BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Hubungan Kinerja Supervisor dengan Tingkat Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kota Malang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI TAMAN KANAK-KANAK/RAUDHATUL ATHFAL (TK/RA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Saiful Bahri, Supervisi Akademik...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI PAMONG BELAJAR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

KRITERIA PENILAIAN KINERJA GURU PEMULA PADA PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP)

KOMPETENSI GURU DAN PERANAN KEPALA SEKOLAH. Inom Nasution 1 ABSTRAK

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

KEGIATAN BELAJAR 1 KOMPETENSI GURU

DAFTAR EVALUASI DIRI KERJA GURU

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mutu pendidikan sangat bergantung pada kompetensi dan kualifikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

IDEALISME KUALIFIKASI PENDIDIK DAN TANTANGANNYA

BAB II KAJIAN TEORITIS

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Agar proses

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu. mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

BAB I PENDAHULUAN. profesional, pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

UPAYA PENGEMBANGAN BAHASA CIREBON MELALUI PENYIAPAN GURU PROFESIONAL

1. Skripsi karyahanifah Lubis ( ) Jurusan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas untuk menentukan kondisi atau syarat-syarat esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Supervisi sebagai salah satu fungsi pokok dalam administrasi pendidikan menuntut keterlibatan berbagai pihak. Selain pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan dan Pengawas Pendidikan Agama Islam dari Kementerian Agama, kepala sekolah/madrasah juga merupakan supervisor bagi para guru dan pegawai lain yang ada di sekolahnya. Kepala sekolah/madrasah dalam menjalankan fungsinya sebagai supervisor dituntut dari dirinya suatu kompetensi yang memungkinkannya dapat atau mampu meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat yang diperlukan dalam upaya mencapai kemajuan sekolahnya. Kepala sekolah/madrasah disamping harus bertanggung jawab dalam kelancaran proses belajar mengajar dan kegiatan administrasi sekolah sehari-hari sebagai wujud perannya selaku administrator, juga bertanggung jawab mengawasi, membina dan memotivasi kinerja para guru dan tenaga kependidikan lainya selaku supervisor. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 13 Tahun 2007 Kepala Sekolah/Madrasah harus memiliki 5 kompetensi sebagai berikut : (1) kompetensi kepribadian (2) kompetensi supervisi (3) kompetensi manajerial (4) kompetensi kewirausahaan (5) kompetensi sosial. Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor harus memiliki kompetensi supervisi akademik, sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat berdampak pada peningkatan mutu

pendidikan. Seorang supervisor dalam bidang akademik harus merencanakan program supervisi akademik, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme. Hubungan supervisor dengan peningkatan kualitas profesionalisme guru berkaitan erat antara kegiatan supervisi dengan kemampuan kompetensi guru. Menurut pandangan Sagala dalam Banun (2009:185) supervisi yang dilaksanakan secara kontruktif dan kreatif yaitu mendorong inisiatif guru untuk aktif menciptakan suasana kondosif yang dapat membangkitkan suasana kreativitas dalam memberikan layanan belajar kepada peserta didik. Kemampuan profesional sebagai supervisor bagi kepala sekolah/madrasah dan berperan sebagai pemimpin maupun guru sebagai pendidik yang profesional saling memberi kontribusi. Sebagai supervisor kepala sekolah haruslah selalu berusaha memperbaiki cara guru mengajar, cara siswa belajar, meningkatkan mutu pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar. Semua itu bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, dan dapat tercapai tujuan pendidikan di sekolah/madrasah. Kemampuan yang dimiliki supervisor tentunya berkaitan juga dengan pelaksanaan supervisi yang dilakukan yang meliputi tiga dimensi yaitu: 1) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. 2). Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat. 3). Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme (Diknas, 2007:14). Tugas pokok kepala sekolah/madrasah selaku supervisor meliputi tiga aspek yaitu: pembinaan, pemantauan dan penilaian. Masing-masing aspek terinci sebagai berikut : (1)

