian gelombang tertinggi yaitu 2 m, panjang gelombang di lokasi penelitian mempunyai panjang gelombang terpanjang yaitu 191 m, berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG bahwa di lokasi penelitian mempunyai kecepatan angin yaitu 15,75 knot, material dasar perairan berupa pasir, kedalaman perairan dilokasi penelitian yaitu 5 m, berdasarkan Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG Pantai Tanjung Setia mempunya pasang surut yaitu 2m dan 0,2 m. Tabel 8. Parameter penilaian kesesuaian wisata kategori selancar Parameter Data di Lapangan Kelas Bobot Skor Ni:BxS Tinggi Gelombang (m) 2 m S2 5 2 10 Panjang Gelombang (m) 191 m S2 5 3 10 Kecepatan Angin (Knot) 15.75 S1 3 3 9 Material Dasar Perairan Pasir, Landai S1 3 3 9 Kedalaman Perairan (m) 5 m (Stasiun 1) S1 1 3 3 Pasang Surut (m) 2m dan 0.2m S2 1 2 2 Total ( Ni) 18 17 43 Sumber: Data Penelitian 2011 BMKG Lampung (Kecepatan angin) DISHIDROS-AL (Pasang Surut) IKW : ( Ni/Nmaks) x 100% : ( 43/54) x 100 % : 80 % (Sangat sesuai)

Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 131 Penilaian kesesuaian wisata kategori wisata Selam (Diving) Berdasarkan hasil penilaian bahwa kondisi fisik perairan dilokasi penelitian untuk kategori kegiatan Selam (Diving) masuk kedalam kategori kelas S2 (cukup sesuai) dengan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) yaitu bernilai 70%. Adapun kriteria persyaratan untuk kategori kegiatan wisata Selam (Diving) meliputi: rata-rata kecerahan perairan dilokasi penelitian yaitu 60%, berdasarkan data yang diperoleh dari DKP Kab. Lampung Barat Pantai Tanjung Setia mempunyai luasan tutupan karang yaitu 72,40%, jumlah jenis karang yaitu 13 jenis dan jumlah jenis ikan karang yaitu sebanyak 50 jenis, kecepatan rata-rata arusnya yaitu 45cm/s (0,8knot), dan kedalaman perairan berkisar antara 10-15m. Tabel 9. Parameter kesesuaian Wisata kategori Selam (Diving) Parameter Data di Lapangan Kelas Bobot Sekor Ni:BxS Kecerahan (%) 60% S2 5 2 10 Tutupan Komunitas Karang (%) 72,40% S2 5 2 10 Jumlah Jenis Life Form Karang 13 jenis S1 3 3 9 Jumlah Jenis Ikan Karang 50 jenis S3 3 1 3 Kecepatan Arus (knot) 45 cm/s (0,8 knot) S1 1 3 3 Kedalaman (m) 10-15 m (Stasiun 4-6) S1 1 3 3 Total ( Ni) 18 12 38 Sumber: Data Penelitian 2011 Dinas Kelautan dan Perikanan (data tutupan karang, Jumlah jenis ikan, Jumlah Jenis Life Form Karang, kecepatan arus) IKW : ( Ni/Nmaks) x 100% : ( 38/54) x 100 % : 70 % (cukup sesuai) Penilaian kesesuaian wisata kategori wisata Memancing (Fishing) Berdasarkan hasil metode penilaian kondisi fisik perairan di lokasi penelitian untuk kategori kegiatan wisata Memancing (Fishing) masuk dalam kategori kelas S2 (cukup sesuai) dengan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) yaitu bernilai 64%. Adapun kriteria persyaratan untuk kategori kegiatan wisata Memancing (Fishing) meliputi: rata-rata kecerahan perairan dilokasi penelitian yaitu atau 60%, berdasarkan data yang diperoleh dari DKP Kab. Lampung Barat Pantai Tanjung Setia mempunyai luasan tutupan karang yaitu 72,40 % dan jumlah jenis ikan karang yaitu sebanyak 50 jenis, kecepatan arus di lokasi penelitian mempunyai rata-rata kecepata arusnya 45cm/s (0,8 knot), dan kedalaman perairan berkisar antara 10-15m.

Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 132 Tabel 3. Parameter kesesuaian wisata kategori Memancing (Fishing) Parameter Data di Lapangan Kelas Bobot Sekor Ni:BxS Kecerahan (%) 60% S2 5 2 10 Tutupan Komunitas Karang (%) 72,40% S2 5 2 10 Jumlah Jenis Ikan Karang 50 jenis S3 3 1 3 Kecepatan Arus (knot) 45 cm/s (0,8 knot) S1 1 3 3 Kedalaman (m) 10-15 m (Stasiun 4-6) S1 1 3 3 Total ( Ni) 15 9 29 Sumber: Data penelitian 2011 Dinas Kelautan dan Perikanan (data tutupan karang, Jumlah jenis ikan, kecepatan arus) IKW : ( Ni/Nmaks) x 100% : ( 29/45) x 100 % : 64 % (cukup sesuai) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan nilai IKW kondisi fisik Pantai Tanjung Setia masuk dalam kategori kelas S1 (sangat sesuai) untuk kegiatan selancar (Surfing) dengan nilai IKW sebesar 80%, sedangkan untuk kegiatan selam (Diving) dan untuk kegiatan memancing (Fishing) masuk dalam kategori S2 (cukup sesuai) dengan nilai IKW masing-masing kategori sebesar 70% dan 64%. Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan kawasan Pantai Tanjung Setia Desa Tanjung Setia kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat sebagai kawasan wisata bahari agar dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan kawasan tesebut. Dalam pengembangan kawasan wisata Pantai Tanjung Setia agar dipertahankan kondisi alami dan keaslian obyek sehingga tidak merusak ekosistem pantai. Ucapan Terimakasih Penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung penelitian ini. Kepada reviewer Jurnal Penelitian Kelautan disampaikan penghargaan atas review yang sangat berharga pada artikel ini. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi (1993) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Badan Meteorologi dan Geofisika. 2010. Data Angin dan Curah Hujan Bulanan, Stasiun Pelabuhan Panjang. Lampung. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Barat. 2010. Penyusunan Masterplan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Lampung Barat. Lampung Brandon, K. dan R. Margoulis. 1998. Structuring Ecosystem Succes : Framwork for Analysis. Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 62 Hal. Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. P.T. Pradnya Paramita, Jakarta. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut, Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Dahuri, R., Rais J., Ginting S. P dan sitepu, M.J. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan lautan Secara Terpadu. Pradnya paramita. Jakarta. 305 hlm Damanik, J. dan Weber H.F. 2006. Perencana Ekowisata dari Teori Aplikasi. Pusat Studi Pariwisata

Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 133 (PUSPAR) UGM dan Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. 142 hlm. Darmajati, R.S : Pengantar Pariwisata; Pradya Paramita, 2002. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2010. Desain Pembangunan Pelabuhan Perikanan Bengkunat Kab. Lapung Barat. Dinas Kelautan dan Perikanan. Lampung Barat Dishidros TNI AL. 2010. Pasang surut di daerah Perairan Lampung dan sekitarnya. Lampung. Djaenuddin, D, Dkk, (1994), Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan Kehutanan (Land Suitability for Agriculture and Silvicultural Plants), Second Land Resource Evaluation and Planning Project, ADB Loan 1099, INO, Laporan Teknis No 7 Versi 1.0. 51 pp Fandeli, C. 2000. Pengertian dan Konsep Dasar Pariwisata. Penerbit, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Gold, 1980. Recreation Planing and Design, MC. Grow Hill Company, USA. Halim, A. 1998. Penentuan Lokasi Wisata Bahari dengan SIG di Gili Indah, Kabupaten Lombok Barat, NTB. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. IPB. (Tidak dipublikasikan). Haris, A. 2003. Analisis Kesesuaian Lahan dan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Teluk Kayeli Kabupaten Buru. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. Mangkudilaga, S. 2001. Pemberdayaan Potensi Kelautan Bagi Pengembangan Pariwisata Indonesia. Majalah NEED, Edisi April, Volume 3, Nomor 2, Yayasan Pilar Dhasa Muka. Jakarta. Marpaung, H. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta. Bandung Pariwono, J. I. 1999. Kondisi Oseanografi Perairan Pesisir Lampung. BAPPENAS. P.B. Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia. 1980. Persyaratan dan Persatuan Dasar Olahraga Selam Indonesia. Jakarta. Pearce. 1981. Tropics In Applied Geography Tourist Development. Williem Clowes Limited. London. 90 p. Pemerintah Desa Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. 2009. Laporan Monografi Desa Tanjung Setia 2010. Pragawati, B. 2009. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Pantai Binangun, Kabupaten Rembang. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor Pratikto, I. 2001. Evaluasi Potensi wilayah Pantai untuk Pengembangan Pariwisata di Jepara. Fakultas Geografi Universitas Gajahmada, Yogyakarta, (Tesis S-2 tidak dipublikasikan). Rainingsih, Z.A. 2002. Studi Kemampuan Lahan Untuk Kawasan Wisata Pantai Disebagian Daerah Pesisir Jepara Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Jurusn Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang. Sitorus, Santun. R. P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito. Bandung Sofyan, R. dkk. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Center. Suryabrata, S. 1992. Metedologi Penelitian. CV Rajawali. Jakarta. 115 hlm. Suwantoro, G. 2004. Dasar-dasar pariwisata. Yogyakarta : Andi Singarimbun, M., dan Sofian, E. 1989. Metoda Penelitian Survey. Lembaga

Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 134 Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta. 336 hlm. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Diundangkan pada Tanggal 16 Januari 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11. Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Disampaikan pada Seminar Sains 21 Februari 2007 pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK. IPB.