Oleh Ariyadi Wijaya Jurdik Matematika FMIPA UNY. Abstrak:

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH. Oleh: R. Rosnawati, dkk

PENGEMBANGAN PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pengembangan Student Worksheet Berbasis Matematika Realistik untuk Pembelajaran Matematika Secara Bilingual di Sekolah Menengah Pertama

INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI. Makalah dipresentasikan pada. Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka

Manfaat Permainan Tradisional untuk PMRI: Suatu Kajian 1

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013

PEMBELAJARAN PMRI. Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

P 42 NORMA SOSIOMATEMATIK DALAM KELAS MATEMATIKA

SIKLUS KEDUA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB II KAJIAN TEORITIS

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KURIKULUM MATEMATIKA TAHUN 1984 DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK. Tatang Herman

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I. Matematika dan perkembangan teknologi serta informasi tidak dapat dipisahkan.

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone of Proximal Development (ZPD) Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RME SEBAGAI ALTERNATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MEMBANGUN GENERASI KREATIF DAN BERKARAKTER

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME. Oleh: Lailatul Muniroh

Hypothetical Learning Trajectory dan Peningkatan Pemahaman Konsep Pengukuran Panjang

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB II KAJIAN TEORI. membilang, menjumlahkan, mengurangi, menambah, memperbanyak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS. FMIPA UNP,

BAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah

DESIGN RESEARCH: KONSEP NILAI TEMPAT PADA OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN DESIMAL DI KELAS V SEKOLAH DASAR

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGEMBANGAN LKK DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA MATERI LIMAS DAN PRISMA TEGAK

PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR

KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP

Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Pembelajaran Realistic Mathematic Education di Kelas III SDN Wonomlati Krembung

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

KAJIAN FILOSOFIS EDUKATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN RME (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) DI INDONESIA

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

P 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii

Pendekatan PMRI sebagai Gerakan Literasi Sekolah dalam Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika Oleh : Ariyadi Wijaya

Memfasilitasi Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa dengan Pendekatan Matematika Realistik

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Oktober 2016, Vol. 1, No.1. ISSN:

PEMANFAATAN BUDAYA TRADISIONAL UNTUK MEMBANTU KEGIATAN INVESTIGASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK: SEJARAH, TEORI, DAN IMPLEMENTASINYA. Al Jupri Universitas Pendidikan Indonesia

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA SD KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS PERMAINAN TRAD ISIONAL

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII

PERMAINAN ANAK UNTUK MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Halimah Sa diyah Universitas Ahmad Dahlan, Kata kunci: analisis kebutuhan, PMRI, kemampuan pemecahan masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ai Nani Nurhayati 2 Maulana 3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide,

DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM RANGKA MENUJU SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI)

P 30 PENJUMLAHAN BILANGAN DESIMAL MELALUI PERMAINAN RODA DESIMAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Matematika Modern Versus Matematika Realistik

KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 3, No. 1, Mei 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