Pembinaan, meliputi : persiapan dan pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa, guru dalam melakukan PTK, guru dalam peningkatan kompetensi kepribadian, sosial dan paedagogik. (2). Pemantauan, meliputi : kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru), disiplin/tanggung jawab, pelaksanaan kurikulum mata pelajaran, pemanfaatan sumber belajar dan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa. (3). Penilaian, meliputi : kinerja guru dalam persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan guru dalam mengevaluasi belajar siswa dan menggunakannya untuk mengembangkan pembelajaran. Pelaksanaan ideal supervisi akademik oleh kepala sekolah/madrasah pada sekolah dasar di Kota Malang masih kurang maksimal. Hal ini dapat diindikasikan pada kenyataan bahwa supervisi belum mampu dilakukan secara berkala dan belum ada tindak lanjut dari hasil supervisi sebagai upaya perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran yang selama ini masih jauh dari harapan. Kendala pelaksanaan supervisi baik yang disebabkan oleh aspek struktur birokrasi yang rancu, maupun kultur kerja dan interaksi supervisor dengan guru yang kurang mendukung, telah mendistorsi nilai ideal supervisi pembelajaran di sekolah/madrasah. Kepala sekolah/madrasah mayoritas belum melaksanakan supervisi secara berkala dan ada program tindak lanjut dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini diantaranya karena terlalu banyaknya tugas kepala sekolah, masih membudayanya tradisi ewuh pakewuh dalam melaksanakan supervisi klinis, pandangan guru bahwa supervisi adalah mencari kelemahan/ kesalahan dari guru, juga kurangnya kompetensi dari supervisor dalam memilih metode dan teknik yang tepat dalam pelaksanaan supervisi. Menurut pandangan Banun (2009 : 29), pelaksanaan supervisi di sekolah/madrasah masih terlalu ditekankan pada aspek administratif dan kurang pada aspek profesional. Seharusnya

dalam pelaksanaannya pembinaan yang bersifat akademik profesional atau teknis edukatif harus mendapat perhatian yang lebih besar dari supervisor, karena pembinaan inilah yang berhubungan langsung dengan perbaikan pengajaran. Sedangkan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah belum sampai pada taraf perbaikan pembelajaran, tetapi masih pada pemantauan dan penilaian bagi guru. Pembinaan masih bersifat umum yang diberikan pada awal tahun pelajaran maupun awal semester, belum sampai pada pembinaan terhadap individu guru yang mengalami kendala dalam menyusun rencana persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian yang merupakan tugas pokok seorang guru. Supervisi akademik tujuan akhirnya tidak hanya pada kinerja guru, namun harus sampai pada meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik. Seperti ditegaskan oleh Glickman dalam Bahan Belajar Mandiri Dimensi Kompetensi Supervisi (Depdiknas, 2009a ; 16) bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran. Inilah tujuan ideal dari supervisi akademik. Apabila konsep-konsep ideal tersebut dilaksanakan, maka dapat diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia akan meningkat secara signifikan. Realitas secara umum di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran tidak bisa berjalan baik tanpa adanya sumberdaya guru profesional dengan indikator cakap dalam pengajaran, terampil, inovatif dan mempunyai semangat kerja yang tinggi. Oleh karena itu pentingnya supervisi akademik dalam rangka pembinaan dan peningkatan kualitas guru harus dilaksanakan secara maksimal. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi profesional pendidik sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan program sarjana (S1) atau program diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan tugas sebagai guru. Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktuali-sasikan berbagai potensi yang dimiliki. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia yang menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru dapat membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Guru menempati peranan kunci dalam mengelola kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM). Peranan kunci itu dapat diemban dengan baik apabila ia memiliki tingkat kompetensi dan kualifikasi yang memenuhi standar, serta memiliki ketrampilan (skill) dalam kegiatan PBM mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran. Secara umum peranan guru sebagai tenaga pendidik diantaranya, sebagai: (1) komunikator, yaitu mengajarkan ilmu dan ketrampilan pada peserta didik; (2) fasilitator, yaitu sebagai pemandu proses belajar mengajar; (3) motivator, yaitu berperan untuk menumbuhkembangkan

minat dan semangat belajar peserta didik secara terus menerus; (4) administrator, yaitu melaksanakan tugas-tugas yang bersifat administratif, misalnya melaksanakan adminstrasi kelas; (5) konselor, yaitu membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan khususnya dalam masalah belajar. Melihat peran dan tanggung jawab yang begitu besar dari para guru, timbul pertanyaan apakah guru-guru pada pendidikan dasar di Kota Malang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang standar sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005? Adakah upaya dari supervisor dalam peningkatan profesionalisme guru? Apakah guru-guru pendidikan dasar di Kota Malang memiliki kemauan dan komitmen yang tinggi dalam peningkatan profesionalisme sebagai upaya dalam perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan? Kondisi secara umum guru pada sekolah dasar di Kota Malang, kompetensi dan kualifikasi akademik masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari kualifikasi akademik, masih ada guru yang belum S1 atau D4, dari segi kompetensi guru, banyak guru yang belum mampu menyusun perangkat pembelajaran dengan sempurna secara mandiri, sehingga masih mengandalkan produk dari Kelompok Kerja Guru (KKG), guru belum menguasai teknologi dan informatika, serta masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang keilmuanya, guru tidak berlatar kependidikan dan bahkan masih ditemukan guru yang kurang dalam kemampuan sosialnya sehingga di sekolah selalu menyendiri. Sehingga diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kompetensinya. Orang lain yang paling diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas guru, adalah kepala sekolah/madrasah. Hal ini sesuai dengan fungsi kepala sekolah/madrasah yaitu disamping sebagai pemimpin kepala sekolah juga sebagai edukator, motivator, administrator, dan supervisor (Depdikbud) dalam modul dan model pelatihan dan pengawas pendais (Depag,

2002:74). Supervisi bukan kegiatan kepala sekolah/madrasah untuk memata-matai atau mencari kesalahan guru, melainkan diartikan sebagai bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar. Subyek supervisi untuk memperbaiki situasi belajar mengajar tersebut seharusnya diartikan secara luas. Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru minimal harus memiliki kualifikasi akademik S1 atau D4 dan harus menguasai empat kompetensi yaitu: kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Kompetensi paedagogik, meliputi : a) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual, b) menguasai teori dan prinsip-prinsip belajar, c) mengembangkan kurikulum mata pelajaran, d) pemanfaatan teknologi informasi untuk penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan, e) pengembangan potensi peserta didik, f) komunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, g) melaksanakan penilaian dan menggunakannya untuk pengembangan pembelajaran. Kompetensi kepribadian, meliputi : a) tindakan yang sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebugayaan nasional Indonesia, b) penampilan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhaq mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, c) penampilan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, d) memiliki etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, e) penghormatan terhadap kode etik profesi guru. Kompetensi sosial, meliputi : a) sikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial

ekonomi, b) sikap adaptif dengan lingkungan sosial budaya tempat bertugas, c) komunikatif dengan komunitas guru, warga sekolah dan warga masyarakat. Kompetensi profesional, meliputi : a) penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, b) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, c) pengembangan materi pelajaran secara kreatif, d) pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, e) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Syah (2000:229) dalam penilaian kinerja guru (Depdiknas: 2008) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Usman (1994:1) mengemukakan kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. (Diknas, 2008:45) Kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan. Robbins (2001:37) dalam Rasto menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Muhaimin (2004:151) masih dalam Rasto menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Depdiknas (2004:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Kompetensi yang diperlukan oleh seseorang dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman, sehingga dapat diupayakan untuk selalu ditingkatkan dan dikembangkan baik secara internal dari dalam dirinya maupun secara eksternal melalui bantuan orang lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Akhmad Sudrajad (2008: 212) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Perlu digaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi. Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, dapat diketahui dengan supervisi secara berkala dari kepala sekolah sebagai supervisor dengan kunjungan kelas mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2004: 87 ). Supervisi, dapat mengetahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam menyusun persiapan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan melakukan penilaian serta menggunakannya untuk pengembangan dan perbaikan pendidikan.

