PENDAPAT HUKUM (LEGAL OPINION) TERHADAP QANUN ACEH NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RTRW ACEH TAHUN 2013-2033. DASAR HUKUM PENGKAJIAN : Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah ; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh ; Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang ; Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Perundang-Undangan ; PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ; PP Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang ; PP Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang ; Permendagri No. 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Evaluasi Ranperda tentang Rencana Tata Ruang Daerah ; Qanun Aceh No. 5 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pembentukan Qanun ; Permendagri No. 1 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah ; Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014,Tentang Evaluasi Rancangan Qanun Aceh Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Tahun 2014-2034 ; Surat Mendagri No. 050/1162/IV/Bangda, Tanggal 20 Februari 2014. PENGKAJIAN TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN DAN ISI QANUN ACEH NO. 19 TAHUN 2013 Pengkajian terhadap Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013, dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu Pengkajian terhadap proses pembentukan dan Pengkajian terhadap substansi. 1
Pengkajian Terhadap Proses Pembentukan Qanun Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 Tentang RTRW Aceh Tahun 2013-2033 (Lampiran I), ditetapkan menjadi Qanun Pada Tanggal 31 Desember 2013, dan diundangkan dalam Lembaran Aceh Tahun 2014 Nomor 1 Tanggal 3 Maret 2014, Tambahan Lembaran Aceh Nomor 62. Qanun Aceh Tentang RTRW Aceh, termasuk Qanun biasa yang mekanisme pembentukan dan pengawasannya sama dengan Peraturan Daerah di Provinsi lain. Pasal 235 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 menentukan bahwa pengawasan Pemerintah terhadap qanun dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan di sini adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, (khususnya Pasal 189 jo. Pasal 185), PP Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Evaluasi Ranperda tentang Rencana Tata Ruang Daerah, dan Permendagri No. 53 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, yang telah diganti dengan Permendagri No. 1 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. Pasal 189 UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa terhadap proses penetapan rancangan Perda yang berkaitan dengan pajak daerah, retribusi daerah, dan tata ruang daerah menjadi Perda, berlaku Pasal 185 dan Pasal 186, dengan ketentuan, dan untuk tata ruang daerah dikoordinasikan dengan Menteri yang membidangi urusan tata ruang. Selanjutnya, Pasal 185 Undang-Undang tersebut mengatur tentang adanya keharusan evaluasi Rancangan Perda APBD oleh Mendagri (dalam hal ini juga untuk Rancangan Qanun Tata Ruang) dan adanya kewajiban Gubernur dan DPRD untuk melakukan penyempurnaan Rancangan Perda/Qanun berdasarkan hasil Evaluasi Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Apabila hasil evaluasi tersebut tidak ditindak lanjuti oleh Gubernur dan DPRD, Menteri Dalam Negeri membatalkan Perda tersebut. Ketentuan yang sama dengan Pasal 189 jo. Pasal 185 UU No. 32 Tahun 2004, juga dijabarkan lebih lanjut dalam Permendagri No. 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. Sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, Rancangan Qanun Aceh Tentang RTRW Aceh Tahun 2013-2014, telah dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri, yang hasil evaluasinya ditetapkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, tentang Evaluasi Rancangan Qanun Aceh Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Tahun 2014-2034. Keputusan Mendagri tersebut disampaikan kepada Gubernur Aceh dengan Surat No. 050/1162/IV/Bangda, Tanggal 20 Februari 2014. 2
Dalam kenyataannya Gubernur Aceh menetapkan Qanun Aceh tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh pada Tanggal 31 Desember 2013, padahal hasil evaluasi terhadap Rancangan Qanun itu baru selesai tanggal 14 Februari 2014, dan disampaikan kepada Gubernur Aceh tanggal 20 Februari 2014. Dengan demikian, penetapan Rancangan Qanun Aceh Tentang RTRW Aceh Tahun 2013-2033 pada tanggal 31 Desember 2013, mendahului tanggal diterimanya hasil evaluasi (sesuai dengan surat Mendagri tanggal 20 Februari 2014), dan oleh karenanya Penetapan Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 Tentang RTRW Aceh 2013-2033, cacat hukum kerena bertentangan dengan Ketentuan Pasal 235 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2006, jo. Pasal 189 jo. Pasal 185 UU No. 32 Tahun 2004, dan Permendagri No. 1 Tahun 2014. Pengkajian Terhadap Substansi, terkait dengan Hasil Evaluasi Mendagri Setelah dilakukan kajian terhadap Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, tentang Evaluasi Rancangan Qanun Aceh Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Tahun 2014-2034, dan Substansi Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 Tentang RTRW Aceh Tahun 2013-2033, yang ditetapkan tanggal 31 Desember 2013, ditemukan bahwa Hasil Evaluasi Mendagri tersebut tidak sepenuhnya diakomodasikan dalam penyempurnaan Rancangan Qanun Aceh Tentang RTRW Aceh. Beberapa hal yang tidak ditindaklanjuti dalam penyempurnaan Rancangan Qanun adalah : 1. Qanun Aceh No. 19 Tahun 2013, ditetapkan tanggal 31 Desember 2013, dan RTRW