APLIKASI MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS KONSEP OPENWORLD DALAM PENGENALAN DASAR KOSAKATA BAHASA MANDARIN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Permainan (Tradisional) untuk Mengembangkan Interaksi Sosial, Norma Sosial dan Norma Sosiomatematik pada Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik Oleh Ariyadi Wijaya Jurdik Matematika FMIPA UNY Abstrak: Pendekatan matematika realistik dikembangkan berdasarkan filosofi matematika sebagai suatu bentuk aktivitas manusia (human activity). Sebagai suatu aktivitas manusia, proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bersifat sosial dan menuntut adanya interaksi di antara pelaku pembelajaran. Interaksi sosial antar pebelajar berjalan secara simultan dengan proses mandiri tiap pebelajar dalam membentuk dan mengembangkan aspek kognitif para pebelajar. Dalam pembelajaran matematika, pengetahuan informal matematika dikembangkan menjadi konsep formal matematika melalui interaksi sosial yang didukung oleh norma sosial dan sosiomatematik. Komunikasi merupakan salah satu karakteristik alami dari permainan (tradisional) sehingga permainan (tradisional) dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan interaksi sosial, norma sosial dan norma sosiomatematik dalam pembelajaran matematika. Kata kunci: permainan (tradisional), interaksi sosial, norma sosial, norma sosiomatematik, pendidikan matematika realistik A. Latar belakang dan rumusan masalah Pada tahun 1983, Howard Gardner seorang profesor bidang pendidikan dari Universitas Harvard mengembangkan teori yang disebut Multiple Intelligences Theory atau Teori Kecerdasan Ganda (http://www.thomasarmstrong.com). Salah satu bentuk kecerdasan dalam teori multiple intelligences tersebut adalah kecerdasan interpersonal. Kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bekerja sama (cooperate) dalam suatu tim. Inti dari kerjasama tersebut adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan berempati secara mudah. Keberadaan suatu norma sosial mutlak diperlukan untuk membentuk komunikasi dan empati yang efektif pada suatu interaksi sosial. Interaksi sosial juga menjadi salah satu perhatian utama dari paham sosial konstruktivis. Paham sosial konstruktivis berpandangan bahwa perkembangan kognitif seorang individu merupakan suatu hasil dari komunikasi dalam kelompok sosial yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari hari. Proses belajar seorang individu tidak hanya merupakan suatu proses mandiri (dalam artian dilakukan Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya dengan tema Kontribusi Aljabar dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Penelitian dan Pembelajaran Matematika untuk Mencapai World Class University yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta pada tanggal 31 Januari 2009

Ariyadi Wijaya secara individual), tetapi juga merupakan suatu bentuk sosial yang berjalan secara bersama sama (Cooke & Buchholz, 2005; Lave & Wenger in Lopez & Allal, 2007; Michelle & Cobb, 2003 and Zack & Graves, 2002). Vygotsky seorang penganut sosial konstruktivis menekankan keutamaan dari interaksi sosial sebagai suatu prasyarat menuju perkembangan kognitif individu melalui internalisasi ide ide dalam suatu komunitas (Nyikos & Hashimoto, 1997). Sebagaimana paham sosial konstruktivis, pendidikan matematika realistik juga menekankan pentingnya interaksi sosial pada suatu proses belajar. Treffers di Bakker (2004) merumuskan interaksi (interactivity) sebagai salah satu dari lima prinsip dasar pendidikan matematika realistik. Interactivity menekankan pada interaksi sosial antara pebelajar untuk mendukung proses individu masing masing pebelajar. Secara singkat bisa dikatakan bahwa suatu proses belajar akan menjadi lebih efektif dan efisien jika para pebelajar saling mengkomunikasikan ide melalui interaksi sosial. Gardner menyebutkan bahwa salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal yang juga mencakup kemampuan berinteraksi adalah melalui suatu bentuk pengalaman (ber)sosial (social experience). Banyak penelitian juga telah dilakukan untuk mengkaji berbagai aspek dari tentang interaksi sosial beserta norma sosial dan norma sosiomatematik, khususnya dalam suatu pembelajaran. Sfard (2001) meneliti penggunaan network flowchart untuk mendemonstrasikan proses pembentukan dan pengembangan makna (meaning) melalui proses diskusi. Pimm (1987) meneliti hubungan antara bahasa matematika dengan bahasa komunikasi sehari hari. Pengaruh norma sosial dan norma sosiomatematik terhadap pembelajaran kolaborasi (collaborative learning) telah diteliti oleh Tatsis (2007). Hershkowitz dan Schwarz (1999) mengembangkan suatu alat dan aktivitas berbasis komputer bernama compumath untuk mendukung pembentukan dan pengembangan norma sosiomatematik pada proses pembelajaran. Walau ditemukan fakta bahwa peran guru dalam pembelajaran menjadi sedikit bias, penggunaan alat dan aktivitas komputer yang dilakukan oleh Hershkowitz dan Schwarz terbukti mampu mengembangkan interaksi sosial dan 98 Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya

Permainan (Tradisional) untuk Mengembangkan Interaksi Sosial,... norma sosiomatematik antara siswa. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengkaji potensi penggunaan aktivitas berbasis permainan (tradisional) untuk mengembangkan interaksi sosial, norma sosial dan norma sosiomatematik pada pembelajaran matematika dengan pendekatan pendidikan matematika realistik. Permainan (tradisional) merupakan salah satu bentuk social interaction yang bersifat alami bagi pebelajar, khususnya pada tingkat pendidikan dasar Permainan (tradisional) secara alami sangat menuntut adanya interaksi, baik dalam satu tim maupun antar tim. Bentuk paling dasar dari komunikasi dalam permainan adalah kesepakatan sebagai salah satu bentuk dari norma sosial. Berdasarkan fakta bahwa interaksi merupakan suatu karakteristik khusus yang ada pada permainan (tradisional), maka pertanyaan yang dirumuskan dalam artikel ini adalah: Bagaimana interaksi sosial, norma sosial dan norma sosiomatematik dalam pembelajaran matematika khususnya dengan pendekatan pendidikan matematika realistik bisa dikembangkan dengan aktivitas berbasis permainan (tradisional)? B. Tujuan dan manfaat Kajian tentang penggunaan permainan untuk pembelajaran matematika ini bertujuan untuk mempelajari potensi penggunaan permainan (tradisional) untuk mengembangkan interaksi sosial antara siswa dan guru dan juga antar siswa pada proses pembelajaran matematika, khususnya dengan pendekatan pendidikan matematika realistik. C. Norma sosial dan norma sosiomatematik Tidak seperti istilah interaksi sosial yang sudah relatif familiar bagi masyarakat, istilah norma sosial dan norma sosiomatematik mungkin bisa dikatakan relatif baru bagi kita. Cobb, Wood dkk (1992) dan Yackel & Cobb (1996) memperkenalkan istilah norma untuk menggambarkan komunikasi atau interaksi antara guru dan siswa ataupun antar siswa yang terjadi pada proses pembelajaran. Lebih lanjut, Cobb dkk membedakan norma menjadi norma sosial dan norma sosiomatematik. Norma sosial merupakan pola umum interaksi sosial yang tidak terikat pada topik atau materi pembelajaran. Norma sosiomatematik secara khusus ISBN : 978 979 16353 2 5 99

Ariyadi Wijaya dikaitkan pada argumentasi secara matematika, yaitu bagaimana pebelajar melakukan proses interaksi dan negosiasi untuk memahami konsep konsep matematika. Norma sosiomatematik sangat berkaitan dengan negosiasi tentang apa yang disebut sebagai prosedur pemecahan masalah, tentang prosedur pemecahan masalah seperti apa yang bisa diterima, tentang alternatif prosedur dan juga tentang perumusan prosedur yang efektif. Yackel & Cobb (1996) mendeskripsikan contoh perbedaan antara norma sosial dengan norma sosiomatematik sebagai berikut: Pemahaman dan kesadaran bahwa siswa diharapkan untuk mengkomunikasikan solusi dan cara berpikir mereka merupakan contoh dari norma sosial, sedangkan pemahaman tentang argumentasi seperti apa yang bisa diterima secara matematika merupakan contoh dari norma sosiomatematik. Secara khusus Lopez (2007) membedakan norma sosiomatematik menjadi dua, yaitu: 1. Norma sosiomatematik terkait dengan proses pemecahan masalah Norma ini fokus pada ekspektasi bagaimana pemecahan masalah harus dilakukan. Sebagai contoh adalah mencoba berbagai macam strategi pemecahan masalah dan verifikasi hasil penyelesaian. 2. Norma sosiomatematik terkait dengan partisipasi dalam aktivitas bersama untuk pemecahan masalah Norma ini fokus pada bentuk ideal interaksi sosial yang diharapkan dapat mendukung aktivitas penyelesaian masalah secara produktif. D. Pendidikan matematika realistik Pendidikan matematika realistik sangat dipengaruhi oleh ide Hans Freudenthal tentang matematika sebagai suatu bentuk aktivitas manusia, bukan sekedar obyek yang harus ditransfer dari guru ke siswa (Freudenthal, 1973 dan 1991). Berdasarkan pandangan Freudenthal tersebut, pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan konteks keseharian. Fokus utama dari pembelajaran 100 Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya

Permainan (Tradisional) untuk Mengembangkan Interaksi Sosial,... matematika bukan pada matematika sebagai suatu sistem yang tertutup, melainkan pada aktifitas yang bertujuan untuk suatu proses matematisasi. Oleh karena itu, pendidikan matematika realistik menghubungkan pengetahuan informal matematika yang siswa peroleh dari kehidupan sehari hari dengan konsep formal matematika. Treffers di Bakker (2004) menyebutkan lima karakteristik dari pendidikan matematika realistik, yaitu: 1. Phenomenological exploration Pendidikan matematika realistik menekankan pentingnya eksplorasi fenomena kehidupan sehari hari. Pengetahuan informal yang siswa peroleh dari kehidupan sehari hari digunakan sebagai permasalahan kontekstual untuk dikembangkan menjadi konsep formal matematika. 2. Using models and symbols for progressive mathematization (Penggunaan model dan simbol untuk matematika progresif) Pengembangan pengetahuan informal siswa menjadi konsep formal matematika merupakan suatu proses yang bertahap yang didukung didukung dengan penggunaan model dan simbol. Simbol dan model tersebut akan lebih bermakna bagi siswa dan juga dapat dimanfaatkan untuk generalisasi dan abstraksi konsep matematika. 3. Using students own construction (Penggunaan hasil kerja siswa) Pendidikan matematika realistik merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered) sehingga siswa didorong untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan ide dan strategi. Untuk selanjutnya, ide dan strategi yang ditemukan dan dikembangkan oleh siswa digunakan sebagai dasar pembelajaran. 4. Interactivity Proses belajar siswa tidak hanya merupakan proses individu tetapi juga proses sosial secara simultan (Cooke & Buchholz, 2005; Lave & Wenger in Lopez & Allal, 2007 dan Zack & Graves, 2002). Oleh karena itu, salah satu prinsip ISBN : 978 979 16353 2 5 101

Ariyadi Wijaya pendidikan matematika realistik adalah mengembangkan interaksi antar siswa untuk mendukung proses sosial dalam pembelajaran. 5. Intertwinement (Keterkaitan) Prinsip terakhir dari pendidikan matematika realistik adalah menghubungkan beberapa topik dalam satu pembelajaran. Hal ini menunjukkan bagaimana manfaat dan peran suatu topik atau konsep terhadap topik yang lain. Selain lima karakteristik tersebut, pendidikan matematika realistik juga memiliki tiga prinsip untuk desain dan pengembangan pendidikan matematika (Bakker, 2004). Ketiga prinsip tersebut adalah: 1. Guided reinvention (penemuan terbimbing) Terkait dengan karakteristik kedua dari pendidikan matematika realistik, maka dalam suatu pembelajaran siswa harus diarahkan untuk menemukan strategi penyelesaian masalah. Selain itu, siswa juga dibimbing untuk memiliki pengalaman tentang suatu konsep matematika sebagaimana proses konsep tersebut ditemukan (Gravemeijer, 1994). 2. Didactical phenomenology (Fenomenologi didaktik) Penggunaan permasalahan kontekstual sebagai sumber dan titik awal pembelajaran perlu mempertimbangkan unsur didaktik dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik. 3. Emergent model (pengembangan model) Prinsip dasar kedua dari pendidikan matematika realistik pengembangan model dikembangkan dari karakteristik kedua dari pendidikan matematika realistik, yaitu using models and symbols for progressive mathematization. Gravemeijer (1994) menyebutkan empat tingkatan dari pengembangan model, yaitu: a. Tingkatan situasi Pada tingkatan ini, strategi yang digunakan masih dalam situasi kontekstual. b. Tingkatan referensi 102 Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya

Permainan (Tradisional) untuk Mengembangkan Interaksi Sosial,... Pada tingkatan referensi, strategi baru dikembangkan dengan memodelkan situasi kontekstual atau sering disebut sebagai model of c. Tingkatan general Model of yang digunakan pada tingkatan referensi dikembangkan menjadi model for untuk menyelesaikan masalah dan juga argument secara terpisah dari situasi kontekstual. d. Tingkatan formal Penyelesaian masalah pada tingkatan formal sudah tidak menggunakan model, tetapi sudah mulai menggunakan symbol simbol dari matematika pada tingkatan formal. E. Permainan (tradisional) untuk pembelajaran matematika dengan pendekatan pendidikan matematika realistik Pemanfaatan permainan (tradisional) untuk pembelajaran matematika sangat sesuai dengan pendekatan pendidikan matematika realistik. Permainan (tradisional) merupakan suatu fenomena sehari hari yang relatif familiar bagi mayoritas siswa, sehingga penggunaan permainan (tradisional) untuk pembelajaran merupakan suatu bentuk phenomenological exploration. Penggunaan permainan (tradisional) juga sesuai dengan karakteristik pendidikan matematika realistik yang keempat, yaitu interactivity. Penggunaan permainan (tradisional) dalam pembelajaran juga sesuai dengan Experiential Learning Theory yang dicetuskan oleh David Kolb yang menekankan pembelajaran berbasis pengalaman. Berbagai penelitian telah dilaksanakan untuk mengkaji pemanfaatan permainan untuk pembelajaran, tetapi penelitian penelitian tersebut lebih menekankan pada permainan berbasis teknologi, khususnya berbasis komputer. Walaupun kurikulum di Indonesia sudah menekankan pengenalan teknologi komputer dan informasi sejak tingkat Sekolah Dasar, keterbatasan fasilitas khususnya di daerah pedesaan kurang mendukung penerapan pembelajaran berbasis permainan komputer secara luas. Oleh karena itu, penggunaan permainan tradisional bisa menjadi solusi pengembangan pembelajaran berbasis permainan. ISBN : 978 979 16353 2 5 103

Ariyadi Wijaya Di Indonesia terdapat berbagai macam permainan tradisional yang memuat unsurunsur pendidikan dan juga berkaitan dengan konsep konsep ilmu pengetahuan. Contoh permainan tradisional yang dapat digunakan untuk pembelajaran matematika adalah: Permainan gundu atau kelereng untuk pembelajaran tentang pengukuran, khususnya tentang perbandingan panjang. Permainan patil lele atau benthik untuk pembelajaran tentang pengukuran panjang dan pengenalan konsep pecahan Permainan ular tangga untuk pembelajaran tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat Dan lain lain Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis permainan memiliki kelebihan dari pembelajaran konvensional (tanpa menggunakan permainan). Menurut Pietarinen (2003) sisi entertainment atau hiburan dari permainan dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga terjadi peningkatan pemahaman siswa tentang konsep konsep yang termuat dalam permainan. Jika Pietarinen hanya menyoroti keunggulan permainan untuk pembelajaran dari sisi entertainment atau hiburan yang mampu memotivasi siswa maka Charles & McAlister dan Sheffield di Kebritchi dan Hirumi (2008), menyebutkan keunggulan pembelajaran berbasis permainan secara lebih luas, yaitu: Menekankan pada aksi atau tindakan daripada penjelasan verbal Membentuk motivasi dan kepuasan personal Mampu mengakomodir berbagai macam metode pembelajaran Bersifat interaktif dan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan Di antara empat keunggulan pembelajaran berbasis permainan yang dirumuskan oleh Charles & McAlister dan Sheffield, sifat interaktif merupakan keunggulan dari permainan yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan interaksi sosial, norma sosial dan norma sosiomatematik dalam pembelajaran matematika. Interaktif juga merupakan salah satu karakteristik dari mayoritas 104 Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya

Permainan (Tradisional) untuk Mengembangkan Interaksi Sosial,... permainan tradisional yang ada di Indonesia karena permainan permainan tradisional dimainkan secara berkelompok. Hal yang paling mendasar dari sistem permainan berkelompok adalah komunikasi dan interaksi di antara pemain. Suatu interaksi akan terjalin dengan baik jika terdapat suatu aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengikat pihak pihak yang berinteraksi. Oleh karena itu, kegiatan permainan sangat berpotensi untuk mengembangkan norma sosial sebagai suatu bentuk aturan antar siswa. Norma sosial yang bisa dikembangkan dari permainan (tradisional) dapat berupa upaya pencapaian kesepakatan akan aturan permainan dan juga bisa berupa keberanian untuk berinisiatif dan menyampaikan gagasan. Penggunaan permainan (tradisional) dalam pembelajaran perlu disertai dengan diskusi kelas untuk membahas dan mengembangkan pengetahuan matematika informal yang diperoleh dari permainan menjadi konsep konsep matematika yang formal dan abstrak. Dalam diskusi kelas, negosiasi tentang prosedur dan strategi permasalahan dalam permainan harus dikembangkan menjadi prosedur dan konsep matematis. Sebagai contoh adalah penggunaan kaki dan jengkal dengan ukuran berbeda pada permainan gundu harus dikembangkan untuk pengenalan unit baku dan alat ukur baku untuk pengukuran panjang. F. Simpulan dan saran: Pembelajaran matematika sebaiknya tetap memberi perhatian pada adanya interaksi sosial antara guru dan siswa maupun antar siswa. Selain bermanfaat untuk pembinaan dan pengembangan aspek afektif siswa, interaksi sosial juga dapat mendukung pengembangan aspek kognitif siswa. Proses sharing dalam diskusi kelas dapat meningkatkan pemahaman siswa penyampai ide dan memberikan pemahaman bagi siswa lain. Selain itu, proses sharing tersebut juga dapat memicu muncul dan berkembangnya ide ide baru. Guru memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran berbasis permainan, terutama pada diskusi kelas yang diselenggarakan setelah permainan. Peran penting guru tersebut antara lain: Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan ide. Menstimulasi interaksi sosial Meminta klarifikasi pada siswa Mengarahkan diskusi pada pemahaman konsep konsep matematika dan membantu siswa dalam menarik kesimpulan terkait dengan konsep matematika. ISBN : 978 979 16353 2 5 105

Ariyadi Wijaya Referensi: Bakker, A. (2004). Design Research in Statistic Education on Symbolizing and Computer Tools. Amersfoort: Wilco Cooke, B.D. & Buchholz, D. (2005). Mathematical communication in the classroom: Teacher makes a difference. Early Childhood Education Journal, Vol. 32 No. 6: 365 369 Kebritchi, M. & Hirumi, A. (2008). Examining the Pedagogical Foundations of Modern Educational Computer Games. Computers & Education 51: 1729 1743 Lopez, L.M. & Allal, L. (2007). Sociomathematical norms and the regulation of problem solving in classroom multicultures. International Journals of Educational Research 46: 252 265 Hershkowitz, R. & Schwarz, B. (1999). The Emergent Perspective in Rich Learning Environments: Some Roles of Tools and Activities in the Construction of Sociomathematical Norms. Educational Studies in Mathematics 39: 149 166. Nyikos, M. & Hashimoto, R. (1997). Constructivist Theory Applied to Collaborative Learning in Teacher Education: In Search of ZPD. The Modern language Journal, Vol. 81 (IV): 506 517 Oxford, R.L. (1997). Cooperative Learning, Collaborative Learning and Interaction: Three Communicative Strands in the Language Classroom. The Modern language Journal, Vol. 81 (IV): 443 456 Stephen, M. & Cobb, P. (2003). The methodological approach to classroom based research. In: M. Stephan, J. Bowers, P. Cobb & K. Gravemeijer (Eds.), Supporting students development of measuring conceptions: Analyzing students learning in social context. Journal for Research in Mathematics Education Monograph, 12: 36 50 Tatsis, K. (2007). Investigating the Influence of Social and Sosiomathematical Norms in Collaborative Problem Solving. Diunduh dari http:// /ermeweb.free.fr/cerme 5/WG8/8_Tatsis.pdf pada tanggal 23 Januari 2009. Wijaya, A. (2008). Design Research in Mathematics Education: Indonesian Traditional Games as Means to Support Second Graders Learning of Linear Measurement. Thesis yang diajukan ke Universitas Utrecht, Belanda Zack, V. & Graves, B. (2001). Making mathematical meaning through dialogues: Once you think of it the Z minus three seems pretty weird. Educational studies in mathematics 46: 229 271 http://www.thomasarmstrong.com/multiple_intelligences.htm. Diunduh pada tanggal 22 Januari 2009. 106 Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya