BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia yaitu 215,8 juta jiwa(tahun 2003). Sebuah negara yang memiliki penduduk padat tersebut biasanya memiliki mobilitas yang tinggi pada beberapa daerahnya seperti di kota-kota besarnya. Perkembangan jaman juga memacu pergerakan manusia yang cepat dan dinamis akan kepentingan kesejahteraan dan kelangsungan hidup. Sebagai negara berkembang, Indonesia seharusnya memiliki fasilitas yang dapat menunjang kegiatan masyarakatnya tersebut agar dapat berlangsung dengan lancar dan nyaman. Salah satu solusinya dengan mengembangkan berbagai sarana moda transportasi. Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti di Jakarta dan Surabaya, mobilitas penduduknya sangat tinggi. Berdasarkan survey origin-destination (O-D) tahun 2001 jumlah perjalanan penumpang melalui matra darat, laut, dan udara mencapa angka 3.8 milyar perjalanan per tahun. Jumlah perjalanan tersebut masih didominasi oleh transportasi darat dengan prosentasi 99 % untuk perjalanan penumpang, dan 97% untuk perjalanan barang. Fenomena tersebut juga mulai muncul pada kota-kota yang sedang berkembang, seperti Bandung. Khususnya di Bandung, pergerakan tersebut menjadi sangat penting akan kebutuhan dan waktu yang mendesak. Beberapa tahun belakangan ini, kota Bandung telah berkembang secara pesat baik dalam pertumbuhan ekonominya dan pembangunan fasilitasnya. Dengan dibangunnya jalan bebas hambatan Cipularang yang menghubungkan kota Jakarta dan Bandung, maka makin banyak penduduk Jakarta yang datang ke Bandung hanya sekedar untuk berlibur atau urusan pekerjaan. Tidak sedikit juga penduduk yang memilih tinggal di Bandung dengan bekerja di Jakarta, begitupun sebaliknya. Fenomena ini disebut juga dengan Commuting (Komuter). Komuter secara harfiah dapat diartikan sebagai orang yang secara teratur pergi pada jarak dekat / dari pinggir ke pusat kota ke tempat kerja dari rumahnya. Di Bandung sendiri, banyak orang yang juga memilih tinggal di pinggiran kota atau di luar kota Bandung dengan mencari pekerjaan di pusat kota Bandung. Mereka lebih memilih tidak tinggal di pusat kota karena biaya kehidupan yang lebih mahal daripada di pinggiran kota. Oleh karena itu dibutuhkan sarana transportasi sebagai penghubung antara 2
pusat kota Bandung dan pinggiran kota, seperti Cicalengka, Cimahi, Garut, dll. Salah satunya adalah dengan kereta api. Kereta api muncul sebagai prasarana moda transportasi dengan multi keunggulan komparatif: hemat lahan & energi, rendah polusi, besifat massal, dan adaptif dengan perubahan teknologi. Selain itu dengan faktor seperti biaya, kenyamanan, hingga faktor keselamatan membuat orang lebih banyak menggunakan kereta api. Sayangnya, di Indonesia sendiri, sarana dan prasarana moda transportasi kereta api belum dapat dikembangkan dengan baik. Khususnya di Bandung, jalur perkeretaapian sudah mulai dikembangkan baik antar propinsi, kota, dan daerahnya. Stasiun-stasiun sudah mulai tersebar di hampir setiap kota dan daerah. Hanya saja, fasilitas-fasilitas di beberapa stasiun, terkadang dianggap kurang layak dan tidak terawat khusunya di stasiun-stasiun kecil. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perancangan desain yang baik yang dapat mewadahi aktivitas-aktivitas tersebut. Melihat kota Bandung merupakan kota yang mengalami perkembangan pesat dan memiliki mobilitas yang tinggi, maka dirasa tepat bila dirancang suatu stasiun kereta api yang dapat merespon permasalahan-permasalahan tersebut sehingga dapat menjadi suatu desain dengan pengaruh positif yang kuat dan kontekstual. 1. 2 Pemahaman judul dan tema Dari berbagai sumber yang ada mengenai Stasiun Kereta Api, terdapat berbagai definisi mengenai stasiun kereta api, yaitu : Stasiun adalah kumpulan jalan kereta ( rel ), emplasemen, gedung, dan perlengkapan lainnya yang merupakan suatu satuan dan diperlukan dalam melakukan dinas perjalanan kereta rel. ( J. Honing, 1981 ) Stasiun adalah tempat berkumpulnya penumpang dan barang yang menggunakan alat transportasi berupa kereta api. Di stasiun, orang dapat beristirahat dan menunggu, baik bagi penunggu, penjemput, pengantar, maupun, penumpang. (Edward K. Morlok, 1995 ) 3