Aceh diatur untuk Tahun 2013-2033. Ini artinya berlaku surut, dan tidak mengindahkan evaluasi Mendagri yang menyatakan bahwa Qanun tidak dapat berlaku surut. (Lampiran Permendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, hal. 2); (Lampiran II) 2. Pengertian Peran serta Masyarakat yang terdapat dalam Pasal 1 Angka 45 Qanun Aceh No. 19 Tahun 2013, tidak disesuaikan dengan hasil evaluasi Mendagri. Pengertian Peran masyarakat (dalam Qanun Aceh No. 19 Tahun 2013, digunakan istilah Peran serta Masyarakat) yang digunakan pada Hasil Evaluasi Mendagri adalah pengertian yang terdapat dalam Pasal 1 angka 9 PP No. 68 Tahun 2010. Penggunaan pengertian dalam Pasal 1 angka 45 Qanun Aceh No. 19 Tahun 2013, tidak sesuai dengan pengertian yang terdapat dalam Pasal 1 angka 9 PP No. 68 Tahun 2010, dengan demikian bertentangan dengan petunjuk pembentukan peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Lampiran II, angka 103 dan 106 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. (Lampiran Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, hal. 4 ); 3
3. Pasal tambahan tentang Jalur Evaluasi Bencana sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, hal. 4, tidak diakomodasikan/ ditindaklanjuti dalam penyempurnaan Rancangan Qanun ; 4. Ketentuan Pasal 43 Qanun Aceh No. 19 Tahun 2013, tidak direvisi/ disempurnakan, sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, hal. 5 ; 5. Pasal 47 ayat (2) Qanun Aceh No. 19 Tahun 2013, tidak disempurnakan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, hal. 6. (Kawasan Ekosistem Leuser sebagai Kawasan Srategis Nasional, telah ditetapkan dalam PP No. 26 Tahun 2008, dan tata batasnya telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 190/Kpts-II/2001, Tentang Pengesahan Batas Kawasan Ekosistem Leuser di Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Dengan demikian peniadaan KEL dalam pasal 47 ayat (2) Qanun Aceh tersebut, berarti isi pasal tersebut bertentangan dengan PP No. 26 Tahun 2008. Disamping itu keberadaan KEL juga diatur dalam Pasal 150 Undang2 No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh); Peniadaan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dalam Pasal 47 ayat (2), juga berarti pengabaian terhadap persetujuan substansi dari BKPRN, yang juga mengharuskan pemuatan KEL dalam RTRW Aceh (dokumen persetujuan substansi, No. TR-03-04-rd/02, Lampiran III) 6. Ketentuan Pasal 86 ayat (2) Qanun Aceh No. 19 Tahun 2013, tidak disesuaikan dengan hasil evaluasi Mendagri, yang terdapat pada Lampiran Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, hal. 8 ; 7. Ketentuan Pasal 89 ayat (1) dan ayat (2) Qanun Aceh No. 19 tahun 2013, tidak disesuaikan dengan hasil evaluasi Mendagri, sebagaimana terdapat pada Lampiran Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, hal. 8 dan 9 ; 8. Ketentuan Pasal 89 ayat (3) yang menurut hasil evaluasi Mendagri harus dihapus dan diganti dengan pasal baru agar sesuai dengan ketentuan PP No. 68 Tahun 2010, tidak dilakukan (Lampiran Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, hal. 9-10 ); 9. Penambahan pasal baru tentang penyampaian peran masyarakat yang berupa masukan dan/atau keberatan kepada Gubernur, sebagaimana terdapat pada Lampiran Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, hal. 11, tidak dilakukan ; 10. Penambahan pasal baru tentang Kewajiban Pemerintah Aceh dalam membangun sistem informasi dan komunikasi penataan ruang sebagaimana terdapat dalam Lampiran Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014, hal. 11, tidak dilakukan. 4
Disamping hal tersebut diatas, terdapat kesalahan dalam sistematika isi Qanun, yaitu penempatan Bab. XIV tentang Ketentuan Lain-Lain, setelah Bab Tentang Ketentuan Peralihan. Ini tidak sesuai dengan pedoman pembentukan perundang-undangan yang diatur dalam Undang Undang No. 12 Tahun 2011. Ketentuan Lain-Lain masih berisikan norma, dan merupakan bagian dari batang tubuh, dan oleh karenanya harus ditempatkan sebelum Ketentuan Peralihan. KESIMPULAN 1. Penetapan QANUN ACEH NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RTRW ACEH TAHUN 2013-2014, dilakukan bertentangan dengan ketentuan penetapan Qanun tentang RTRW yang terdapat dalam Pasal 235 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2006, Pasal 189 jo. Pasal 185 UU No. 32 Tahun 2004 dan Permendagri No. 53 Tahun 2011, oleh karenanya penetapan Qanun tersebut cacat hukum; 2. Banyak hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri yang terdapat dalam Keputusan Mendagri No. 650-441 Tahun 2014 Tanggal 14 Februari 2014 tentang Evaluasi Rancangan Qanun Aceh Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Tahun 2014-2034, tidak ditindaklanjuti dengan perbaikan/ penyempurnaan Rancangan Qanun Aceh Tentang RTRW Aceh yang telah ditetapkan menjadi Qanun Aceh No. 19 Tahun 2013. Oleh karena itu sesuai dengan ketentuan Pasal 189 Jo. Pasal 185 ayat (5) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, dan Pasal 80 ayat (3) dan Pasal 86 ayat (3) Permendagri No. 1 tahun 2014, maka Menteri Dalam Negeri harus membatalkan Qanun Aceh No. 19 Tahun 2013, dalam proses evaluasi dan klarifikasi. 3. Terdapat banyak ketentuan dalam Qanun Aceh No. 19 Tahun 2013, yang tidak sesuai/ bertentangan dengan Peraturan yang lebih tinggi, sehingga layak diajukan Yudicial Review ke Mahkamah Agung (Ini dilakukan apabila Mendagri tidak membatalkan Qanun tersebut dalam proses evaluasi dan klalifikasi Qanun ). Banda Aceh, 10 September 2014. 5