Kompetensi guru dapat ditingkatkan dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal dari dalam guru sendiri misalnya mengikuti seminar, workshop, MGMP/KKG, menempuh kuliah pada jenjang yang lebih tinggi dan sebagainya. Faktor eksternal diantaranya adalah dari kepala sekolah melalui program supervisi, yang bertujuan untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencari solusi dalam permasalahan pembelajaran yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Secara umum supervisor pada sekolah dasar di Kota Malang belum melaksanakan supervisi secara berkala dan terjadwal untuk setiap guru, sedangkan sebagian yang sudah melaksanakan supervisi belum ada program tindak lanjut sehingga tujuan supervisi untuk meningkatkan kompetensi guru masih belum tercapai. B. Rumusan Masalah : Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Adakah hubungan antara kinerja supervisor dengan tingkat kompetensi paedagogik pada guru Sekolah Dasar di Kota Malang? 2. Adakah hubungan antara kinerja supervisor dengan tingkat kompetensi kepribadian pada guru Sekolah Dasar di Kota Malang? 3. Adakah hubungan antara kinerja supervisor dengan tingkat kompetensi sosial pada guru Sekolah Dasar di Kota Malang? 4. Adakah hubungan antara kinerja supervisor dengan tingkat kompetensi profesional pada guru Sekolah Dasar di Kota Malang? 5. Seberapa besar hubungan kinerja supervisor terhadap empat kompetensi guru secara bersama-sama dalam peningkatan kompetensi guru pada Sekolah Dasar di Kota Malang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menemukan hubungan antara kinerja supervisor dengan tingkat kompetensi paedagogik pada guru Sekolah Dasar di Kota Malang. 2. Menemukan hubungan antara kinerja supervisor dengan tingkat kompetensi kepribadian pada guru Sekolah Dasar di Kota Malang. 3. Menemukan hubungan antara kinerja supervisor dengan tingkat kompetensi sosial pada guru Sekolah Dasar di Kota Malang. 4. Menemukan hubungan antara kinerja supervisor dengan tingkat kompetensi profesional pada guru Sekolah Dasar di Kota Malang. 5. Menemukan seberapa besar hubungan kinerja supervisor terhadap empat kompetensi secara bersama-sama dengan peningkatan kompetensi guru Sekolah Dasar di Kota Malang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kajian ilmiah, khususnya sebagai upaya peningkatan kinerja supervisor dan dapat dijadikan referensi atau masukan dalam mencapai standar kompetensi guru pada sekolah dasar di Kota Malang. b. Sebagai referensi pengembangan penelitian yang sejenis, dalam upaya mengoptimalkan kinerja supervisor untuk meningkatkan kompetensi guru pada sekolah dasar khususnya di Kota Malang. 2. Manfaat Praktis : a. Bagi Kementerian Agama (Kemenag) dan Dinas Pendidikan (Diknas) dapat dijadikan informasi dalam merumuskan kebijakan dan pengambilan keputusan sebagai upaya meningkatkan kinerja supervisor dan kompetensi guru sekolah dasar di Kota Malang.

b. Bagi Pengawas Sekolah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor di sekolah/madrasah wilayah binaan, sehingga dapat dijadikan suatu formula dalam pelaksanaan supervisi sebagai upaya dalam peningkatan kompetensi guru. c. Bagi Kepala Sekolah/Madrasah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan panduan dalam pelaksanaan supervisi klinis untuk setiap guru dalam rangka membina, dan memantau pelaksanaan tugas guru di sekolah yang dipimpinnya, agar hasil belajar siswa lebih maksimal. d. Bagi Guru Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi guru sekolah dasar di Kota Malang tentang pelaksanaan supervisi, sehingga guru dapat menerima bahwa supervisi merupakan bantuan yang diberikan kepada guru dalam kegiatan pembelajaran, sebagai upaya dalam meningkatkan kompetensi guru. E. Definisi Operasional Variabel 1. Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja dapat pula diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. (LAN, 1992). Menurut August W. Smith, Kinerja adalah performance is output derives from processes, human otherwise, artinya kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. (Dirjen PMPTK Dinas Pendidikan Nasional, 2008: 74). Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja, dalam penelitian ini merupakan wujud dari hasil kerja yang berupa pembinaan, pemantauan dan penilaian.

2. Supervisor : adalah seseorang yang profesional dalam menjalankan tugasnya ia bertindak atas dasar kaidah ilmiah untuk meningkatkaan mutu pendidikan. (Kompetensi supervisi. Direktorat Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Nasional, 2008 : 102). Supervisor dalam penelitian ini adalah kepala sekolah/madrasah pada sekolah dasar yang ada di Kota Malang. 3. Kompetensi Guru: berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen BAB IV pasal 8 : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik serta sehat jasmani dan rohani untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal 10 Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk penguasaan pengetahuan dan ketrampilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai guru, yang meliputi kompetensi paedagogik, kepribadian sosial dan professional. 4. Sekolah Dasar : Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2007, jenjang pendidikan yang melandasi pendidikan menengah, bentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Dasar yang dimaksudkan adalah SD dan MI di Kota Malang.