Stasiun adalah tempat kereta api berhenti dan berangkat, bersilang, menyusul atau disusul, yang dikuasai oleh seorang kepala stasiun yang bertanggung jawab penuh atas urusan perjalanan kereta api. ( PT. KAI ) Tempat tunggu bagi calon penumpang kereta api, tempat pemberhentian kereta. (Kamus Besar Bahasa Indonesia ). Tempat untuk kedatangan penanganan dan keberangkatan kereta bersama penumpang, staf, dan barang. ( W. Dudley Hunt Jr. Encyclopedia of American Architecture, 1980 ) Sedangkan komuter sendiri berarti orang yang secara teratur pergi pada jarak dekat / dari pinggir kota ke pusat kota ke tempat kerja dari rumahnya. Sehingga pada umumnya stasiun kereta api komuter berarti stasiun yang digunakan untuk pengguna yang mobile, pergi dan pulang secara teratur. 1. 3 Tujuan perancangan Tujuannya adalah: Mewujudkan rancangan yang inovatif dalam menyelesaikan permasalahan stasiun yang ada. Menciptakan pola hubungan ruang di dalam dan di luar bangunan yang jelas dan harmonis. Menghadirkan fisik bangunan arsitektural dengan tipologi stasiun komuter. Memberikan lahan parkir yang mencukupi untuk para pengguna jasa kereta api. Memberikan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik bagi warga sekitar. Mengintegrasikan stasiun dengan moda transportasi lainnya yang berada pada terminal. 1. 4 Permasalahan perancangan Permasalahan pada perancangan stasiun ini dapat dilihat dari dua hal, yaitu : Permasalahan pada lahan : 4
Menciptakan alur sirkulasi servis yang baik sehingga tidak bertabrakan dengan sirkulasi pengguna stasiun. Meningkatkan kualitas kondisi jalan yang aman dan nyaman bagi pengendara kendaraan dan pejalan kaki. Permasalahan pada kasus : Menciptakan sebuah fasilitas yang dapat mewadahi pergerakan manusia dan barang yang cepat dan dinamis. Menciptakan desain stasiun yang kontekstual sebagai stasiun komuter untuk daerah pusat primer baru Gedebage. Menciptakan desain bangunan yang baik dari segi penghawaan, cahaya, dan estetika. Menciptakan desain yang tanggap terhadap bahaya kebakaran. Menentukan zoning yang tepat antara masing-masing fungsi. Menciptakan keterpaduan antara ruang dalam dan ruang luar. 1. 5 Pendekatan perancangan 1.5.1 Studi literatur Studi literatur berfungsi untuk : Salah satu pendekatan untuk mempelajari dasar-dasar pemikiran yang teoritis melalui pustaka yang dapat dipakai dalam proses perancangan desain. Mendapatkan segala informasi baik itu berupa kebutuhan ruang, hubungan ruang, sirkulasi yang baik, gubahan massa serta persyaratan- persyaratan yang berlaku pada stasiun kereta api. 1.5.2 Pengamatan lapangan Pengamatan lapangan dilakukan untuk : Mendapatkan data data mengenai kondisi lahan, potensi lahan, dan hal hal yang dapat mempengaruhi perancangan. 5
Mempelajari kondisi dan karakter lahan. 1.5.3 Studi banding Studi banding lapangan bertujuan untuk menganalisa skenario dalam sebuah stasiun sehingga mendapat pertimbangan pertimbangan yang dapat dipakai dalam perancangan. Studi banding pustaka bertujuan untuk mengetahui tipologi bangunan sejenis yang memiliki fungsi tambahan dan melakukan pengamatan kebutuhan dan karakteristik sebuah stasiun. 1. 6 Sistematika Laporan Bab I Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang kasus ini, tujuan kasus ini diajukan, lingkup perancangan kasus, pendekatan yang digunakan, serta permasalahan perancangan yang dihadapi. Bab II Deskripsi Proyek, berisi penjelasan umum kasus, pengertian stasiun, fungsi stasiun, klasifikasi stasiun, perkembangan stasiun, keberadaan stasiun bagi kota, program kegiatan, sasaran pengguna, standar teknis bangunan stasiun, dan studi banding, Bab III Analisis, berisi mengenai analisis data-data yang telah terkumpul, yaitu analisa lahan, alur kegiatan pengguna, analisa perilaku, scenario alur pergerakan, serta perhitungan kebutuhan ruang. Bab IV Konsep Perancangan, berisi mengenai gambaran ide awal terhadap desain bangunan dan konsep-konsep yang akan diterapkan yaitu konsep tapak, konsep bangunan, konsep struktur, dan konsep utilitas. Bab V Hasil Rancangan, berisi penjelasan mengenai hasil desain bangunan seperti yang terlihat pada site plan, ground plan, denah, tampak, dan potongan. 6