BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Di Negara Indonesia terdapat 0,2-0,8% penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa. Riskesda (2007) menyebut 14,1% penduduk mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat. Penderita gangguan jiwa membutuhkan dukungan sosial keluarga untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan ke kondisi semula. Penelitian tentang hubungan dukungan sosial dan kesehatan telah mendapat perhatian yang cukup besar (Kulik & Mahler et al, 1989; dalam DiMatteo, 2004). Dukungan sosial merupakan faktor penting pada sistem imun, endokrin, fungsi kardiovaskuler, penyembuhan dari penyakit dan luka, serta pertahanan kesehatan (S. Cohen et al, 1988; dalam DiMatteo, 2004). Dukungan sosial bermanfaat bagi kesehatan dengan cara melindungi diri dari akibat yang ditimbulkan oleh stress, mempengaruhi keadaan afektif dan 1
atau merubah perilaku (S.Cohen, 1998 dalam DiMatteo, 2004); secara langsung dapat mempengaruhi sistem hormon dan neuroendokrin dan secara tidak langsung pada gaya hidup dan perilaku sehat (DiMatteo, 2004). Penelitian lain yang dilakukan oleh Hegelson et al dalam DiMatteo (2004) juga menunjukan bahwa dukungan sosial sangat berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan hidup dengan penyakit yang dideritanya. Dukungan sosial merupakan dukungan emosional yang berasal dari teman, anggota keluarga, bahkan pemberi perawatan kesehatan yang membantu individu ketika suatu masalah muncul. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat menjadi faktor kunci dalam penyembuhan klien penderita gangguan jiwa. Walaupun anggota keluarga tidak selalu merupakan sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka paling sering menjadi bagian penting dalam penyembuhan (Kumfo, 1995 dalam Videback, 2008). Penderita gangguan jiwa yang melakukan kontak dengan keluarga merasa lebih bahagia dan merasa terhubung dengan keluarga walaupun mereka tinggal di institusi. Menurut Gilang (2001) dukungan keluarga sangat penting untuk membantu klien bersosialisasi kembali, menciptakan kondisi lingkungan suportif, menghargai klien secara pribadi dan membantu pemecahan masalah klien. 2
Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan (Taylor, 1995). Pendapat tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Commission on the Family (1998, dalam Dolan et al, 2006) bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh dengan tekanan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widjayanti (2008) mengenai harga diri klien gangguan jiwa di RS Grhasia Yogyakarta menunjukan ada hubungan yang signifikan (p=0,004) antara dukungan keluarga dengan harga diri klien gangguan jiwa di rumah sakit ini. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurdiana, dkk (2005) mengenai tingkat kekambuhan pasien skizofrenia di RS. Dr. Moch Ansyari Saleh Banjarmasin menunjukan ada hubungan antara peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan pasien skizofrenia. 3
Fungsi dan peran keluarga sangatlah penting disaat salah satu anggota keluarganya mengalami masalah kesehatan (gangguan jiwa). Adapun peran itu sendiri merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan (Friedman, 1998). Zaidin (2006) mengutip Friedman (1998) mengemukakan fungsi keluarga dalam pemeliharaan kesehatan yaitu keluarga mampu memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, keluarga mampu menciptakan atau mempertahankan suasana rumah yang sehat dan keluarga mampu membuat keputusan tindakan yang tepat. Pengalaman peneliti saat melakukan kunjungan ke RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, peneliti melihat banyak sekali terdapat pengumuman di setiap bangsal yang tertulis bahwa kunjungan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai fungsi keluarga dalam memberikan dukungan sosial pada pasien yang mengalami gangguan jiwa. 4
1.2 Fokus Penelitian 1.2.1 Apa bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. 1.2.2 Apa harapan keluarga setelah memberikan dukungan sosial kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui fungsi keluarga dalam memberikan dukungan sosial pada pasien yang mengalami gangguan jiwa. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. b. Mengidentifikasi harapan keluarga setelah memberikan dukungan sosial pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. 5
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan dalam bidang keperawatan keluarga dan keperawatan jiwa yang berkaitan dengan dukungan sosial. 1.4.2 Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi setiap perawat yang berada di rumah sakit jiwa dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa yang tidak hanya berfokus pada perawatan di rumah sakit tetapi juga dukungan sosial dari keluarga. 1.4.3 Keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran nyata kepada keluarga bahwa pasien gangguan jiwa harus mendapatkan dukungan sosial dari keluarganya 6